Pengaruh Bimbingan Belajar secara Berkelompok

dan Metode Drill terhadap Hasil Tryout UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN Matematika

bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Gedangsari

Gunung Kidul TAHUN AJARAN 2013/2014

Kriswandani

Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang ada di Ujian Nasional (UN) tetapi merupakan momok bagi Siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari Gunung Kidul Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan pada nilai matematika tryout pertama yang mendapatkan nilai rerata sebesar 3,4203 dan terdapat 71,9% siswa mendapat nilai dibawah 4. Nilai ini merupakan nilai terendah dibandingkan nilai mata pelajaran lainnya. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan hasil tryout ini untuk mempersiapkan menghadapi UN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah bimbingan belajar secara berkelompok untuk mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi siswa secara cepat dan metode drill untuk melatih kecepatan, ketepatan serta supaya siswa terbiasa untuk menyelesaikan soal-soal matematika. Berdasarkan hasil tryout terakhir diperoleh nilai rerata sebesar 5,20 dengan 12,4% siswa mendapat nilai dibawah 4 serta nilai sign sebesar 0.000 < 0.05. Hal ini bermakna bahwa bimbingan belajar secara berkelompok dan metode drill berpengaruh terhadap nilai tryout matematika Siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari Gunung Kidul Yogyakarta.

Kata Kunci: Matematika, Bimbingan Belajar secara berkelompok, Metode Drill


PENDAHULUAN

Berdasarkan Permendikbud No 97 Tahun 2013 bahwa seorang peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan setelah menyelesaikan seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran, lulus ujian S/M/PK serta lulus Ujian Nasional. Kriteria kelulusan peserta didik untuk Ujian Nasional (UN) SMP/MTs/SMPLB, Program Paket/Wustha adalah Nilai Akhir (NA) setiap mata pelajaran yang diujinasionalkan paling rendah 4,0 dan rata-rata NA untuk semua mata pelajaran paling rendah 5,5 dimana NA merupakan gabungan Nilai S/M/PK dan Nilai UN dengan bobot 40% nilai S/M/PK dan 60% nilai UN. Tuntutan kelulusan peserta didik yang ditentukan oleh peme-rintah ini menuntut pemerintah daerah berupaya melakukan tryout sebelum siswa menghadapi UN. Hal ini juga dilakukan oleh Pemerintah Daerah Yogyakarta dimana mereka menyelenggarakan tryout UN di SMP sebanyak 5 kali sebelum siswa menghadapi UN. Oleh karena itu, pihak sekolah berupaya semaksimal mungkin untuk mempersiapkan peserta didiknya un-tuk menghadapi tryout UN, UN, dan Ujian Sekolah (US). SMP Negeri 2 Gedangsari merupakan salah satu sekolah yang ada di daerah Gunung Kidul. Sekolah ini merupa-kan salah satu sekolah terpencil dimana banyak sekali permasalahan yang dihadapi sekolah ini terutama permasalahan yang terkait dengan UN. Hal ini sesuai dengan hasil pembicaraan dengan kepala sekolah dimana Beliau sangat kesusahan dalam meningkatkan capaian siswa-siswinya. Mata pelajaran yang menjadi rendah capaiannya adalah Matematika dan Bahasa Inggris. Kepala sekolah harus berpikir dan berusaha sangat keras untuk meningkatkan nilai siswa-siswi Kelas IX setidaknya minimal 4.0 sesuai dengan kriteria kelulus-an nilai UN. Adapun hasil tryout UN pertama siswa-siswa kelas IX SMP SMP Negeri 2 Gedangsari sangat rendah dimana adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Hasil Tryout Pertama Mata Pelajaran Matematika

Siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

1.25

1

.3

.5

.5

1.5

2

.5

1.1

1.6

1.75

3

.8

1.6

3.2

2

7

1.9

3.8

7.0

2.25

8

2.2

4.3

11.4

2.5

17

4.6

9.2

20.5

2.75

21

5.7

11.4

31.9

3

17

4.6

9.2

41.1

3.25

28

7.6

15.1

56.2

3.5

18

4.9

9.7

65.9

3.75

11

3.0

5.9

71.9

4

8

2.2

4.3

76.2

4.25

15

4.1

8.1

84.3

4.5

11

3.0

5.9

90.3

4.75

5

1.4

2.7

93.0

5

3

.8

1.6

94.6

5.25

2

.5

1.1

95.7

5.5

3

.8

1.6

97.3

5.75

1

.3

.5

97.8

6.5

1

.3

.5

98.4

6.75

1

.3

.5

98.9

7.25

1

.3

.5

99.5

7.5

1

.3

.5

100.0

Total

185

50.0

100.0

Missing

System

185

50.0

Total

370

100.0

Berdasarkan Tabel 1 diatas tampaklah bahwa nilai hasil tryout siswa kelas IX SMP N 2 Gedangsari berada didalam rentang 1,25 sampai 7,5 dimana mayoritas siswa mendapat nilai 32,5 serta 71,9% mendapat nilai matematika dibawah 40. Untuk hasil perhitungan statistikanya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. Statistika Deskriptif Hasil Tryout Pertama Mata Pelajaran Matematika

Siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari

N

Mean

Median

Mode

Minimum

Maksimum

Standar Deviasi

185

3,4203

3,25

3,25

1,25

7,5

1,02585

Berdasarkan Tabel 2 diatas tampaklah bahwa nilai reratanya adalah 3,4203; nilai yang paling banyak diperoleh siswa adalah 3,25; nilai minimumnya adalah 1,25 dan nilai maksimumnya adalah 7,5. Untuk persebaran masing-masing kelas dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3. Statistika Deskriptif Hasil Tryout Pertama Mata Pelajaran Matematika

masing-masing Kelas IX SMP N 2 Gedangsari

KELAS IX A

KELAS IX B

KELAS IX C

KELAS IX D

KELAS IX E

KELAS IX F

N

Valid

31

30

30

31

32

32

Missing

155

156

156

155

154

154

Mean

3.5806

3.3417

3.4333

3.4839

3.5625

3.0703

Minimum

2.00

1.25

2.50

1.75

1.50

1.75

Maximum

7.50

5.25

6.75

7.25

6.50

4.50

Std. Deviation

1.18916

1.04321

0.82768

1.04070

1.18117

0.82607

Variance

1.414

1.088

0.685

1.083

1.395

0.682

Tampaklah dalam Tabel 3 diatas nilai rerata masing-masing kelas diantara berada diantara 3,07 sampai 3,58. Nilai rerata terendah Kelas IXF dan nilai rerata tertinggi adalah Kelas IXA. Berdasarkan perhitungan statistika deskriptif dan distribusi frekuensi tampaklah bahwa mayoritas siswa kelas IX SMP N 2 Gedangsari belum mendapat nilai diatas 40 dan dinyatakan tidak lulus. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan nilai tryout UN Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah memperbaiki model/strategi/metode/ pendekatan/teknik/ taktik pembelajaran matematika. Hal ini didasarkan pada faktor luar yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah lingkungan sekolah.

Bimbingan belajar secara berkelompok merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya dan dapat membantu guru untuk menganalisis kesulitan yang dihadapi oleh siswa secara intensif. Bimbingan belajar secara berkelompok bertujuan untuk membantu siswa mengaktualisasikan diri mereka sehingga mereke dapat menghadapi kesulitan yang dihadapi dengan kekuatan sendiri dan membangun kepercayaan diri siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Djiwandono (2005:222) yang menyatakan bahwa tujuan dari bimbingan kelompok pada anak adalah membantu anak mengembangkan kekuatan yang berpusat dan mengaktualisasikan diri mereka sehingga mereka dapat menghadapi dengan lebih sukses dengan diri mereka dan lingkungannya. Selain bimbingan belajar secara berkelompok, untuk meningkatkan nilai tryout UN mata pelajaran matematika Siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari dapat digunakan metode drill. Metode drill adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan latihan secara berulang-ulang untuk memperkuat suatu keterampilan. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Sudjana (1991) yang menyatakan bahwa metode drill adalah suatu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan agar menjadi bersifat permanen. Tujuan penggunaan metode drill adalah mengembangkan kecapakan dan keterampilan berhitung, meningkatkan dan mengembangkan daya pikir siswa serta menambah pengetahuan siswa sehingga mereka dapat menguasai materi matematika secara cepat sehingga dapat meningkatkan hasil tryout UN pertama mata pelajaran matematika dan semua siswa dapat dinyatakan lulus UN.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh bimbingan belajar secara berkelompok dan metode drill terhadap nilai tryout matematika siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari Gunung Kidul Yogyakarta tahun ajaran 2013-2014? Untuk tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bimbingan belajar secara berkelompok dan metode drill terhadap nilai tryout matematika siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari Gunung Kidul Yogyakarta tahun ajaran 2013-2014.

KAJIAN TEORI

Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Langkah-langkah bimbingan belajar adalah 1) identifikasi kasus; 2) Identifikasi masalah; 3) Remedial atau Referal (alih tangan kasus); dan 4) Evaluasi dan Follow Up. Pertama, identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga membutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni 1) call them approach, yakni melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan; 2) maintain good relationship yakni menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa; 3) Developing a desire for counseling yakni menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya; 4) melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa; serta 5) melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial. Kedua adalah identifikasi masalah merupakan upaya un-tuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasa-lahan siswa dapat berkenaan dengan aspek: 1) substansialmaterial; 2) struc-turalfungsional; 3) behavioral; dan atau 4) personality. Ketiga adalah Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus). Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembim-bing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembim-bing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten. Keempat adalah evaluasi dan follow up. Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu: 1) berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas; 2) perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan, dan 3) rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya. Sementara itu, beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang telah diberikan, yaitu apabila: 1) siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi; 2) siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi; 3) siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance); 4) siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release); 5) siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya; 6) siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional; serta 7) siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha-usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya. Bimbingan belajar dapat dilakukan secara individual maupun berkelompok (Yudho, 2013).

Bimbingan belajar dapat dilakukan secara berkelompok dan sering disebut sebagai bimbingan kelompok. Latipun (2006:178) menyatakan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk bimbingan dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik (feedback) dan pengalaman belajar. Nurihsan (2006:23) mendefinisikan bimbingan kelompok sebagai bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Lebih lanjut, Natawijaya (1987:32) menyatakan bahwa bimbingan kelompok berfungsi untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri individu dengan dilaksanakan secara kelompok. Pendapat ini sesuai dengan penapat Djiwandono (2005:222) yang menyatakan bahwa tujuan dari bimbingan kelompok pada anak adalah membantu anak mengembangkan kekuatan yang berpusat dan mengatualisasikan diri mereka sehingga mereka dapat menghadapi dengan lebih sukses dengan diri mereka dan lingkungannya. Bimbingan kelompok sangat efektif untuk memperoleh informasi dari individu,untuk menerima dukungan sosial, mengembangkan makna dari permasalahan yang ada, memperoleh keterampilan, dan berperilaku yang adaptif dengan cara mengatasi permasalahan yang ada (Mc Rae & Smith, dalam Roberts, et.al., 2002:427). Dalam bimbingan kelompok, menurut Latipun (2006) terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni 1) jumlah anggota kelompok antara 4-12 siswa; 2) homogenitas kelompok dapat didasarkan pada jenis kelamin, jenis masalah, dan berdasarkan usia; 3) sifat kelompok dapat terbuka yaitu dapat menerima anggota baru dan dapat tertutup jika tidak memungkinkan untuk menerima anggota baru; dan 4) waktu pelaksanaan sangat bergantung pada kompleksitas permasalahan yang dihadapi dalam kelompok tersebut; serta 5) bimbingan kelompok bersifat jangka pendek antara 8-20 pertemuan.

