Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Explicit Instruction
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA
PADA MATERI MENGIDENTIFIKASI CARA PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN DAN HEWAN
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION
PADA SISWA KELAS VI SDN 1 JATI
KECAMATAN JATI KABUPATEN BLORA TAHUN 2016/2017
Yuli Karyanti
SDN 1 Jati Kecamatan Jati
ABSTRAK
Pembelajaran IPA di kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora masih menggunakan metode konvensional, dimana guru lebih banyak ceramah di depan kelas dan siswa hanya mendengarkan. Sehingga hasil belajar siswa belum 80% mencapai ketuntasan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian IPA, siswa yang mencapai nilai KKM hanya 6 anak (43%) yang belum mencapai KKM 8 anak (47%) dari 14 siswa. Oleh karena itu, perlu diadakan pembaharuan dalam hal model pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran dengan penerapan Explicit Instruction (pembelajaran langsung). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada materi Mengidentifikasa Cara Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan bagi siswa kelas VI SDN 1 Jati melalui model pembelajaran Explicit Instruction. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora dengan jumlah siswa 14 anak.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif dengan pelaksanaan tindakan 2 siklus.Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data berupa teknik tes dan non tes. Sumber data yang berasal dari data hasil belajar siswa yaitu data nilai hasil tes formatif siswa, data hasil pengamatan, angket siswa dan yang berupa dokumentasi yang berhasil diambil selama proses kegiatan berlangsung. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dibagi dalam empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi Data hasil penelitian , nilai rata-rata ulangan harian prasiklus adalah 60,00. Dari KKM yang ditetapkan yaitu 75,00. Jumlah siswa yang mampu mencapai KKM sebanyak 6 anak (43%).Nilai terendah ulangan harian 40 dan nilai tertinggi 80. Pada siklus I nilai rata-rata ulangan harian 70,00. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus I menjadi 9 anak (64%).Nilai terendah juga mengalami peningkatan yaitu 50 dan nilai tertinggi 90. Pada siklus II nilai rata-rata ulangan harian menjadi.83,57. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus II adalah 13 anak (93%).Nilai terendah meningkat menjadi 60 dan nilai tertinggi menjadi 100.Jadi dapat disimpulkan melalui model pembelajaran Explicit Insterction dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang perubahan wujud benda bagi siswa kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora.
Kata Kunci: hasil belajar, IPA, model pembelajaran Explicit Instruction
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di dalam UU no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa,untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Perubahan yang sangat cepat dan dramatis dalam bidang ini merupakan fakta dalam kehidupan. Pengembangan kemampuan siswa dalam pembelajaran IPA merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dan memasuki dunia teknologi, termasuk informasi. Untuk kepentingan pribadi, sosial, ekonomi, dan lingkungan, siswa perlu dibekali dengan kompetensi yang memadai agar dapat berperan aktif dalam masyarakat. Dalam hal ini tidak hanya siswa saja yang menjadi titik tolak keberhasilan pembelajaran tetapi seorang guru juga menentukan siswa berhasil dalam pembelajaran.
Memperhatikan hal tersebut maka tugas guru semakin berat yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar dapat menciptakan manusia yang cerdas,trampil dan berkualitas. Siswa juga diharapkan bisa mencapai nilai ulangan yang maksimal atau sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal, unggul dalam mengikuti lomba di bidang akademik ataupun non akademik serta dapat meningkatkan sikap disiplin dalam belajar di lingkungan sekolah. Permasalahan terjadi di kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora saat ini pada mata pelajaran IPA tentang perubahan wujud benda adalah rendahnya hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai 60,00 dan hanya 43% siswa yang tuntas dari 14 anak dengan KKM 75,00. Sebagian siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru tentang materi tersebut.Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan beberapa faktor, antara lain: rendahnya perhatian siswa dalam mengikuti mata palajaran IPA, guru sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah sehingga siswa kurang kreatif, guru kurang memaksimalkan alat peraga, model pembelajaran kurang tepat. Dengan realitas yang demikian, peneliti berusaha untuk memperbaiki pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran Explicit Instruction.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi penyebab masalah yang telah diuraikkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Diduga melalui model pembelajaran Eksplicit Instruction dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi Mengidentifikasi Cara Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan bagi siswa kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora Tahun 2016/2017â€
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada materi Mengidentifikasi Cara Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan bagi siswa kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora Tahun 2016/2017 melalui model pembelajaran Explicit Instruction.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan perbaikan yang telah diuraikan di atas, maka diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:
Bagi Siswa
1. Hasil belajar IPA siswa meningkat.
2. Memberikan suasana pembelajaran yang menggairahkan.
3. Memupuk pribadi siswa menjadi aktif dan kreatif.
4. Memupuk tanggung jawab individu maupun kelompok
Bagi Guru
1. Menambah pengetahuan guru dalam inovasi pembelajaran.
2. Mengembangkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar.
3. Melatih guru agar lebih jeli dalam memperhatikan kesulitan belajar siswa.
Bagi Sekolah
1. Mencetak siswa yang aktif dan kreatif dalam menghadapi permasalahan di lingkungannya
2. Dengan meningkatnya hasil belajar siswa maka kualitas pendidikan di sekolah meningkat.
3. Sebagai data tambahan bagi sekolah untuk bahan referensi di perpustakaan
KAJIAN PUSTAKA
Landasan Teori
Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.Menurut pendapat John Dewey salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach, belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement) sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen sebagai hasil pengalaman.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang telah dipelajari oleh pembelajar (Darsono dkk,2001).
Hasil belajar merupakan kemajuan intelektual yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar dengan ciri-ciri sebagai berikut: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.Hasil belajar afektif adalah perubahan sikap atau kecendrungan yang dialami siswa sebagai hasil belajar sebagai berikut: adanya penerimaan atau perhatian adanya respon atau tanggapan dan penghargaan.Hasil belajar psikomotor merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan yang dialami siswa dengan ciri-ciri: keberanian menampilkan minat dan kebutuhannya, keberanian berpartisifasi di dalam kegiatan penampilan sebagai usaha/kreativitas dan kebebasan melakukan hal di atas tanpa tekanan guru atau orang lain. Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam adalah merupakan ilmu yang teratur yang dapat diuji atau dibuktikan kebenarannya atau ilmu yang berdasarkan kenyataan semata, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1977:767).
Menurut KTSP IPA (2003:6) IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, konsep-konsep,prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Pada hakikatnya IPA dapat dipandang sebagai produk, proses, dan dari segi pengembangan sikap, artinya belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk),dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait, hal ini berarti bahwa proses mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi IPA tersebut.
Model Pembelajaran Explicit Instruction
Model pengajaran langsung (MPL; Explicit Intruction), oleh (Rosenshine & Stevens, 1986:3) memfokuskan pada suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.
Ciri-ciri pembelajaran langsung sebagai berikut;
1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar.
2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan.
3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dan berhasil.
Dalam model pembelajaran langsung (MPL: Explicit Instruction) terdapat lima fase pembelajaran antara lain;
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Dalam fase ini guru berperan untuk menjelaskan informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan. Dalam fase ini guru berperan mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
3. Membimbing pelatihan. Dalam fase ini guru berperan merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.
4. Mengecek pemahaman dan memberi umpan balik. Dalam fase ini guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, dan memberi umpan balik pada siswa.
5. Memberi kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. Dalam fase ini guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun alasan peneliti mempergunakan model pembelajaran explicit instruction supaya siswa dapat aktif dalam pembelajaran serta dapat meningkatakan hasi pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA pada materi perubahan wujud benda.
Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA pada materi Mengidentifikasi Cara Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan yang diajarkan untuk kelas VI dengan alokasi waktu 2 jam dimulai dengan menanamkan kesadaran diri bahwa siswa baik dalam kelompok maupun dalam kelas supaya merasa berguna bagi orang lain. Kegiatan dimulai dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan guru mempersiapkan kelas siswa melalui pembentukan kelompok untuk kegiatan pembelajaran. Setelah dibentuk kelompok siswa diberi tugas untuk melakukan demonstrasi di depan kelas yang sebelumnya telah dicontohkan oleh guru. Guru membimbing siswa baik dalam pelaksanaan demonstrasi maupun dalam diskusi. Dalam demonstrasi dan diskusi siswa diberi kesempatan bertanya pada guru tentang materi yang belum mereka pahami. Hasil diskusi kemudian dibahas bersama-sama secara klasikal dengan mengecek pemahaman siswa terhadap materi sekaligus memberi umpan balik pada siswa. Setelah itu guru membagikan soal tes formatif untuk dikerjakan siswa dan hasil tes formatif tersebut dianalisis. Pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model explicit instruction baik pada Pra siklus maupun siklus 1 dan 2 selalu mengalami kenaikan nilai tes formatif. Hasil pembelajaran semakin meningkat dibandingkan pembelajaran awal yang belum menggunakan model pembelajaran explicit instruction. Dengan pembelajaran model explicit instruction pada pembelajaran IPA siswa dibawa untuk memahami materi Mengidentifikasi Cara Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan selangkah demi selangkah, dengan melakukan pengamatan secara langsung baik secara kelompok maupun secara individu supaya siswa dapat secara aktif memenfaatkan alat peraga sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah alam kehidupan sehari-hari.
Hipotesa Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir diatas, maka penulis membuat hipotesa tindakan sebagai berikut: “Dengan penggunaan model explicit instruction (model pembelajaran langsung) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi Mengidentifikasi Cara Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan bagi siswa kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora.â€
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian in idilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai bulan Agustus, September, Oktober 2016. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora dengan jumlah siswa 14 yang terdiri dari siswa laki-laki 7 anak dan siswa perempuan 7 anak. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data berupa teknik tes dan non tes. Sumber data berasal dari data hasil belajar siswa yaitu data hasil tes formatif, data hasil pengamatan, angket siswa, dan yang berupa dokumentasi yang berhasil diambil selama proses kegiatan penelitian berlangsung. Analisis data dalam penelitian inidisajikan dalam bentuk analisis kualitatif dengan metode pemaparan secara deskriptif komparatif, yakni mendeskripsikan semua temuan dalam penelitian disertai dengan data-data kuantitatif. Indikator kinerja ini adalah minimal nilai rata-rata kelas adalah 80 dengan tingkat ketuntasan 80%. Prosedur penelitian tindakan kelas ini meliputi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pra Siklus
Analisa hasil belajar ulangan harian siswa kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora mata pelajaran IPA, permasalahan yang terjadi adalah rendahnya hasil belajar siswa, sehingga banyak siswa yang mengikuti program remedial. Hasil ulangan harian dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Hasil Ulangan Harian Prasiklus
Nilai |
Banyak Siswa |
Prosentase |
40 |
5 |
36% |
50 |
1 |
7% |
60 |
2 |
14% |
70 |
1 |
7% |
80 |
5 |
36% |
Jumlah |
14 |
100% |
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 43%. Nilai rata-rata ulangan harian adalah 60,00.
Siklus I
– Perencanaan
Tahapan pelaksanaan pada siklus 1 hal-hal yang dilakukan peneliti guna mendukung keberhasilan penelitian adalah menyiapkan RPP siklus 1, lembar wawancara, lembar observasi, dan catatan lapangan untuk menganalisa semua data-data temuan serta lembar validasi data yang kesemuanya dapat dilihat. Sementara itu, dalam hal kelancaran pembelajaran guru menyiapkan alat bantu berupa LCD dan laptop.
– Pelaksanaan
Rangkuman kegiatan pembelajaran yang terjadi antara guru dan siswa pada tindakan siklus 1 yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kegiatan dalam pembelajaran serta membentuk kelompok, guru menjelaskan materi lewat tampilan LCD proyektor termasuk menyampaikan contoh Mengidentifikasi Cara Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan, guru memberi tugas kepada siswa untuk melakukanpengamatan langsung tentang perubahan wujud benda, guru memandu siswa dalam berdiskusi dengan pendekatan perkelompok, setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi, guru melakukan penilaian proses yaitu melalui pengamatan sikap dan keterampilan dalam presentasi, guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa, guru memberi kesempatan sepenuhnya kepada masing-masing kelompok untuk saling bertanya jawab dengan kelompok lain, guru meluruskan kesalahan pemahaman siswa dan memberikan penguatan serta mengajak siswa menyimpulkan pembelajaran, siswa mengerjakan tes tulis, siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
– Pengamatan
Hasil pengamatan pada aktivitas pembelajaran siklus 1, secara garis besar pembelajaran dengan baik. Namun demikian, masih ditemukan siswa yang masih kurang aktif dan main sendiri. Hasil ulangan harian sudah mengalami peningkatan, tetapi belum sesuai yang diharapkan..
– Refleksi
Hasil refleksi pada tindakan siklus 1 peneliti jelaskan ke dalam 2 aspek yaitu aspek keberhasilan dan kelemahan. Keberhasilan yang dicapai guru dalam tindakan siklus 1 adalah pembelajaran sesuai dengan RPP dan sesuai dengan prinsip PAKEM. Sementara kelemahan tindakan pada siklus 1 meliputi: guru memberi kesempatan siswa untuk menguasai materi tetapi ada beberapa siswa yang kurang aktif, guru menyampaikan informasi baru disela-sela aktivitas, guru dalam pembagian kelompok masih terlalu besar sehingga ada beberapa siswa yang masih pasif.
Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, data tentang hasil belajar siswa setelah dilakukan ulangan harian adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Ulangan Harian Siklus I
Nilai |
Banyak Siswa |
Prosentase |
50 |
3 |
22% |
60 |
2 |
14% |
70 |
2 |
14% |
80 |
6 |
43% |
90 |
1 |
7% |
Jumlah |
14 |
100% |
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 64%. Nilai rata-rata ulangan harian adalah 70,00.
Siklus II
– Perencanaan
Tahapan pelaksanaan pada siklus 1 hal-hal yang dilakukan peneliti guna mendukung keberhasilan penelitian adalah menyiapkan RPP siklus 1, lembar wawancara, lembar observasi, dan catatan lapangan untuk menganalisa semua data-data temuan serta lembar validasi data yang kesemuanya dapat dilihat. Sementara itu, dalam hal kelancaran pembelajaran guru menyiapkan alat bantu berupa LCD dan laptop.
– Pelaksanaan
Rangkuman kegiatan pembelajaran yang terjadi antara guru dan siswa pada tindakan siklus 1 yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru membentuk kelompok lebih kecil lagi, guru menjelaskan materi lewat tampilan LCD proyektor termasuk menyampaikan contoh perubahan wujud benda, guru memberi tugas kepada siswa untuk melakukan pengamatan langsung pada materi Mengidentifikasi Cara Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan, guru memandu siswa dalam berdiskusi dengan pendekatan perkelompok, setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi, guru melakukan penilaian proses yaitu melalui pengamatan sikap dan keterampilan dalam presentasi, guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa, guru memberi kesempatan sepenuhnya kepada masing-masing kelompok untuk saling bertanya jawab dengan kelompok lain, guru meluruskan kesalahan pemahaman siswa dan memberikan penguatan serta mengajak siswa menyimpulkan pembelajaran, siswa mengerjakan tes tulis, siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
– Pengamatan
Hasil pengamatan pada aktivitas pembelajaran siklus 2, secara garis besar pembelajaran berlangsung aktif dan menyenangkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian siswa dengan rata-rata sudah 80% mencapai ketuntasan minimal (KKM).
– Refleksi
Hasil refleksi pada tindakan siklus 2 hasil pembelajaran IPA pada materi Mengidentifikasi Cara Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora meningkat dengan menggunakan metode Explicit Instuction.
Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, data tentang hasil belajar siswa setelah dilakukan ulangan harian adalah sebagai beriku:
Tabel 4.3 Hasil Ulangan Harian Siklus II
Nilai |
Banyak Siswa |
Prosentase |
60 |
1 |
7% |
70 |
1 |
7% |
80 |
6 |
43% |
90 |
4 |
29% |
100 |
2 |
14% |
Jumlah |
14 |
100% |
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 93%.Nilai rata-rata ulangan harian adalah 83,57%.
Pembahasan
Dari hasil tindakan dapat diketahui telah terjadi peningkatan hasil belajar IPA pada materi Mengidentifikasi Cara Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan siswa kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora Tahun 2016/2017 melalui model pembelajaran Explicit Instruction. Peningkatan nilai rata-rata yaitu 60 pada kondisi awal menjadi 70 pada siklus 1 dan menjadi 88 pada siklus 2. Nilai rata-rata siklus 1 meningkat 10% dari kondisi awal, dan nilai rata-rata siklus 2 meningkat 18% dari siklus 1. Secara keseluruhan dari kondisi awal sampai akhir tindakan siklus 2 terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 28%. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus 1 ada peningkatan sebesar 28% dari kondisi awal, dan siklus 2 meningkat 29% dari siklus 1. Secara keseluruhan dari kondisi awal sampai akhir siklus 2 ketuntasan belajar meningkat sebesar 57% dari kondisi awal. Yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal diberikan program remedial, dengan cara memberikan soal untuk dikerjakan di rumah. Disarankan dalam mengerjakan soal di rumah untuk minta bimbingan orang tua, teman, ataupun orang yang dianggap mampu memberikan bimbingan. Nilai dari tugas yang dikerjakan di rumah tersebut digunakan untuk memperbaiki nilai ulangan harian.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada pembelajaran IPA pada materi Mengidentifikasi Cara Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan melalui model pembelajaran Explicit Instuction dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: guru hendaknya melaksanakan pembelajaran IPA dengan model pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat membangkitkan keaktifan siswa, guru selalu berkoordinasi dengan kepala sekolah dan teman sejawat berkenaan dengan perkembangan belajar siswa, Siswa lebih mengembangkan kreativitasnya guna meningkatkan pemahaman terhadap materi pembelajaran IPA,. Siswa yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebaiknya tetap mempertahankan prestasinya dan yang belum hendaknya belajar lebih giat lagi, kepala sekolah hendaknya selalu memberi dukungan kepada guru dalam melaksanakan inovasi pembelajaran guna memperlancar proses pembelajaran, kepala sekolah secara berkala mengevaluasi kinerja guru.
DAFTAR PUSTAKA
___. 2003. KTSP Sekolah Dasar.Jakarta: Depdiknas
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press
E. Mulyasa. 2005.Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Rosenshine & Stevens. 1986. Model Pembelajaran Explicit Instruction
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan). Jakarta Prenada Group
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1977.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka