Penggunaan Metode Inquiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
PENGGUNAAN METODE INQUIRI UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR DALAM MENDESKRIPSIKAN
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA SISWA KELAS V SEMESTER I SD NEGERI GLONGGONGREJO
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Suharmi
Guru SDN Glonggongrejo Baturetno
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk untuk mengetahui tentang penggunaan metode inquiri dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas V Semester I SD Negeri Glonggongrejo Tahun 2011/2012. Langkah penelitian ini adalah mulai dari perencanaan, observasi sebelum pelaksanaan, penelitian, observasi pada saat pelaksanaan penelitian dari siklus I sampai dengan siklus II dan dilakukan pengolahan data secara diskriptif komperatif serta diadakan refleksi dari masing masing siklus. Dari data dapat dilihat bahwa pada siklus pertama persiapan partisipasi siswa untuk mengikuti pelajaran PKn sangat rendah, hal ini berpengaruh pada tingkat pemahaman dan penguasaan materi, sehingga mengakibatkan siswa sulit menjawab soal tes formatif yang disajikan guru. Nilai pada siklus I kurang memuaskan dengan rata-rata kelas 5.75. Pada siklus kedua dan ketiga terjadi peningkatan dalam pembelajaran. Siswa lebih siap dan aktif mengikuti pembelajaran, sehingga materi yang diberikan guru lebih menarik sehingga lebih cepat diserap murid. Nilai tes akhir siswa meningkat, yaitu pada siklus kedua 6.5 dan pada siklus ketiga 7,8. Dengan melihat nilai rata-rata kelas tersebut menunjukkan bahwa variasi metode inquiri dapat meningkatkan hasil belajar. Siswa mudah memahami dan mengingat materi yang disampaikan karena menarik dalam penyajiannya. Dengan perbaikan tersebut maka hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn melalui metode inquiri mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada siklus I dengan rata-rata Kelas 5.75 meningkat pada siklus II menjadi 6,5 dan pada siklus III mengalami peningkatan yang memuaskan dengan rata-rata 7,8 dengan tingkat kriteria ketuntasan minimal 6.5. Terjadinya peningkatan dapat diperoleh bukti adanya peningkatan hasil dalam pembelajaran. Peningkatan hasil belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidikan. Keberhasilan pendidikan merupakan kunci pendidikan yang berkualitas.
Kata kunci: Metode inquiri, prestasi belajar, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
PENDAHULUAN
Penggunaan metode yang bervariasi menjadikan guru tidak lagi memonopoli jalannya pelajaran atau tidak bersifat teacher centered, tetapi dapat memberi kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sendiri, menemukan pengetahuan sendiri dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya, sehingga pembelajaran dipusatkan pada anak atau child center.
Salah satu yang dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru adalah metode inquiri. Metode Inquiri adalah suatu pola untuk membantu para peserta didik merumuskan dan menguji pendapatnya sendiri dan memiliki kesadaran akan kemampuannya (Suchman, 1996: 3) sehingga metode Inquiri sangat penting artinya, karena metode inquiri adalah suatu cara mengajar yang menarik, terutama dengan memberi kesempatan bagi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalan kegiatan belajar mengajar terutama di kelas V Sekolah Dasar. Sehubungan dengan usaha-usaha peningkatan kualitas pendidikan di sekolah maka penulis memaparkan Tindakan Kelas dengan judul “Penggunaan Metode Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar dalam Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada Siswa Kelas V Semester I SD Negeri Glonggongrejo Tahun Pelajaran 2011/2012â€
Dalam penelitian tindakan permasalahan yang dirumuskan adalah “Apakah penggunaan metode inquiri mampu untuk meningkatkan hasil belajar dalam Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas V Semester I SD Negeri Glonggongrejo Tahun Pelajaran 2011/2012 ?â€
Penelitian tindakan bertujuan untuk mengetahui tentang penggunaan metode inquiri dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas V Semester I SD Negeri Glonggongrejo Tahun 2011/2012.
Manfaat dalam penelitian ini meliputi: manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis: Penelitian tindakan diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi para guru dalam usaha meningkatkan hasil belajar dengan metode inquiri. Manfaat praktis: Penelitian tindakan diharapkan dapat memberikan masukan tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode inquiri.
