PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DALAM PENINGKATAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR

ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) TENTANG GERAK BENDA

PADA PESERTA DIDIK KELAS I SDN 1 SUMBERJO

DI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Anjum Aenani

Guru Kelas I di SDN 1 Sumberjo

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah 1) Mendeskripsikan penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang Gerak Benda pada Peserta Didik Kelas I SDN 1 Sumberjo di Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 dan 2) Menganalisis aktifitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang Gerak Benda pada Peserta Didik Kelas I SDN 1 Sumberjo di Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Peneliti merupakan Guru Kelas I di SDN 1 Sumberjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang. Lokasi penelitian di SDN 1 Sumberjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, yang beralamat di Jl. Slamet Riyadi, Gang Belik, Sumberjo. Waktu penelitian pada Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 sesuai dengan jadwal pelajaran dalam kegiatan penelitian. Tindakan dalam penelitian menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Subyek penelitian adalah peserta didik Kelas I di SDN 1 Sumberjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, sebanyak 30 anak yang terdiri dari 18 anak putra dan 12 anak putri. Data dalam penelitian ini berkaitan dengan peserta didik, khususnya aktifitas belajar dan hasil belajar. Sedangkan alat pengumpulan data adalah 1) Lembar pengamatan, 2) Dokumentasi, 3) Soal ulangan harian. Prosedur dalam penelitian ini menggunakan Model Siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian adalah 1) Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) menuntut kemampuan berpikir peserta didik dalam menganalisis pernyataan, 2) Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dalam kelompok meningkatkan aktifitas belajar peserta didik, 3) Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan percobaan-percobaan sederhana memberikan pengalaman belajar konkrit dan menarik bagi peserta didik, 4) Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) memperkuat pemahaman materi bagi peserta didik, 5) Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) meningkatkan hasil belajar. Saran dari penelitian ini adalah 1) Bagi guru supaya melakukan percobaan-percobaan sederhana dengan frekuensi yang lebih sering dengan melibatkan peserta didik yang berbeda-beda, sehingga peserta didik dapat melakukan dan mengamati percobaan tersebut, 2) Bagi peserta didik supaya aktif dan percaya diri dalam pembahasan dan penarikan kesimpulan serta cermat dalam mengamati percobaan, sehingga penguasaan materi semakin kuat, 3) Bagi sekolah supaya menyediakan media pembelajaran, sehingga menunjang percobaan-percobaan sederhana dalam pembelajaran.

Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Gerak Benda


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPA di Kelas I tentang gerak benda berkaitan dengan benda yang mudah, benda yang sulit bergerak dan penyebab benda bergerak. Dalam pembelajaran tersebut, guru menje-laskan materi dalam buku teks secara teoritis dan peserta didik memperhatikan, kemudian mencatat. Pembelajaran tidak ditunjang dengan media pembelajaran yang relefan dengan percobaan sederhana.

Pembelajaran IPA di Kelas I tentang gerak benda seperti di atas belum ideal karena bersifat abstrak dan pasif dengan keterangan dari guru. Selain itu, pembelajaran juga berlangsung tidak menarik dan tidak efektif.

Dari hasil analisis nilai ulangan harian IPA di Kelas I tentang gerak benda di SDN 1 Sumberjo di Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 menunjukan bahwa nilai rata-rata sebesar 62 dengan persen-tase ketuntasan sebesar 46,67%. Hasil belajar ini termasuk jelek karena ketun-tasan belajar belum memenuhi 75%.

Identifikasi Masalah

Hasil identifikasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran diketahui bah-wa 1) Pembelajaran berpusat pada guru sebagai sumber belajar yang menjelaskan materi dalam buku teks, 2) Pembelajaran berlangsung klasikal dan abstrak dengan keterangan dari guru yang teoritis, 3) Pembelajaran tidak ditunjang dengan media pembelajaran dan percobaan, 4) Aktifitas belajar peserta didik masih pasif dengan mendengarkan keterangan, menja-wab pertanyaan dan mengerjakan tugas tanpa pembahasan, 5) Hasil belajar peserta didik masih jelek dimana nilai rata-rata 62 dengan ketuntasan 46,67%.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana penggunaan Model Pem-belajaran Berbasis Masalah (PBM) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang Gerak Benda pada Peserta Didik Kelas I SDN 1 Sumberjo di Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015?

2. Bagaimana aktifitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang Gerak Benda pada Peserta Didik Kelas I SDN 1 Sumberjo di Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan penggu-naan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)?

Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang Gerak Benda pada Peserta Didik Kelas I SDN 1 Sumberjo di Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Menganalisis aktifitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang Gerak Benda pada Peserta Didik Kelas I SDN 1 Sumberjo di Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan penggu-naan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Teori

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar menghafal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung, seperti kegiatan tatap muka, maupun secara tidak langsung dengan berbagai media pembelajaran (Rusman, 2012: 134).

Susanto (2013: 1-4) menyebutkan prinsip-prinsip pembelajaran di sekolah dasar adalah 1) Motivasi, 2) Latar belakang, 3) Pemusatan perhatian, 4) Keterpaduan, 5) Pemecahan masalah, 6) Menemukan, 7) Belajar sambil bekerja, 8) Belajar sambil bermain, 9) Perbedaan individu, 10) Hubungan sosial.

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan inovasi dalam pembe-lajaran karena kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasi melalui proses kerja kelompok/tim yang sistematis dengan memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan (Rusman, 2012: 229).

Rusman (2012: 232-234) menye-butkan karakteristik PBM adalah 1) Perma-salahan menjadi starting point dalam bela-jar, 2) Permasalahan terjadi di dunia nyata dan tidak terstruktur, 3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda, 4) Perma-salahan menantang pengetahuan, sikap dan kompetensi siswa yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan bela-jar dan bidang baru dalam belajar, 5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama, 6) Belajar adalah kolaboratif, komunikatif dan kooperatif, 7) Peman-faatan sumber pengetahuan yang bera-gam, 8) Pengembangan keterampilan inkuiri dalam pemecahan masalah untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan, 9) Keterbukaan proses meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar, 10) Melibatkan evaluasi dan reviu pengalaman siswa dan proses belajar.

Kerangka Berpikir

Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah mengerja-kan tugas berupa daftar pernyataan. Peserta didik menganalisis pernyataan dan menentukan jawaban yang sesuai dengan memberikan tanda contreng (√) pada kolom yang tersedia. Pembelajaran dilan-jutkan dengan pembahasan. Pembahasan dilakukan dengan melakukan percobaan sesuai dengan media pembelajaran yang tersedia dan relefan dengan materi, sehingga peserta didik mengetahui hasil kerja dan memperoleh pengalaman belajar yang bermakna.

Hipotesis

Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diduga dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang Gerak Benda pada Peserta Didik Kelas I SDN 1 Sumberjo di Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Peneliti merupakan Guru Kelas I di SDN 1 Sumberjo, Keca-matan Rembang, Kabupaten Rembang.

Setting Penelitian

Lokasi penelitian di SDN 1 Sum-berjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, yang beralamat di Jl. Slamet Riyadi, Gang Belik, Sumberjo. Waktu penelitian pada Semester II Tahun Pelajar-an 2014/2015 sesuai dengan jadwal pela-jaran dalam kegiatan penelitian.

Tindakan dalam penelitian meng-gunakan Model Pembelajaran Berbasis Ma-salah (PBM). Dalam pembelajaran tersebut, peserta didik mengerjakan tugas dengan menganalisis pernyataan. Pada Siklus I, tugas bersifat individu. Pada Siklus II, tugas bersifat kelompok sesuai dengan pembagian kelompok. Pembelajaran dilan-jutkan dengan pembahasan. Pada Siklus I tanpa percobaan. Pada Siklus II dengan percobaan.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah peserta didik Kelas I di SDN 1 Sumberjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rem-bang, sebanyak 30 anak yang terdiri dari 18 anak putra dan 12 anak putri.

Data dan Alat Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini berkaitan dengan peserta didik, khususnya aktifitas belajar dan hasil belajar. Sedangkan alat pengumpulan data adalah 1) Lembar pengamatan, 2) Dokumentasi, 3) Soal ulangan harian.

Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini menggunakan Model Siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tin-dakan, pengamatan dan refleksi. Sesuai dengan jadwal pelajaran, pembelajaran IPA di Kelas I di SDN 1 Sumberjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang selama dua jam dalam satu minggu, yaitu hari Selasa. Sesuai dengan jadwal pelajaran tersebut, maka setiap siklus direncanakan dalam waktu tiga minggu dengan prosedur penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Deskripsi Kondisi Awal

Dalam pembelajaran IPA di Kelas I tentang gerak benda, guru menjelaskan materi dalam buku teks secara lisan tanpa ditunjang dengan media pembelajaran yang relefan, sehingga pembelajaran bersifat abstrak dan teoritis. Peserta didik hanya mendengarkan, menjawab dan mencatat, sehingga aktifitas belajar cenderung pasif. Pembelajaran semacam ini berlangsung hingga beberapa kali pertemuan. Peserta didik menjadi bosan dan tidak berminat.

Setelah beberapa kali pertemuan, guru melakukan ulangan harian. Sesuai dengan hasil analisis nilai ulangan harian diperoleh nilai rata-rata sebesar 62 dengan persentase ketuntasan sebesar 46,67%. Hasil belajar tersebut termasuk jelek karena nilai rata-rata masih di bawah KKM sekolah sebesar 68 dan persentase ketun-tasan belum memenuhi 75%.

Deskripsi Siklus I

Pembelajaran pada Siklus I dengan menganalisis tugas individu. Peserta didik mengerjakan tugas individu berupa pernya-taan sesuai dengan materi, kemudian mengikuti pembahasan dengan bimbingan guru, hingga menarik kesimpulan. Pembe-lajaran menuntut kemampuan berpikir, sehingga pembelajaran lebih menantang.

Pada Siklus I, peran peserta didik menjadi aktif karena mereka mengerjakan tugas individu dan mengikuti pembahasan secara interaktif. Dalam pembahasan, peserta didik dituntut mengoreksi hasil kerjanya, sehingga mereka juga bertanya dan berpendapat sesuai dengan kesulitan dan permasalahan yang masih dihadapi. Namun, mereka masih malu berpendapat. Aktifitas yang paling signifikan hanya menjawab pertanyaan dari guru. Pada Siklus I, peran guru sebagai fasilitator dengan menyediakan tugas individu dan membimbing pembahasan. Pada Siklus I, hasil belajar menjadi lebih baik dengan nilai rata-rata sebesar 69 dan persentase ketuntasan sebesar 56,67%.

Keberhasilan pada Siklus I dianta-ranya 1) Pembelajaran berlangsung aktif dengan mengerjakan tugas individu secara berkelanjutan sesuai dengan materi, 2) Pembelajaran menjadi menantang dengan kemampuan berpikir dalam menganalisis pernyataan dalam tugas individu, 3) Peserta didik terlibat dalam pembelajaran dalam pembahasan dan penarikan kesimpulan sesuai dengan bimbingan dari guru, sehingga semakin menguasai materi.

Permasalahan yang masih terjadi pada Siklus I diantaranya 1) Pembelajaran masiih bersifat abstrak tanpa media pembelajaran yang relefan dan percobaan sesuai dengan materi, 2) Aktifitas belajar peserta didik secara individu belum me-ningkat secara merata dan signifikan, khususnya dalam pembahasan, 3) Persen-tase ketuntasan belum memenuhi 75%.

Perbaikan tindakan diantaranya 1) Melakukan percobaan dengan media pembelajaran yang relefan sesuai dengan materi yang disampaikan, 2) Melakukan pembelajaran kelompok sesuai dengan pembagian kelompok untuk meningkatkan aktifitas belajar peserta didik dalam berpendapat dan berdiskusi maupun pembahasan.

Deskripsi Siklus II

Pembelajaran pada Siklus II dengan mengerjakan tugas kelompok dengan memperhatikan pembagian kelom-pok, sehingga pembelajaran klasikal digantikan dengan pembelajaran kelompok. Pembahasan pun diawali dengan perco-baan sederhana sesuai dengan media pembelajaran yang relefan dengan materi. Bahkan percobaan tersebut melibatkan peserta didik, sehingga mereka aktif dan memperoleh pengalaman belajar yang bermakna.

Pada Siklus II, aktifitas belajar dalam kelompok meningkat dan merata. Belajar dalam kelompok meningkatkan aktifitas belajar peserta didik, mulai dari berpendapat dan berdiskusi, termasuk dalam mengikuti pembahasan. Sesuai dengan lembar pengamatan, maka aktifitas belajar peserta didik termasuk dalam kategori baik dengan skor sebesar 73,94. Pada Siklus II, peran guru sebagai fasilitator semakin bertambah dengan melakukan percobaan sederhana bersama dengan peserta didik. Bahkan percobaan-percobaan tersebut juga dilakukan untuk materi terdahulu. Pada Siklus II, hasil belajar lebih baik dengan nilai rata-rata sebesar 78,34 dan persentase ketuntasan sebesar 83,34%.

Keberhasilan pada Siklus II diantaranya 1) Pembelajaran menjadi konkrit dan menarik dengan melakukan percobaan-percobaan sederhana bersama peserta didik, 2) Aktifitas belajar peserta didik meningkat dengan berdiskusi dan berpendapat dalam mengerjakan tugas kelompok, mengamati dan mengikuti percobaan dan mengikuti pembahasan.

Permasalahan yang masih terjadi pada Siklus II diantaranya 1) Kesulitan dalam melakukan percobaan karena membutuhkan media pembelajaran yang relefan dengan materi, 2) Keterlibatan peserta didik masih terbatas dalam percobaan karena keterbatasan media pembelajaran yang tersedia.

Pembahasan

Pada Siklus I, pembelajaran de-ngan tugas individu dimana setiap peserta diidk mengerjakan tugas individu secara mandiri dengan menganalisis daftar per-nyataan yang tersedia. Pembelajaran dilanjutkan dengan pembahasan, sehingga peserta didik mengetahui hasil kerjanya. Terakhir adalah menarik kesimpulan dan mencatat sesuai dengan bimbingan dari guru.

Pada Siklus II, pembelajaran dengan tugas kelompok berdasarkan pem-bagian kelompok. Peserta didik belajar bersama dengan anggota kelompoknya dalam menganalisis daftar pernyataan. Pembelajaran dilanjutkan dengan percobaan yang melibatkan peserta didik, sehingga pembelajaran menjadi konkrit dan bermakna. Dengan pengalaman belajar tersebut, peserta didik terlibat dalam pembahasan secara aktif.

Hasil analisis pembelajaran pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II sesuai dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Analisis Pembelajaran pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.

No

K. Awal

Siklus I

Siklus II

1

pembelajaran berpusat pada guru dengan menjelaskan materi pada buku teks

pembelajaran dengan pemecahan masalah dalam tugas individu secara mandiri

pembelajaran dengan pemecahan masalah dalam tugas kelompok secara aktif dan kooperatif

2

peserta didik hanya mendengarkan dan menjawab

peserta didik berpikir untuk menganalisis tugas individu

peserta didik berpikir, berpendapat dan berdiskusi untuk menganalisis tugas kelompok, peserta didik juga mengikuti dan mengamati percobaan

3

pembelajaran klasikal bersifat abstrak

pembelajaran klasikal dengan pemecahan masalah secara mandiri

pembelajaran kelompok dengan pemecahan masalah secara aktif dan kooperatif

Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II dengan pemecahan masalah dengan menganalisis pernyataan sesuai dengan materi yang disampaikan. Pada Siklus I, pemecahan masalah dilakukan secara individu dalam tugas individu. Pada Siklus II, pemecahan masalah dilakukan secara kelompok dalam tugas kelompok. Bahkan pada Siklus II ditunjang dengan percobaan yang melibatkan sebagian peserta didik dan yang lainnya melakukan pengamatan.

Permasalahan dalam pembelajaran terdapat dalam pernyataan yang harus dianalisis peserta didik. Permasalahan tersebut dibahas bersama-sama, sehingga peserta didik mengetahui pemecahan masalah yang berarti juga menguasai materi yang disampaikan. Permasalahan dalam pembelajaran ini sesuai dengan pendapat Rusman (2012: 232-234) bahwa karakteristik PBM adalah permasalahan yang harus diselesaikan. Dengan menye-lesaikan masalah, peserta didik terbiasa berpikir dan tidak lagi menerima kete-rangan dari guru.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan percobaan-percobaan sederha-na, sehingga memberikan pengalaman belajar yang nyata dan bermakna bagi peserta didik, bahkan mereka juga terlibat dalam percobaan, sedangkan yang lainnya melakukan pengamatan. Aktifitas belajar semakin meningkat dan bervariasi, mulai dari berpikir, berpendapat, berdiskusi, mengamati, bertanya dan menjawab, termasuk menarik kesimpulan. Hasil analisis terhadap pengamatan pada Siklus I dan Siklus II sesuai dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Analisis terhadap Pengamatan pada Siklus I dan Siklus II.

No

Aspek Pengamatan

Nilai Rata-rata

Siklus I

Siklus II

1

Berpendapat saat mengerjakan tugas kelompok

71,5

2

Berdiskusi saar mengerjakan tugas kelompok

74

3

Mengerjakan tugas individu/kelompok dengan lancar

70

75

4

Mengerjakan tugas individu/kelompok dengan benar

60

74,5

5

Mengikuti pembahasan dengan bertanya

55

71,5

6

Mengikuti pembahasan dengan menjawab

62,5

77

7

Mengikuti pembahasan dengan berpendapat

52,5

71,5

8

Mengamati percobaan dengan penuh perhatian

78,5

9

Menarik kesimpulan dengan benar

57,5

72

Nilai Rata-rata

59,58

73,94

Kategori

C

B

Sesuai dengan tabel di atas, hasil pengamatan menunjukan aktifitas belajar semakin bervariasi dan semakin meningkat. Aktifitas belajar secara individu yang masih klasikal dikembangkan dengan aktifitas belajar kelompok dengan percobaan yang melibatkan peserta didik. Salah satu aktifitas belajar yang penting adalah menarik kesimpulan. Sesuai dengan aktifi-tas belajar, maka peserta didik semakin terampil dalam menarik kesimpulan. Artinya penguasaan materi pun semakin kuat dan hasil belajar juga meningkat.

Sesuai dengan tabel di atas, hasil belajar mengalami peningkatan, baik seca-ra individu maupun secara keseluruhan. Nilai terendah, nilai rata-rata, nilai tertinggi dan persentase ketuntasan mengalami kenaikan. Nilai rata-rata melebihi KKM sekolah dan persentase ketuntasan melebihi 75%. Secara keseluruhan, hasil belajar mengalami peningkatan.

Sesuai dengan analisis data peneli-tian di atas, peneliti memperoleh hasil penelitian sebagai berikut:

1. Penggunaan Model Pembelajaran Ber-basis Masalah (PBM) menuntut ke-mampuan berpikir peserta didik dalam menganalisis pernyataan.

2. Penggunaan Model Pembelajaran Ber-basis Masalah (PBM) dalam kelompok meningkatkan aktifitas belajar peserta didik.

3. Penggunaan Model Pembelajaran Ber-basis Masalah (PBM) dengan percoba-an-percobaan sederhana memberikan pengalaman belajar konkrit dan menarik bagi peserta didik.

4. Penggunaan Model Pembelajaran Ber-basis Masalah (PBM) memperkuat pemahaman materi bagi peserta didik.

5. Penggunaan Model Pembelajaran Ber-basis Masalah (PBM) meningkatkan hasil belajar.

PENUTUP

Simpulan

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat digunakan secara individu dan kelompok.

2. Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dalam menganalisis pernyataan dalam tugas individu maupun tugas kelompok mem-butuhkan kemampuan berpikir.

3. Penggunaan Model Pembelajaran Ber-basis Masalah (PBM) dengan percoba-an-percobaan sederhana memberikan pengalaman belajar konkrit dan ber-makna bagi peserta didik.

4. Penggunaan Model Pembelajaran Ber-basis Masalah (PBM) meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik.

Saran

1. Bagi guru supaya melakukan perco-baan-percobaan sederhana dengan frekuensi yang lebih sering dengan melibatkan peserta didik yang berbeda-beda, sehingga peserta didik dapat melakukan dan mengamati percobaan tersebut.

2. Bagi peserta didik supaya aktif dan percaya diri dalam pembahasan dan penarikan kesimpulan serta cermat dalam mengamati percobaan, sehingga penguasaan materi semakin kuat.

3. Bagi sekolah supaya menyediakan media pembelajaran, sehingga menun-jang percobaan-percobaan sederhana dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Kurikulum 2004 Rumpun: Sains SD/MI. Jakarta: Puskur, Depdiknas.

Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas.

Darmodjo, Hendro dan Kaligis, Jenny. 1992. Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud, Ditjen Dikti.

Ernawati. 2013. Peningkatan Keterampilan Proses IPA melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah di Kelas IV Sekolah Dasar. Kebumen: Skripsi PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Kampus Kebumen.

Muslich, Mansur. 2007. KTSP: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwati, Sri. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 1 untuk SD/MI Kelas 1. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Rositawaty dan Muharam, Aris. 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas I Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press.

Sholehudin dan Susanti, Evi. 2007. ABI: Asyiknya Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar Kelas I. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Sulastri, Iin. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Pesawat Sederhana. Bandung: Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia.

Sulistyanto, Heri dan Wiyono, Edi. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas I. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

 

Wati, Nanik Istika. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas V SD Negeri Pasuruhan Pati. Kudus: Skripsi PGSD FKIP Universitas Muria Kudus.