Penggunaan Metode Penemuan Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa
PENGGUNAAN METODE PENEMUAN
UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA
MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA KONSEP PENJUMLAHAN KELAS II.C SEMESTER I SD NEGERI 019 SUNGAI BERINGIN
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Musliana
SD Negeri 019 Sungai Beringin
ABSTRAK
Prestasi belajar Matematika siswa kelas II.C SDN 019 Sungai Beringin untuk tahun pelajaran 2017/2018 belum memuaskan karena rata-rata prestasi belajar siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling ditakuti oleh siswa. Hambatan dapat berasal dari guru dan siswa itu sendiri. Hambatan dari guru antara lain kurang dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk lebih menyenangi mata pelajaran Matematika. Guru kurang memahami metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Sebagai guru hendaknya pandai dalam memilih metode, teknik, maupun model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Sedang hambatan dari siswa antara lain: Sebagian siswa beranggapan bahwa Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak menarik, sulit, dan membosankan; Proses pembelajaran Matematika kurang kondusif; Guru masih sering mengalami kesulitan dalam menanamkan konsep-konsep dasar Matematika kepada siswa, khususnya pada konsep penjumlahan bilangan. Untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menjumlahkan bilangan cacah perlu menggunakan metode penemuan. Dengan menggunakan â€Metode Penemuan†kemampuan siswa dalam menjumlahkan bilangan cacah diharapkan dapat meningkat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini bertujuan memberikan sumbangan informasi dan pemikiran tentang bagaimana â€Metode Penemuan†digunakan dalam pembelajaran membandingkan bilangan cacah. Selain itu juga untuk mengetahui adanya peningkatan prestasi siswa dalam menjumlahkan bilangan cacah. Dengan demikian untuk memperoleh hasil belajar yang lebih berkualitas maka perlu menggunakan metode penemuan dalam pembelajaran menjumlahkan bilangan cacah.
Kata Kunci: Metode Penemuan, Ketuntasan Belajar
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Prestasi belajar Matematika siswa kelas II.C SDN 019 Sungai Beringin untuk tahun pelajaran 2017/2018 belum memuaskan karena rata-rata prestasi belajar siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan hasil pengamatan di dalam kelas dan data hasil belajar siswa kelas II.C SDN 019 Sungai Beringin, pada semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 yang lalu, diduga penyebab timbulnya masalah adalah sebagian siswa beranggapan bahwa Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak menarik, sulit, dan membosankan, guru masih sering mengalami kesulitan dalam menanamkan konsep-konsep dasar Matematika kepada siswa, khususnya pada konsep membandingkan bilangan, metode pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru. Tujuan pelajaran Matematika di sekolah memberikan gambaran bahwa belajar tidak hanya di bidang kognitif saja tetapi meluas pada bidang psikomotor dan afektif. Pembelajaran Matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan pembentukan kemampuan berpikir yang bersandar pada hakikat Matematika.
Untuk mewujudkan tujuan pelajaran Matematika tersebut diperlukan strategi dan metode pembelajaran yang tepat. Metode penemuan merupakan salah satu metode yang berpusat pada siswa. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Adapun karakteristik dan kebutuhan peserta didik antara lain karakter pertama anak SD adalah senang bermain, karakter kedua adalah senang bergerak, karakteristik yang ketiga adalah anak senang bekerja dalam kelompok, dan karakteristik keempat senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Di samping memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi pendidikan dapat juga bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besar yaitu (1) kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya; (2) kepercayaan anak memasuki dunia permainan dan kegiatan yang memperlukan keterampilan fisik, dan (3) kepercayaan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, simbolis, dan komunikasi orang dewasa. Dengan demikian pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode penemuan untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Matematika pada Konsep Penjumlahan Kelas II.C Semester I SDN 019 Sungai Beringin Tahun Pelajaran 2017/2018.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah upaya untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Matematika kelas II.C SDN 019 Sungai Beringin?
2. Apakah penggunaan metode penemuan dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Matematika pada konsep penjumlahan Kelas II.C Semester I SDN 019 Sungai Beringin Tahun Pelajaran 2017/2018?
Tujuan penelitian
1. Meningkatkan ketuntasan belajar siswa Kelas II SDN 019 Sungai Beringin Tahun Pelajaran 2017/2018.
2. Membantu guru agar trampil menggunakan metode penemuan dalam pembelajaran Matematika.
3. Membantu guru memilih/menentukan media pembelajaran pembelajaran Matematika.
4. Menggugah kreativitas guru untuk menciptakan suatu pembelajaran Matematika yang menyenangkan.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. SDN 019 Sungai Beringin
Dengan penelitian ini diharapkan SDN 019 Sungai Beringin dapat meningkatkan pemberdayaan guru dalam merancang skenario pembelajaran yang tidak membosankan siswa khususnya mata pelajaran Matematika.
2. Guru
Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya.
3. Siswa
Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk lebih menyukai pelajaran Matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
KAJIAN TEORI
Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. (M.Djauhar Siddiq, 2008: 3) B.F. Skinner dalam Nabisi Lapono (2008: 5) bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati, sedang perilaku dan belajar diubah oleh kondisi lingkungan. Nana Sudjana (1987: 28) Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Bruner, melalui teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika. (Siti Hawa, dkk., 2008: 6) Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga professional yang dipersiapkan untuk itu.
Pembelajaran Matematika
Sutawijaya dalam Siti Hawa (2008: 1) Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif. Menurut Hudoyo dalam Siti Hawa (2008: 1) Matematika berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga Matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Sebagai guru Matematika dalam menanamkan pemahaman seseorang belajar Matematika utamanya bagaimana menanamkan pengetahuan konsep-konsep dan pengetahuan prosedural. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Untuk menguasai dan mencipta teknologi dan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif di masa depan, maka diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini dan pembelajaran yang membuat siswa belajar dan menjadi bermakna. (Sitihawa dkk., 2008: 3).
Ketuntasan Belajar
Wiji Suwarno (2009: 95) Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil secara maksimal terhadap bahan ajar yang dipelajari. Tujuan pembelajaran harus diorganisasi secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar. Sedangkan bahan ajar perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar tertentu, dan penguasaan bahan yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar. Evaluasi dilaksanakan setelah para peserta didik menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu yang merupakan dasar untuk memperoleh umpan balik (feed back). Tujuan utama evaluasi adalah untuk memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan dan penguasaan bahan peserta didik. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan di mana dan dalam hal apa para peserta didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehingga seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan dan menguasai bahan ajar secara maksimal (belajar tuntas).
Metode Penemuan
Sund dalam Soli Abimanyu dkk. (2008: 9) berpendapat bahwa penemuan adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Sedangkan inquiry (inkuiri) menurut Sund meliputi juga penemuan. Dengan kata lain, inkuiri adalah perluasan proses penemuan yang digunakan lebih mendalam. Sund berpendapat bahwa penggunaan metode penemuan baik untuk siswa kelas rendah, sedangkan inkuiri baik untuk kelas tinggi. Dengan demikian penemuan diartikan sebagai prosedur pembelajaran yang mementingkan pembelajaran perseorangan, manipulasi obyek, melakukan percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Metode penemuan mengutamakan cara belajar siswa aktif (CBSA), berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif.
Tujuan penggunaan metode penemuan yaitu ntuk memperoleh metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, untuk mengaktifkan siswa belajar (CBSA) sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran, untuk memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan agar siswa tidak bosan, agar siswa dapat menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, dan memecahkan sendiri masalah yang dipelajari, sehingga hasilnya setia dan tahan lama dalam ingatan, dan tidak mudah dilupakan. Alasan digunakan Metode Penemuan yaitu:
a. Memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.
b. Pengetahuan yang ditemukan sendiri melalui metode penemuan akan betul-betul dikuasai, dan mudah digunakan / ditransfer dalam situasi lain.
c. Siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah yang sangat berguna dalam kehidupannya.
d. Siswa dibiasakan berpikir analitis dan mencoba memecahkan masalah yang akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat.
Kelebihan Metode Penemuan yaitu:
a. Siswa belajar bagaimana belajar melalui proses penemuan.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat kokoh.
c. Metode penemuan membangkitkan gairah siswa dalam belajar.
d. Metode penemuan memungkinkan siswa bergerak untuk maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.
e. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya.
f. Metode ini berpusat pada anak, dan guru sebagai teman belajar atau fasilitator.
Sedangkan kelemahan dari metode penemuan yaitu:
a. Metode ini mempersyaratkan kesiapan mental, dalam arti siswa yang pandai akan memonopoli penemuan dan siswa yang bodoh akan frustrasi.
b. Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar karena habis waktu guru untuk membantu siswa dalam kegiatan penemuannya.
c. Dalam pelajaran tertentu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin terbatas.
d. Metode ini terlalu mementingkan untuk memperoleh pengertian, sebaliknya kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.
e. Metode ini kurang memberi kesempatan untuk berpikir kreatif kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi oleh guru, begitu pula proses-prosesnya dibawah pembinaannya.
Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Penemuan yaitu:
1. Mengidentifikasi kebutuhan bekajar siswa (need assessment).
2. Merumuskan tujuan pembelajaran.
3. Menyiapkan problem (materi pelajaran) yang akan dipecahkan.
4. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
5. Kegiatan Pembukaan
6. Melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran yang telah diajarkan.
7. Memotivasi siswa dengan cerita pendek yang ada kaitannya dengan materi yang diajarkan.
8. Mengemukakan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu.
9. Mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan.
10. Diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan penemuan/pemecahan problema yang telah ditetapkan.
11. Pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan/ percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan.
12. Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan siswa.
13. Membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan, jika diperlukan.
14. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.
15. Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan.
16. Memberi kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya.
17. Meminta siswa membuat rangkuman hasil-hasil penemuannya.
18. Melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan.
19. Melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan penemuan ulang jika ia belum menguasai materi, dan meminta siswa mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang telah melakukan penemuan dengan baik.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil observasi di kelas II.C SDN 019 Sungai Beringin untuk tahun pelajaran 2017/2018 pada pelajaran matematika bahwa hasil prestasi atau nilai siswa masih rendah atau dibawah KKM. Hal ini dikarenakan ketika proses pembelajaran berlangsung pembelajaran berpusat pada guru dan tidak ada variasi dalam pembelajaran sehingga menyebabkan siswa menjadi cepat bosan dalam belajar matematika yang pada akhirnya hasil belajar siswa tidak memenuhi KKM atau tidak tuntas. Berdasarkan masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran matematika, guru berupaya untuk mengadakan suatu tindakan yang mampu meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran harus diadakan variasi-variasi pembelajaran seperti penggunaan metode pembelajaran, agar siswa tidak pasif dan tidak cepat bosan dengan pelajaran matematika.
Pemilihan metode pembelajaran juga di sesuaikan dengan karakteristik siswa. Upaya yang akan di lakukan guru atau peneliti untuk meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan suatu metode pembelajaran yaitu metode penemuan. Dengan penerapan dan penggunaan variasi pembelajaran berupa metode penemuan siswa akan menjadi aktif dalam belajar, dan pembelajaran tidak terfokus pada guru tetapi lebih fokus pada siswa yang nantinya akan mampu meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa padapelajaran matematika dan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan.
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka penulis dapat merumuskan hipotesis Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut: Dengan menggunakan metode penemuan diduga dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Matematika pada konsep penjumlahan Kelas II.C Semester I SDN 019 Sungai Beringin Tahun Pelajaran 2017/2018.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN 019 Sungai Beringin terletak di wilayah Kecamatan Tembilahan. Jarak sekolah dengan kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Indragiri Hili ± 1 km. Lokasi sekolah berada di pusat kota Tembilahan.
Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian selama 4 bulan yaitu mulai bulan Juli sampai dengan Oktober 2017.
Subyek Penelitian Dan Objek Penelitian
Subyek penelitian yaitu siswa kelas II.C SDN 019 Sungai Beringin, Kecamatan Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2017/2018 Semester I dengan jumlah siswa 19 anak.
Obyek penelitian yaitu penggunaan metode penemuan untuk pembelajaran konsep penjumlahan bilangan cacah mata pelajaran Matematika
Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk dan sumber data yang dimanfaatkan dalam Penelitian Tindakan Kelas, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
b. Observasi
c. Pencatatan Arsip dan Dokumen
d. Tes
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif. Data yang dianalisis berupa rata-rata dan prosentase hasil belajar siswa. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.
Indikator Kinerja
Untuk mengetahui keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini, penulis menetapkan indikator kinerja:
1. Rata-rata nilai tes hasil belajar siswa kemampuan membandingkan bilangan cacah di atas nilai KKM, yaitu 75.
2. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM minimal sebanyak 70%.
