PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII

PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK NAZARETH

 

Sukianto

Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi di SD Kanaan Jakarta Pusat

 

ABSTRAK

Motivasi belajar yang ditanamkan oleh orang tua terhadap anak-anak mereka haruslah dimulai dari mereka menginjak bangku sekolah. Berbagai cara yang dilakukan oleh para orang dapat dilakukan. Orang tua sebagai figur bagi anak-anak mereka dapat dijadikan panutan bagi anak-anak mereka. Salah satunya adalah tingkat pendidikan yang dimiliki oleh orang tua mereka. Setiap anak memiliki kemampuan dan inteligensi yang berbeda dan mata pelajaran yang berbeda. Kurangnya motivasi dalam hal berwirausaha membuat penulis ingin membuat serta mendorong kepada siswa SMK lebih tertarik dalam berwirausaha. Melalui Tingkat Pendidikan Orang Tua diharapkan dapat menjadi tolak ukur bagi anak-anak mereka.

Kata Kunci: Orang tua, Siswa / Anak, Sekolah, dan Guru

 

Latar Belakang

 Dalam suatu proses belajar mengajar diperlukan suatu usaha dan upaya dalam mendapatkan suatu hasil yang maksimal. Usaha yang telah dilakukan tanpa adanya wujud yang nyata pada diri seseorang tidaklah akan berguna sama sekali. Keberhasilan proses pembelajaran merupakan muara dari seluruh aktivitas yang dilakukan pada semua komponen baik dari dalam lingkungan Sekolah maupun maupun dari luar lingkungan Sekolah. Seluruh aktivitas yang ada dalam komponen tersebut meliputi guru, siswa, dan orang tua.

 Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi–potensi kemanusiaannya. Ibarat biji semangka yang akan ditanam bagaimanapun wujudnya, pasti menjadi pohon semangka dan bukannya menjadi pohon mangga. Manusia memiliki ciri khas yang secara mendasar berbeda dari hewan. Manusia memiliki akal budi yang dapat digunakan dengan baik sehingga dapat berguna bagi diri sendiri dan orang lain, melalui Pendidikan inilah akal budi tersebut dikembangkan.

 Seseorang yang memiliki integritas dan dedikasi yang tinggi belumlah menjadi salah satu tolak ukur bagi keberhasilan seseorang. Berbagai penunjang telah diberikan bagi peserta didik dalam kelancaran proses belajar mengajar dan segala fasilitas yang ada dalam kemajuan dalam proses belajar mengajar yang telah diberikan.

 Tujuan Pendidikan memuat gambaran tentang nilai–nilai kehidupan seperti nilai luhur, pantas, benar, dan indah untuk kemajuan, karena itu untuk mencapai tujuan tersebut maka harus dipahami sifat hakikat manusia yang sesungguhnya.Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri–ciri karakteristik, yang secara prinsipil. Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan.

 Pada umumnya landasan psikologis dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang proses perkembangan dan proses belajar. Pemahaman peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan.

 Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting di antara komponen–komponen pendidikan lainnya. Dapat dikatakan bahwa segenap komponen dari seluruh kegiatan pendidikan yang ada dilakukan semata–mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tujuan tersebut. Dengan demikian maka kegiatan–kegiatan yang tidak sesuai atau yang tidak relevan dengan tujuan tersebut dianggap menyimpang, tidak fungsional, bahkan salah, sehingga harus dicegah terjadinya kesalahpahaman dengan memberikan penjelasan yang sesuai dengan prosedur yang ada.

 Di sini terlihat bahwa tujuan pendidikan itu bersifat normatif, yaitu dapat mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi tidak bertolak belakang atau bertentangan dengan hakikat perkembangan pendidikan yang sesungguhnya. Sehubungan dengan fungsi tujuan yang demikian penting itu, maka menjadi keharusan bagi seseorang atau sekelompok orang berada dalam lingkup pendidikan untuk memahaminya agar dapat berjalan dengan baik. Kekurang pahaman pendidik terhadap tujuan pendidikan menimbulkan kesalahan di dalam melaksanakan pendidikan yang telah ada.

 Pendidikan yang dimiliki oleh seseorang juga merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam mendorong seseorang untuk lebih dapat mengembangkan minat yang dimiliki oleh seseorang dalam hal belajar tentang sesuatu. Minat atau motivasi seseorang bisa berasal dari diri sendiri ataupun berasal dari nasehat maupun dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah.

 Manusia dilahirkan dengan sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi dan potensi yang harus dikembangkan. Dalam upaya memenuhi kebutuhan itu maka manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi dengan lingkungannya itu akan menyebabkan manusia mengembangkan kemampuan setiap individu melalui proses belajar. Semakin kuat motif sebagai upaya pemenuhan kebutuhan itu, semakin kuat pula proses belajar yang terjadi, dan pada gilirannya, akan semakin tinggi hasil belajar yang dapat dicapainya.