Metode drill menurut Sudjana (1991) adalah suatu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan agar menjadi bersifat permanen. Lebih lanjut, Sudjana (1995) mendefinisikan metode drill sebagai metode pengajaran dengan melatih peserta didik terhadap bahan yang sudah diajarkan atau diberikan agar memiliki ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Tujuan metode drill menurut Armai (2002:175) adalah 1) memiliki keterampilan moroeis/ gerak; 2) mengembangkan kecakapan intelek; 3) memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan; 4) dapat menggunakan daya pikirnya yang makin lama makin bertambang baik karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih baik teratur dan lebih teliti dalam mendorong ingatannya; dan 5) pengetahuan anak didik akan bertambah dari berbagai segi dan anak didik tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih mendalam. Bentuk-bentuk metode drill dapat berupa teknik inquiry (kerja kelompok), discovery (penemuan), micro teaching, modul belajar dan belajar mandiri. Menurut Winarno (1994), Muhaimin (1993), Roestiyah (1994), dan Sudjana (1991) dalam website Tuan Guru (2012) menyatakan bahwa prinsip-prinsip metode drill meliputi 1) sebelum diadakan latihan tertentu, terlebih dahulu siswa harus diberi pengertian yang mendalam; 2) latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersikap diagnostik, yakni a) pada taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi yang sempurna, b) dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang timbul, c) respon yang benar harus diperkuat dan d) baru kemudian diadakan variasi, perkembangan arti dan kontrol; 3) masa latihan secara relatif singkat tetapi harus sering dilakukan; 4) pada waktu latihan harus dilakukan proses essensial; 5) di dalam latihan yang pertama-tama adalah ketepatan, kecepatan dan pada akhirnya kedua-duanya harus dapat tercapai sebagai kesatuan; dan 6) latihan harus memiliki arti dalam rangka tingkah laku yang lebih luas, meliputi a) sebelum melaksanakan siswa perlu mengetahui terlebih dahulu arti latihan itu; b) siswa perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu berguna untuk kehidupan selanjutnya, dan c) siswa perlu mempunyai sikap bahwa latihan-latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan subyek penelitiannya adalah Siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari Gunung Kidul Yogyakarta. Populasi sama dengan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari Gunung Kidul yang terdiri dari 186 siswa dan terbagi dalam 6 kelas. Sampel penelitian merupakan seluru anggota populasi sehingga tekni pengambilan sampel penelitian ini adalah sampling jenuh. Jumlah siswa masing-masing kelas terdiri dari 30-32 siswa. Untuk mengukur ketercapaian dari hasil belajar siswa digunakan nilai tryout matematika yang diselenggarakan sebanyak 5 kali oleh Dinas Pendidikan Yogyakarta.

PEMBAHASAN

Untuk meningkatkan nilai tryout matematika ini, maka dilakukan bimbingan secara berkelompok dan metode drill. Bimbingan secara berkelompok dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa secara cepat dan untuk memberi bantuan secara intensif bagi siswa. Dalam masing-masing kelompok terdiri dari 5-10 siswa. Metode drill digunakan untuk mempercepat siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Metode ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena melatih siswa dengan banyak soal-soal sehingga mereka terampil tatkala menghadapi soal-soal matematika yang diberikan. Untuk tes akhir yang digunakan adalah tryout ke 5. Adapun hasil tryout ini dapat dilihat dalam Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Tryout Terakhir Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

2.75

1

.3

.5

.5

3

3

.8

1.6

2.2

3.25

8

2.2

4.3

6.5

3.5

8

2.2

4.3

10.8

3.75

3

.8

1.6

12.4

4

15

4.1

8.1

20.5

4.25

12

3.2

6.5

27.0

4.5

12

3.2

6.5

33.5

4.75

18

4.9

9.7

43.2

5

13

3.5

7.0

50.3

5.25

16

4.3

8.6

58.9

5.5

18

4.9

9.7

68.6

5.75

5

1.4

2.7

71.4

6

8

2.2

4.3

75.7

6.25

7

1.9

3.8

79.5

6.5

8

2.2

4.3

83.8

6.75

10

2.7

5.4

89.2

7

4

1.1

2.2

91.4

7.25

5

1.4

2.7

94.1

7.5

10

2.7

5.4

99.5

7.75

1

.3

.5

100.0

Total

185

50.0

100.0

Missing

System

185

50.0

Total

370

100.0

Berdasarkan Tabel 4 tampaklah bahwa nilai tryout terakhir berada didalam interval 2,75 sampai 7,75. Siswa yang mendapat nilai dibawah 4 jika dibandingkan dengan Tabel 1 mengalami penurunan sebesar 59,5% sehingga menjadi 12,4%. Selain itu, mayoritas siswa mendapat nilai 4,75 dan 5,5. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 7,75. Untuk nilai matematika yang tertinggi dicapai siswa ini pada tryout terakhir mengalami sedikit peningkatan dibandingkan pada tryout awal tetapi yang terutama adalah banyak siswa yang mendapat nilai dibawah 4 mengalami banyak penurunan. Untuk mempermudah melihat perbandingan ini dapat dilihat dalam Diagram 1 dibawah ini.

Diagram 1. Perbandingan Nilai Tryout Pertama dan Terakhir Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari Gunung Kidul

Tampaklah bahwa tidak terdapat siswa yang mendapat nilai diantara 1-2 tetapi masih terdapat 22 siswa yang mendapat nilai diantara 3-4 atau yang mendapat nilai dibawah 4. Mayoritas siswa mendapat nilai diatas 4. Tampaklah bahwa terdapat perubahan dan peningkatan nilai matematika Siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari Gunung Kidul Yogyakarta. Hasil analisis statistika deskriptif untuk hasil tryout terakhir dapat dilihat dalam tabel berikut ini

Tabel 5. Statistika Deskriptif Nilai Tryout Terakhir Mata Pelajaran Matematika

Siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari Gunung Kidul

N

Valid

185

Missing

185

Mean

5.2027

Median

5.0000

Mode

4.75a

Std. Deviation

1.21085

Variance

1.466

Range

5.00

Minimum

2.75

Maximum

7.75

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Berdasarkan Tabel 5 diatas tampaklah bahwa nilai rerata pada tryout terakhir Siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari adalah 5,2027 dengan nilai minimum yang dicapai siswa adalah 2,75 dan nilai maksimumnya adalah 7,75. Jika dibandingkan dengan Tabel 2 maka tampaklah terdapat peningkatan nilai rerata siswa pada nilai tryout terakhir mata pelajaran matematika Siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari Gunung Kidul. Untuk mengetahi perbedaan ini dapat dilakukan uji beda rerata

Sebelum menggunakan uji beda rerata, dilakukan uji prasyarat yakni uji normalitas data sebagai berikut:

Tabel 6. Uji Normalitas Data Tryout Terakhir Mata Pelajaran Matematika

Siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari Gunung Kidul

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic

df

Sig.

Statistic

df

Sig.

Nilai Tryout Terakhir

.090

185

.001

.971

185

.001

a. Lilliefors Significance Correction

Tampaklah nilai sig. Sebesar 0,001 < 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa datanya tidak berdistribusi normal sehingga dilakukan uji beda rerata non parametrik sebagai berikut

Tabel 7. Uji Perbedaan Nilai Tryout Pertama dan Nilai Tryout Terakhir Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari Gunung Kidul

Nilai Tryout

Mann-Whitney U

4283.000

Wilcoxon W

21488.000

Z

-12.493

Asymp. Sig. (2-tailed)

.000

a. Grouping Variable: Kode Tryout

Berdasarkan Tabe 7 diperoleh nilai sig sebesar 0.000 < 0,05 yang bermakna bahwa terdapat perbedaan nilai tryout pertama dengan nilai tryout terakhir atau dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh bimbingan belajar secara berkelompok dan metode drill terhadap nilai tryout mata pelajaran matematika bagi Siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari Gunung Kidul. Hal ini juga ditunjukkan dari nilai rerata tryout pertama yang hanya mencapai nilai 3,42 dan telah mengalami perubahan pada tryout terakhir yang mencapai 5,20.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian nilai rerata maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh bimbingan belajar secara berkelompok dan metode drill terhadap nilai tryout pada mata pelajaran matematika bagi Siswa Kelas IX SMP N 2 Gedangsari Gunung Kidul. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengujian beda rerata yang dihasilkan yakni sig. sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai rerata yang dicapai sebesar 5,2 ini mengalami peningkatan jika dibandingkan pada nilai rerata tryout pertama yang hanya mencapai 3,43.

DAFTAR PUSTAKA

Armai, Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Intermasa.

Djiwandono, S.E.W. 2005. Konseling dan Terapi Dengan Anak dan Orangtua. Jakarta: Grasindo.

Latipun. 2006. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press

Muhaimin, Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya

Natawidjaya, R. 1987. Pendekatan-pendekatan dalam Penyuluhan Kelompok I. Bandung: CV. Diponegoro.

Nurihsan, Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama

Roberts, S.A., Kiselica, M.S., & Fredrikson, S.A. 2002. Quality of Live of Persons With Medical Illnesses: Counseling’s Holistic Contribution. Journal of Counseling & Development. Vol. 80.

Roestiyah, NK. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara

Sudjana, Nana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Sudjana, Nana. 1995. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Tuan Guru. 2012. Penerapan Metode Drill dalam Pembelajaran. http://www.tuanguru.com/2012/08/penerapan-metode-drill.html

Winarno, Surakhmad. 1994. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito

Yudho, Rizki. 2013. Kesulitan Belajar Siswa dan Bimbingan Belajar melalui Klinik Pembelajaran. http://rizkyyudho13.blogspot.com/2013/05/kesulitan-belajar-siswa-dan-bimbingan.html

 

Purwanti, Isti Yuni. Layanan Bimbingan Kelompok untuk mengurangi Kesulitan Belajar Siswa Sekolah Dasar. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132310877/layanan%20bimbingan%20kelompok.pdf