Prosedur Penelitian
Prosedur/langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Pada penelitian ini terdiri dari 4 tahap pada setiap siklusnya yaitu Perencanaan ,Pelaksanaan tindakan ,Observasi, dan Refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Penetitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Siklus I telah selesai dilaksanakan pada tanggal 5 – 19 Agustus 2017. Sebelum melaksanakan tindakan, guru (peneliti) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode penemuan kemudian diajukan kepada kepala sekolah dan supervisor. Pada pembelajaran siklus I Tindakan yang dilakukan guru untuk pembelajaran “Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500†yaitu dengan menggunakan metode penemuan. Pada kegiatan inti, untuk menumbuhkan keaktifan siswa, penunjukkan siswa dilakukan secara acak. Dalam pembelajaran siklus I juga terdapat diskusi kelompok, guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kemudian dikerjakan secara berkelompok. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada umumnya sudah baik sudah dapat mengaktifkan siswa. Siswa merasa senang dengan metode penemuan. Siswa dapat menemukan sendiri cara menjumlahkan dua buah bilangan. Siswa sangat antusias mendengarkan dan mengamati penjelasan dari guru. Interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Pada Siklus I diperoleh data kualitatif dan kuantitatif. Yang termasuk data kualitatif yaitu Lembar Keaktifan Siswa. Sedangkan data kuantitatif yaitu nilai hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian bahwa jumlah siswa ada 19 anak, yang tuntas ada 10 anak dan yang tidak tuntas ada 9 anak. Jumlah nilai 1631, rata-rata nilai siswa 85,8, nilai tertinggi 90, nilai dan terendah 50. Jumlah siswa yang mendapat nilai di atas 75 ada 10 anak. Jadi, anak yang sudah tuntas dalam pembelajaran hanya 52,6% sedangkan yang belum tuntas 47,4%. Rata-rata hasil belajar siswa terjadi peningkatan sebesar 1,8% (dari 73,5 menjadi 75,3). Berdasarkan hasil penelitan pada tabel 1 tercantum pengelompokan nilai pada siklus I yang sudah dijabarkan diatas.
Tabel 1. Pengelompokan nilai pada siklus I
Kelompok |
Nilai |
Jumlah Siswa |
Prosentase |
A |
85 – 100 |
14 |
73,7% |
B |
75 – 84 |
5 |
26,3% |
C |
65 – 74 |
0 |
0% |
D |
< 65 |
0 |
0% |
Jumlah |
19 |
|
Siklus II
Penetitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Siklus II dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus – 9 September 2017. Pelaksanaan siklus II di dasarkan pada hasil evaluasi siklus I. Tindakan yang dilakukan guru untuk pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran. Berdasarkan kendala dan masalah yang muncul pada siklus I, peneliti berusaha untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara guru harus menyiapkan diri baik fisik maupun mental, tidak perlu ada perasaan canggung mengajar. Untuk menarik perhatian siswa, guru dapat mengajak siswa menyanyikan sebuah lagu dan pada saat pembelajaran hendaknya siswa dibiasakan untuk tidak pergi ke WC dan disarankan ke WCnya pada waktu istirahat saja. Pada kegiatan inti, Guru mendemonstrasikan cara menjumlahkan bilangan tanpa teknik menyimpan dan dengan teknik menyimpan. Mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan.
Pelaksanaan observasi dilakukan oleh guru kelas II.C (peneliti). Berdasarkan hasil pengamatan, pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada umumnya sudah baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Di samping itu, sudah ada peningkatan jika dibandingkan dengan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I terutama pada pengelolaan kelas. Data yang digunakan untuk merefleksi berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diambil dari pengamatan siswa sedangkan data kualitatif berupa hasil tes ulangan harian siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa jumlah siswa ada 19 anak, yang tuntas ada 19 anak dan yang tidak tuntas ada 0 anak. Jumlah nilai 1.690, rata-rata nilai siswa 88,9, nilai tertinggi 100, nilai dan terendah 75.
Tabel 2. Pengelompokan nilai pada siklus II
Kelompok |
Nilai |
Jumlah Siswa |
Prosentase |
A |
85 – 100 |
14 |
73,7% |
B |
75 – 84 |
5 |
26,3% |
C |
65 – 74 |
0 |
0% |
D |
< 65 |
0 |
0% |
Jumlah |
19 |
|
Berdasarkan tabel 2, bahwa Jumlah siswa yang mendapat nilai di atas 75 ada 19 anak. Jadi, anak yang sudah tuntas dalam pembelajaran hanya 19 anak (100%) sedangkan yang belum tuntas tidak ada (0%). Berdasarkan hasil pengamatan/observasi dan evaluasi pembelajaran Matematika untuk kompetensi dasar Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 pada Siklus I sudah ada peningkatan di beberapa hal, di antaranya:
1. Siswa tidak takut lagi pada mata pelajaran Matematika.
2. Siswa sudah aktif belajar di dalam kelas.
3. Siswa tidak ada yang mengantuk saat dijelaskan pada konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500.
4. Siswa tidak bosan lagi saat pembelajaran pada konsep Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500.
5. Rata-rata hasil belajar siswa terjadi peningkatan sebesar 13,6% (dari 75,3 menjadi 88,9).
Untuk mengetahui keberhasilan dalam penelitian ini, perlu adanya perbandingan antara nilai hasil ulangan Siklus I dan Siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan/observasi dan evaluasi pembelajaran Matematika untuk kompetensi dasar membandingkan bilangan sampai 500 pada Siklus II sudah ada peningkatan di beberapa hal, di antaranya:
1. Siswa lebih menyukai mata pelajaran Matematika.
2. Siswa lebih aktif belajar di dalam kelas.
3. Semua siswa sudah tuntas dalam belajar
4. Rata-rata hasil belajar siswa terjadi peningkatan sebesar 13,6% (dari 75,3 menjadi 88,9). Jumlah siswa yang sudah tuntas ada 19 anak (100%), dan yang belum tuntas tidak ada (0%).
Pengujian Hipotesis
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila rata-rata nilai tes hasil belajar siswa kemampuan membandingkan bilangan cacah di atas nilai KKM, yaitu 75 dan siswa yang mendapat nilai di atas KKM minimal sebanyak 70%. Pada akhir Siklus II diperoleh data: rata-rata hasil belajar siswa 88,9 dan jumlah siswa yang sudah tuntas ada 19 anak (100%), dan yang belum tuntas tidak ada (0%). Jadi, berdasarkan data pada siklus II Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan telah berhasil.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mulai dari Sebelum Siklus I sampai dengan Siklus II dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode penemuan dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan bilangan cacah pada mata pelajaran Matematika. Pada akhir Siklus II terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar siswa yaitu sebesar 3,3% (dari 86,1 menjadi 88,9). Jumlah siswa yang sudah tuntas ada 19 anak (100%), dan yang belum tuntas tidak ada (0%).
Penggunaan metode penemuan dapat meningkatkan kreatifitas siswa karena dengan menggunakan metode penemuan memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, berpikir analitis dan mencoba memecahkan masalah yang akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini maka saran-saran yang perlu penulis sampaikan yaitu:
1. Bagi Guru
a. Guru hendaknya dalam melaksanakan pembelajaran pada konsep penjumlahan bilangan cacah menggunakan metode penemuan.
b. Guru hendaknya menguasai/terampil dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran.
2. Bagi Siswa
a. Siswa harus lebih banyak belajar belajar Matematika karena pelajaran Matematika sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
b. Dalam pembelajaran hendaknya siswa harus lebih berani mengemukakan pendapat dan menumbuhkan rasa ingin tahu.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah hendaknya memfasilitasi segala kebutuhan yang diperlukan guru guna memperlancar proses pembelajaran.
b. Sekolah perlu memberi kesempatan kepada guru untuk senantiasa mengembangkan profesinya melalui kegiatan pelatihan, penataran, ataupun forum KKG.
 
DAFTAR PUSTAKA
M. Djauhar Siddiq, dkk. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
Mark K. Smith, dkk. 2009. Teori Pembelajaran & Pengajaran. Yogyakarta: Mirza Media Pustaka.
Nabisi Lapono, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
Nana Sudjana. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Siti Hawa. 2008. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
Soli Abimanyu, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
Wiji Suwarno. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta. Gaung Persada Press.