PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP
HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV
SD NEGERI GUGUS 3 DIPONEGORO KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN 2016/2017
Ria Onis Hartanti,
Setyorini
Pendidikan Guru Sekolah Dasar – FKIP – UKSW Salatiga
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan hasil belajar IPA menggunakan model pembelajaran Team Game Tournament (TGT) dan Numbered Head Together (NHT) Kelas IV SD Negeri Gugus 3 Diponegoro Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2016/2017. Penelitian ini dilakukan di SDN Tempuran 01 dan SDN Tempuran 02. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang menggunakan desain eksperimen semu (quasi eksperimental research). Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4 SDN Tempuran 01 dan seluruh siswa kelas 4 SDN Tempuran 02. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah instrumen lembar observasi dan instrumen tes obyektif pilihan ganda. Teknik analisis data yang dipakai untuk menguji perbedaan skor hasil belajar siswa adalah uji Independent Sample T-test. Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan pengaruh yang signifikan model pembelajaran TGT dan NHT ditinjau dari hasil belajar IPA pada SD Gugus 3 Diponegoro. Hal tersebut dapat dibuktikan setelah dilakukan perhitungan kelompok TGT memperoleh nilai rata-rata sebesar 87,2381 lebih tinggi dari perolehan nilai rata-rata kelompok NHT yang memperoleh nilai85,4737. Hasil perhitungan uji t menggunakan Independent Sample T-test signifikansi 2 tailed pada nilai equal variances assumed 0,023< 0,05 dan equal variances not assumed 0,26 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh pengunaan model pembelajaran terhadap hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2.
Kata kunci: Team Game Tournament, Number Head Together, Pembelajaran IPA
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah proses yang berkelanjutan dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi yang dimiliki.Tujuan pendidikan Nasional akan tercapai secara optimal apabila memiliki kurikulum yang baik. Kurikulum pendidikan yang baik pada prinsipnya menekankan pada kemampuan siswa untuk menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan lingkungan. Penguasaan tersebut akan memudahkan siswa mengembangkan berbagai kemampuannya secara bertahap seperti berpikirkritis, memecah kanmasalah sederhana, serta sanggup dan bersikap mandiri dalam kebersamaan (Depdikbud, 1996: 15). Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memilikil ingkungan kondusif sebagai salah satu tempat belajar. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai akan memberikan pembelajaran yang menyenangkan dan efektif dan bermakna bagi peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di SD Negeri Gugus 3 Diponegoro masih menggunakan atau menerapkan pembelajaran konvensional,dimana proses pembelajaran hanya berpusat pada guru saja. Pembelajaran yang inovatif tertentu sudah diterapkan namun belum dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Maka diperlukan pemilihan model pembelajaran yang tepat sebagai sarana untuk menyampaikan ilmu pengetahuan untuk peserta didik dengan lebih efisien. Model pembelajaran kooperatif bisa digunakan sebagai media alternatif pengajaran di kelas. Banyak tipe model pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif diantaranya Team Game Tournament (TGT) dan Numbered Head Together (NHT). Model Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya yang memunculkan adanya reinforcemen (bertukasinformasi) di dalam kelompok dan mengandung unsure permainan, dimana dalam permainan tersebut terdapat persaingan individu dengan kemampuan yang setara dalam tournament (Slavin,2010). Sedangkan, Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) suatu model pembelajaran yang mendorong siswa untuk meningkatkan kerjasama anatar individu. Tipe ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar ide, pikiran dan mempertimbangkan jawaban yang tepat di dalam kelompok (Lie, 2002:59).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “Apakah ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran Team Game Tgournament (TGT ) terhadap hasil belajar muatan IPA siswa kelas IV SD Negeri Gugus 3 Diponegoro Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Semester II tahun 2016/2017. Dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikasi penggunaan model pembelajaranTeam Game Tournament (TGT) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Gugus 3 Diponegoro Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2016/2017.
KAJIAN TEORI
Pembelajaran IPA SD
Aly dan Eny Rahma (2011:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu melakukan observasi dan eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi,observasi dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan (Ahmad Susanto, 2013:167). Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas disimpulkan bahwa IPA adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari alam meliputi gejala-gejala alam, peristiwa-peristiwa alam dan sebagainya. Pembelajaran IPA disajikan dengan melalui pengamatan atau observasi dan eksperimen sehingga dapat menumnuhkan sikap siswa yang terbuka, jujur, rasa ingin tahu dan sebagainya.
Model Pembelajaran Team Game Tournament (TGT)
TGT merupakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka (Slavin, 2010:210). Menurut Rusman (2012: 224) berpendapat bahwa TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Model pembelajaran TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana peran siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Terdapat tiga penghargaan yang dapat diberikan dalam penghargaan tim. Penghargaan tim dapat dilihat padatabel di bawah ini.
Penghargaan Tim
Kriteria (rata-rata tim) |
Penghargaan |
40 45 50 |
Tim Baik Tim Sangat Baik Tim Super |
Sumber: (Slavin, 2005: 175)
Adapun Taniredja (2011:67-68) menjabarkan komponen-komponen dalam Teams Games Tournament, yaitu:
1. Penyajian Kelas (Class Presentation)
2. Kelompok (Teams)
3. Permainan (Games)
4. Kompetisi/Turnamen (Turnaments)
5. Rekognisi tim/ Penghargaan Kelompok (Teams Recognition)
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Pembelajaran tipe NHT adalah pembelajaran yang mempengaruhi pola interaksi siswa dan menanamkan rasa tanggung jawab siswa dalam mengkaji materi yang diajarkan pada siswa. Teknik ini biasa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik (Lie, 2002:59). Ciri dari NHT adalah dimana siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam kelompok-kelompok kecil. Komalasari (2010:62) mengatakan bahwa NHT merupakan suatu metode pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Sependapat dengan Komalasari, Ahmadi, dkk (2011:59) mengemukakan bahwa NHT adalah suatu pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor suatu kelompok kemudia secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dikembangkan oleh Kagen dalam Lie (2002:60), adalah sebagai berikut:
a. Persiapan, Guru mempersiapakan scenario pembelajaran (SP), Lembar kerja siswa (LKS), yang sesuai dengan pembelajaran NHT.
b. Pembentukan kelompok, Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil yang berisi 3-5 siswa lalu memberikan nomor yang berbeda pada setiap siswa. Pembentukan kelompok merupakan percampuran dari ras, jenis kelamin, suku, kemampuan belajar yaitu berdasarkan nilai tes awal.
c. Siswa dipastikan memiliki buku paket yang digunakan sebagai panduan untuk menyelesaikan masalah setiap kelompok.
d. Diskusi masalah, siswa menerima LKS dari guru lalu berfikir bersama untuk menjawab pertanyaan (bervariasi) dalam kelompok, dan dipastikan setiap anggota kelompok mengetahui pertanyaan dan jawaban yang ada di LKS.
e. Memanggil nomor anggota, pemanggilan salah satu nomor dan pemilik nomor dari masing – masing kelompok menyiapkan jawaban di depan kelas.
f. Memberi kesimpulan, siswa bersama guru menyimpulkan jawaban atas pertanyan – pertanyaan yang berhubungan dengan semua materi di akhir.
Hasil Belajar
Hasil Belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011:22).Sedangkan menurut Gagne (Suprijono, 2012:2) belajar adalah perubahan atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh secara langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah. Kedua pendapat ahli diatas saling berhubungan, yaitu belajar adalah proses perubahan yang menghasilkan kemampuan melalui aktivitas yang dilakukan sehingga menerima pengalaman belajar dan hasil belajar.