Pengertian metode menurut Sagala (2003), adalah cara yang digunakan oleh guru/ siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran yang mungki terjadi dalam suatu strategi. Dalam pembelajaran, metode yang bisa digunakan banyak sekali ragamnya. Sebagai guru hendaknya kita pandai menggunakan atau memilih metode yang tepat dan sesuai dengan materi dan kondisi siswa. Dalam proses pembelajaran terdapat hubungan yang erat antara strategi dengan metode. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal,diperlukan strategi pembelajaran yang tepat. Pada saat menetapkan strategi yang digunakan, guru harus cermat dalam memilih dan menetapkan metode yang sesuai.
Metode Inquiri merupakan strategi mengajar yang memungkinkan para peserta didik mendapatkan jawabannya sendiri, karena metode inquiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Jadi metode inquiri salah satu metode mengajar yang menarik, terutama dengan memberi kesempatan bagi peserta didik untuk berpatisipasi aktif dalam proses belajar mengajar di kelas.
Dalam perkembangannya metode inquiri mempunyai peranan penting terhadap pendidikan di sekolah antara lain adalah: (1) Menekankan kepada proses informasi oleh peserta didik sendiri. (2) Membuat konsep diri peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya. (3) Memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas ketrampilan dalam proses memperoleh kognitif para peserta didik. (4) Penemuan-penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikannya dan sangat sulit melupakannya. (5) Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar (Sumantri, 1999:166).
Penganjur pembelajaran dengan basis inquiri, menyatakan pendapatnya sebagai berikut: “Kita dengan basis inquiri mengajarkan suatu bahan kajian bukan untuk menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan kajian, tetapi lebih ditujukan untuk membuat siswa berpikir untuk diri mereka sendiri, meneladani seperti apa yang dilakukan oleh seorang sejarawan, mereka turut mengambil bagian dalam proses mendapatkan pengetahuan. Mengetahui adalah suatu proses bukan suatu produk.†(Nur dan Wikandari, 2000:10).
Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah dicapai oleh siswa setelah mengalamiproses belajar mengajar dalam mempelajari materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat berupa perubahan atau peningkatan sikap, kebiasaan, pengetahuan, keuletan, ketabahan, penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan lain sebagainya yang menuju pada perubahan positif. Hasil belajar menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya yang telah mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang yang dapat dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Jadi dengan adanya hasil belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat menangkap, memahami, memiliki materi Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) pelajaran tertentu. Atas dasar itu pendidik dapat menentukan strategi belajar mengajar yang lebih baik.
Hasil belajar matematika menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah siswa mampu memahami konsep PKn, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Siswa juga diharapkan mampu memiliki sikap menghargai kegunaan PKn dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari PKn, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu factor intern yang berasal dari siswa tersebut, dan factor ekstern yang berasal dari luar diri siswa tersebut. Faktor dari diri siswa terutama adalah kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Seperti yang telah dikemukakan oleh Clark, bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Selain faktor kemampuan siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, serta masih banyak faktor lainnya. Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkahlaku yang diniati dan disadarinya. Siswa harus merasakan adanya kebutuhan untuk belajar dan berprestasi.
Meskipun demikian, hasil yang dicapai masih juga bergantung dari lingkungan. Artinya, ada faktor-faktor yang berada diluar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah adalah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2000), 39-40.
Kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode inquiri dapat dilaksanakan dengan melalui siklus yang terdiri dari 5 (lima) tahapan kegiatan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nurhadi (2004:125) yang terdiri dari: (1) Observasi (Observation), (2) Bertanya (question), (3) Mengajukan dugaan (hipotesis), (4) Pengumpulan data (data gathering), dan (5) Penyimpulan (Conclusion).
Pengajaran berbasis inquiri membutuhkan startegi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan meyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna. Inquiri adalah seni dari ilmu bertanya serta menjawab. Inquiri melibatkan observasi dan pengukuran, pembentukan hypotesis dan interprestasi, pembentukan model dan pengujian metode. Inquiri menuntun adanya eksperimentasi, refleksi dan pengenalan akan keunggulan dan kelemahan metode-metodenya sendiri.
Selama proses inquiri berlangsung, seorang guru dapat mengajukan pertanyaan untuk mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan bersifat open-ended, memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki sendiri dan mencari jawaban sendiri.
Ketika guru menggunakan teknik inquiri, guru tidak boleh banyak bertanya atau berbicara. Terlalu banyak intervensi, terlalu banyak bertanya, dan terlalu banyak menjawab akan mengurangi proses belajar mengajar siswa melalui inquiri. Dengan demikian proses belajar tidak akan lagi menyenangkan. Dalam prose inquiri siswa dituntut untuk bertanggung jawab pada pendidikan mereka sendiri. Guru yang menaruh perhatian pada pribadi siswa, akan menemukan kegiatan-kegiatan yang disukai siswa, juga hal-hal yang baik yang ada dalam diri siswa-siswanya, dan kesulitan-kesulitan yang mengganggu siswa adalah proses belajar. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa.
Untuk dapat mencapai hasil belajar yang baik sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain meliputi siswa, guru, sarana dan prasarana serta keadaan lingkungan. Operasional dalam penelitian tindakan digambarkan dalam 4 tahap yaitu sebagai berikut: Tahap I Perencanaan,Tahap II Tindakan, Tahap III Observasi, Tahap IV Refleksi. Dalam penelitian tindakan ini sebagaimana dinyatakan oleh Kemutis dan MC, Tanggal (1998:63) merupakan penelitian yang bersiklus, yang terdiri dari rencana, aksi, observasi, dan refleksi yang dilakukan secara berulang.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir tersebut diatas didapatlah hipotesis sebagai berikut: “Dengan menggunakan metode inquiri dapat meningkatkan hasil belajar dalam Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas V semester I SD Negeri Glonggongrejo Tahun Pelajaran 2011/2012.â€
METODE PENELITIAN
Penelitian akan berhasil dengan baik jika data yang diperoleh obyektif dan teliti dalam pembahasannya. Untuk itu perlu satu metode beserta teknik pengolahannya. Dalam pengertiannya metode berasal dari kata “Methodos†(Yunani) yang artinya adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan penelitian tindakan ini maka yang dimaksud metode menyangkut masalah cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran yang bersangkutan.
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di SD Negeri Glonggongrejo, dengan jangka waktu penelitian tindakan 6 bulan, yaitu mulai bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2011. Adapun pelaksanaan tindakan selama 8 minggu pada bulan September, Oktober, dan November 2011.
Penelitian tindakan tentang penggunaan metode inquiri untuk meningkatkan hasil belajar dalam mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada mapel PKn Kelas V semester I SD Negeri Glonggongrejo tahun pelajaran 2011/2012. Yang menjadi subyek penelitian tindakan adalah siswa kelas V SD Negeri Glonggongrejo Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012.
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya yaitu menggunakan data tambahan seperti dokumen dan lain-lain: (1) Informan sebagai sumber data utama (primer), meliputi: Pengawasan Dabin TK/SD Gugus RA Kartini, Kepala sekolah, dewan guru serta siswa kelas V SD Negeri Glonggongrejo. Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri. (2) Arsip, sebagai sumber data tambahan (sekunder), meliputi: dokumen, hasil pengamatan pelaksanaan, hasil belajar PKn, data-data statistic, dan gambar.
Teknik dan alat pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: (1) Eksperimen, yang dilakukan dalam suatu tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus atau 3 siklus sampai pada nilai siswa minimal sama atau diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) rata-rata secara klasikal dengan perubahan sikap yang semakin meningkat dalam mengikuti proses pembelajaran. (2) Observasi, adalah pengamat an meliputi pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh indera (Suharsimi Arikunto, 1997: 146).
Guna menjamin validitas data yang diperoleh dalam tindakan digunakan keabsahan konstruksi dan mencek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase dan sering dengan menggunakan metode yang berlainan. Dalam penelitian tindakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dilacak kebenarannya dengan menggunakan tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri Glonggongrejo.
Penelitian tindakan dianggap Tuntas apabila telah memenuhi standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Untuk nilai KKM Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V SD Negeri Glonggongrejo Tahun Pelajaran 2011/2012 sebesar 65, ini sudah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dibuat oleh SD Negeri Glonggongrejo.
Tahap Persiapan Tindakan: (a) Menjajagi kemampuan prestasi belajar siswa dengan memberikan tes PKn secara tertulis. (b) Mengidentifikasi soal-soal dalam buku paket dan pendamping yang digunakan siswa kelas V yang diperkirakan sulit dipahami siswa agar peneliti tidak terjebak kesulitan tindakan dalam penggunaan metode inquiri. (c) Membenahi soal yang telah diidentifikasi sebagai soal penjajagan. (d) Mengadakan focus group discussion dengan KS ataupun Guru Kelas V SD Lain untuk mendapatkan berbagai pertimbangan dan masukan mengenai penggunaan metode inquiri. (e) Pengertian soal yang telah direvisi. (f) Menyusun tes tengah semester dan instrument penelitian tindakan berupa pedoman observasi dan wawancara.
Dalam pelaksanaan PTK mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus (direncanakan 3 siklus), yang setiap siklusnya tercakup 4 kegiatan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan interprestasi, dan (4) analisis dan refleksi (Mc. Niff, 1992: 22-24). Yang menjadi tolak ukur keberhasilan setiap siklus adalah tercapainya indikator-indikator kinerja di atas.
Rancangan siklus per siklus Tahap perencanaan, mencakup kegiatan: a. Merancang scenario pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan menggunakan metode inquiri. b. Menyusun silabi dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk 8 minggu atau setengah semester. c. Membuat media pembelajaran berupa transparasi yang memuat contoh soal PKn yang sudah direvisi agar siswa dapat menemukan jawaban sendiri dan dapat memecahkan soal tersebut sesuai dengan metode inquiri.
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan pembelajaran (ada 3 kali tatap muka yang masing-masing 2 x 35 menit) sesuai skenario Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / RPP pada siswa kelas V SD Negeri Glonggongrejo dengan menggunakan soal-soal yang telah disusun oleh peneliti sekaligus melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan wawancara kepada siswa sesuai pembelajaran berakhir.
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran terutama aktivitas siswa, diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. Selain itu untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga melakukan wawancara dengan para siswa mengenai poin-poin tertentu.
Tahap Refleksi dimungkinkan hasil dari siklus I belum mengalami kemajuan yang memuaskan maka berbagai kemungkinan agar tindakan selanjutnya lebih berhasil lagi untuk mendaoatkan kemajuan yang benar-benar signifikan. Oleh sebab itu penulis dengan strategi menggunakan metode inquiri yang lebih menarik siswa akan lebih tertarik dan mudah mendalami materi. Dengan demikian maka selanjutnya akan dilakukan tindakan siklus kedua dan siklus ketiga melalui strategi lain yang lebih menarik minat belajar siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Keadaan siswa kelas V bulan Juli 2011 SD Negeri Glonggongrejo masih dalam keadaan Masa Orientasi Sekolah karena baru saja naik dari kelas IV dan tidak ada yang tinggal kelas pada awal masuk sekolah dan beradaptasi dengan lingkungan kelasnya. Maka dalam menghadapi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) masih belum begitu serius untuk belajar, dan guru dalam penggunaan metode mengajarpun masih banyak menggunakan metode yang variatif yaitu ceramah, Tanya jawab, dan pemberian tugas belum terlihat penggunaan metode inquiri secara jelas. Maka pada kesempatan inilah diadakan penelitian tindakan dengan menggunakan metode inquiri meskipun pada dasarnya pada pengajaran tahun-tahun sebelumnya sering digunakan oleh guru-guru SD Negeri Glonggongrejo namun tanpa ada penelitian tindakan.
Deskripsi Siklus I
Dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 12 September 2011. Nilai ulangan harian secara kuantitatif dapat dikategorikan sebagai berikut: (a) Yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 65 sebanyak 15 siswa atau sebesar 75%. (b). Yang mendapat nilai 65 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 0 siswa atau 0%. (c).Yang mendapat nilai 65 diatas Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 5 siswa atau sebesar 25%.
Dalam pengumpulan data ini dilakukan setelah seminggu diadakan tindakan. Hal ini dikandung maksud untuk mengukur seberapa jauh pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari berdasarkan penemuan-penemuan siswa sendiri sebagaimana yang telah siswa lakukan. Nilai rata-rata sebelum siklus sebesar 57,5 dan setelah siklus I mengalami kenaikan menjadi 65 yakni sebesar 7,5 atau 11,7%.
Dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan untuk nilai Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebesar nilai 65, maka nilai yang tidak tuntas sebanyak 14 siswa atau 56% dan yang telah tuntas sebanyak 6 siswa atau sebesar 44%. Selanjutnya bagi siswa yang belum tuntas atau nilainya di bawah KKM diadakan tindakan Perbaikan dan bagi siswa yang nilainya sudah Tuntas tau diatas nilai KKM diadakan Pengayaan. Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengan melalui metode inquiri siswa mengalami kemajuan prestasi ulangan PKn walaupun kenaikan tersebut boleh dikatakan belum memuaskan.
Hasil siklus 1 yang menurut peneliti belum mengalami kemajuan yang memuaskan maka peneliti berfikir tentang berbagai kemungkinan agar tindakan selanjutnya lebih berhasil lagi mendapatkan kemajuan yang benar-benar signifikan oleh sebab itu penulis berpikir bahwa: mungkin dengan menggunakan metode inquiri dan strategi yang lebig menarik siswa akan lebih tertarik dan mudah mendalami materi. Dengan demikian maka selanjutnya akan dilakukan tindakan siklus kedua dengan menggunakan metode inquiri dan strategi yang lain yang lebih menarik minat siswa.
Deskripsi Siklus II
Dilaksanakan tanggal: 24 Oktober 2011 Permasalahan. Melalui metode inquiri dan dengan menggunakan media, peta Indonesia dan berbagai pakaian adat ternyata berhasil meningkatkan prestasi PKn siswa kelas V Semester I SD Negeri Glonggongrejo Tahun Pelajaran 2011/2012, walaupun belum memuaskan. Untuk itu perlu diadakan tindakan siklus II dengan menggunakan media gambar riuhnya kendaraan di jalan raya serta situasi Sidang DPR yang ramai.
Perencanaan tindakan: Sebagaimana yang telah dilakukan siklus 1 dalam perencanaan tindakan pada siklus 2 juga dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lampiran 3). Pelaksanaan tindakan. Meliputi: (1) Membentuk Kelompok belajar. (2) Menjelaskan petunjuk belajar kelompok. (3) Pemberian tugas kelompok. (4) tes individu. Observasi dan pengumpulan data. Seperti yang dilakukan dalam siklus I dalam langkah observasi dan pengumpulan data ini dilakukan dengan memberikan tes individu siswa, di mana hasil tes tersebut digunakan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Dilihat dari nilai rata-rata siklus I sebesar 64,8 dan setelah siklus II mengalami kenaikan menjadi 78 yakni sebesar 13,2 atau 20,37% dan apabila dihitung dari kondisi awal sebelum tindakan siklus I dimulai yang nilainya rata-rata kelasnya sebesar 58 mengalami kenaikan sebesar 20 atau 34,48%. Dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan untuk nilai Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebesar nilai 65, maka nilai yang tidak tuntas sebanyak 0 siswa atau 0% dan yang telah tuntas sebanyak 20 siswa atau sebesar 100%. Selanjutnya bagi siswa yang nilainya sudah Tuntas atau diatas nilai KKM diadakan tindakan Pengayaan. Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengan melalui metode inquiri siswa mengalami kemajuan prestasi ulangan PKn dan secara signifikan kenaikan tersebut dikatakan sangat memuaskan.
Refleksi hasil siklus 1I yang menurut peneliti telah mengalami kemajuan yang memuaskan dari permasalahan sebelum siklus I diadakan tindakan kelas dari hasil pengumpulan data nilai PKn pada ulangan harian pertama mendapatkan rata-rata kelas sebesar 58 dan diadakan tindakan kelas pada berikutnya yaitu pada penelitian tindakan kelas siklus II yang nilai rata-rata kelas ulangan PKn sebesar 78 yang semua siswanya mendapatkan nilai tuntas 100% maka peneliti berfikir tentang tindakan pada siklus III selanjutnya ditiadakan karena sudah cukup.
Deskripsi Siklus III
Tidak dilaksanakan karena dianggap sudah cukup dan secara signifikan semua siswa telah tuntas diatas nilai KKM yang telah ditentukan yaitu semua siswa mendapat nilai diatas 65 dan rata-rata kelasnya 78, ini berarti telah dapat membuktikan pengajuan hipotesis.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Banyak faktor yang mempengaruhi pada penelitian tindakan yang dilakukan pada siklus I kurang berhasil dengan baik untuk tingkat daya serap siswa dikarenakan antara lain baru beradaptasi dengan kelas barunya, dan belum dapat merubah kebiasaan-kebiasaan pada waktu di kelas sebelumnya yaitu di kelas IV. Juga pemantauan guru terhadap siswa binaannya kurang optimal dikarenakan banyaknya kegiatan-kegiatan awal tahun pelajaran yang sarat dengan lomba maupun kegiatan kepramukaan atau ekstrakurikuler hanya memfokuskan beberapa siswa didik.
Pada siklus II siswa mulai kelihatan bersemangat dalam kegiatan proses belajar mengajar karena dalam kelas sudah terbiasa dan berperan aktif seperti yang diinginkan peneliti dalam membutuhkan motivasi siswa untuk belajar, sehingga segala sesuatu persiapan sudah dilakukan secara matang dan pada pelaksanaannya sudah sesuai dengan yang diharapkan. Maka proses keberhasilan terjadi secara signifikan.
Hasil Penelitian dan Implikasi
Pada siklus I: Hasil yang didapat adalah siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebesar 56% atau 14 siswa dan yang mendapat nilai diatas KKM sebesar 44% atau sebanyak 6 siswa. Hal tersebut dikarenakan faktor pembelajaran di kelas sebelumnya masih terbawa kebiasaan-kebiasaannya di kelas baru yaitu di kelas V, dan juga faktor banyaknya kegiatan-kegiatan awal tahun pelajaran, yang pada akhirnya penerapan inquiri kurang maksimal dan berpengaruh pada siswa kurang dapat menyerap materi pelajaran dan juga faktor kurangnya alokasi waktu yang ditetapkan sudah selesai.
Hasil penelitian pada siklus II: dengan hasil yang didapat adalah siswa secara keseluruhan nilainya sudah di atas KKM yaitu di atas nilai 65, dengan nilai rata-rata kelas mendapatkan nilai 78. Hasil penelitian tindakan kelas yang diberikan pada kelas V SD Negeri Glonggongrejo Kecamatan Baturetno yang telah dilakukan berimplikasi yang memuaskan yakni terjadinya peningkatan prestasi belajar siswa yang sangat signifikan. Berdasarkan laporan di atas maka dapat diperoleh bukti adanya peningkatan hasil dalam pembelajaran. Peningkatan hasil belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidikan. Keberhasilan pendidikan merupakan kunci pendidikan yang berkualitas.
PENUTUP
Simpulan
Para guru SD Negeri Glonggongrejo sudah menggunakan metode inquiri dalam pembelajaran di berbagai mata pelajaran. Ternyata dapat dibuktikan bahwa dengan menggunakan metode inquiri dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ini berarti meningkatkan kualitas pendidikan di SD Negeri Glonggongrejo. Bukti riil yang dilakukan penulis dalam pelaksanaan tindakan kelas yang diberikan pada siswa kelas V SD Negeri Glonggongrejo kecamatan Baturetno dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dilakukan dalam 2 (dua) siklus, dapat dibuktikan bahwa dengan menggunakan metode inquiri dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ternyata terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang sangat signifikan, yakni antara kondisi awal sebelum tindakan kelas sampai dengan tindakan siklus II sebesar 20 atau 34,48%
Saran
Model penelitian ini diharapkan dan pada hakekatnya layak digunakan dan dikembangkan oleh guru yang mengalami permasalahan yang sejenis terutama untuk mengatasi maslah peningkatan hasil belajar siswa melalui metode inquiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian.Yogyakarta.Andi Offset.
Depdiknas Dirjendikdasmen. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung PPPG
Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara.
Kemp, JE.1985. Pedoman Penilaian Buku Pelajaran dari Aspek Grafika. Jakarta Pusat. Instructional Multimedia.
Nana Sudjana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT Sinar Baru.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta. Gasindo
Nur dan Wikandari. 2000. Pendekatan Konstruktivis dalam Pembelajaran.Semarang. IKIP Semarang.
Sudirman A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sumantri, Mulyani, dan Permana. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti
Sagala, S. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. CV.Alfabeta.