 Motivasi merupakan tenaga dari dalam diri individu atau manusia yang mendorongnya untuk bertindak, serta proses yang berlangsung dalam diri seseorang untuk bertindak.

  Motivasi menyangkut reaksi berantai yaitu dimulai dari keinginan yang dirasakan, lalu timbul keinginan yang hendak dicapai. Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar yaitu motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.

 Motivasi sangat krusial dalam belajar dan pembelajaran, akan tetapi motivasi belajar tersebut juga dipengaruhi oleh kemampuan pembelajaran siswa yang berbeda. Seseorang yang mempunyai kemampuan yang rendah sangatlah sulit untuk menyerupai orang yang berkemampuan tinggi, begitu pula sebaliknya. Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang sangat tinggi seperti: tertarik kepada guru dan mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru, serta yang terpenting adalah selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali.

 Dalam setiap usaha atau kegiatan siswa dimana dan kapan saja, tak selamanya menempuh jalan mulus seperti yang diharapkan. Di satu sisi, mereka mengharapkan kesuksesan gemilang, namun di sisi lain harapan manusia selalu menemukan hambatan–hambatan. Untuk itu, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru guna meningkatkan motivasi belajar siswa, seperti mengoptimalkan penerapan prinsip–prinsip belajar dan unsur–unsur dinamis pembelajaran dan mengembangkan aspirasi dalam belajar.

 Ketika rendahnya motivasi sudah menjadi permasalahan yang serius maka peran orang tua di rumah sangat penting selain peran guru. Kerja sama di antara guru dan orang tua harus segera dilakukan diantaranya adalah seperti mengindentifikasi masalah yang terjadi pada siswa, memberikan perlakuan yang tepat terhadap anak yang sedang mengalami masalah, maka orang tua dan guru harus memiliki komitmen yang tinggi untuk tidak menambah beban mereka dengan menyalahkan, mencemooh anak–anak.

 Seorang siswa dapat termotivasi dengan melihat teladan yang ada pada orang–orang yang terdekatnya yaitu orang tua. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi juga dapat menjadi motivasi bagi anaknya. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua menjadi salah satu tolak ukur bagi keberhasilan anaknya. Berbagai cara yang telah dilakukan oleh orang tua dalam memotivasi belajar anaknya seperti memberikan dorongan yang kuat dan nasehat serta tingkat pendidikan orang tua yang sudah mendapat gelar sarjana dan lain sebagainya. Tapi pada kenyataannya dapat dijumpai bahwa tingkat pendidikan orang tua bukanlah merupakan tolak ukur dari tingginya tingkat pendidikan anaknya, ini terlihat dari orang tua yang pendidikanya rendah tetapi prestasi anaknya lebih baik.

 Tingkatan pendidikan formal orang tua pada Sekolah Menengah Kejuruan Nazaret sangat bervariasi. Tingkatan pendidikan formal orang tua mulai dari SD, SLTP, SLTA, Diploma sampai Sarjana terdapat pada Sekolah Menengah Kejuruan Nazaret. Dalam keluarga pada masyarakat yang belum maju, orang tua merupakan sumber pengetahuan dan keterampilan yang diwariskan atau diajarkan kepada anak–anaknya. Dalam keluarga semacam ini orang tua memegang otoritas sepenuhnya.

 Sebagian besar orang tua yang memiliki anggapan bahwa yang terpenting pendidikan anaklah yang harus memiliki jenjang yang tinggi sedangkan orang tua tidak perlu. Pemikiran dan anggapan seperti itu sudah dianggap terlalu kuno dan kaku. Seharusnya mereka sebagai orang tua tidak mempunyai pemikiran dan anggapan seperti itu. Keadaan inilah yang menjadi salah satu penyebab kurangnya motivasi belajar siswa. Segala perubahan dan perkembangan zaman yang begitu pesat, pemikiran dan anggapan yang seperti itu sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman karena pendidikan yang tinggi sangat penting untuk masa depan dan dapat dirasakan hasilnya secara langsung.

 Pendidikan tinggi juga dapat berfungsi sebagai jembatan antara pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional dengan perkembangan Internasional. Seseorang yang mempunyai pendidikan yang tinggi juga dapat memberikan dorongan kepada seseorang yang belum memiliki pendidikan yang cukup. Dengan pendidikan yang tinggi yang telah dicapai oleh seorang siswa akan menjadi optimal jika memiliki motivasi yang baik.

 Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Untuk menumbuhkan perhatian dibutuhkan adanya motivasi. Dalam melakukan aktivitas belajar, siswa diharapkan dapat terdorong oleh motivasi dari dirinya sendiri, karena hal itu menjadi pertanda telah tumbuhnya kesadaran dari dalam diri siswa untuk belajar dengan lebih sungguh–sungguh.

PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN

 Menurut Joseph Schumpeter (2004:1) menyatakan bahwa, “Entrepreneur as the person who destroys the existing economic order by introducing new products and services, by creating new forms of organization, or by exploiting new raw materials.“

 Jadi menurut Joseph Schumpeter Enterpreneur atau Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru.

 Bagi Schumpeter, seorang enterpreneur tidak selalu seorang pedagang (businessman) atau seorang manager; ia (entrepreneur) adalah orang yang unik yang berpembawaan pengambil resiko dan yang memperkenalkan produk-produk inovatif dan teknologi baru ke dalam perekonomian. Schumpeter membedakan dengan tegas antara proses invention dengan inovation. Untuk menggerakkan penduduk agar berprestasi dalam pembangunan, yang perlu dikobarkan adalah segala unsur-unsur yang dapat mendukung need of achievement yang sekarang telah ditemukakan. Bagi ahli ekonomi seorang entrepreneur adalah orang yang mengkombinasikan resources, tenaga kerja, material dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi.

 Mata Pelajaran kewirausahaan merupakan mata pelajaran yang harus diajarkan pada jenjang pendidikan kejuruan. Mata Pelajaran diberikan kepada siswa bersifat umum dan khusus sesuai dengan program pendidikan yang ditempuhnya. Pelajaran ini merupakan pelajaran yang objeknya adalah masyarakat. Kegiatan kewirausahaan merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran. Selain hal tersebut dengan dipelajarinya mata pelajaran kewirausahaan dipersiapkan untuk melatih sumber daya manusia yang siap bekerja, bahkan mempersiapkan diri untuk membuka lapangan pekerjaan yang baru.

Kewirausahaan tidak terlepas dari siapa yang menjalankannya yaitu seseorang yang menjadi wirausaha. Wirausaha merupakan potensi yang akan mendorong pembangunan bangsa dan negara, dikarenakan pemerintah tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang mencukupi. Seorang wirausaha harus memiliki sifat bekerja keras, pantang menyerah, ulet, tekun, disiplin, dan bertanggung jawab atas pekerjaannya untuk mencapai suatu tujuan.

Kewirausahaan berasal dari istilah entrepreneurship, sedangkan wirausaha berasal dari istilah enterpreneur. Dalam buku yang berjudul “Kamus Dagang” oleh Savary (1723) dalam Sugiyono (2008:15), “entrepreneur adalah orang yang membeli barang dengan harga pasti, meskipun orang itu belum mengetahui berapa harga barang (atau guna ekonomi) itu akan dijual”.

Menurut Robin dalam Tedjasutisna (2008:2), ”kewirausahaan adalah suatu proses guna mengejar peluang-peluang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui inovasi, tanpa memperhatikan sumber daya yang mereka kendalikan”.

Sedangkan menurut lampiran Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Memperdayakan Kewirausahaan (GNMMK) dalam Ating Tedjasutisna (2008:2), adalah:

Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisien dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan keuntungan yang lebih besar.

 Menurut Conny Semiawan (2004:8), “kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan yang disertai modal jasa dan resiko, serta menerima balas jasa, kepuasan, dan kebebasan pribadi”. Sedangkan mata pelajaran kewirausahaan merupakan pelajaran yang disampaikan kepada siswa SMK diharapkan siswa dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang tingkah laku manusia untuk memenuhi kebutuhannya, mempersiapkan sumber daya manusia yang siap bekerja bahkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang berguna untuk mendorong pembangunan nasional.

 Adapun hal-hal lain yang berguna dalam pemberian Mata pelajaran kewirausahaan kepada siswa sekolah kejuruan adalah melatih dan membina dalam berwirausaha dengan menunjukkan minat serta berambisi untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi.

PENTINGNYA BELAJAR KEWIRAUSAHAAN

 Siswa kelas XII pada Sekolah Menengah Kejuruan Nazaret memiliki tiga jurusan yaitu, sekretaris, manajemen bisnis, dan perhotelan, masing-masing jurusan terdiri dari 20 siswa pada setiap kelasnya.

 Dalam kegiatan belajar mengajar Siswa kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan jurusan manajemen bisnis telah diajarkan cara–cara untuk berwirausaha. Cara-cara yang dilakukan dalam berwirausaha adalah semua siswa kelas XII wajib mengikuti kegiatan koperasi sekolah. Mereka diajarkan dan dilatih bagaimana cara-cara untuk berwirausaha. Selain itu juga mereka dipersiapkan untuk Praktek Kerja Lapangan sebagai syarat kelulusan. Orang tua selalu memberikan motivasi berwirausaha dengan cara memberikan saran dalam berwirausaha, karena sebagian besar dari orang tuanya memiliki mata pencaharian sebagai pedagang. Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Nazaret sangat antusias dalam berwirausaha, ini terlihat dari ketekunan mereka. Orang tua dapat memberikan motivasi dan dorongan yang positif untuk anak-anak mereka.

Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.

 Sedangkan menurut M.Ngalim Purwanto (2011:27), Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

 (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

 (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

 (3) Adanya harapan dan cita-cita masa

 (4) Adanya perhargaan dalam belajar

 (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

 (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga sangat  memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

 Dalam kegiatan belajar, anak memerlukan motivasi. Misalnya anak yang akan ikut ujian, membutuhkan sejumlah informasi atau ilmu untuk mempertahankan dirinya dalam ujian, agar memperoleh nilai yang baik. Jika pada ujian nanti anak tidak dapat menjawab, maka akan muncul motif anak untuk menyontek karena ingin mempertahankan dirinya, agar tidak dimarahi orang tuanya karena memperoleh nilai yang buruk.

SIMPULAN

 Berdasarkan hasil penelitian perhitungan bahwa kesimpulan tidak terdapat Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang tua terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XII Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Di Sekolah Menengah Kejuruan Nazaret dengan alasan sebagai berikut:

1.     Sebagian besar orang tua yang ada di Sekolah Nazaret adalah sebagian besar adalah pengusaha. Sehingga orang tua mengganggap dan memiliki pemikiran bahwa usaha yang dimiliki mereka dapat diwariskan kepada mereka oleh sebab itu orang tua mereka tidak terlalu memotivasi mereka.

2.   Orang tua mereka sebagian memiliki pendidikan yang rendah sehingga Siswa kelas XII tidak termotivasi untuk belajar dengan baik. Pendidikan Sekolah hanya salah satu jenjang pendidikan yang tidak membuat mereka takut dan hanya bersifat formalitas. Artinya, Mereka melihat bahwa pendidikan orang tua mereka miliki tidak terlalu tinggi tetapi mereka semua dapat meraih keberhasilan dalam bisnis serta ekonominya menengah ke atas.

SARAN

 Dengan adanya hasil penelitian yang penulis lakukan maka penulis memberikan beberapa saran yang dapat meningkatkan motivasi yang ada pada siswa Kelas XII yaitu: mengadakan seminar-seminar tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka serta mengikuti Education Expo yang diadakan oleh pihak swasta dalam meningkatkan pendidikan bagi siswa-siswi SMK Nazaret.

 Orang tua juga harus lebih aktif lagi dalam memberikan motivasi kepada anak-anak mereka agar dapat menginstropeksi, memperbaiki, serta dapat meningkatkan motivasi yang rendah agar dapat tercapai prestasi yang tinggi ke jenjang pendidikan berikutnya.

 DAFTAR PUSTAKA

 Ali Muhidin, 2012. Statistika dalam Analisis Regresi dan Korelasi, Tangerang: Aksara

 Abdurahman, Maman, 2010. Penelitian Analisis Korelasi dan Regresi, Bandung: Pustaka Setia.

 Conny, Semiawan, 2004. Kiat sukses dalam berwirausaha, Bogor: Gransindo.

 Dini Amaliah, 2012. Analisis Korelasi dan Regresi dalam Penelitian, Jakarta: Pustaka Mandiri.

 Joseph, Schumpeter. 2004. Knows about Enterpreneurship, Surabaya: Jaya  Surabaya: Jaya Pustaka.

 Purwanto, Ngalim M, 2011. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

 Sardiman, 2011. Interaksi dan motivasi belajar mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

 Sugiyono, 2007. Metode Penelitian dan Statistika, Bogor: Alfabeta.

 __________ 2008. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta.

__________ 2012. Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.

 Suharsimi, Arikunto 2002. Metode Penelitian Pendidikan, Surabaya:  Beta Jaya.

 __________2006. Metode Penelitian dengan Pendidikan, Tangerang: Pustaka Jaya.

 Supardi, 2013. Aplikasi Statistika dalam Penelitian, Jakarta: Adikita

 Tedjasutisna,2008. Pendidikan Kewirausahaan, Tangerang: Pustaka Mandiri.

 Uno,Hamzah B, 2003. Tingkat Pendidikan Orang tua, Jakarta: Bumi Aksara.

__________ 2006. Profesi Kependidikan, Jakarta: Bumi Aksara

__________ 2007. Teori motivasi dan pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara.