PENGEMBANGAN SINTAKS INSTRUMEN

PERANAN ORANG TUA PADA ANAK SD NEGERI FAYAUL

 

Yusuf Zakarias Manutede

PGSD, FKIP Universitas Halmahera

 

ABSTRAK

This study aims to determine the development of the syntax of the role of parents in fourth grade children at SD Negeri Fayaul. The research method uses a type of research development with an instrument research development approach with exploratory factor analysis. The sample in this study were parents of 100 Fayaul Elementary School students. Data collection techniques using a questionnaire. The assumption test used is the KMO and MSA test> 0.5. Data analysis with construct validity test. Results of the study The form of parental instruments developed was in the form of the syntax of parental roles. The instrument filling in the form of a check list with a Likert scale based on the filling guidelines is directly carried out by the respondent.Based on the calculation of the empirical data on the average validity of the instruments of the role of the parents of the trials amounted to 0.576 the reliability of the instruments of the role of the parents of the trials amounted to 0.906. The role factors of parents consist of 8 factors namely; 1) condition children to learn at home; 2) Give a day to day behavior of children; 3) Give examples and evaluate the value of children; 4) Encourage children to excel; 5) Give an understanding of the child’s future; 6) Give praise to children’s learning achievement; 7) Give children the opportunity to play under the supervision of parents; 8) Providing children’s learning equipment.

Keywords: Syntax, Role of Parents, Factor Analysis

 

PENDAHULUAN

Orang tua sangat menginginkan agar anak-anaknya mencapai prestasi tinggi di sekolah. Mereka ingin membantu perkembangan intelektual dan sosial anak mereka secara tulus dan ikhlas. Tetapi orang tua mempunyai kesukaran untuk mewujudkan keinginannya itu menjadi perbuatan efektif. Keinginan agar anak berprestasi seperti yang diharapkan. Keinginan yang kuat dari orang tua, mengalami kendala sebab orang tua tidak berbuat sesuatu yang efektif dalam mendorong siswa belajar, hal merupakan suatu ketimpangan.

Ketimpangan ini lebih menonjol lagi kalau orang tua itu sendiri terbatas pengetahuannya dan mempunyai konflik motivasi yang berat. Orang tua mencampur adukkan antara keinginan sendiri dengan keinginan anak dalam bidang pendidikan.

Konflik antara orang tua dan anak memerlukan solusi yang harus segera dilaksanakan, untuk itu diperlukan sintaks (langkah-langkah) yang dapat diterapkan sehingga memberi pengaruh yang positif pada tingkat konsentrasi anak dalam belajar di sekolah dan di rumah.

Sintaks diperlukan orang tua dalam mewujudkan peranan pokok dalam keluarga, dimana keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan.

Di dalam keluarga khususnya keluarga inti, terdapat beberapa komponen yang menyusunnya. Pertama adalah ayah, ibu dan anak. Adapun yang disebut dengan orang tua adalah ayah dan ibu dari suatu keluarga. Dengan kata lain seperti yang dikemukakan oleh Depdikbud (2002:854) keluarga yang utuh adalah apabila dalam suatu keluarga terdapat orangtua (ayah dan ibu) serta anak. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai istilah keluarga.

Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah satu dengan yang lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah. Keluarga berdasarkan dimensi sosial ini dinamakan keluarga psikologis dan keluarga pedagogis (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 2001:176).

Bantuan orang tua dalam membantu belajar anak di rumah sangatlah diperlukan. Karena disamping keluarga menjadi pendidik yang utama dan pertama pada anak, siswa lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah bersama orang tua dari pada di lingkungan sekolah. Karena itu tanpa adanya bantuan orang tua terhadap aktivitas belajar anak di rumah mustahil akan diperoleh hasil belajar yang optimal bagi anak.

Demikian pula perhatian orang tua dari berbagai segi, seperti sekolah, kesehatan, makanan, kegiatan belajar, bermain, dan kegiatan rekreasi. Orang tua harus melakukan hal ini secara serentak atau simultan dan bukan dalam rangkaian urutan-urutan yang dapat diwakilkan. Hal ini bukan merupakan pekerjaan yang mudah, pekerjaan itu sendiri membutuhkan perhatian yang cukup.

Perhatian orang tua terhadap pendidikan anak dalam rumah tangga sangat menentukan keberhasilan anak dalam belajar, hal ini memberikan dampak positif terhadap perubahan tingkah laku dan perkembangan pendidikan anak. Orang tua memperhatikan cara belajar anak di rumah sehingga anak memperoleh prestasi belajar yang baik di sekolah. Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tidak terlepas dari peranan orang tua dalam memberikan bimbingan di rumah, memperhatikan anak dalam mengerjakan tugas, mengatur disiplin anak dan sebagainya. Peranan orang tua terhadap anak ini sering dipengaruhi oleh sikap orang tua dalam memberikan bimbingan dan pembinaan kepada anak (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2004:77).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa hasil belajar anak di sekolah sangat dipengaruhi oleh adanya perhatian, bimbingan, dan pengawasan dari orang tua terhadap belajar anak. Orang tua harus mempunyai kepedulian terhadap belajar anak di rumah dan berusaha membantu belajar anak sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap orang tua anak kelas IV SD Negeri Fayaul ditemukan gejala-gejala atau fenomena-fenomena sebagai berikut: 1) Adanya anak kelas IV SD Negeri Fayaul yang kurang disiplinsekolah, hal ini bisa dilihat dari siswa yang terlambat masuk sekolah; 2) Adanya anak kelas IV SD Negeri Fayaul yang senantiasa bermain ketika belajar di kelas, hal ini menyebabkan proses belajar mengajar terganggu karena guru harus berulangkali berupaya untuk mengkondisikan kelas untuk bisa kondosif dalam belajar. Upaya guru berulangkali mengkondisikan kelas menghabiskan waktu yang kurang tepat sasaran, dimana waktu yang dipergunakan itu digunakan untuk kegiatan belajar mengajar; 3) Adanya anak kelas IV SD Negeri Fayaul yang tidak mengerjakan PRnya di rumah; 4) Adanya anak yang membolos pada saat jam pelajaran; 5) Adanya anak yang kurang memperhatikan arahan atau perintah guru; 6) Rendahnya nilai hasil ulangan harian siswa; 7) Kurangnya peran orang tua, hal ini disebabkan kelemahan orang tua dalam menyujudkan perannya karena kurangnya langkah-langkah dalam melaksanakan peran orangtua.

Berdasarkan gejala-gejala atau fenomena-fenomena di atas, penulis berminat untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui Pengembangan Sintaks Instrumen Peranan Orang Tua Pada Anak Kelas IV SD Negeri Fayaul”.

LANDASAN TEORI

Menurut Soelaeman (1994:121) pada umumnya peranan seseorang bertautan dengan harapan-harapan orang lain atau masyarakat terhadap kedudukan, seorang ayah yang menelantarkan anak, jadi ia tidak melaksanakan peranan keayahan dengan baik seperti adat kebiasaan atau aturan yang berlaku dalam budaya asuatu masyarakat tertentu ataupun kaedah-kaedah agama maka ia disebut sebagai seorang ayah yang tidak menjalankan peranan orang tua dengan baik. Sebab dari seorang ayah bahwa ia harus mengurus dan mendidik anak dengan baik selaras dengan peranannya sebagai pendidik. Demikianlah peranan itu bertautan dengan norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat tertentu ataupun kaedah-kaedah agama yang dianut.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peranan merupakan suatu suatu pola tingkah laku yang (dianggap) dilakukan seseorang untuk memantapkan kedudukannya. Sehubungan dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan peranan orang tua adalah suatu pola tingkah laku atau tindakan yang seharusnya dilakukan oleh orang tua untuk memantapkan kedudukannya sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak.

