Penggunaan Metode Tutur Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Aplikasi Coreldraw
PENGGUNAAN METODE TUTOR SEBAYA
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR APLIKASI CORELDRAW
DI KELAS XII.IPS-3 SMA NEGERI 1 SURUH
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Eko Siswanto
SMA Negeri 1 Suruh
ABSTRAK
SMA Negeri 1 Suruh merupakan sekolah yang multikultur dimana para siswanya berasal dari banyak daerah di Nusantara ini. Hal tersebut karena SMA Negeri 1 Suruh menjadi pusat bersekolahnya para atlet. Jika dikalkulasi maka ada 27,9% jumlah populasi siswa SMA Negeri 1 Suruh adalah atlet (102 dari 366 siswa). Jumlah atlet sepak bola mendominasi dari angka tersebut. Berawal dari inilah persoalan muncul yaitu tidak efektifnya komunikasi antara guru dan siswa dalam pembelajaran. Ini artinya transfer ilmu oleh guru ke siswa terdapat kendala dalam penyampaiannya. Penyebabnya tentu saja karena perbedaan latarbelakang daerah, budaya, cara berkomunikasi, bahasa, tatakrama dan lain-lain. Persoalan tidak berhenti sampai di situ, implikasi terhadap adanya siswa dari luar daerah yang notabene adalah berprofesi atlet juga mengakibatkan situasi kelas tidak kondusif yaitu siswa yang berlatarbelakang atlet cenderung susah menangkap materi pelajaran dikarenakan konsentrasi yang terpecah antara pelajaran dan latihan. Karena susah menangkap materi pelajaran, siswa yang belatarbelakang atlet mengganggu konsentrasi siswa seperti membuat gaduh, tidak melaksanakan tugas sesuai instruksi guru, bahkan tidur di kelas maupun di laboratorium. Oleh karena itulah perlu dicari solusi lain dalam menerapkan metodologi pembelajaran. Peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa. Metode yang peneliti gunakan adalah metode pembelajaran tutor sebaya dimana siswa ditunjuk atau ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi metode tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran Aplikasi Coreldraw. Subyek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XII-IPS.3 SMA Negeri 1 Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang dengan jumlah 23 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Penelitian dilakukan pada semester satu pada tahun pelajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 siklus dimana tiap siklus terdapat 4 tahap kegiatan yaitu Perencanaan (Planning), Tindakan (Action), Pengamatan (Observasi) dan Refleksi (Reflect). Hasil yang diperoleh adalah terdapat peningkatan rata-rata nilai hasil belajar, ketuntasan belajar klasikal, aktivitas belajar dari siklus ke siklus. Di Siklus 1 rata-rata pencapaian nilai siswa adalah 70,47, meningkat di Siklus 2 menjadi 74,26 dan 78,42 di Siklus 3. Untuk ketuntasan belajar klasikal di Siklus 1 sebanyak 47,37%, di Siklus 2 73,68% dan meningkat di Siklus 3 menjadi 89,47%. Penelitian berhenti di Siklus 3 karena kriteria ketuntasan klasikal sudah tercapai yaitu lebih besar 85%. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka telah terbukti bahwa metode pembelajaran dengan menggunakan tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kata kunci : Pembelajaran Tutor Sebaya, Prestasi Belajar.
PENDAHULUAN
SMA Negeri 1 Suruh adalah sebuah Sekolah Menengah Atas yang terletak di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Sebuah sekolah yang berhawa sejuk karena lokasinya dekat dengan Gunung Merbabu, Gunung Ungaran dan Gunung Merapi. SMA Negeri 1 Suruh berdiri pada tahun 1997 dengan Nomor SK: 107/0/ 1997, 16 Mei 1997. Walaupun terhitung cukup muda usianya SMA Negeri 1 Suruh adalah sekolah yang mempunyai banyak prestasi. Sudah tidak terhitung prestasi yang telah dicapai baik dalam akademik dan non akademik.
SMA Negeri 1 Suruh merupakan sekolah yang multikultur dimana para siswanya berasal dari banyak daerah di nusantara ini. Hal tersebut karena SMA Negeri 1 Suruh menjadi pusat bersekolah-nya para atlet terutama atlet sepak bola. Di antara para siswa ada yang berasal dari Kalimantan, Sumatera, Jakarta, Jawa Timur, NTB dan daerah lainnya. Sedangkan yang dari Jawa Tengah berasal dari banyak kabupaten/kodya misalnya kabupaten Sragen, Cilacap, Klaten, Solo, Salatiga, Purwokerto, Banyumas, Jepara dan lain-lain. Jika ditarik simpulan maka secara keseluruhan maka ada 27,9% jumlah populasi siswa SMA Negeri 1 Suruh adalah atlet (102 dari 366 siswa).
Dengan dilatarbelakangi hal terse-but maka situasi belajar dan mengajar dikelas maupun praktek di laboratorium komputer juga terpengaruh. Pengaruh-pengaruh tersebut antara lain:
a) Penangkapan materi pelajaran siswa dari guru berkurang karena perbedaan latarbelakang antara guru dan siswa;
b) Siswa yang berlatarbelakang atlet cen-derung susah menangkap materi pela-jaran dikarenakan konsentrasi yang terpecah antara pelajaran dan latihan sepakbola;
c) Karena susah menangkap materi pela-jaran, siswa yang belatarbelakang atlet mengganggu konsentrasi siswa yang lain sehingga mengakibatkan situasi yang tidak kondusif di kelas maupun di laboratorium seperti membuat gaduh, tidak melaksanakan tugas sesuai instruksi guru, bahkan tidur di kelas maupun di laboratorium.
Di samping pengaruh yang telah dijelaskan di atas, jumlah komputer yang tersedia di laboratorium pun memperburuk situasi belajar karena jumlah komputer yang siap pakai lebih sedikit dari jumlah siswa yang menggunakannya. Sebagai catatan jumlah komputer efektif siap pakai tiap harinya yang ada di laboratorium komputer SMA Negeri 1 Suruh berkisar 15-an dengan assembly sebagian besar tahun 2005 ke bawah. Maka yang terjadi adalah siswa tidak akan dapat secara mandiri mengerjakan tugas praktek komputer karena menggerombol dan berebutan memakai komputer.
Di kelas XII.IPS-3 jumlah siswa seluruhnya adalah 23 siswa, dengan perincian 13 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Dari total 23 siswa tersebut terdapat 10 siswa yang berlatarbelakang atlet terutama atlet sepakbola. Dari data statistic tersebut maka dapat dipastikan siswa berlatarbelakang atlet akan mempu-nyai pengaruh yang signifikan terhadap situasi proses belajar mengajar di kelas maupun di laboratorium komputer.
Untuk memperjelas latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, berikut adalah hasil Ulangan Tengah Semester/ UTS siswa kelas XII.IPS-3 semester 1 tahun pelajaran 2014/2015:
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan peneliti-an dengan judul “Penggunaan Metode Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Aplikasi Coreldraw Di Kelas XII.IPS-3 SMA Negeri 1 Suruh Tahun Pelajaran 2014/2015”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan meto-de penelitian tindakan kelas (PTK), tahap yang digunakan menurut Kurt Lewin (Kemmis dan Mc Taggar, 1992), ada empat bagian kegiatan utama yang ada pada setiap siklus penelitian PTK, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamat–an, dan (d) refleksi.
Penelitian direncanakan akan ber-langsung selama tiga siklus, yang masing-masing terdiri dari:
a. Perencanaan (Planning) yaitu rencana tindakan apa yang akan dila–kukan untuk memperbaiki, meningkat–kan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. Pada tahap perencana–an dilakukan dengan menyusun peren–canaan tindakan berdasarkan identifi–kasi masalah pada obeservasi awal sebelum penelitian dilaksanakan. Ren–cana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci pada tahap ini segala keperluan pelaksanaan peneliti tindakan kelas dipersiapkan mulai dari bahan ajar, rencana pembe–lajaran, metode dan strategi pembela–jaran, pendekatan yang akan diguna–kan, subjek penelitian serta teknik dan instrumen observasi disesuaikan de–ngan rencana.
b. Tindakan (Action) yaitu apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti seba–gai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Pelaksana–an tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumya. Pelaksanaan tindakan merupakan proses kegiatan pembelajaran kelas sebagai realisasi dari teori dan strategi belajar mengajar yang telah disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasil yang diperoleh diha-rapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti dengan subjek penelitian se-hingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap apa yang terjadi di kelas.
c. Pengamatan (Observasi) yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Tahap observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaks–anaan tindakan yang dilakukan dalam PTK. Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui ada-tidaknya per–ubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung.
d. Reflect (Refleksi) yaitu peneliti mengkaji, melihat dan memper–timbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarhan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi perbaikan ter–hadap rencana awal. Melalui refleksi, peneliti akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu hasil dari tindakan perlu dikaji, dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses pembelajaran antara guru dan siswa, metode, alat peraga maupun evaluasi.
