Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV
SDN KARANGTENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017
PADA MATA PELAJARAN IPS
MATERI TOKOH SEJARAH KERAJAAN HINDU
Surati
SDN Karangtengah Kecamatan Ngawen
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi tokoh sejarah kerajaan Hindu melalui penggunaan media gambar bagi siswa kelas IV SDN Karangtengah Kecamatan Ngawen tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian dilakukan pada semester I tahun pelajaran 2016/2017 selama 4 bulan yaitu mulai bulan Agustus sampai dengan November 2016. Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN Karangtengah Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora dengan subyek penelitian siswa kelas IV yang berjumlah 20 siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus. Dalam setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes yaitu wawancara, observasi, dokumentasi dan ulangan harian. Hasil yang diperoleh dari penelitian, pada pembelajaran pra siklus hanya 87 siswa (35%) yang tuntas belajar. Rata-rata ulangan harian pra siklus adalah 60,5. Pada siklus I, sejumlah 11 siswa (55%) yang tuntas belajar dan rata-rata nilai ulangan hariannya adalah 67,5. Siklus II kembali menunjukkan peningkatan. Sejumlah 17 siswa (85%) tuntas belajar dan rata-rata nilai ulangan hariannya adalah 77,0. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan adalah penggunaan media gambar mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Karangtengah tahun 2016/2017 pada mata pelajaran IPS materi tokoh sejarah Kerajaan Hundu.
Kata Kunci : hasil belajar, pembelajaran IPS, media gambar
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Salah satu studi IPS yang diajarkan di SD adalah sejarah, dimana pembelajaran sejarah pada hakikatnya diberikan untuk membekali siswa agar tidak melupakan peristiwa sejarah yang pernah terjadi serta tokoh-tokoh yang ikut berjuang di masa itu. Sejarah mempunyai peran yang unik dan amat penting dalam perkembangan sosial dan personel melalui tranmisi warisan kebudayaan masyarakat seperti mengadakan penyelidikan oleh anak-ank memilih, sikap dan nilai-nilai masyarakat pada masa lampau.
Dalam pelajaran tematik khususnya mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Pendidikan IPS SD disajikan dalam bentuk synthefic science, karena basis dari disiplin ini terletak pada fenomena yang telah diobservasi di dunia nyata. Sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia di masa lampau. Pembelajaran sejarah pada hakikatnya diberikan untuk membekali siswa agar tidak melupakan peristiwa sejarah yang pernah terjadi serta tokoh-tokoh yang berjasa di masa itu.
Sejarah menjadi mata pelajaran wajib bagi peserta didik dan memberikan wawasan untuk lebih menghayati serta menghargai negeri dan bangsanya, menumbuhkan rasa hormat dan bangga akan kehebatan dan pencapaian yang berhasil diraih oleh bangsa Indonesia di masa lampau serta menunjukkan serangkaian perjuangan Indonesia dalam merebut kemerdekaannya dari penjajah. Namun kenyataannya, siswa justru kurang menyukai mata pelajaran sejarah karena identik dengan hapalan sehingga terasa membosankan dan malas untuk mempelajarinya.
Untuk menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas, guru seringkali menemukan kesulitan dalam memberikan materi pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih menunjukan kekurangan dan keterbatasan. Terutama dalam memberikan gambaran fakta dari materi yang disampaikan, sehingga hal tersebut berakibat langsung kepada tidak meratanya dan rendah kualitas hasil belajar yang dicapai oleh para siswa. Kondisi semacam ini akan terjadi selama guru masih menggangap bahwa dirinya merupakan sumber belajar bagi siswa dan mengabaikan sumber – sumber belajar lainnya.
Pendidikan yang baik didukung oleh sistem pembelajaran yang baik pula. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran sejarah, guru dapat membuat aktivtas belajar menjadi menyenangkan dengan membuat kombinasi rencana pembelajaran. Media yang menarik dan penjelasan dari guru yang baik dan tidak monoton maka anak akan lebih mudah dalam mengoptimalkan perkembangan kognitif anak. Ketika belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti cukup penting , karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan materi yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan materi yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan materi dapat dikonkretkan dengan kehadiran media.
Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran di kelas IV SDN Karangtengah masih banyak ditemui kendala. Dalam proses pembelajaran IPS di kelas dianggap kurang efektif karena model pembelajaran yang hanya didominasi oleh guru, materi diberikan melalui ceramah dan diskusi kelompok yang hanya berpatokan pada buku, serta kurang penggunaan media yang menarik perhatian siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Sehingga siswa duduk secara pasif menerima informasi pengetahuan. Hal ini yang merupakan salah satu penyebab kurangnya minat siswa sehingga menurunkan hasil belajar siswa. Hasil ulangan harian siswa menunjukkan hanya 35% yang mampu tuntas belajar dengan nilai rata-rata ulangan 60,5.