Di dalam keluarga khususnya keluarga inti, terdapat beberapa komponen yang menyusunnya. Pertama adalah ayah, ibu dan anak. Adapun yang disebut dengan orang tua adalah ayah dan ibu dari suatu keluarga. Dengan kata lain keluarga yang utuh adalah apabila dalam suatu keluarga terdapat orangtua (ayah dan ibu) serta anak. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai istilah keluarga. Depdikbud menyatakan bahwa istilah “orang tua” diartikan sebagai ayah dan ibu kandung. Depdikbud (2002:802) Keluarga sebagai pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semanda dan sedarah.

Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti (nucleus family; ayah, ibu dan anak). Ataupun keluarga yang diperluas (di samping inti, ada orang lain; kakek atau nenek, adik/ipar, pembantu dan lain-lain). Pada umumnya jenis kedualah yang banyak ditemui dalam masyarakat Indonesia. Umar Tirtaraharja (2000:168) Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah satu dengan yang lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah.

Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2001:176) Keluarga berdasarkan dimensi sosial ini dinamakan keluarga psikologis dan keluarga paedagogis. Keluarga ditinjau secara sosiologi adalah bentuk masyarakat kecil yang terdiri dari beberapa individu yang terikat oleh suatu keturunan, yakni kesatuan antara ayah, ibu dan anak yang merupakan kesatuan kecil dari bentuk-bentuk kesatuan masyarakat.

Dalam pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan bathin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangkan dalam pengertian Padagogis menurut Soelaeman (1994:10), keluarga adalah “satu” persekutuan hidup yang dijalin oleh rasa kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Dalam usaha saling melengkapi dan saling menyempurnakan diri itu terkandung perealisasian peran dan fungsi sebagai orang tua.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pengertian keluarga dapat didefenisikan kedalam beberapa arti. Hal ini tergantung dari sudut pandangnya masing-masing, bisa jadi arti keluarga ditinjau dari aspek hubungan darah, hubungan sosial, psikologis, paedagogis dan lain-lain. Sehubungan dengan penelitian ini maka peneliti memberi kesamaan antara keluarga dan orang tua dan memberi batasan orang tua adalah ayah dan ibu dari anak yang menyekolahkan anaknya di Dan orang tua anak kelas IV SD Negeri Fayaul.

Berdasarkan susunannya menurut Soelaeman (1994:112), keluarga dibagi menjadi 3 macam. Pertama, keluarga yang bersifat otoriter, disini perkembangan anak itu semata-mata ditentukan oleh orang tuanya. Sifat pribadi anak yang otoriter biasanya suka menyendiri, mengalami kemunduran kematangannya, ragu-ragu dalam semua tindakan, serta lambat berinisiatif; Susunan keluarga kedua, keluarga yang bersifat demokratis, disini sikap pribadi anak lebih dapat menyesuaikan diri, sifatnya fleksibel, dapat menguasi diri, mau menghargai pekerjaan orang lain, menerima kritik dengan terbuka, aktif dalam hidup dalam emosi lebih stabil, serta mempunyai rasa tanggung jawab; Yang ketiga, keluarga yang bersifat liberal, disini anak bebas bertindak dan berbuat. Sifat-sifat keluarga ini biasanya agresif, tak dapat bekerjasama dengan orang lain, sukar menyesuaikan diri, emosi kurang stabil serta mempunyai sifat selalu curiga.

Menurut Slameto (2003:61) Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Melihat pernyataan di atas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anak. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.

Pendidik dalam rumah tangga ialah ayah dan ibu si anak serta semua orang yang merasa bertanggung jawab terhadap perkembangan anak itu seperti kakek, nenek, paman, bibi dan kakak. Yang paling bertanggung jawab adalah ayah dan ibu (ada kakek dan nenek, misalnya), maka kebijakan pendidikan yang dipegang mereka seharusnya satu; tidak boleh terjadi kebijakan yang saling berlawanan. Biasanya kebijakan kakek-nenek sering berbeda dari kebijakan ayah dan ibu. Ahmad Tafsir (2005:155)

Berdasarkan kedua pendapat tersebut orang tualah yang berperan dalam mengasuh, membimbing dan membantu mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Mengingat masa anak-anak dan remaja merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan kemandirian, maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya dalam meningkatkan kemandirian amatlah menentukan. Meski dunia pendidikan (sekolah) juga turut berperan dalam memberikan kesempatan kepada anak untuk mandiri, keluarga tetap merupakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri.

