Penggunaan Metode Demontrasi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
PENGGUNAAN METODE DEMONTRASI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KOMPETENSI DASAR PESAWAT SEDERHANA DI KELAS V
SD NEGERI TEGALREJO 2 KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Sumiyati
SD Negeri Tegalrejo 2 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Pada saat dilakukan proses pembelajaran mata pelajaran IPA dengan kompetensi dasar pesawat sederhana Kelas V di SD Negeri Tegalrejo 02 prestasi belajar siswa masih rendah, hanya terdapat 3 anak dari 10 siswa yang mencapai nilai KKM., sedangkan 7 siswa sisanya belum mencapai tingkat Ketuntasan atau dibawah KKM. Sedangkan Nilai KKM yang ditetapkan di SD Negeri Tegalrejo 02 untuk pembelajaran IPA kelas V adalah 60. Dari evaluasi tersebut di atas baru terdapat 30 % siswa yang telah mencapai ketuntasan, berarti masih ada 70% anak yang belum tuntas secara klasikal, sedangkan Ketuntasan klasikal kelas atau Pencapaian target yang diharapkan sebesar 75%. Berdasarkan sebab-sebab kekurang efektifan pembelajaran di atas, dapat dilihat bahwa efektivitas dalam proses pembelajaran tersebut belum maksimal , dari sinilah guru harus berupaya meningkatkan efektivitas belajar siswa , sehingga pemahaman siswa terhadap konsep yang ingin ditanamkan lebih mudah diserap dan dapat memperoleh nilai yang lebih baik. Sehingga penulis perlu merumuskan rumusan masalah, yaitu sebagai berikut: “Apakah penerapan media pembelajaran dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas V semester 2 kompetensi dasar pesawat sederhana di SD Negeri Tegalrejo 02 ? †Dari hasil penelitian melalui perbaikan pembelajaran di kelas V SD Negeri Tegalrejo 02, kecamatan Tengaran, kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015 pada mata pelajaran IPA dapat disimpulkan sebagai berikut: Pada Pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA siklus I dari 10 siswa yang tuntas KKM sebanyak 6 siswa dengan prosentasi 60 %. Pada Pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA siklus II dari 10 siswa yang tuntas KKM sebanyak 9 siswa dengan prosentasi 90 %.
Kata kunci: demonstrasi, prestasi belajar
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri siswa yang dinyatakan dalam cara – cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian – pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan – kebiasaan, ketrampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat – sifat sosial, emosional dan pertumbuhan jasmaniah (Oemar Hamalik ,1982: 62).
Dalam konteks pembelajaran guru/pendidik merupakan fasilitator terjadinya insight (pemahaman) atas sesuatu oleh peserta didik. Salah satu karakteristik yang harus ada pada diri guru ialah memiliki kemampuan memotivasi belajar peserta didiknya, agar dapat meningkatkan kualitas dalam kegiatan belajar mengajar serta mampu mengunakan metode yang tepat didalam pembelajarannya.
Tanggung jawab seorang guru terhadap keberhasilan proses pembelajaran sangatlah besar. Dalam proses pembelajaran seorang guru dituntut untuk dapat menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif, sehingga siswa mampu memahami dan menguasai materi yang diajarkan oleh guru. Hal ini perlu diperhatikan oleh seorang guru karena salah satu indikator keberhasilan pembelajaran adalah dengan dikuasainya materi pembelajaran oleh siswa.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran serta penguasaan materi yang diajarkan guru kita dapat melihat dari nilai yang diperoleh siswa dalam ulangan. Dari hasil ulangan inilah seorang guru akan dapat menentukan tindak lanjut dari pembelajaran tersebut, apakah dalam proses pembelajaran tersebut perlu dilakukan perbaikan ataukah pengayaan. Tentu saja perbaikan akan diberikan oleh seorang guru apabila hasil yang diperoleh siswa masih rendah.
Alat peraga dalam pembelajaran IPA akan sangat menopang tercapainya hasil dan tujuan pembelajaran tersebut. Selain itu, dengan digunakannya alat peraga, maka diharapkan fungsi dari mata pelajaran akan terpenuhi. Fungsi tersebut antara lain:
1. Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dangan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari – hari.
2. Mengembangkan ketrampilan proses.
3. Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk Meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
4. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari – hari.
5. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta ketrampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Rustopo dan Sutrisno (2001) menyebutkan bahwa “penggunaan media/alat peraga dalam poses belajar mengajar adalah sangat penting, dalam meningkatkan mutu proses belajar mengajarâ€. Tanpa alat peraga proses balajar mengajar menjadi kering, tidak menarik, kurang bervariasi, sehingga mengurangi kadar keterlibatan siswa yang pada akhirnya mengurangi kualitas belajar mengajar.
Strategi pelaksanaan pendidikan dilakukan melalui berbagai bentuk kegiatan antara lain kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan. Pengajaran (teaching) adalah bentuk interaksi antara tenaga kependidikan dengan peserta didik dalam suatu kegiatan belajar mengajar untuik mengembangkan perilaku sesuai dengan tujuan pengajaran.
Menurut pandangan konstruktivis dalam proses pembelajaran IPA seyogianya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi interaksi sosial.
Jadi saat proses pembelajaran siswa harus terlibat secara langsung dalam kegiatan nyata siswa memperoleh pengalaman langsung dengan objek dan interaksi sosial dalam kelompoknya saat mencocokkan konsepsi awalnya dengan konsep yang disepakati ilmuwan. Guru perlu mempersiapkan bahan lebih awal dan melibatkan siswa agar siswa juga merasa berperan dalam pembelajaran IPA.
Tetapi dalam kenyataan yang sering terjadi, proses pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah dasar pada umumnya masih belum berjalan secara maksimal. Guru dalam proses pembelajaran, masih sering menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi, sedangkan materi dalam matematika adalah konsep yang bersifat abstrak. Metode ceramah yang digunakan guru dalam menyampaikan konsep yang abstrak membuat siswa SD yang masih berpikir konkret sulit untuk memahami materi. Pada saat dilakukan proses pembelajaran mata pelajaran IPA dengan kompetensi dasar pesawat sederhana Kelas V di SD Negeri Tegalrejo 02 prestasi belajar siswa masih rendah, hanya terdapat 3 anak dari 10 siswa yang mencapai nilai KKM., sedangkan 7 siswa sisanya belum mencapai tingkat Ketuntasan atau dibawah KKM.
Sedangkan Nilai KKM yang ditetapkan di SD Negeri Tegalrejo 02 untuk pembelajaran IPA kelas V adalah 60. Dari evaluasi tersebut di atas baru terdapat 30 % siswa yang telah mencapai ketuntasan, berarti masih ada 70% anak yang belum tuntas secara klasikal, sedangkan Ketuntasan klasikal kelas atau Pencapaian target yang diharapkan sebesar 75%.
Rumusan Masalah
Berdasarkan sebab-sebab kekurang efektifan pembelajaran di atas, dapat dilihat bahwa efektivitas dalam proses pembelajaran tersebut belum maksimal , dari sinilah guru harus berupaya meningkatkan efektivitas belajar siswa , sehingga pemahaman siswa terhadap konsep yang ingin ditanamkan lebih mudah diserap dan dapat memperoleh nilai yang lebih baik. Sehingga penulis perlu merumuskan rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:
“ Apakah penerapan media pembelajaran dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas V semester 2 kompetensi dasar pesawat sederhana di SD Negeri Tegalrejo 02 ? â€
Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan laporan pembimbingan pemantapan profesional melalui PTK adalah untuk mendeskripsikan penggunaan media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPA kompetensi dasar pesawat sederhana, serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa melalui media pembelajaran.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat:
Bagi Guru sebagai peneliti
a. Guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Guru mampu menunjukkan otonominya sebagai pekerja professional.
b. Untuk memperbaiki pembelajaran, serta hasil penelitian yang diperolehnya dapat disebarkan kepada teman sejawat, sehingga mereka tergerak untuk mencoba hasil tersebut atau paling tidak mencoba melakukan perbaikan bagi pembelajaran di kelasnya.
c. Sebagai sarana untuk mengembangkan diri secara professional dan lebih percaya diri.
d. Melalui PTK, guru mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
Bagi Sekolah
a. Sekolah yang para gurunya sudah mampu membuat perbaikan mempunyai kesempatan yang besar untuk berkembang pesat. Berbagai perbaikan akan dapat diwujudkan seperti penanggulangan masalah belajar siswa, perbaikan kesalahan konsep, serta penanggulangan berbagai kesulitan mengajar yang dialami oleh guru. Disamping itu, pendekatan penelitian tindakan yang dilakukan di dalam kelas secara keseluruhan.
b. Manfaat penelitian perbaikan pembelajaran yang didapat oleh sekolah dapat meningkatkan kualitas pendidikan untuk para siswa di sekolah tersebut.
c. Penelitian perbaikan pembelajaran memberi sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah, yang tercermin dari peningkatan kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar siswa, serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah tersebut.
Bagi Pendidikan Secara Umum
Secara umum dengan adanya penelitian perbaikan pembelajaran juga akan meningkat, karena adanya PTK kesalahan dalam proses pembelajaran akan cepat dianalisis dan diperbaiki, sehingga kesalahan tersebut tidak akan berlanjut. Jika kesalahan dalam proses pembelajaran dibiarkan berlarut-larut, maka guru akan tetap mengajar dengan cara yang sama sehingga hasil belajar siswa pun sama, bahkan bahkan mungkin menurun.
KAJIAN PUSTAKA
Belajar dan Prestasi Belajar
Banyak orang yang mendefinisikan belajar sebagai kegiatan menghafal, hal ini dapat dilihat dari kegiatan belajar yang sering dilakukan para siswa. Sehinga tidak sedikit guru yang memberikan rangkuman, agar siswa lebih mudah untuk menghafalnya. Merumuskan definisi belajar yang memadai, bukanlah suatu hal yang mudah, karena itulah banyak dijumpai definisi – definisi tentang belajar.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya suatu perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, ketrampiln, kecekapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain dari individu yang belajar. Proses belejar akan lebih berhasil jika bermakna.
Disamping itu ada pula sebagian orang yang memendang belajar sebagai latihan belaka deperti yang nampak pada latihan membaca, menulis, berhitung dan lain-lain. Berdasarkan persepsi yang semacam ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan sebuah pengetahuan tertentu, walau tanpa disertai pengetahuan mengenai arti, hakikat, tujuan dan ketrampilan mengenai pengetahuan itu.
Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian itu perlu diutarakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan. Keadaan gila, mabuk, lelah dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.
Menurut Oemar Hamalik (1982: 52) pengertian belajar dikelompokkan kedalam dua jenis pandangan, yaitu pandangan tradisional dan pandanga modern. Menurut pandangan tradisional, belajar adalah usaha memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. Menurut pandangan modern belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat berinteraksi dengan lingkungan.
Sedangkan menurut Natawidjaja (1986: 7), belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang. Perubahan itu dapat terjadi dalam bidang ketrampilan, kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan, atau apresiasi.
Jadi, pengertian belajar adalah proses untuk merubah tingkah laku atau penampilan yang berarti dan baru lewat usaha-usaha yaitu dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Perubahan tingkah laku ini meliputi ranah kognitif, afektif dan psikhomotor.
Dari pernyataan-pernyataan di atas kegiatan belajar mengajar dengan sendirinya adalah menjadi pusat kegiatan dan pusat perhatian anak didik atau siswa. Selesai mengikuti proses belajar mengajar, siswa telah mengalami sesuatu yaitu telah memiliki pengalaman belajar tertentu dan siswa telah mengalami perubahan tingkah laku serta telah memiliki sesuatu. Sesuatu dalam hal ini berupa pengetahuan, sikap dan ketrampilan tertentu.
Di atas telah dikemukakan pendapat para ahli tentang pengertian dan definisi belajar. Dari kesemuanya dapat disimpulkan bahwa semua usaha dalam sebuah proses belajar menghendaki adanya sebuah perubahan kearah yang lebih baik, yaitu taraf atau tingkatan kemampuan yang diperoleh individu yang sedang belajar atau dengan kata lian yang lebih tepat adalah prestasi belajar. Prestasi belajar yang dicapai siswa satu dengan siswa yang lain berbeda , hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Dari pengertian prestasi tersebut juga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil interaksi antara faktor yang mempengaruhi individu baik dari dalam maupun dari luar , yang dapat dicapai secara maksimal. Prestasi belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan. Kegiatan yang dimaksud di sini terutama kegiatan yang terjadi di sekolah walaupun hasil belajar dapat diperoleh dari kegiatan belajar yang tidak deprogram oleh sekolah.
Adapun faktor –faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat diidentikkan dengan faktor yang mempengaruhi belajar, karena dari proses belajar akan membawa dampak yang berkelanjutan pada siswa yaitu yang disebut hasil belajar. Secara garis besar factor-factor tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pengguanaan media pembelajaran didalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Media berasal dari kata “medium†yang berasal dari bahasa latin “medius†yang berarti “tengah†atau “sedangâ€. Pengertian media mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan (Latuheru, 1988:9). Menurut McLuhan (dalam Sihkabuden, 1985:2) media merupakan suatu sarana atau channel sebagai perantara antara pemberi pesan kepada penerima pesan. Seperti telah dijelaskan di atas, ada banyak faktor yang akan mempengaruhi hasil belajar/prestasi siswa dalam belajar. salah satunya adalah lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang dimaksud disini, tentu mempunyai cakupan yang cukup luas. Yang selanjutnya disebut sistem lingkungan belajar. Sistem lingkungan belajar itu sendiri dipengaruhi oleh babarapa komponen yang saling mempengaruhi. Komponen-komponen tersebut misalnya: Tujuan suatu pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang akan diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peran tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan , serta sarana dan prasarana yang tersedia. Komponen-komponen tersebut diharapkan dapat memungkinkan terciptanya suasana yang kondusif demi terjadinya proses belajar mengajar.
Di dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subyek belajar dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan ,kemampuan, sikap, dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien (Sardiman A.M.,1990:22).
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan hal yang sangat penting. Bagaimana sikap dan pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang akan dicapai siswa.
Rustopo dan Sutrisno menyebutkan bahwa penggunaan media/alat peraga dalam poses belajar mengajar adalah sangat penting, dalam meningkatkan mutu proses belajar mengajar. Tanpa alat peraga proses balajar mengajar menjadi kering, tidak menarik, kurang bervariasi, sehingga mengurangi kadar keterlibatan siswa yang pada akhirnya mengurangi kualitas belajar mengajar.
Ilmu Pegetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, konsep, yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan , peyusunan dan pengujian gagasan – gagasan. Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan ,ketrampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa, serta mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut teori Classical Conditioning oleh Parlov dan Watson, dalam buku Psikologi Pendidikan (1990:103), dengan percobaannya memekai seekor anjing, telah membuktikan bahwa telah adanya hubungan antara stimulus dan respon. Jadi belajar akan lebih berhasil apabila ada stimulus/rangsangan (alat peraga) kepada siswa sehingga akan terjadi respon pada diri siswa.
Jelaslah sudah bahwa penggunaan alat peraga dalam pembelajaran IPA akan sangat menopang tercapainya hasil dan tujuan pembelajaran tersebut. Selain itu, dengan digunakannya alat peraga, maka diharapkan fungsi dari mata pelajaran IPA pun akan terpenuhi. Fungsi tersebut antara lain:
a) Memberikan pengetahuan tentang pelbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dangan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari – hari.
b) Mengembangkan ketrampilan proses.
c) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk Meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
d) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari – hari.
Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir yang digunakan, adalah sebagai berikut:
Kondisi awal
Pada kondisi awal pembelajaran IPA diketahui prestasi belajar peserta didik rendah, hal ini dikarenakan guru tidak menggunakan media dalam kegiatan belajar mengajar.
Tindakan
Kemudian penulis melakukan tindakan didasari dengan melihat prestasi peserta didik rendah, yaitu dengan menggunakan media pembelajaran.
Kondisi akhir
Setelah kegiatan belajar mengajar menggunakan media pembelajaran, diketahui bahwa prestasi belajar siswa meningkat.
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Dalam bab ini dibahas tentang subjek penelitian yang meliputi tempat dan waktu serta karekteristik siswa. Selain itu dipaparkan pula deskripsi per siklus meliputi siklus I dan siklus II. Pelaksanaan Perbaikan pembelajaran akan dilakukan dalam 2 siklus, aspek yang sudah baik pada siklus I akan dipertahankan pada siklus II, sedangkan aspek yang kurang baik akan diperbaiki pada siklus II.
Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian
Subjek Penelitian
Perbaikan Pembelajaran dilakukan pada peserta didik kelas V SD Negeri Tegalrejo 02, dengan jumlah siswa sebanyak 10 anak. Dimana terdapat 3 peserta didik laki-laki dan 7 peserta didik perempuan.
Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri Tegalrejo 02 kecamatan Tengarankabupaten Semarang. Letak lokasi SD Negeri Tegalrejo 02 berada disebelah utara kecamatan Kaliwungu. Pada dasarnya orang tua menyerahkan pendidikan anaknya kepada guru. karena sebagian besar orang tua murid SD Negeri Tegalrejo 02 bekerja sebagai buruh tani dan minim akan pendidikan. Di rumah orang tua siswa masih banyak yang kurang perhatian kepada anak tentang belajarnya. Oleh sebab itu, guru harus memberikan perhatian yang lebih terhadap kemajuan belajar siswa dengan sering memberi pekerjaan rumah.
Waktu Penelitian
Kegiatan perbaikan pembelajaran ini penulis laksanakan di SD Negeri Tegalrejo 02. Kegiatan perbaikan pembelajaran IPA kelas V semester 2 tentang pesawat sederhana dimulai dari tahap awal pembelajaran yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9 Maret 2015. Selanjutnya dilaksanakan siklus I pada hari Senin tanggal 23 Maret 2015 siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 30 Maret 2015.
Teknik Pengumpulan data
Teknik tes
Teknik tes hasil belajar, penulis gunakan untuk ukuran sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran IPA, dalam hal ini tes diberikan setiap akhir pelajaran.
Teknik non tes
Teknik ini penulis pergunakan untuk mengetahui keaktifan siswa melaksanakan tugas yang diberikan guru. Aspek yang diobservasi antara lain: perhatian, aktivitas, dan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran. Teknik ini juga untuk mengetahui apakah metode yang digunakan guru efektif atau tidak.
Refleksi
Penulis berdiskusi dengan teman sejawat dan supervisor mengenai hasil pengamatan. Temuan –temuan akan muncul didalam pengamatan, antara lain aktivitas-aktivitas guru, siswa, maupun situasi saat proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Setelah melihat hasil pada lembar observasi yang telah diberikan penilaian oleh pengamat akan menemukan kelemahan maupun kekuatan pada proses perbaikan pembelajaran.
Dengan dibantu oleh hasil analisis data, guru mencoba merenungkan mengapa satu kejadian berlangsung dan mengapa seperti itu terjadinya.Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Dari berbagai renungan berdasarkan hasil observasi dan masukan pendapat oleh pengamat sehingga diperoleh suatu kelemahan dan kekuatan yang akan dievaluasi dan ditindak lanjuti. Bila dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus pertama kurang memuaskan karena ada sisi kekurangan, maka akan dievaluasi dan diperbaiki. Namun pada sisi kekuatan akan menjadi landasan untuk mempertahankan.
Teknik Analisis Data
1. Melalui instrumen yang tepat serta kemudahan di dalam penafsiran data, diperlukan teknik analisis data yang sesuai dengan kebutuhan. Teknik analisis data meliputi teknik kualitatif dan teknik kuantitatif.
2. Data kualitatif yaitu berupa hasil pengamatan/observasi selama proses pembelajaran.
3. Data kuantitatif yaitu berupa nilai yang diperoleh siswa sebagai ukuran kemajuan siswa dalam proses pembelajaran, Nilai tersebut diambil sebelum dan sesudah tindakan perbaikan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penulis telah melakukan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan di SD Negeri Tegalrejo 02 kecamatan Tengaran sebanyak dua siklus. Selanjutnya disampaikan hasil perbaikan pada masing-masing siklus. Penyampaian hasil penelitian pada masing-masing siklus akan mencakup penilaian penampilan perbaikan pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Siklus I
Dari hasil pengamatan dan tes formatif perbaikan pembelajaran siklus I pada mata pelajaran IPA kelas V semester 2 SDN Tegalrejo 02 dengan kompetensi dasar mengenal sejarah uang, merupakan gambaran dari prestasi belajar siswa yang dicapai.
Dari uraian diatas dapat dibandingkan hasil pada perolehan pembelajaran pra siklus dengan perbaikan pembelajaran siklus I diantaranya:
a. Nilai ketuntasan kelas pada pra siklus adalah 30 % naik pada perbaikan pembelajaran siklus I menjadi 60 %
b. Nilai rata-rata kelas pada pra siklus adalah 55 naik pada perbaikan pembelajaran siklus I menjadi 68
Siklus II
Dari hasil pengamatan dan tes formatif perbaikan pembelajaran siklus I pada mata pelajaran IPA kelas V semester 2 SD Negeri Tegalrejo 02 dengan kompetensi dasar pesawat sederhana, merupakan gambaran dari prestasi belajar siswa yang dicapai. Dibawah ini adalah hasil pengamatan saat dan setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang disajikan berupa tabel dan grafik.
Dari uraian diatas dapat dibandingkan hasil pada perolehan pembelajaran pada siklus I dengan perbaikan pembelajaran siklus II diantaranya:
a. Nilai ketuntasan kelas pada siklus I adalah 60 % naik pada perbaikan pembelajaran siklus II menjadi 90 %.
b. Nilai rata-rata kelas pada siklus I adalah 68 naik pada perbaikan pembelajaran siklus II menjadi 78
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Dari data kualitas pelaksanaan perbaikan pembelajaran dan hasil tes formatif siswa yang ditemukan dalam penelitian di kelas V SD Negeri Tegalrejo 02 kecamatan Tengarankabupaten Semarang dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran meningkat dan karena itu prestasi belajar siswa juga meningkat. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan dengan cukup baik, pada siklus I prestasi belajar siswa dengan ketuntasan klasikal kelas adalah 60% meningkat menjadi 90% pada perbaikan siklus II.
Peningkatan prestasi belajar siswa kelas V di SD Negeri Tegalrejo 02 kecamatan Tengaran kabupaten Semarang terjadi karena dalam perbaikan pembelajaran secara kensekuen penulis melaksanakan aktivitas perbaikan pembelajaran yang mencakup:
Pra siklus
a. Siswa tidak antusias dan kurang terlibat dalam proses pembelajaran.
b. Masih banyak siswa yang ramai dikelas.
c. Hanya sebagian kecil siswa yang bisa menangkap dan memahami materi dan konsep yang diberikan guru.
d. Penjelasan guru masih monoton
e. Siswa tidak berani bertanya bila ada materi yang belum diketahui.
f. Tidak mengunakan metode yang sesuai
g. Tidak menggunakan media pembelajaran
Perbaikan pembelajaran siklus I
a. Guru memberikan apersepsi dengan baik.
b. Stimulus dalam pembelajaran direspon siswa
c. Ketertiban siswa meningkat, terlihat siswa mulai tenang dikelas
d. Guru sudah menggunakan media pembelajaran
e. Guru menggunakan media pembelajaran dengan baik.
f. Siswa sudah berani mulai bertanya apabila ada materi yang kurang dipahaminya.
Perbaikan pembelajaran siklus II
a. Guru memberikan apersepsi dengan sangat baik sehingga dapat
b. Stimulus dalam pembelajaran direspon sangat positif oleh siswa, terbukti siswa sangat antusias mengikuti pelajaran.
c. Ketertiban siswa meningkat, terlihat siswa mulai tenang dikelas
d. Guru sudah mengoptimalkan media pembelajaran
e. Guru menggunakan media pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak merasa bosan.
f. Siswa tidak hanya sudah berani bertanya tetapi sudah dapat mengungkapkan pendapatnya sendiri.
g. Setelah diadakan evaluasi hasil pembelajaran siswa meningkat sekali
Sudah menyempurnakan media pembelajaran. Ketepatan pemilihan aktivitas- aktivitas perbaikan pembelajaran tampak dalam kesesuaian antara pelaksanaan masing-masing aktivitas dengan teori yang melandasinya. Ketepatan masing-masing aktivitas dapat dijelaskan seperti berikut ini.
1. Penggunaan media
2. Penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian melalui perbaikan pembelajaran di kelas V SD Negeri Tegalrejo 02, kecamatan Tengaran, kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015 pada mata pelajaran IPA dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada Pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA siklus I dari 10 siswa yang tuntas KKM sebanyak 6 siswa dengan prosentasi 60 %.
2. Pada Pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA siklus II dari 10 siswa yang tuntas KKM sebanyak 9 siswa dengan prosentasi 90 %.
Jadi selama pelatihan pembelajaran IPA siklus I sampai dengan II terjadi peningkatan 30 % secara klasikal. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka penulis dapat menegaskan bahwa penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pembelajaran IPA kompetensi dasar pesawat sederhana di SD Negeri Tegalrejo 02 kecamatan Tengaran kabupaten Semarang.
Saran
Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyampaikan saran, agar dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Untuk Guru
a. Sebelum mengajar buatlah persiapan yang matang.
b. Berikan motivasi kepada siswa agar bisa aktif dalam pembelajaran.
c. Gunakan media yang menunjang dan relevan dalam meningkatkan hasil belajar.
d. Guru sebaiknya membimbing siswa dalam pengerjaan tugas.
Untuk Kepala Sekolah
a. Sebaiknya kepala sekolah selalu memberikan motivasi yang positif kepada guru sehingga tercipta suasana yang menyenangkan dalam melaksanakan tugas.
b. Hendaknya kepada sekolah memberikan penghargaan berupa kesejahteraan kepada guru yang kreatif dan berprestasi sehingga tercipta persaingan sehat dan terwujudnya keadilan serta dapat mendorong guru menjadi lebih semangat dalam mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik,Oemar.(1998). Metode Belajar dan Kesulitan Kesulitan Belajar. Bandung: CV, Mandar Maju.
Latuheru,(1988) Media Pembelajaran, edisi 1.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Marsell.Jl. (1954) Educational Psychology. Jakarta.
Muhibbin Syah (2000). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta.Dekdikbud.
Natawidjaya, Rahman (1986) Psikologi Pendidikan, Jakarta Dekdikbud.
Sardiman.A.M (1990) Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar. Bandung. Remaja Karya.
Sihkabuden,(1985) Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran, Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.
Sutrisno dan Rustopo. (2001). Media Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Parlov.Watson (1990) Educational Psychology. Jakarta.