Oleh karena itu dalam proses pembelajaran diperlukan media pembelajaran yang fakta dan realitas, sehingga menarik perhatian dari siswa untuk mempelajari dan memahami materi yag diajarkan. Harus diakui media memberikan kontribusi positif dalam suatu proses pembelajaran. Pembelajaran menggunakan media yang tepat, akan memberikan hasil yang optimal bagi pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajarinya.
Berdasarkan masalah di atas, media gambar merupakan solusi untuk mengatasi masalah. Manfaat penggunaan media itu sendiri dalam kegiatan belajar mengajar, terutama untuk tingkat SD sangat penting. Sebab pada masa ini siswa masih berpikir konkret, belum mampu berpikir abstrak.
Dari kegunaan media pembelajaran yang telah diuraian diatas, maka diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk memecahkan masalah yang terjadi pada proses pembelajaran IPS di kelas IV SDN Karangtengah.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka, yang menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa melalui penggunaan media gambar pada mata pelajaran IPS materi tokoh sejarah Kerajaan Hindu bagi siswa kelas IV SDN Karangtengah tahun pelajaran 2016/2017?â€
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui penggunaan media gambar pada mata pelajaran IPS materi tokoh sejarah Kerajaan Hindu bagi siswa kelas IV SDN Karangtengah tahun pelajaran 2016/2017.
Manfaat Penelitian
Dengan penelitian tindakan kelas ini diharapkan terjadi peningkatan proses dan hasil pembelajaran IPS bagi siswa kelas IV SDN Karangtengah, secara lebih rinci manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru: melalui PTK ini guru dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan media gambar dalam pembelajaran IPS.
2. Bagi Siswa: diharapkan siswa lebih tertarik dengan mata pelajaran IPS. Konsep-konsep dalam pelajaran IPS disajikan dengan menggunakan media gambar yang dapat menarik minat belajar siswa.
3. Bagi Sekolah: mutu pendidikan di SDN Karangtengah dapat ditingkatkan dengan teratasinya masalah pembelajaran di dalam kelas.
KAJIAN TEORI
Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Heinich (dalam Susilana dan Riyana, 2011:6) menyatakan bahwa media merupakan alat saluran komunikasi. Sebuah organisasi yang bergerak dalam teknologi pendidikan dan komunikasi atau AECT (dalam Dwiyogo, 2013:3) mengartikan media sebagai segala bentuk saluran yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
Adapun beberapa konsep atau defenisi media pendidikan atau media pembelajaran. Gagne dan Briggs (dalam Arsyad, 2011:4) secara implisist mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lian buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), grafik, televisi, dan komputer.
Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah segala alat atau sarana yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar yang dapat membangkitkan semangat, perhatian, serta memudahkan guru menyampaikan isi materi pelajaran kepada peserta didik
Sudjana (dalam Djamarah dan Aswan, 2002:152) merumuskan fungsi media pengajaran menjadi enam kategori, sebagai berikut: (a) Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan sutuasi belajar mengajar yang efektif; (b) Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar, ini berarti bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru; (c) Media pengajaran dalam pengajaran, penggunaannya integral dengan tujuan dari isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan (pemanfaatan) media harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran; (d) Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa; (e) Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru; (f) Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan perkataan lain, menggunakan media, hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama diingat siswa, sehingga mempunyai nilai tinggi.
Menurut Arsyad (2011: 28) menjelaskan secara umum media pembelajaran mempunyai manfaat sebagai berikut: (a) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; (b) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; (c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehinga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran; (d) siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Penggunaan media dalam pembelajaran atau disebut juga pembelajaran bermedia dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Menurut Sudjana dan Rivai (2013: 4) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajarn di antaranya yaitu: (a) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran: Artinya, media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis lebih memungkinkan digunakannya media pengajaran; (b) Dukungan terhadap isi bahan pengajaran: Artinya, bahan pengajaran yang sifatnya fakta, prinsip konsep, dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa; (c) Kemudahan memperoleh media: Artinya, media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media grafis umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, di samping sederhana dan praktis penggunaannya; (d) Keterampilan guru dalam menggunakannya: Apapun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya; (e) Tersedia waktu menggunakannya: Sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung; (f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa: Memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.
Media Gambar
Di antara media pendidikan, gambar atau foto adalah media yang paling umum dipakai. Keduanya merupakan bahasa yang paling umum, yang dapat dimengerti dan dapat dinikmati dimana-mana. Melalui media gambar, pesan disalurkan dari sumber kepada penerima dengan mengandalkan indra penglihatan. Pesan dituangkan dalam bentuk simbol-simbol komunikasi visual. Misalnya gambar, sketsa, diagram, bagan grafik, kartun, poster, dan peta. Secara khusus media gambar adalah penyajian visual dua dimensi yang memanfaatkan rancangan gambar sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupan sehari-hari, misalnya menyangkut manusia, peristiwa, benda, tempat, dan sebagainya.
Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Hamdani. 2011: 262) media gambar adalah media yang mengombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar-gambar. Lebih lanjut, media gambar berfungsi memberikan variasi dan fakta yang memungkinkan akan dilupakan atau diabaikan. Media gambar merupakan media yang sederhana, mudah dalam pembuatannya, dn murah harganya. Media gambar atau media grafis terdiri atas gambar, bagan, diagram, poster, kartu, dan komik.
Menurut Hamdani (2011: 250) terdapat beberapa fungsi media gambar di antaranya sebagai berikut: (a) Menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan; (b) Menarik perhatian; (c) Memperjelas sajian ide yang ditampilkan; (d) Mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan apabila tidak digrafiskan.
Menurut Hamdani (2011: 251) ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar atau foto yang baik sehingga dapat dijadikan media pendidikan, antara lain: (a) Autentik: Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi orang melihat benda sebenarnya; (b) Sederhana: Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar; (c) Ukuran relatif: Gambar atau foto dapat membesarkan atau memperkecil objek atau benda sebenarnya; (d) Gambar atau foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan: Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam, tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu; (e) Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran: Walaupun dari segi mutu kurang, gambar atau foto karya siswa sendiri sering kali lebih baik; (f) Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus: Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Adapun kelebihan media gambar (dalam Hamdani, 2011: 250) diantaranya: (a) Sifatnya konkret: Gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata; (b) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu: tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan para siswa tidak selalu bisa dibawa ke objek atau peritiwa tersebut. Gambar atau foto dapat mengatasi hal tersebut; (c) Media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita: Sel atau penampang daun yang tidak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto; (d) Foto dapat memperjelas suatu masalah: Dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja sehingga dapat mencegah kesalahpahaman; (e) Foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.
Sedangkan kelemahan media gambar (dalam Hamdani, 2011: 251) yaitu: (a) Gambar atau foto hanya menekankan persepsi indra mata; (b) Gambar atau foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran; (c) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
Menurut Hamdani (2011: 263) dalam pengajaran dengan menggunakan media gambar terdapat beberapa prinsip yang harus dipenuhi, yaitu: (a) Gambar harus realistis dan digunakan dengan hati-hati. Gambar yang sangat terperinci dengan realisme yang sulit diproses dan dipelajari, sering mengganggu perhatian; (b) Gambar harus berfungsi untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep; (c) Warna harus digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan komponen-komponen.
Pengertian Belajar
Belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. belajar juga merupakan kegiatan paling pokok dalam proses belajar-mengajar manusia, terutama dalam pencapaian tujuan institusional suatu lembaga pendidikan atau sekolah. Menurut Siahaan (dalam Hamiyah Nur dan Jauhar Mohammad, 2014: 1) belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara bertingkah laku yang baru berdasarkan pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, serta timbul dan berkembangnya sifat-sifat sosial dan emosional.
Menurut Darsono (dalam Hamdani, 2011: 22) terdapat beberapa ciri belajar, diantaranya yaitu: (a) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan ini digunakan sebagai arah kegiatan, sekaligus tolak ukur keberhasilan belajar; (b) Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Jadi, belajar bersifat individual; (c) Belajar merupakan proses interaksi antar individu dan lingkungan. Hal ini berarti individu harus aktif apabila dihadapkan pada lingkungan tertentu. Keaktifan ini dapat terwujud karena individu memiliki berbagai potensi untuk belajar; (d) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada idir orang yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang terpisahkan satu dengan yang lainnya.
Adapun prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran menurut Hamdani (2011: 22) diantaranya yaitu: (a) Kesiapan belajar; (b) Perhatian; (c) Motivasi; (d) Keaktifan siswa; (e) Mengalami sendiri; (f) Pengulangan; (g) Materi pelajaran yang menantang; (h) Balikan dan penguatan; (i) Perbedaan individual.
Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya yaitu “hasil†dan “belajarâ€. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu ativitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Menurut Winkel (dalam Purwanto, 2009: 45) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Lebih jelas, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.
Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2002: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (a) Keterampilan dan kebiasaan; (b) Pengetahuan dan pengertian; (c) Sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne (dalam Sudjana, 2002: 22) membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) Informasi verbal; (b) Keterampilan intelektual; (c) Strategi kognitif; (d) Sikap; (e) Keterampilan motoris.
Hasil belajar bergantung pada apa yang dipelajari, bagaimana bahan pelajaran itu dipelajari, dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar (termasuk kemampuan intelegensi dan bakat). Karena faktor-faktor mempengaruhi proses belajar tidak pernah sama, maka hasil belajar tiap-tiap orang akan selalu berbeda.
Menurut Rusyan dkk (1994: 62) ada faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat digolongkan ke dalam empat kelompok yaitu: (a) Bahan atau hal yang harus dipelajari: Bahan yang harus dipelajari akan menentukan strategi belajar mengajarnya. Belajar dengan pengertian memerlukan modalitas belajar yang berupa pengertian bahasa, pengetahuan dan pengalaman belajar lau dan lain-lain; (b) Faktor-faktor lingkungan: Faktor lingkungan eksternl dapat berupa lingkungan alam atau lingkungan fisik dan lingkungan sosial; (c) Masukan instrumental (instrumental input): Faktor instrumental merupakan masukan pada proses belajar. Wujudnya berupa perangkat keras (gedung, perlengkapan, dsb) dan perangkat lunak (kurikulum, program dan pedoman belajar); (d) Kondisi individual peserta didik: Dapat dibedakan atas kondisi fisiologis dan psikologis. Yang termasuk ke dalam kondisi fisiologis adalah keadaan pancaindera dan kondisi kesehatan. Yang termasuk ke dalam kondisi psikologis adalah keadaan dan fungsi psikologis seperti perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berpikir, intelegensi, bakat, dan motif.
Kerangka Berpikir
Pada awal pembelajaran siswa kesulitan memahami materi tokoh-tokoh sejarah kerajaan Hindu, terbukti dengan hasil prestasi belajar masih banyak yang belum mencapai KKM yang ditentukan. Rendahnya prestasi belajar siswa dipicu minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS masih rendah. Hal ini disebabkan guru belum tidak menggunakan media pembelajaran yang mampu menarik minat siswa. Penggunaan media gambar yang menarik akan mampu meningkatkan minat belajar siswa. Dengan meningkatnya minat belajar, diharapkan hasil belajar yang dicapai siswa juga akan mengalami peningkatan.
Hipostesis Tindakan
Dari kerangka berpikir dan kajian teori di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah melalui penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi tokoh sejarah Kerajaan Hindu bagi siswa kelas IV SDN Karangtengah tahun pelajaran 2016/2017.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Karangtengah Kecamatan Ngawen. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai dari bulan Agustus 2016 sampai bulan November 2016. Subjek penelitian yaitu siswa kelas IV SDN Karangtengah Kecamatan Ngawen yang berjumlah 20 anak dengan rincian 12 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model siklus. Empat tahapan penting dalam penelitian tindakan kelas (PTK) pada setiap siklusnya adalah sebagai berikut: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) pengamatan, dan 4) refleksi.
Sumber data pada penelitian ini yaitu: 1) hasil wawancara siswa kelas IV tentang pembelajaran IPS materi tokoh sejarah Kerajaan Hindu; 2) hasil observasi pembelajaran dengan menggunakan media gambar; dan 3) nilai evaluasi pada saat dilakukan ulangan harian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara, observasi, dokumentasi dan tes. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif komparatif. Model analisis pada penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila sebanyak 80% siswa dapat memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang sudah ditetapkan yaitu ≥70.
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Pra Siklus
Data hasil belajar Pra Siklus menunjukkan tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 35% atau 7 siswa tuntas dari 20 siswa kelas IV. Sisanya, 65% atau 13 siswa hasil belajarnya masih di bawah KKM yang ditentukan. Rata-rata nilai ulangan pada pembelajaran Pra Siklus adalah 60,5. Secara rinci perolehan nilai ulangan harian pada pembelajaran Pra Siklus adaalah: nilai 40 sebanyak 2 anak, nilai 50 sebanyak 4 anak, nilai 60 sebanyak 7 anak, nilai 70 sebannyak 5 anak, dan nilai 80 sebanyak 2 anak.
Siklus I
Pada pembelajaran Siklus I, peneliti sudah menggunakan media gambar dalam pembelajaran. Hasil belajar setelah dilakukan ulangan harian menunjukkan tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 55% atau 11 siswa tuntas. Sisanya, 45% atau 9 siswa masih belum tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan pada Siklus I adalah 67,5. Secara rinci perolehan nilai ulangan harian pada pembelajaran Siklus I adaalah: nilai 50 sebanyak 3 anak, nilai 60 sebanyak 6 anak, nilai 70 sebanyak 6 anak, nilai 80 sebannyak 3 anak, dan nilai 90 sebanyak 2 anak.
Siklus II
Refleksi pada pembelajaran Siklus I dijadikan bahan pertimbangan untuk perencanaan pembelajaran Siklus II. Salah satu hal yang perlu dilakukan pembenahan adalah penggunaan media gambar yang ukutrannya masih terlalu kecil. Pada Siklus II, ukuran media gambar yang digunakan menggunakan ukuran yang lebih besar. Hasil belajar setelah dilakukan ulangan harian menunjukkan tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 85% atau 17 siswa tuntas. Sisanya, 15% atau 3 siswa masih belum tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan pada Siklus I adalah 77,0. Secara rinci perolehan nilai ulangan harian pada pembelajaran Siklus II adaalah: nilai 60 sebanyak 3 anak, nilai 70 sebanyak 7 anak, nilai 80 sebanyak 5 anak, nilai 90 sebannyak 3 anak, dan nilai 100 sebanyak 2 anak.
Pembahasan
Setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II, penulis melakukan pembahasan hasil penelitian. Pada tahap ini penulis mengkaji keberhasilan dan kegagalan yang terdapat pada pelaksanaan penelitian. Dari hasil ulangan harian yang diraih siswa, terjadi peningkatan pada setiap siklus. Perbandingan hasil belajar siswa yang dilihat dari hasil ulangan harian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel Rekapitulasi Hasil Ulangan Harian Siswa
Uraian |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
Rata-rata nilai ulhar |
60,5 |
67,5 |
77,0 |
Tuntas |
35% |
55% |
85% |
Belum Tuntas |
65% |
45% |
15% |
Nilai Terendah |
40 |
50 |
60 |
Nilai Tertinggi |
80 |
90 |
100 |
Pada pembelajaran siklus I sudah terjadi peningkatan baik pada rata-rata nilai ulangan harian maupun pada tingkat ketuntasan belajar. Namun demikian indikator keberhasilan yang ditentukan, yaitu 80% siswa tuntas belajar, belum tercapai. Kelemahan pada pembelajaran Siklus I adalah penggunaan media gambar yang ukurannya masih terlalu kecil. Selain itu, peneliti juga masih menggunakan gambar hitam putih. Hal ini menjadikan siswa kurang tertarik dengan media gambar yang digunakan peneliti.
Siklus II peneliti tetap menggunakan media gambar namun ukurannya dibuat lebih besar. Selain itu peneliti juga menggunakan media gambar berwarna dalam pembelajaran. Hal ini mampu meningkatkan minat siswa dan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.
PENUTUP
Simpulan
Dari deskripsi hasil penelitian pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media gambar mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Karangtengah tahun 2016/2017 pada mata pelajaran IPS materi tokoh sejarah Kerajaan Hundu.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti memberikan beberapa saran untuk berbagai pihak, yaitu bagi guru, bagi lembaga, dan bagi peneliti lain. Bagi guru, sebaiknya guru menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran ips agar dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Bagi lembaga, hendaknya penggunaan media gambar digunakan dalam pembalajaran karena penggunaan media gambar ini memudahkan siswa memahami materi pembelajaran, terutama dalam pembelajaran ips materi pokok tokoh-tokoh sejarah. Bagi peneliti lain, sebagai bahan rujukan untuk dapat melakukan penelitian tentang pembelajaran ips dengan menggunakan metode yang berbeda sehingga siswa dapat menemukan pengalaman baru dan pengetahuan baru dalam pembelajaran IPS materi tokoh-tokoh sejarah Kerajaan Hindu.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Dwiyogo, W.D. 2013. Media Pembelajaran. Malang: Wineka Media.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Hamiyah, Nur dan Muhamad Jauhar. 2014. Strategi Belajar Mengajar Di Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta: Pustaka Belajar.
Rusyan, A. Tabrani, dkk. 1994. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2013. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Susilana, Rudi dan Riyana Cepi. 2011. Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: CV Wacana Prima.