Mengukur merupakan proses membandingkan sesuatu dengan satu ukuran dan bersifat kuantitatif menilai sebagai mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk dan bersifat kualitatif, dan mengevaluasi meliputi kedua langkah tersebut, yaitu mengukur dan menilai (Suharsimi, 2013:3). Kegiatan pengukuran baru mempunyai arti setelah dikaitkan dengan tujuan kegiatan penilaian. Dengan demikian, penilaian dan pengukuran merupakan dua kegiatan yang saling berkaitan.

Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpullkan data dengan cara melakukan pengukuran. Instrumen digunakan untuk memperoleh data yang obyektif yang diperlukan untuk menghasilkan kesimpulan penelitian yang obyektif pula. Instrumen dapat dipilih bila alat itu ada

dan memenuhi kebutuhan pengukuran yang disebut instrumen baku karena telah melalui proses pembakuan. Pengembangan sintaks instrumen merupakan kegiatan membuat instrumen baru atau mengembangkan instrumen yang sudah ada dengan mengikuti prosedur pengembangan secara sistematis. Prosedur pengembangan instrumen melibatkan kegiatan identifikasi variabel, deskripsi teori, pengembangan spesifikasi, uji coba, dan kompilasi. (Purwanto, 2007:99 -100).

Instrumen yang baik harus disusun secara sistematis, dan mencakup indikator-indikator dari variabel yang akan diteliti. Menurut (Widoyoko, 2012:127-128), ada beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk menyusun instrumen penilaian afektif, yaitu (1) menetapkan variabel yang akan diteliti; (2) merumuskan definisi konseptual; (3) menyusun definisi operasional; (4) menyusun kisi-kisi instrumen: dan (5) menyusun butir-butir instrumen. Sedangkan menurut (Mardapi, 2012:149) terdapat sepuluh langkah yang harus ditempuh untuk mengembangkan instrumen afektif, yaitu (1) menentukan spesifikasi instrumen; (2) menulis instrumen; (3) menentukan skala instrumen; (4) menentukan sistem penskoran; (5) mentelaah instrumen; (6) melakukan ujicoba; (7) menganalisis instrumen; (8) merakit instrumen; (9) melaksanakan pengukuran; dan (10) menafsirkan hasil pengukuran.

Sintaks Peranan orang tua dikembangkan berdasarkan teori oleh Tulus Tu’u (2004:80) Keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi pengaruh pada siswa, maka peranan orang tua adalah mendorong, memberi semangat, membimbing, dan memberi teladan yang baik pada anaknya.Selain hal itu, perlu suasana hubungan dan komunikasi yang lancar antara orang tua dengan anak-anak serta keadaan keuangan keluarga yang tidak kekurangan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup dan kelengkapan belajar anak. Hal-hal tersebut ikut mempengaruhi hasil belajar siswa.

Sehubungan dengan penelitian ini, maka untuk mengetahui peranan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar melalui peningkatan konsentrasi anak di sekolah. Tulus Tu’u (2004:80) mengemukakan bahwa usaha orang tua dalam meningkatkan hasil belajar anak adalah memberikan dorongan (motivasi belajar pada anak), membimbing belajar anak, memberi teladan yang baik pada anaknya, komunikasi yang lancar antara orang tua dengan anak, memenuhi kelengkapan belajar anak di rumah dan melakukan pengawasan terhadap cara belajar anak. Selanjutnya aspek-aspek tersebut akan dijadikan acuan utama dalam penelitian ini.

Dari beberapa karya ilmiah sebelumnya, unsur relevanya dengan penelitian yang penulis laksanakan adalah sama-sama mengenai peranan orang tua terhadap hasil belajar siswa atau anak. Adapun penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulastri dengan judul “Peranan Orang Tua di Rumah terhadap Hasil belajar Siswa di SLTP Negeri 20 Pekanbaru”. Adapun hasil penelitian Sulastri diketahui bahwa peranan orang tua terhadap prestasi belajar siswa kelas II.4 SLTP Negeri Kecamatan Tampan Pekanbaru dikategorikan Cukup/Sedang.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan non tes, yang digunakan untuk menghasilkan produk tentang sintaks instrumen peranan orng tua, yang valid dan reliabel..

Model pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan instrumen yang akan dihasilkan. Menurut Rachman, M (2011:266) terdapat 3 model pengembangan. yaitu (1) model pengembangan prosedural yang bersifat deskriptif, berisi langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan instrumen; (2) model pengembangan konseptual yang bersifat analitis, menyebutkan dan menganalisis secara rinci komponen-komponen instrumen; dan (3) model pengembangan teoritik, yangmenggambarkan kerangka berpikir yang didasarkanpada teori-teori yang relevan dan didukung oleh data empirik.

Model pengembangan yang digunakan mengacu pada pengembangan instrumen afektif (Mardapi, 2012: 149)terdapat sepuluh langkah yang harus ditempuh untuk mengembangkan instrumen afektif, yaitu (1) menentukan spesifikasi instrumen yakni instrumen untuk mengukur peranan orang tua; (2) menulis instrumen; (3) menentukan skala instrumen; (4) menentukan sistem penskoran (Skala likert); (5) mentelaah instrumen, instrumen yang sudah disusun merupakan instrumen yang baku sehingga perlu dilakukan telaah isi 2 dosen pembimbing untuk mengetahui validitas isi dari instrumen yang dikembangkan; (6) melakukan ujicoba, (7) menganalisis instrumen, analisis instrumen menggunakan analisis faktor untuk mengetahui validitas kontruks dan reliabilitas instrumen; (8) merakit instrumen; (9) administrasi Instrumen; dan (10) Instrumen Final.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data interval. Data interval hasil peranan orang tua oleh peserta didik. Data kontinu berupa data hasil analisis faktor dengan SPSS yang diperoleh dengan memperhatikan nilai faktor loading untuk menentukan tingkat validitas konstruk dan Cronback Alpha untuk peranan orang tua.

Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua siswa SD Negeri Fayaul berjumlah 100 dan sampel dalam penelitian ini merupakan sampel jenuh yaitu keseluruhan populasi yang berjumlah 100 orang tua siswa.

Instrumen merupakan alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sintaks instrumen peranan orang tua yaitu berupa angket.

Teknik analisis data yang digunakan disesuaikan dengan jenis data yang dikumpulkan. (Rachman M, 2011:276). Analisis data dalam penelitian ini mulai dilakukan terhadap data-data yang diperoleh pada tahap prapengembangan. Analisis data pra pengembangan merupakan need assessment atau penilaian kebutuhan terkait dengan Pengembangan Sintaks Instrumen Peranan Orang Tua pada obyek yang diteliti. Analisis data dilakukan pada tahap selanjutnya, yaitu tahap analisis faktor yang bertujuan untuk memperolehvaliditas konstruk dan reliabilitas instrumen, sehingga diperoleh keefektifan sintaks instrumen peranan orang tua yang dikembangkan.

Validitas konstruk dengan analisis faktor. Menurut Yusrizal (2008:78-79) dengan analisis faktor dapat diketahui apakah spesifikasi konstruk yang dikembangkan secara teoritik telah sesuai dengan konsep konstruk yang mendasarinya setelah dilakukan uji coba lapangan.

Terdapat dua pendekatan dalam analisis faktor, yaitu pendekatan eksploratori (exploratory faktor analysis) dan pendekatan konfirmatori (Confirmatory faktor analysis). Pendekatan eksploratori digunakan untuk melihat berapa banyak faktor yang dibutuhkan untuk menjelaskan hubungan di antara seperangkat indikator/item. Perhitungan validitas konstruk dengan analisis faktor dilakukan dengan bantuan program SPSS untuk EFA (Exploratory Factor Analysis) dilakukan data hasil sintaks peranan orang tua.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentuk sintaks instrumen peranan orang tua

Bentuk sintkas instrumen peranan orang tua dikembangkan dengan menyusun spesifikasi instrumen, dimana hasil menyusun spesifikasi instrumen penjabarannya sebagai berikut yaitu:

  • Perancangan instrumen dimulai dari penyusunan kisi-kisi instrumen yang didasarkan pada konsep dan teori tentang peranan orang tua yang relevan, kisi-kisi instrumen yang dirancang terdiri dari Instrumen angket yang diisi oleh orang tua sebagai responden. Setelah disusun kisi-kisi instrumen selanjutnya dirancang perangkat instrumen angket peranan orang tua. Jumlah butir instrumen peranan orang tua adalah sebanyak 31 butir, yang terdiri dari pernyataan positif (favorable) sebanyak 25 butir dan pernyataan negatif (unfavorable) sebanyak 6 butir.
  • Skala penilaian yang disediakan adalah 5 untuk pilihan jawaban Selalu; 4 untuk pilihan jawaban sering kali; 3 untuk pilihan jawaban kadang-kadang; 2 untuk pilihan jawaban jarang; dan 1 untuk pilihan jawaban tidak pernah.
  • Teknik penskoran instrumen angket yang digunakan adalah skala Likert dengan 5 kriteria, yaitu skor tertinggi setiap item adalah 5 dan skor terendah adalah 1.

Uji coba Instrumen

Tahap uji coba dilakukan setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel berdasarkan pertimbangan dosen pembimbing terhadap instrumen, siap untuk diujicobakan secara empiris. Uji coba ini bertujuan untuk menguji validitas kontruks dan reliabilitas instrumen yang telah dirancang. Uji coba dilakukan sebanyak satu (1) kali. Uji coba mengambil sampel 100 orang tua siswa SD Negeri Fayaul

Analisis uji coba instrument

Berdasarkan hasil data di lapangan, kemudian data ditabulasi dengan menggunakan analisis faktor pendekatan eksploratori. Data yang valid berdasarkan prosedur analisis faktor apabila data memenuhi syarat KMO MSA ≥ 0,5 maka data layak atau dapat dilanjutkan untuk diuji validitas. Kemudian bila tiap Item tersebut positif, muatan faktor (factor loading) memiliki koefisien korelasi > 0,3 maka data valid dan dapat sebagai acuan validitas konstruk sehingga Item tersebut merupakan konstruk yang kuat.

Uji validitas untuk Instrumen angket setelah dilakukan uji coba bertujuan untuk menguji validitas konstruk terhadap Item sintaks dari instrumen yang telah dibuat. Analisis untuk menguji validitas konstruk adalah dengan menggunakan analisis faktor yaitu analisis faktor eksploratori dengan berbantuan program SPSS versi 16.0. Analisis faktor dilakukan mengikuti langkah-langkah program SPSS16. Sebelum dilakukan uji validitas konstruk terhadap masing-masing Item angket, terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan data, yang bertujuan untuk menguji apakah data layak untuk diuji menggunakan analisis faktor eksploratori.

Tidak semua data ditampilkan untuk selengkapnya bisa dilihat pada Lampiran 1. Data dianggap layak untuk dilakukan uji validitas dengan analisis faktor jika memenuhi syarat KMO > 0,5 dan MSA > 0,5.

Data skor angket peranan orang tua dengan KMO = 0,710 > 0,5 hal ini menunjukkan bahwa data skor Instrumen angket dinyatakan layak untuk dilanjutkan analisis faktor. Pada tabel 4.5 Measures of Sampling Adequacy (MSA) tidak semua data ditampilkan.

Berdasarkan tabel 4.5 koefisien Measures of Sampling Adequacy (MSA) untuk masing-masing item angket > 0,5 hal ini menunjukkan bahwa data dinyatakan layak untuk dilanjutkan analisis faktor.

Dari hasil uji kelayakan data dapat disimpulkan bahwa data untuk masing-masing item dapat dilakukan uji validitas konstruk dengan analisis faktor. Validitas konstruk terpenuhi jika nilai koefisien korelasi > 0,3. Analisis faktor skor angket Instrumen peranan orang tua dilakukan untuk mengetahui faktor yang terbentuk dari atribut item secara empiris. Analisis faktor dilakukan mengikuti langkah-langkah program SPSS16 langkah ke-1 sampai langkah ke-8. Hasil output analisis faktor terdiri 4 bagian pokok yang harus diperhatiakan yaitu: (1) Total Variance Explained; (2) Scree Plot; (3) Component Matrix; (4) Rotated Component MatrixExtraction Sums of Squared Loadings> 1 membentuk masing-masing faktor.

Terbentuk 8 faktor dari 31 atribut item angket peranan orang tua. Delapan faktor yang terbentuk menunjukkan bahwa secara empiris instrumen Instrumen angket dengan 31 item valid mengukur peranan orang tua yang dikembangkan.

Berdasarkan Rolated component matrix, component yang terbentuk 8 faktor, dimana loadings factor masing-masing butir ke satu sampai butir ke 31 yaitu 0,884; 0,352; 0,539;…; 0,527 memiliki loading faktor terbesar > 0,3, maka ke keseluruhan butir tersebut valid.

Hasil analisis faktor validitas konstruk untuk masing-masing loadings factor lebih jelas dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Hasil Analisis Validitas Konstruk Instrumen angket Ujicoba

Variabel No. Item Loadings Factor Kesimpulan
Peranan Orang tua 1 0,884 Valid
2 0,352 Valid
  3 0,539 Valid
  4 0,427 Valid
  5 0,494 Valid
  6 0,548 Valid
  7 0,779 Valid
  8 0,420 Valid
  9 0,584 Valid
  10 0,565 Valid
  11 0,913 Valid
  12 0,618 Valid
  13 0,414 Valid
  14 0,347 Valid
  15 0,337 Valid
  16 0,464 Valid
  17 0,372 Valid
  18 0,507 Valid
  19 0,452 Valid
  20 0,372 Valid
  21 0,892 Valid
  22 0,853 Valid
  23 0,674 Valid
  24 0,484 Valid
  25 0,921 Valid
  26 0,737 Valid
  27 0,583 Valid
  28 0,682 Valid
  29 0,401 Valid
  30 0,715 Valid
  31 0,527 Valid
Rata-rata 0,576 Valid

(Sumber: Data Peneliti,2020)

 

Berdasarkan hasil analisis faktor, loading factor masing-masing butir lebih besar dari kriteria valid yaitu > 0,3 dimana rata-rata tingkat validitas butir sebesar 0,576 maka keseluruhan butir valid.

Uji reliabilitas terhadap instrumen angket dilakukan dengan menghitung reliabilitas butir. Dalam penelitian ini koefisien reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha menggunakan program.

Hasil uji reliabilitas melalui program SPSS diperoleh koefisien reliabilitas peranan orang tua sebesar 0,906. Menurut Suharsimi (2007:75) koefisien reliabilitas yang terletak antara 0,80 – 1,00 masuk dalam kategori sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen angket peranan orang tua adalah valid dan reliabel.

Faktor-faktor yang Terbentuk dari Uji Coba Instrumen

Faktor-faktor yang terbentuk berdasarkan pengelompokan butir-butir instrumen dengan analisis faktor, dimana terbentuknya suatu faktor berdasarkan adanya hubungan yang kuat antara butir-butir dengan melihat jumlah Eigenvalue loading faktor dengan kriteria jumlah Eigenvalue> 1 akan membentuk satu faktor. Berdasarkan Gambar 4.2 nilai Eigenvalue>1, ada delapan interval pada Component Number interval 1-2, 2-3, 3-4, 4-5, 5-6, 6-7, 7-8, 8-9, selanjutnya interval 9-10, dan seterusnya semuanya <1. Hal ini menjelaskan terbentuknya 8 faktor berdasarkan component number untuk instrumen peranan orang tua.

