Pengaruh Penerapan Metode Hypnoteaching Terhadap Motivasi Belajar Siswa
PENGARUH PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA
DALAM PEMBELAJARAN PENJAS DI SMP N 14 SEMARANG
Prabawati Hendra Rukmana1)
Ibnu Fatkhu Royana2)
Maftukin Hudah 3)
1) Mahasiswa PJKR, Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial dan Keolahragaan, Universitas PGRI Semarang
2) 3) Dosen Universitas PGRI Semarang
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah berdasarkan hasil obervasi dan wawancara yang dilakukan di SMP Negeri 14 Semarang ketika pembelajaran penjaskes kelas VIII. Pada observasi tersebut ditemukan bahwa dalam pembelajaran penjas terkesan belum efektif. Hal ini dikarenakan siswa sering berbicara sendiri dan tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh gurunya.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengharuh penerapan metode hypnoteaching terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran di SMP Negeri 14 Semarang. Penelitian ini merupakan eksperimen semu dengan metode penelitian menggunakan design posttest only control design group. teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling purposive. Kriteria yang dinilai untuk mendapatkan sampel adalah kelas yang memiliki jam pelajaran ke – 4 dan hasil angket observasi yang masih rendah. Maka sampel yang didapat dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII E dan siswa kelas VIII H SMP Negeri 14 Semarang. Setelah itu kelompok eksperimen di berikan perlakuan dan kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan. Berdasarkan hasil angket terdapat pengaruh metode hypnoteaching terhadap motivasi belajar siswa, hal tersebutk dapat dijelaskan bahwa pada kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional, skor tertinggi adalah 81 dan skor terendah adalah 64 dengan nilai rata – rata 72,75. Pada kelas eksperimen yang menggunakan metode hypnoteaching memiliki skor tertinggi 85,5 dan skor terendah adalah 68,5 dengan nilai rata – rata 75,5. Pembelajaran dengan menggunakan metode hypnoteaching memilki rata – rata motivasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan metode hypnoteaching pada pembelajaran penjas di SMP Negeri 14 Semarang. Bagi guru penjas dapat disarankan agar model pembelajaran hypnoteaching dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran alternatif untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran agar siswa semangat dalam mengikuti pembelajaran.
Kata kunci: Pembelajaran, Pendidikan Jasmani, Metode Pembelajaran, Hypnoteaching, Motivasi Belajar.
PENDAHULUAN
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan hidup aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani (Depdiknas 2003: 2). Peneliti melakukan observasi yang dilaksanakan pada 13 Maret 2019, di SMP Negeri 14 Semarang. Observasi ini dilakukan pada pembelajaran permainan bola besar kelas VIII, pada observasi tersebut ditemukan bahwa dalam pembelajaran penjas terkesan belum efektif. Hal ini dikarenakan siswa sering berbicara sendiri dan tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh gurunya.
Pembelajaran efektif adalah sebuah proses perubahan seseorang dalam kognitif, tingkah laku dan psikomotor dan hasil pembelajaran yang ia dapatkan dari pengalaman dirinya dan dari lingkunganya yang membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu. (Yusuf, 2017). Berdasarkan hasil observasi di sekolah SMP N 14 Semarang, kurang terlaksananya pembelajaran pendidikan jasmani diyakini banyak faktor yang mempengaruhinya yang satu sama lain saling berkaitan. Namun demikian, kurang seriusnya anak dalam mengikuti pembelajaran dikarenakan pembelajaran yang diberikan tidak dapat memotivasi anak belajar dan cenderung lebih membosankan.
Motivasi dan metode mengajar yang baru sangat penting agar siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Motivasi adalah keseluruhan dorongan, keinginan, kebutuan, dan daya yang sejenis yang menggerakkan perilaku seseorang (Wahab, 2015).
KAJIAN TEORI
Pendidikan jamani merupakan suatu proses pembelajaran di dalam pendidikan yang dilakukan disetiap jenjang pendidikan dengan memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk mencapai kesehatan fisik dan emosionalnya beserta mengembangkan ketrampilan didalamnya. Pendidikan Jasmani dan Olahraga merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya harus diarahkan dalam capaian tujuan tersebut. Tujuan dari pendidikan jasmani bukanlah aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalui aktivitas jasmani. Pemahaman tentang tujuan pendidikan jasmani akan dapat membantu guru pendidikan jasmani mengetahui lebih baik apa yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan jasmani harus serasi dengan tujuan pendidikan, karena pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan. Tujuan pendidikan jasmani sendiri adalah:
- Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
- Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai ketrampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam segala kegiatan jasmani.
- Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
- Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok ataupun perorangan.
- Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan ketrampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
- Menkmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga. (Husdarta, 2009)
Motivasi merupakan suatu proses yang memiliki dorongan atau motif baik dari dalam diri ataupun dari luar yang dapat mengubah tingkah laku dan menggerakkan seseorang untuk melakukan seseuatu. Menurut rohmalina wahab (2015: 131). Fungsi dari motivasi belajar adalah sebagai berikut: a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan, pada mulanya anak didik tidak memiliki hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang akan dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan dipelajari. Sesuatu yang belum tahu tersebut akhirnya mendorong anak untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong kearah sejumlah dalam belajar. b) Motivasi sebagai penggerak dalam perbuatan. Dorongan pskilogis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung yang kemduian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisis. c) Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang harus diabaikan. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuanb elajar yang akan dicapainya.
Hypnoteaching ini merupakan metode pembelajaran kreatif, unik, sekaligus imajinatif. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, para anak didik sudah dikondisikan untuk siap belajar. Dengan demikian, anak didik mengikuti pembelajaran dalam kondisi yang segar dan siap untuk menerima materi pelajaran (Maulidia Tifani Alfin, 2019).
Hypnoteaching merupakan suatu metode pembelajaran dimana dalam metode tersebut guru dituntut untuk dapat menghipnosis siswanya dengan cara dan trik yang kreatif untuk menyiapkan kondisi mental siswa yang bagus dalam pembelajaran.
Untuk mempersiapkan hal-hal tersebut, tentu guru dituntut stabil baik secara psikologis, maupun secara psikis, akhirnya mempunyai kesiapan yang penuh dalam mengajar para anak didiknya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian pra ekperimen atau ekperimen semu. Metode penelitian yang digunakan ialah metode eksperimen dengan desain pretest – posttest only control design group dalam penelitian ini terdapat kelompok yang masing-masing dipilih secara random. Kelompok pertama yang diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak diberi (Sugiyono, 2015:112)
Dengan desain penelitian pretest-posttest control grup design. Penelitian dilakukan di Tempat penelitian dilakukan di SMP Negeri 14 Semarang pada bulan Agustus sampai September 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 14 Semarang tahun ajaran 2019/2020 yang terdiri dari 7 kelas yang berjumlah 205 siswa. Populasi penelitian ini seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 14 Semarang kemudian diambil sampel menggunakan teknik sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kriteria yang dinilai untuk mendapatkan sampel adalah kelas yang memiliki jam pelajaran ke 4 dan hasil angket observasi yang masih rendah. Maka sampel yang didapat dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII E dan siswa VIII H SMP N 14 Semarang. Teknik untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah menggunakan kuesioner (angket). digunakan untuk membandingkan skor sebelum atau sesudah diberikan perlakuan apakah mengalami peningkatan atau tidak. Instrumen yang digunakan adalah sebuah pernyataan, hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas. Dari 52 item pernyataan terdapat 40 item pernyataan yang valid. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari data awal dan data akhir. Analisis data awal dapat dilihat dari pretest sebelum diberi perlakuan kelompok dengan metode hypnoteaching sudah dinormalitaskan dengan menggunakan Shapiro – Wilk. Kemudian untuk mengetahui pengaruh metode hypnoteaching dengan digunakan hipotesis Uji t dan Uji-t.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
- Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah semua variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan rumus Shapiro – Wilk dalam perhitungan menggunakan program SPSS 17.00. untuk mengetahu normal tidaknya adalah jika nilai sig > 0,05 maka normal dan jika nilai sig < 0,05 dapat dikatakan tidak normal. Hasil perhitungan diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Normalitas
No | Kelompok | Nilai sig | Kesimpulan |
1. | Posttest kelas control | 0,724 | Berdistribusi normal |
2. | Posttest kelas eksperimen | 0,099 | Berdistribusi normal |
- Uji homogenitas
Setelah diketahui tingkat kenormalan data, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas digunakan untuk memngetahui tingkat kesaman varians antar dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk menerima dan menolak hipotesis dengan membandingkan harga sig pada levene’s statistic dengan 0,05 (sig>0,05). Hasil uji homogenitas dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Kelas | Nilai sig | Keterangan |
Pretest | 0,613 | Homogen |
Posttest | 0,663 | Homogen |
Hasil uji homogenitas variabel penelitian diketahu nilai sig pretest 0,613 dan nilai sig posttest 0,663. Dari hasil perhitungan harga signifikansi data pretest maupun posttest lebih besar dari 0,05,maka dapat dismpulkan bahwa dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen,
- Uji t
Analisis independent-sample t test terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan hasil motivasi belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kesimpulan penelitian dinyatakan apabila nilai signifikansi > 0,05. Adapun ringkasan dari uji t kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10 Hasil Uji Independent – Sample t kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas | Rata – rata | Nilai sig |
kontrol | 72,75 | 0,032 |
Eksperimen | 75,5 |
Ringkasan uji t kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat diketahui bahwa nilai rata – rata kelas kontrol adalah 72,75 dan kelas eksperimen sebesar 75,5, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai rata – rata hasil motivasi belajar kelas eksperimen lebih 2,75 dari kelas kontrol. Dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,032 < 0,05.dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian maka terdapat pengaruh penerapan metode hypnoteaching terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran penjas di SMP N 14 Semarang.