Gagne dan Briggs (Suprihatiningrum, 2013:37) berpendapat hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (Learner’s Performance). Terjadinya perubahan perilaku terhadap perilaku maupun kemampuan siswa merupakan hasil dari suatu proses belajar. Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa baik itu perbuatan atau kemampuan yang dapat diamati dan diukur setelah siswa mengalami proses pembelajaran dan menerima pengalaman belajar yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan desain eksperimen semu (quasi eksperimental research). Eksperimen semu adalah bentuk pengembangan dari eksperimen murni yang sulit untuk dilaksanakan penelitian eksperimen semu ini dilakukan karena faktanya sulit mendapatkan kelompok control yang digunakan untuk penelitian-penelitian Sugiyono (2016: 114). Sedangkan desain eksperimen dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design, desain ini hampir sama dengan Pretest-postest Control Group Design, hanya saja desain ini eksperimen 1 dan eksperimen 2 tidak dipilih secara acak (Sugiyono, 2010:116). Subyek yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari siswa kelas IV SDN Tempuran 01 dan siswa kelas IV SDN Tempuran 02. Kedua SD yang digunakan dalam penelitian ini mewakili SD Negeri di Gugus 3 Diponegoro Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang semester II tahun ajaran 2016/2017. Dalam penelitian ini siswa kelas IV SDN Tempuran 01 digunakan dalam penelitian sebagai kelas eksperimen 1 dan SDN Tempuran 02 sebagai kelas eksperimen 2.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi guru dan siswa yang diisi pada saat pembelajaran dilaksanakan. Selain itu penelitian ini juga menggunakan tes objektif pilihan ganda untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA setelah mengalami proses pembelajaran. Soal tes yang digunakan nantinya digunakan sebagai pretest dan posttest dalam pembelajaran. Pembuatan kisi-kisi ini berdasarkan SK dan KD yang digunakan dalam penelitian. Peneliti sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji instrumen pretest dan posttest untuk mengetahui apakah instrumen yang akan diujikan sudah cermat dalam mengukur apa yang harus diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas, reliabilitas, dan uji tingkat kesukaran butir soal. Selanjutnya data-data yang terkumpul dari hasil pretest dan posttest pada kelas eksperimen 1 dan 2 dilakukan pengujian perbedaan rata-rata. Pengujian perbedaan rata-rata dilakukan dengan bantuan SPSS 20, yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan model pembelajaran TGT dan model pembelajaran NHT terhadap hasil belajar mata pelajaran IPA. Namun uji perbedaan rata-rata ini dilakukan setelah data yang akan digunakan memenuhi uji prasyarat terlebih dahulu. Uji prasyarat meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Kedua uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah keadaan dari kedua kelompok eksperimen berdistribusi normal dan homogeny atau tidak.
Setelah melakukan pengujian normalitas dan homogenitas, jika data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka langkah terakhir adalah melakukan pengujian hipotesis yaitu dengan melakukan uji perbedaan rata-rata pada hasil belajar. Teknik analisis data yang tergantung pada desain eksperimen yang digunakan. Karena desain eksperimen klasik yang digunakan, maka analisis data menggunakan independent sample t-tes.Independent sample t-tes digunakan untuk mengukur apakah ada perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil Implementasi Pembelajaran IPA Menggunakan Model TGT sebagai Kelompok Eksperimen 1 dan Model NHT sebagai Kelompok EKsperimen 2
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh paparan secara keseluruhan hasil belajar kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 berikut ini:
Tabel Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2
Tahappengukuran |
Rerata skor (mean) kelompok |
Keteranganselisihskor |
|
Eksperimen 1 |
Eksperimen 2 |
||
Pretest Posttest |
75 87,23 |
73 85,47 |
2 1,76 |
Selisih rata-rata nilai pretest antara kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 yaitu 2. Rata-rata nilai pretest kelompok eksperimen 1 lebih banyak 2 dari pada rata-rata nilai pretest kelompok eksperimen 2. Untuk rata-rata nilai posttest, kelompok eksperimen 1 juga memiliki rata-rata yang lebih tinggi dari kelompok eksperimen 2. Kelompok eksperimen 1 unggul sebanyak 1,76 dari kelompok eksperimen 2. Pada kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2, antara rata-rata nilai pretest ke rata-rata nilai posttest sama-sama mengalami peningkatan. Peningkatan dari nilai pretest ke nilai posttest pada kelompok eksperimen 1 sebesar 12,1905. Kelompok eksperimen 2 mempunyai peningkatan sebesar 12,8421. Berikut adalah grafik yang akan menggambarkan komparasi hasil pengukuran dari kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 yang dilihat dari nilai pretest dan posttest.
Hasil Uji Perbedaan Rerata Hasil Belajar IPA Menggunakan Model TGT dan NHT
Berikut adalah tabel hasil uji hipotesis dengan teknik Independent Sample T-test menggunakan SPSS 20.
Hasil Uji Independent Sample T-test SPSS 20
Group Statistics |
|||||
|
Kelompok |
N |
Mean |
Std. Deviation |
Std. Error Mean |
NIlai |
Kelompok TGT |
21 |
87.2381 |
5.30947 |
1.15862 |
Kelompok NHT |
19 |
85.4737 |
5.84398 |
1.34070 |
Independent Samples Test |
||||||||||
|
Levene’s Test for Equality of Variances |
t-test for Equality of Means |
||||||||
F |
Sig. |
t |
df |
Sig. (2-tailed) |
Mean Difference |
Std. Error Difference |
95% Confidence Interval of the Difference |
|||
Lower |
Upper |
|||||||||
NIlai |
Equal variances assumed |
.651 |
.425 |
1.001 |
38 |
.023 |
1.76441 |
1.76330 |
-1.80519 |
5.33402 |
Equal variances not assumed |
|
|
.996 |
36.569 |
.026 |
1.76441 |
1.77197 |
-1.82737 |
5.35619 |
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kelompok TGT memperoleh std.deviation sebesar 5,30947 dan std.deviation kelompok NHT sebesar 5,84398. Hasil perhitungan uji t menggunakan Independent Sample T-test signifikansi 2 tailed pada nilai equal variances assumed 0,023< 0,05,maka diketahui Ho ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat perbedaan pengaruh penggunaan yang signifikan hasil belaja IPA anatara kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2. Hasil belajar IPA menggunakan model pembelajaran TGT menunjukkan nilai rata-rata 87.2381 lebih tinggi daripada menggunakan model pembelajaran NHT yang memiliki nili rata-rata 85.4737.Jadi dapat disimpulkan, setelah diberi perlakuan yang berbeda terdapat perbedaan pengaruh hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2.
Pembahasan Penelitian
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara hasil belajar IPA menggunakan model TGT dan NHT. Model TGT adalah model yang digunakan pada pembelajaran di kelas eksperimen 1 sedangkan model NHT adalah model pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen 2. Perbedaan signifikan hasil belajar IPA menggunakan model TGT dan NHT ditunjukkan oleh hasil uji perbedaan rata-rata. Uji t digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata dua sampel yang berhubungan atau berpasangan yang disebut Independent Sample T-test. Melalui perhitungan uji t dengan bantuan SPSS 20 akan diperoleh besarnya signifikansi perbedaan rata-rata dua kelompok sampel yang saling berhubungan. Hasil perhitungan uji t menggunakan Independent Sample T-test signifikansi 2 tailed pada nilai equal variances assumed 0,023 < 0,05 dan equal variances not assumed 0,26 < 0,05. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA menggunakan model TGT dan NHT.
Hasil pretest antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 tidaklah jauh berbeda.Nilai rata-rata pretest pada kelas eksperimen 1 yang menggunakan model TGT adalah 75, sedangkan nilai rata-rata pretest pada kelas eksperimen 2 yang menggunakan model NHT adalah 73.Pembelajaran dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan atau dua kali 3 x 35 menit.Setelah dilaksanakan pembelajaran selama 2 kali pertemuan, dilaksanakanlah posttest.Hasil posttest kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen 1 maupun kelompok eksperimen 2 sama-sama lebih bagus jika dibandingkan dengan hasil pretest.Peningkatan dari nilai pretest ke nilai posttest pada kelompok eksperimen 1 sebesar 12,1905. Kelompok eksperimen 2 mempunyai peningkatan sebesar 12,8421.Hasil pengujian hipotesis menggunakan teknik Independent Sample T-test ditunjukan signifikansi 2 tailed 0,023 < 0,005 dan 0,26 < 0,05. Berdasarkan uji hipotesis tersebut, berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan ditolaknya Ho dan diterimanya Ha berarti ada perbedaan pengaruh hasil belajar IPA yang signifikan menggunakan model TGT dan NHT pada siswa kelas IV SD di Gugus 3 Diponegoro.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Palupi Sayekti dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Koopertif Tipe NHT (Number Head Together) terhadap hasil Belajar dan Keaktifan Siswa pada Mata Pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Dadapayam 02 Kecamatan Suruh Kabupaten semarang Semester II Tahun Ajaran 2013/2014â€. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran Numbered Head Together berpengaruh pada hasil belajar dan keaktifan siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Christiana pada tahun 2014 dengan judul “Ekperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan TPS dengan Penggunaan Media Kartu domino Matematika (Domat) pada Materi Bilangan Romawi terhadap hasil belajar siswa Kelas IV SD Gugus Gajah Mungkur Kabupaten Semarangâ€. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika yang diperoleh siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dilengkapi kartu domino lebih baik dibandingkan menggunakan model TPS dilingkapi kartu domino.Dalam penelitian ini terdapat Pengaruh Pengunaan Model Team Game Tournament (TGT) dan Numbered Head Together (NHT) dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Gugus 3 Diponegoro Kecamatan Bringi Kabupaten Semarang Semester II tahun 2016/2017. Dan menunjukan bahwa hasil belajar IPA menggunakan model pembelajaran TGT lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran NHT. Rata-rata hasil belajar IPA kelompok eksperimen 1 sebesar 87,23 dan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen 2 sebesar 85,. Jadi terdapat perbedaan selisih rata-rata 1,76.
PENUTUP
Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka Pengaruh Penggunaan Model Team Game Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Gugus 3 Diponegoro Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Semester II tahun 2016/2017, terbukti. Hasil perhitungan uji t menggunakan Independent Sample T-test diperoleh signifikansi 2 tailed pada nilai equal variances assumed 0,023 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2.Hasil perlakuan juga menunjukan bahwa hasil belajar IPA menggunakan model pembelajaran TGT lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran NHT. Hal tersebut dapat dibuktikan setelah dilakukan perhitungan kelompok TGT memperoleh nilai rata-rata sebesar 87,2381 lebih tinggi dari perolehan nilai rata-rata kelompok NHT yang memperoleh nilai85,4737. Jadi terdapat perbedaan pengaruh pengunaan model pembelajaran dan selisih rata-rata 1,76yang berarti penggunaan model pembelajaran TGT lebih efektif digunakan dalam pembelajaran daripada model pembelajaran NHT.
Setelah penelitian ini dapat dikatakan berhasil dan membuktikan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV di SD Negeri Gugus 3 Diponegoro lebih baik apabila pada pembelajaran menggunakan model pembelajaran TGT, maka peneliti memberikan saran yaitu bagi Guru: Perlunya penggunaan TGT dalam pembelajaran tematik untuk segera disosialisasikan secara lebih luas kepada para guru, para guru perlu memiliki keterampilan sebagai bekal untuk menciptakan strategi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, perlu ditingkatkan sehingga guru dapat meningkatkan kemampuan profesionalismenya dalam penyampain materi. Bagi Siswa: Siswa diharapkan lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dengan TGT, pendekatan dan metode pembelajaran yang baik terhadap pembelajaran tematik dapat terlihat, tetapi kreatifitas dan keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan. Bagi Sekolah:Perlunya mengembangkan baik potensi guru maupun potensi siswa untuk mengembangkan kualitas pembelajaran yang dilakukan.dan bagi Peneliti lain:Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih luas sebagai pengembangan dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2013. Teori Belajar Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia.
Aly dan Rahma. 2011. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Lie, Anita. 2002.Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Slavin, Robert E, 2010.Cooperative Learning, Riset, dan Praktik. Terjemahan Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media.
Sudjana,N. 2011. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2016.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasinya.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Â
Taniredja, Tukiran, dkk. 2011. Model-model Pengembangan Inovatif. Bandung: Alfabeta.