Sintaks Final

Berdasarkan analisis faktor eksplorati diperoleh sintkas instrumen peranan orang tua terdiri 8 faktor dan 31 item. Kedelapan faktor merupakan sintaks peranan orang tua yaitu: 1) mengkondisikan anak belajar di rumah; 2) Memberi perharian terhadap perilaku anak; 3) Memberi contoh dan mengevaluasi nilai anak; 4) Mendorong anak untuk berprestasi; 5) Memberi pengertian tentang masa depan anak; 6) Mmemberi pujian terhadap pencapaian belajar anak; 7) Memberi kesempatan anak bermain dalam pengawasan orang tua; 8) Meyediakan kelengkapan belajar anak.

Pembahasan Produk Akhir

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah sintaks peranan orangtua. Sintks Instrumen peranan orang tua yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah angket bagi orang tua. Sintkas instrumen pernan orang tua disusun dengan orang tua dapat mengetahui sintaks sebagaimana peranannya dalam mendidik anak.

Sintkas instrumen peranan orantua yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah angket peranan orang tua.

Faktor-faktor peranan orang tua terdiri dari 8 faktor (Sintkas) yaitu; 1) mengkondisikan anak belajar di rumah; 2) Memberi perharian terhadap perilaku anak; 3) Memberi contoh dan mengevaluasi nilai anak; 4) Mendorong anak untuk berprestasi; 5) Memberi pengertian tentang masa depan anak; 6) Mmemberi pujian terhadap pencapaian belajar anak; 7) Memberi kesempatan anak bermain dalam pengawasan orang tua; 8) Menyediakan kelengkapan belajar anak.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan rumusan masalah penelitian dan analisis terhadap data hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik simpulan:

  1. Bentuk instrumen peranan orang tua yang dikembangkan berupa sintaks peranan orang tua. Pengisian instrumen berupa cek list dengan skala likert berdasarkan pedoman pengisian bersifat langsung dilakukan oleh responden.
  2. Berdasarkan perhitungan data empiris uji coba rata-rata validitas instrumen peranan orang tua uji coba sebesar 0,576 reliabilitas instrumen peranan orang tua uji coba sebesar 0,906. Faktor-faktor peranan orang tua terdiri dari 8 faktor yaitu; 1) mengkondisikan anak belajar di rumah; 2) Memberi perharian terhadap perilaku anak; 3) Memberi contoh dan mengevaluasi nilai anak; 4) Mendorong anak untuk berprestasi; 5) Memberi pengertian tentang masa depan anak; 6) Mmemberi pujian terhadap pencapaian belajar anak; 7) Memberi kesempatan anak bermain dalam pengawasan orang tua; 8) Menyediakan kelengkapan belajar anak.

Berdasarkan hasil pengembangan sintaks peranan orang tua, maka dapat disarankan:

  1. Produk hasil pengembangan terbatas untuk orang tua SD Negeri Fayaul, perlu dikembangkan instrumen untuk sekolah yang lain.
  2. Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk analisis Confirmatory Factor Analysis (CFA).

DAFTAR RUJUKAN

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar S. 2012. Reliabilitas dan Validitas, Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Charles Schaefer. 2003. Bagaimana Mendidik dan Mendisiplinkan Anak. Jakarta: Restu Agung.

Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Mardapi, D. 2012. Pengukuran Penilaian dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nusa Medika

Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rachman, M. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Moral dalam Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Campuran, Tindakan, dan Pengembangan. Semarang: Unnes Press.

Sardiman. 2004. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soelaeman. 1994. Pendidikan Keluarga. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi, A. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Tulus Tu,u. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo

Umar Tirtarahardja. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Widoyoko, E. P. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.