KAJIAN PUSTAKA
Tutor Sebaya
Siswa yang dipilih guru adalah teman sekelas dan memiliki kemampuan lebih cepat memahami materi yang diajar-kan, selain itu memiliki kemampuan menje–laskan ulang materi yang diajarkan pada teman-temannya. Karena siswa yang dipilih menjadi tutor ini seumur (sebaya) dengan teman-temannya yang akan diberikan bantuan, maka tutor tersebut sering dikenal dengan sebutan Tutor Sebaya.
Menurut Sudjana (1989: 30) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah “tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian“. Melalui Tutor Sebaya, siswa bukan dijadikan sebagai objek pembelajaran tetapi menjadi subjek pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya bagi temannya. Dengan cara demikian siswa yang menjadi tutor dapat mengulang dan menjelaskan kembali materi sehingga menjadi lebih memahami-nya.
Arikunto (1986: 62) mengemuka-kan bahwa dalam memilih tutor perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
· Tutor dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapat program perba-ikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya;
· Tutor dapat menerangkan bahan perbaikan yang dibutuhkan oleh siswa yang menerima program perbaikan;
· Tutor tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan;
· Tutor mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.
Menurut Muladi Wibowo (2004:9) selain itu tutor perlu mengetahui kiat-kiat menjadikan pendidikan yang baik. Kiat-kiat menjadikan tutor yang baik adalah sebagai berikut:
· Mau terus belajar dan memperluas wawasan.
· Rajin mencari informasi tambahan.
· Menyisikan humor dalam memberikan materi.
· Kreatif mencari alat bantu.
· Pandai menghidupkan suasana pembe–lajaran.
Jenis Kegiatan Tutorial
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004:169-170) menyatakan bahwa “kegiatan tutorial dibagi menjadi empat yaitu pemantapan, pengayaan, bimbingan, dan perbaikan”. Jenis kegiatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
· Pemantapan yaitu memantapkan pe–ngetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya.
· Pengayaan, yaitu memperluas penge–tahuan dan pengalaman peserta didik sehingga hal-hal yang telah dipelajari menjadi lebih jelas, luas, dan terpadu.
· Bimbingan, yaitu membantu peserta didik dalam mengatasi kesulitan dan pemecahan masalah.
· Perbaikan, yaitu membina para peserta didik terutama dalam cara belajar mandiri.
Hasil Penelitian Yang Relevan
Penerapan Tutor Sebaya dalam pembelajaran TIK materi Aplikasi Corel-draw, merupakan konsekuensi logis dari pengajaran yang menuntut adanya keaktifan belajar siswa sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Ditinjau dari proses belajar mengajar metode Tutor Sebaya dapat diartikan salah satu cara strategi mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa seoptimal mungkin, sehingga mampu mengubah tingkah laku siswa secara lebih efektif dan efisien yang akhirnya berimplikasi terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.
Kerangka Berfikir
Dengan menerapkan metode Tutor Sebaya maka seorang siswa akan selalu terlibat secara langsung dalam pembelajar-an, sehingga dengan keterlibatan ini materi yang dibahasakan selalu teringat dalam pemikirannya dan konsep yang harus dikuasai siswa akan mudah diterimanya hal ini sesuai dengan prinsip learning by doing yang menyatakan bahwa pembelajaran akan cepat dikuasai siswa dengan siswa tersebut ikut aktif dalam pembelajaran. Bertolak dari pemikiran bahwa membawa siswa aktif dalam pembelajaran akan memudahkan siswa menerima konsep yang harus dikuasainya maka secara otomatis langkah membawa siswa aktif dalam belajar ini merupakan suatu langkah yang efektif untuk menyampaikan suatu materi ajar.
PEMBAHASAN
Setelah melakukan berbagai kegi-atan mulai dari kegiatan siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 diperoleh data ketuntasan belajar Aplikasi Corel Draw. Berikut ini data rekapitulasi hasil penelitian pada siklus 1, Siklus 2 dan siklus 3:
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 1, Siklus 2 dan Siklus 3.
Kisaran Nilai Siswa |
Siklus 1 |
Siklus 2 |
Siklus 3 |
|||
Jumlah Siswa |
% |
Jumlah Siswa |
% |
Jumlah Siswa |
% |
|
≥ 75 |
9 |
47,37% |
14 |
73,68% |
17 |
89,47% |
< 75 |
11 |
52,63% |
5 |
26,32% |
2 |
10,53% |
Nilai rata-rata |
70,47 |
74,26 |
78,42 |
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap proses belajar meng–ajar Aplikasi Coredraw dengan mengguna–kan metode pembelajaran Tutor Sebaya dibandingkan dengan pembelajaran TIK sebelumnya memperlihatkan peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata nilai siswa yaitu 70,47% pada siklus 1, 74,26% pada siklus 2 dan 78,42% pada siklus 3.
Sedangkan tingkat keberhasilan siswa yang telah mencapai KKM adalah 47,37% pada siklus 1, 73,68 pada siklus 2, menjadi 89,47% pada siklus 3, dengan aturan kriteria ketuntasan klasikal dari proses belajar yaitu ≥85% siswa, maka pada siklus 3 hal tersebut sudah dapat terpenuhi.
Hasil belajar siswa sangat di-pengaruhi oleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Dari sinilah dapat diketahui faktor-faktor penghambat dan cara memperbaikinya. Berikut ini adalah data perkembangan aktivitas belajar siswa dari Siklus 1, Siklus 2 dan Siklus 3.
Tabel Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa di Siklus 1, Siklus 2 dan Siklus 3.
Jenis-Jenis Aktivitas Siswa |
||
No. Aspek |
Siklus |
Persentase Aktivitas |
1 |
I |
58% |
II |
68% |
|
III |
95% |
|
2 |
I |
11% |
II |
47% |
|
III |
79% |
|
3 |
I |
37% |
II |
63% |
|
III |
89% |
|
4 |
I |
47% |
II |
68% |
|
III |
89% |
|
5 |
I |
53% |
II |
74% |
|
III |
84% |
|
6 |
I |
26% |
II |
53% |
|
III |
79% |
|
7 |
I |
63% |
II |
74% |
|
III |
84% |
Berdasarkan tabel aktivitas belajar siswa maka dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan nilai persentase aktivitas belajar dari siklus ke siklus. Dimulai dari dari aspek No. 1, di Siklus 1 yaitu 58%, menjadi 68% di Siklus 2 dan 95% di Siklus 3. Hal ini tidak terlepas makin tingginya perhatian siswa pada saat guru dan tutor menerangkan pelajaran. Pada tahap Siklus 1 terutama siswa berlatar belakang atlet banyak yang masih berbicara, bersenda gurau dengan temannya, bermain HP, facebook-kan pada waktu praktek, mengantuk dan tidur. Makin lama hal tersebut makin berkurang seiring dengan tindak lanjut yang dilakukan yaitu tutor selalu mengingatkan untuk mengikuti pelajaran dengan tertib. Karena yang mengingatkan tutor yang notabene adalah teman sendiri maka membuat siswa merasa tidak enak jika tidak tertib mengikuti pelajaran.
Pada aspek No. 2 dari siklus ke siklus juga terdapat peningkatan yaitu 11% di Siklus 1, 47% di Siklus 2 dan 79% di Siklus 3. Pada aspek ini mula-mula secara keseluruhan siswa bersifat bersifat pasif dalam pembejalaran seperti malas/tidak berani bertanya pada guru, tidak berani mengemukakan pendapat pada waktu diskusi. Hal tersebut terjadi karena siswa sungkan dan segan terhadap guru, oleh karena itu peran tutor di sini menjadi penting yaitu menghilangkan jarak/gap dan memperjelas materi pelajaran kepada kelompok dan membimbing dalam diskusi sehingga makin lama sifat pasif tersebut hilang menjadi sifat yang aktif.
Di aspek No. 3 keadaan kelas kondusif dari siklus ke siklus, dimulai dari 37% di Siklus 1, 63% di Siklus 2 dan 89% di Siklus 3. Ini terjadi seiringnya dengan peningkatan konsentrasi perhatian siswa dalam mendengarkan penjelasan guru dan tutor. Karena yang menyampaikan materi pelajaran adalah teman sendiri maka siswa menjadi tidak bosan karena terjadi pergantian suasana dari rutinitas menjadi sesuatu yang berbeda.
Selanjutnya pada aspek No. 4 aktivitas kegiatan siswa dalam mencatat dan merangkum materi yang disampaikan meningkat yaitu 47% di Siklus 1, 68% di Siklus 2 dan 89% di Siklus 3. Hal ini terjadi karena siswa lambat laun memusatkan perhatian pada materi yang disampaikan dari siklus ke siklus disamping itu guru juga mengecek buku catatan yang dimiliki siswa. Bagi siswa yang catatannya sedikit maka perlu dimotivasi agar supaya memperhatikan guru dan tutor dalam memberikan materi pelajaran.
Di aspek No. 5 indikator nilai per-sentase aktivitas belajar siswa menunjuk-kan peningkatan yaitu dengan makin mandiri dan percaya diri siswa dalam mengerjakan tugas-tugas baik tugas teori maupun tugas untuk dipraktekkan di komputer. Biasanya siswa sering mencon-tek pekerjaan teman maka lambat laun menjadi berkurang. Siswa merasa enjoy dan tidak tertekan dalam proses pembelajaran karena yang memberi materi pelajaran adalah teman sendiri. Hal tersebut dapat dilihat nilai persentasi 53% di Siklus 1, 74% di Siklus 2 dan 84% di Siklus 3.
Di aspek No. 6 aktivitas belajar siswa juga meningkat dari Siklus 1 26%, Siklus 2 53%, di Siklus 3 menjadi 79%. Dimana siswa makin berani untuk menge-mukakan pendapat, sudah dapat meng-analisa langkah-langkah mengerjakan soal teori dan praktek, sudah dapat memahami pembelajaran.
Dan di aspek No. 7 aktivitas ke-giatan belajar siswa juga meningkat dari Siklus 1 63%, Siklus 2 74% , di Siklus 3 menjadi 84%. Indikator peningkatan tersebut di tandai dengan semangat untuk mengikuti pelajaran seperti tidak telat, tidak sering ijin keluar kelas untuk ke toilet, dan merasa nyaman dalam proses pembelajaran.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tin–dakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan metode tutor sebaya dalam pelajaran TIK kelas XII-IPS.3 dapat mengatasi persoalan yang ada yaitu meningkatkan nilai rata-rata siswa, ketuntasan belajar dan peningkatan aktivitas belajar siswa kearah yang lebih baik.
2. Peningkatan rata-rata nilai siswa dan ketuntasan belajar sangat dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas belajar sis-wa.
3. Penerapan metode tutor sebaya dapat meminimalkan perbedaan antara guru dengan siswa dalam pembelajaran karena latar belakang siswa yang ber-anekaragam dan multikultural.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan, telah ter–bukti bahwa metode pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ketuntasan belajar dan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran TIK khususnya Aplikasi Coreldraw, untuk per–baikan di masa mendatang maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Perlu adanya pemisahan kelas terha-dap siswa yang berlatar atlet dan siswa bukan atlet. Hal tersebut perlu dilakukan agar guru dapat melakukan perlakuan dan kebijakan khusus dalam metodologi pembelajaran maupun peraturan kedisiplinan. Karena pada kenyataannya kebijakan yang selama ini bersifat umum dipakai tidak bisa diterapkan secara menyeluruh terha-dap siswa, oleh karena latar belakang yang berbeda dan multikultural. Keti-dakberhasilan selama ini bisa dilihat dari susahnya siswa dalam menang-kap pelajaran dan menaati peraturan kedisiplinan terutama siswa yang berlatang belakang atlet.
2. Perlunya peremajaan komputer yang ada dilaboratorium komputer karena sebagian komputer yang ada memiliki tahun perakitan yang sudah cukup tua yaitu mulai tahun 2000. Ini sangat berpengaruh dalam pembelajaran karena sering kali komputer yang tiba-tiba trouble ketika pembelajaran di laboratorium sedang berlangsung. Jika ini terjadi maka siswa yang bersang-kutan akan digabung dengan siswa yang lain sehingga mengakibatkan siswa tersebut tidak bisa mandiri dan membuat situasi pembelajaran tidak kondusif karena tidak semua siswa dapat mendapatkan komputer untuk praktek.
3. Karena metode pembelajaran tutor sebaya sangat bermanfaat bagi guru dan siswa, maka model pembelajaran ini dianjurkan untuk dilakukan dalam mata pelajaran yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Cintra Umbara.
Hamalik , Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono.2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2010. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Algesindo.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono & Supardi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsismi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Muladi, M. Wibowo. 2004. Remaja dan Pendidikan Sebaya. Surakarta: Uniba Press.
Ahmadi, Abu, Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Suryono. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rosda.
Dwiara, Heningtyas. 2013. Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas XII Semester Gasal. Klaten. Viva Pakarindo.
Purnomo, Andi. 2008. TIK: Teknik Informasi & Komunikasi 2 Kelas XII (KTSP). Jakarta: Yudhistira
Kemmis and Taggart. 1990. The Actioan Research Planner. Victoria Deakin: Univ Press.
Sardiman, A.M. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada