Penggunaan Media Abakus Untuk Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar
PENGGUNAAN MEDIA ABAKUS UNTUK PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI PENJUMLAHAN DUA BILANGAN PADA SISWA KELAS I
SD NEGERI 1 TODANAN TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Sumartik
SD Negeri 1 Todanan Kecamatan Todanan Kabupaten Blora
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika materi penjumlahan dua bilangan pada siswa kelas I SD Negeri 1 Todanan semester I tahun pelajaran 2019/2020. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I dengan jumlah sebanyak 25 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan media abakus pada siklus I dan II. Media ini dipilih karena pada usia tersebut cocok untuk menggunakan benda konkret. Media abakus merupakan alat hitung sederhana yang menggunakan manik-manik atau cincin yang dapat digunakan untuk memperjelas pengertian nilai tempat, penjumlahan dan penggurangan. Indikator minimal yang dijadikan sebagai pedoman untuk keberhasilan dalam penelitian ini diantarannya KKM yang digunakan sebesar 70, rata-rata keatifan belajar siswa 80%, ketuntasan belajar siswa mencapai 80%, dan rata-rata nilai dalam belajar minimal 85. Setelah diadakan perbaikan keaktifan dan hasil belajar siswa terus meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus I naik menjadi 60,4% dan siklus II menjadi 84,4%. Keuntasan belajar siswa mengalami kenaikan dari kondisi awal sebesar 28% (7 siswa) menjadi 72% (18 siswa) pada siklus I dan menjadi 88% (22 siswa) pada siklus II. Nilai rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari 58,4 (kondisi awal) menjadi 78,8 (siklus I) dan 88,4 (siklus II0. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunakan media abakus telah berhasil meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi penjumlahan dua bilangan.
Kata kunci: keaktifan belajar, hasil belajar, media abakus
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan mata pelajaran yang sudah diajarkan sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Matematika merupakan ilmu tentang pola keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan dan konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis, mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks (Suherman,2003:22). Dengan demikian matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai hal dan menjadi pondasi atau dasar mempelajari ilmu berhitung untuk kehidupan sehari-hari.
Sesuai dengan pemahaman mata pelajaran matematika bahwa kondisi siswa terhadap hasil belajar matematika di kelas I SD Negeri 1 Todanan masih rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dua bilangan hanya 7 siswa atau 28% telah tuntas sedangkan 18 siswa atau 72% belum tuntas. Dari pengamatan yang dilakukan, siswa seringkali tidak memperhatikan penjelasan dari guru sehingga menyebabkan mereka kesulitan menjawab pertanyaan dari guru. Kondisi kelas tersebut sangat memperihatinkan karena banyak siswa yang membuat gaduh dan ramai. Siswa berlari kesana kemari dan tidak beraturan sehingga menambah memperburuk kondisi pembelajaran tersebut. Permasalahan lain yang muncul dalam pembelajaran tersebut adalah guru tidak menggunakan media pembelajaran secara nyata dan hanya menggunakan metode konvensional sehingga membuat siswa tidak tertarik mengikuti pembelajaran.
Dengan melihat kondisi tersebut maka guru berencana akan melakukan sebuah penelitian yang nantinya akan digunakan untuk perbaikan pembelajaran tersebut. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan media abakus. Media ini digunakan karena menggunakan benda konkret untuk memudahkan siswa dalam memahami materi penjumlahan dua bilangan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: (1) bagaimanakah media abakus dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika materi penjumlahan dua bilangan pada siswa kelas I SD Negeri 1 Todanan semester 1 tahun pelajaran 2019/2020?; (2) bagaimanakah media abakus dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan dua bilangan pada siswa kelas I SD Negeri 1 Todanan semester 1 tahun pelajaran 2019/2020?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah: (1) meningkatkan keaktifan belajar matematika materi penjumlahan dua bilangan pada siswa kelas I SD Negeri 1 Todanan semester 1 tahun pelajaran 2019/2020; (2) meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan dua bilangan pada siswa kelas I SD Negeri 1 Todanan semester 1 tahun pelajaran 2019/2020
Manfaat Penelitian
Manfaat peneltian ini dibedakan menjadi dua macam yaitu manfaat secara umum dan khusus. Manfaat penelitian secara umum adalah dapat meningkatkan keaktifan siswa serta hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dua bilangan di kelas I SD Negeri 1 Todanan Kecamatan Todanan Kabupaten Blora semester I tahun pelajaran 2019/2020. Adapaun manfaat penelitian secata khusus adalah:
- Bagi Siswa: mengenalkan siswa tentang penjumlahan dua bilangan dengan menggunakan media abakus, memudahkan siswa untuk melakukan operasional penjumlahan dua bilangan, menambah keaktifan dan minat siswa terhadap pembelajaran matematika, dan meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran matematika materi penjumlahan dua bilangan
- Bagi Guru: memudahkan guru dalam menerangkan materi penjumlahan dua bilangan melalui media abakus, menambah motivasi guru untuk senantiasa berinovasi dalam pembelajaran, dan memudahkan guru dalam berkomunikasi terhadap siswa melalui media abakus
- Bagi Sekolah: menambah ragam media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai rujukan penelitian yang lainnya, meningkatkan kualitas sekolah melalui inovasi-inovasi pendidikan diantaranya media pembelajaran, dan menjadi wadah yang menjembatani proses transfer ilmu yang berkualitas antara guru dan siswa
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kajian Teori
Keaktifan Belajar
Belajar adalah usaha siswa menimbulkan perubahan perilaku dalam dirinya sesuai dengan tujuan pembelajaran. Belajar merupakan proses yang aktif, apabila tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai respon siswa terhadap stimulus guru, tidak mungkin siswa mencapai hasil yang dikehendaki (Purwanto,2014:66). Dalam memperoleh hasil belajar yang maksimal, keaktifan siswa merupan hal pokok yang diperlukan supaya materi yang diberikan dapat diterima dengan baik. Keaktifan merupakan kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman,2011:100). Keaktifan belajar berarti suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan dengan giat belajar. Menurut Hamalik (2008:90) keaktifan belajar adalah suatu keadaan atau hal dimana siswa dapat aktif.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh sesuatu dan menimbulkan suatu perubahan yang baik dengan semangat dan aktif dalam melakukannya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:45) indikator keaktifan mencakup antara lain: (1) siswa mau mencatat atau sekedar mendengarkan penjelasan dari guru; (2) siswa memperhatikan hal-hal yang dijelaskan oleh guru tentang materi pelajaran; (3) siswa mencatat tugas yang diberikan dan mengerjakan tugas rumah; (4) siswa mau berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelajaran; (5) siswa mampu melibatkan diri dalam proses Tanya jawab kelas; (6) siswa mau terlibat dalam menyimpulkan pembelajaran bersama guru dan teman siswa lainnya.
Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Sudjana (2010:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima belajarnya. Sejalan dengan itu Suprijono (2013:7) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan periaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hal tersebut dipertegas oleh Dimyati dan Mudjiono (2013:3) bahwa hasil belajar merupakan hasil dari interaksi tindak belajar dan tidak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti keberhasilan yang dicapai dengan melibatkan aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan yang disajikan dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif.
Menurut Rusman (2013:124) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Sementara faktor eksternal meliputi faktor lingkungan dan faktor instrumental.
Media Abakus
Media merupakan salah satu komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Daryanto,2011:4). Sedangkan media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar, dan tidak terjadinya verbalisme (Hanafiah dan Suhana,2010:59). Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala alat fisik yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi kepada siswa guna merangsang siswa agar dapat secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadinya verbalisme sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Abakus adalah alat hitung sederhana yang menggunakan batu-batuan, manik-manik, atau cincin sebagi alat penghitung (David Glover,2006:4). Sedangkan menurut Ruseffendi (1997:261) menyatakan abakus biji atau dekak-dekak adalah salah satu media pengajaran matematika yang dapat digunakan untuk menjeaskan konsep atau pengertian nilai tempat suatu bilangan (satuan, puluhan, ribuan) serta penjumlahan dan pengurangan). Pendapat tersebut dipertegas oleh Edu (2003:1) abakus adalah alat hitung yang terdiri dari manik-manik yang terbagi menjadi manik bagian atas dan manik bagian bawah. Alat ini dapat membantu untuk menghitung dengan cepat. Abakus berbentuk persegi panjang yang terbuat dari kayu. Pada bagian dalam abakus diberi manik-manik. Manik-manik ini dirangkai dengan batang yang terbuat dari kayu. Setiap manik-manik menggambarkan 1 unit hitungan. Setiap batang menunjukkan nilai manik yang terdapat pada batangan sebelah kiri sealu bernilai lebih besar daripada manik yang terdapat pada batang sebelah kiri. Abakus dibagi menjadi beberapa macam yaitu abakus 10, abakus 5 dan 2, abakus 4 dan 1, serta abakus 99 (Syaifudin dan Muhtadi,2009:3-7).
Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa abakus adalah alat hitung sederhana yang menggunakan manik-manik atau cincin yang dapat digunakan untuk memperjelas pengertian nilai tempat, penjumlahan dan penggurangan.
Kerangka Berpikir
Permasalahan yang terjadi dalam penelitian ini adalah keaktifan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran penjumlahan dua angka rendah. Hal tersebut menyebabkan hasil belajar matematika menjadi rendah. Untuk memperbaikinya penulis menggunakan media abakus yang akan digunakan pada perbaikan pembelajaran sebanyak 2 siklus. Setiap siklusnya diadakan perbaikan dari hasil refleksi pada siklus sebelumnya.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang digunakan berdasarkan kerangka berpikir adalah dengan menggunakan media abakus diduga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika materi penjumlahan dua bilangan pada siswa kelas I SD Negeri 1 Todanan semester I tahun pelajaran 2019/2020.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat penelitian ini adalah SD Negeri 1 Todanan Kecamatan Todanan Kabupaten Blora dan subjek penelitian adalah siswa kelas I yang berjumlah 25 anak terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Penelitian dilakukan selama 3 bulan mulai dari bulan Agustus sampai Oktober 2020 sebanyak 2 siklus dan setiap siklusnya terdiri dari 3 pertemuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika materi penjumlahan dua bilangan.
Penelitian ini menggunakan beberapa data yang digunakan dalam mengukur keberhasilan media tersebut. Data yang digunakan adalah ulangan harian dan lembar observasi dari teman sejawat. Untuk mengumpulkan data tersebut diperlukan sebuah alat yaitu diantaranya butir soal, analisis nilai, dan analisis keaktifan siswa melalui lembar observasi. Validasi data terhadap butir soal dan analisis nilai berupa angka sedangkan lembar observasi dan analisis keaktifan siswa menggunakan kategori yang dibuatkan skor per masing-masing indikator.
Standar yang digunakan dalam menentukan keberhasilan penggunaan media abakus dapat dilihat dari tabel berikut ini ;
Tabel 1 Indikator Minimal Keberhasilan
No | Indikator | Ketuntasan Minimal |
1. | KKM | 70 |
2. | Keaktifan belajar | 80% |
3. | Ketuntasan Belajar | 80% |
4. | Rata-rata nilai dalam kelas | 85 |
Tabel diatas merupakan indikator minimal yang harus dicapai siswa jika penelitian dinyatakan berhasil. Indikator pertama adalah syarat minimal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus dicapai siswa sebesar 70. siswa dikatakan tuntas jika telah mencapai KKM. Indikator kedua adalah rata-rata keaktifan belajar siswa dalam satu kelas minimal yang dicapai adalah 80%. Indikator yang ketiga adalah rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa dalam satu kelas minimal 80%. Indikator yang ketiga yang harus dipenuhi adalah rata-rata nilai siswa dalam satu kelas minimal 85. Jika semua indikator telah terpenuhi maka penelitian dengan menggunakan media abakus telah berhasil.
Penelitian dilakukan menjadi 4 tahap diantaranya tahap perencanaan yaitu mempersiapkan perangkat yang digunakan dalam penelitian, tahap pelaksanaan merupakan pembuktian penggunaan media dalam penelitian, tahap observasi merupakan pengamatan terhadap keaktifan belajar siswa, dan tahap refleksi merupakan pembenahan kekurangan-kekurangan selama penelitian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 dilakukan dengan menggunakan media abakus. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 pertemuan. Hasil belajar siswa pada siklus I meningkat dibandingkan pada kondisi awal dimana siswa belum menggunakan media abakus. Dari pengamatan yang dilakukan teman sejawat diketahui bahwa rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata keaktifan belajar siswa sebesar 60,4% untuk siswa aktif, 16% untuk siswa kurang aktif, dan 23,6% untuk siswa tidak aktif.
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dua bilangan juga mengalami kenaikan. Dari hasil analisis hasil belajar siswa diketahui bahwa sebesar 72% (18 siswa) telah tuntas sedangan 28% (7 siswa) belum tuntas. Rata-rata dari hasil belajar pada siklus I sebesar 78,8 sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 100 dan nilai terendah sebesar 50.
Dari uraian tersebut maka indikator minimal keberhasilan belum tercapai, maka perbaikan pembelajaran akan dilakukan pada siklus selanjutnya dengan menyempurnakan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.
Siklus II
Pada siklus II merupakan perbaikan yang dilakukan dari siklus sebelumnya baik dari segi metode dan penyempurnaan media pembelajaran. Dari analisis yang dilakukan terhadap proses pembelajaran diketahui bahwa rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus II mengalami kenaikan yang lebih baik yaitu sebesar 84,4% utnuk siswa aktif, 7,2% untuk siswa kurang aktif, dan 8,4% untuk siswa tidak aktif.
Sehubungan dengan hal tersebut hasil belajar pada sikllus II juga mengalami kenaikan yaitu sebanyak 88% (22 siswa) telah tuntas dan sebesar 12% (3 siswa) belum tuntas. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus ini adalah sebesar 100 dan nilai terendah yang diperoleh sebesar 60.rata-rata hasil belajar siswa pada siklus ini mencapai 88,4..
Dari uraian diatas indikator minimal keberhasilan telah tercapai baik keaktifan belajar siswa maupun hasil belajar matematika. Dengan demikian penggunaan media abakus telah berhasil meningkatkan keaktifan hasil belajar matematika materi penjumlahan dua bilangan pada siswa kelas I SD Negeri 1 Todanan.
Pembahasan
Penggunaan media abakus digunakan pada pembelajaran siklus I dan II. Dari penggunaan media tersebut terlihat bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa semakin naik. Kondisi awal rata-rata keaktifan siswa sangat rendah dan setelah menggunakan media abakus keaktifan siswa meningkat menjadi 60,4%. Pada siklus II keaktifan siswa meningkat lagi menjadi 84,4%. Sedangkan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari kondisi awal hanya 28% meningkat menjadi 72% pada siklus I dan naik lagi menjadi 88% pada siklus II.
PENUTUP
Kesimpulan
Abakus merupakan media pembelajaran yang digunakan untuk menjelaskan konsep dalam operasional penjumlahan dan penggurangan. Media abakus ini dianjurkan untuk digunakan pada kelas awal karena pada kelas tersebut siswa lebih paham diajarkan dengan benda konkret. Dengan media tersebut siswa akan tertarik dan lebih termotivasi dalam melakukan operasional penjumlahan dan pengurangan. Setelah menggunakan media abakus terbukti bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa dari kondisi awal hingga siklus II terus meningkat. Rata-rata hasil belajar siswa dalam satu kelasi awalnya sebear 58,4 (kondisi awal siswa) menjadi 78,8 (siklus I) dan 88,4 (siklus II).
Saran
Saat guru mengajarkan cara menggunakan media abakus terhadap penjumlahan dua bilangan diharapkan setiap siswa mempunyai masing-masing 1 buah. Hal tersebut dilakukan agar siswa tidak bingung dan saling rebutan dalam menggunakannya. Media abakus yang sesuai dengan kelas tersebut adalah berjumlah 100 manik-manik yang tersusun sebanyak 10 batang. Agar siswa tambah tertarik dengan media tersebut dianjurkan agar menggunakan abakus yang berwarna-warni.
DAFTAR PUSTAKA
A.M.Sardiman.2011.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:Rajawali Press.
Daryanto.2011.Model Pembelajaran.Bandung:PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.
David Glover.2006.Pembelajaran Matematika.Jakarta:Grafindo Media Pratama.
Dimyati dan Mudjiono.2006.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:PT.Rineka Cipta.
__________________.2013.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta.
Edu.2003.Cara Mudah Belajar Sipoa.Jakarta:Gramedia.
Hamalik, Oemar.2008.Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta:Sinar Grafika.
Hanafiah dan Suhana.2010.Konsep Strategi Pembelajaran.Bandung:PT.Reffika Aditama.
Rusman.2013.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar.Jakarta:PT.Bumi Aksara.
Russeffendi.1997.Pendidikan Matematika 3.Jakarta:Universitas Terbuka.
Sudjana, Nana.2010.Dasar-Dasar Proses Belajar.Bandung:Sinar Baru.
Suherman, Erman.dkk.2003.Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer Bandung.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.
Suprijono,Agus.2013.Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.Yogyakarta:Pustaka Belajar.
Syaifudin dan Muhtadi.2009.Strategi Math Master Si Jago.Solo:PT Bahana Wirayuda.
Purwanto.2014.Evaluasi Hasil Belajar.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.