PENUTUP
Uji hipotesis yang dilakukan di kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam uji hipotesis tersebut didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,032 > 0,05, yang artinya Ha diterima dan Ho ditolak.
Setelah dilakukan uji analisis data melalui uji – t, maka didapat pembahasan mengenai pengaruh penerapan metode hypnoteaching terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran penjas di SMP Negeri 14 Semarang sebagai berikut: 1) Pada kelas kontrol tidak terjadi peningkatan yang signifikan pada motivasi belajar siswa dikarenakan pada kelas tersebut memang tidak treatment apapun. Metode pembelajaran yang digunakan pun sama seperti yang biasa digunakan oleh guru penjas. 2) Pada kelas hypnoteaching terdapat perubahan yakni hanya 4,84 persen. Berdasarkan pengamatan pada setiap proses pembelajaran, dengan diberikan permainan yang mengasah konsentrasi pada awal pembelajaran membuat siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Permainan pemanasan juga menambah semangat dalam mereka mengikuti pembelajaran penjas daripada pemanasan seperti biasa. Namun siswa sedikit merasa canggung ketika guru memberikan pujian, dikarenakan perubahan sifat guru yang mendadak, sehingga membuat siswa menjadi tidak nyaman. Waktu yang terlalu pendek membuat guru kurang terbiasa dalam menggunakan metode ini.
Berdasarkan penjelasan dari pengamatan selama proses pemebelajaran berlangsung tersebut, ternyata hasilnya sesuai dengan teori oleh Yustisia dalam bukunya yang berjudul Hypnoteaching Seni Ajar Mengeksplorasi Otak Peserta Didik. Dengan demikian dapat dismpulkan bahwa terdapat Pengaruh Penerapan Metode Hypnoteaching pada Pembelajaran Penjas Di SMP Negeri 14 Semarang.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas VIII SMP N 14 Semarang pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020, maka penulis perlu menyampaikan saran sebagai berikut:
- Bagi guru penjas dapat disarankan agar model pembelajaran hypnoteaching dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran alternatif untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran agar siswa semangat dalam mengikuti pembelajaran.
- Manajemen waktu dalam proses pembelajaran perlu diperhatikan sehingga tercipta pembelajaran yang efektif.
- Sarana pembelajaran yang memadai dapat membantu proses pembelajaran menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, S. Y. (2016). Peran Pendidikan Jasmani dan Olahraga pada Lembaga Pendidikan di Indonesia. Jurnal Publikasi Pendidikan, 156 – 166
Enrico Isworo, F. S. (2012). Peningkatan Motivasi Belajar Fisika Dengan Metode Hypnoteaching pada Siswa SMA N 1 Bojong Tahun Pelajaran 2012/2013. Radiasi, 11-13.
Hanif, M. (2017). Pengaruh Pendekatan Hypnoteaching Terhadap Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas VB MIN 1 Bantul Tahun Ajaran 2017/2018. Journal Ilmu Tarbiyah, 1-2.
Hardiana, M. T. (2018). Pengaruh Teknik Hypnoteaching Terhadap Kemampuan Menyusun Teks Cerpen Siswa Kelas VII SMP. Jurnal Pendidikan Edutama, 19 – 30.
Hudah, M. (2016). Pengaruh Penerapan Hypnoteaching terhadap Kemampuan Renang Gaya Dada Mahasiswa Semester 3 Pjkr Upgris 2016/2017. Jendela olahraga, 161 – 178.
Husdarta, H. (2009). Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta.
Noer, M. (2010). Hypnoteaching for Success Learning. Yogyakarta: PT Bintang Pustaka Abadi.
Qori, R. (2017). Penerapan Metode Hypnoteaching Untuk Melihat Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Trigonometri Kelas X.. Jurnal Pendidikan Matematika, 21 – 31.