PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS

PADA SISWA KELAS VI SEMESTER II SD NEGERI 2 SOGO KECAMATAN KEDUNGTUBAN KABUPATEN BLORA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

 

Kalis Haryanto

SDN 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Mata pelajaran IPS merupakan salah satu bidang studi kurikuler di tingkat Sekolah Dasar (SD). Karena rendahnya pemahaman siswa terhadap pelajaran ini khususnya materi Permasalahan Sosial di kelas VI SD Negeri 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2014 / 2015, penulis melakukan perbaikan pembelajaran. Perbaikan pembelajaran dilakukan dengan 2 siklus pembelajaran. Kegiatan penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2014 / 2015 pada siswa kelas VI yang berjumlah 19 siswa, terdiri dari 9 laki-laki dan 10 perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Permasalahan Sosial dengan menggunakan model pembelajaran interaktif. Setelah dilakukan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran interaktif, hasil dan aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dari data yang dikumpulkan, pada kegiatan pembelajaran pra siklus hanya 8 siswa yang memperoleh nilai diatas KKM dengan nilai rata-rata kelas 60,90. Hasil belajar siswa terus meningkat pada siklus I, sebanyak 15 siswa memperoleh nilai diatas KKM, dengan nilai rata-rata 69,54. Dan pada siklus II prosentase ketuntasan siswa terus meningkat, menjadi 100% siswa memperoleh nilai diatas KKM, dengan nilai rata-rata kelas 87,72. Maka deskripsi dari data yang dikumpulkan dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS tentang permasalahan sosial di kelas VI SD Negeri 2 Sogo. Dengan demikian, model pembelajaran interaktif merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi permasalahan sosial.

Kata kunci: Model pembelajaran interaktif,hasil belajar,pembelajaran IPS.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Mutu pendidikan merupakan fokus perhatian dalam rangka memperbaiki kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga pendidikan maupun masyarakat diantaranya dilakukannya upaya-upaya inovasi di bidang pendidikan dan pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran di sekolah, hal yang sangat penting dan utama harus diperhatikan adalah bagaimana siswa dapat menyerap ilmu pengetahuan sekaligus pengalaman berharga dan dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Hal ini mengandung pengertian bahwa keberhasilan kegiatan belajar mengajar sangat bergantung pada proses dan kegiatan individu yang belajar. Demikian pula seorang guru dapat dikatakan berhasil dalam mengajar jika para siswa mampu menyerap secara maksimal materi yang diajarkan dan menerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari.

Guru yang berkompetensi dan profesional harus dapat mengorganisasikan kelasnya dalam berinteraksi kepada siswa mampu untuk meningkatkan mutu pendidikan yang diharapkan sehingga guru mampu menciptakan sumber daya manusia yang handal dalam menghadapi segala perkembangan IPTEK. Pembelajaran yang aktif dan efektif haruslah mampu mendorong siswa untuk mendengarkan, melihat, mengajukan pertanyaan dan mendiskusikan dengan teman belajarnya. Dalam pembelajaran yang aktif dan efektif yang paling penting bagi siswa adalah perilaku memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh – contoh, mencoba keterampilan dan melakukan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang dimiliki atau yang harus dicapai. (Melvin Silberman, 2001:xiii).

Dalam melaksanakan tugas sebagai guru kelas SD masih banyak menemui berbagai masalah, diantaranya banyak pokok bahasan dari setiap mata pelajaran yang belum sepenuhnya dikuasai siswa sesuai dengan standar kompetensi yang diharapkan. Kendala yang dihadapi tidak hanya masalah mutu dan kualitas siswa, tetapi menyangkut komponen secara umum sebagai salah satu lembaga pendidikan, sarana dan prasarana sekolah yang sangat minim. Kurikulum pelajaran yang selalu mengalami perubahan dan penyempurnaan, cukup menjadi suatu kendala bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Buku pelajaran yang harus sesuai dengan standar kompetensi, kurangnya minat siswa dalam belajar yang dipengaruhui oleh kemajuan media elektronik yang canggih, membuat siswa lebih asyik bermain dari pada belajar demi masa depannya.

Pembelajaran di SD Negeri 2 Sogo khususnya kelas VI pada mata pelajaran IPS tentang Permasalahan Sosial, penguasaan materi masih sangat rendah atau belum berhasil dengan baik. Maka dari itu perlu segera mendapat penanganan dan perhatian peneliti. Selain rendahnya prestasi belajar siswa, siswa belum berani untuk bertanya hal belum jelas dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.

Pola pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti selama ini, hanya mengandalkan salah satu macam metode yang dianggap sesuai dengan kondisi sekolah yaitu metode ceramah dan jarang mengunakan alat peraga sebagai media belajar. Sehingga pembelajaran yang diharapkan belum tercapai dan hasil prestasi belajar secara maksimal sulit untuk dicapai. Hal ini terbukti pada saat mengerjakan Ulangan Harian, hasil belajar siswa masih rendah dengan kata lain belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Dari 19 siswa dikelas V SDN 2 Sogo yang dapat mencapai KKM ada 8 orang atau 42,11%, sedangkan 11 siswa (57,89%) yang lainnya masih belum tuntas atau berada di bawah KKM. Untuk memecahkan masalah diatas guru melakukan perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menekankan pada peningkatan hasil belajar melalui penggunaan model pembelajaran interaktif bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora tahun ajaran 2014/2015.

Model Pembelajaran Interaktif merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagi ide-ide, mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan menjawab pertanyaan secara lisan sehingga menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam mengemukakan ide atau jawaban di depan kelas.

 

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka perlu adanya peningkatan penguasaan materi pelajaran IPS yang dilakukan melalui pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran melalui PTK dengan rumusan masalah yaitu “Apakah dengan menggunakan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa di kelas VI SD Negeri 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora?

Tujuan Penelitian

Tujuan Perbaikan ini adalah sebagai berikut :

1.        Mendeskripsikan Model Pembelajaran Interaktif pada pembelajaran IPS tentang Permasalahan Sosial.

2.        Meningkatkan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif tentang Permasalahan Sosial.

3.        Membangun motivasi siswa agar aktif dalam proses pembelajaran.

Manfaat Penelitian

Secara garis besar, perbaikan pembelajaran ini dapat memberikan sumbangan pikiran bagi dunia pendidikan khususnya mata pelajaran IPS, selain itu perbaikan pembelajaran dengan pola PTK ini juga memberikan manfaat pada banyak pihak antara lain:

1.     Bagi Siswa : Dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa dan akan berdampak meningkatkan hasil belajar .

2.     Bagi Guru : Dapat menambah pengetahuan mengenai penggunaan gambar berseri sebagai media pembelajaran serta meningkatkan kinerja dan mutu pendidikan.

3.     Bagi Sekolah :Dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang sangat penting bagi setiap manusia. Pengetahuan dan pemahaman, keterampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk dan berkembang melalui belajar. Oleh karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. (Mustangin, 2002:15). Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah karena pengalaman dan latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecakapan baru, dan perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja (Sagala, 2005:37).

Belajar menurut teori psikologi asosiasi adalah proses pembentukan asosiasi atau hubungan antara stimulus (perangsang) yang mengenai individu melalui penginderaan dan response (reaksi) yang diberikan individu terhadap rangsangan tadi, dan proses memperkuat hubungan tersebut. Belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah dengan mengabaikan perubahan selain dari faktor-faktor latihan.

Menurut Kolb (1984:24) belajar melalui pengalaman menekankan kepada hubungan yang harmonis antara belajar, bekerja, serta aktifitas kehidupan dengan penciptaan pengetahuan yang diperoleh secara terus-menerus dan diuji melalui pengalaman. Belajar melalui pengalaman mengacu merupakan interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga banyak memberikan pengalaman pada kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan dan kemahiran berdasarkan alat indera atau pengalamannya.

            Pembelajaran merupakan proses dua arah mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dalam pendidikan.

Kemudian dijelaskan bahwa pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu (1) dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa sacara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir, (2) dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus-menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka kontruksi sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, serta kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan atau pemahaman yang baik terhadap materi pelajaran. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membagi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotoris (Nana Sujdana, 2002 :22).

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintensis, dan evaluasi. Ranah efektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus dilakukan dengan baik dan pedoman cara yang tepat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman sendiri- sendiri dalam belajar. Pedoman / cara yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan, dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran. Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh seseorang dalam melakukan kegiatan belajar,tetapi faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu sendiri.

 Pengertian Prestasi Belajar

Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi hasil belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah yang telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994:8), hasil belajar atau prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu atau kelompok. Dari ungkapan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hasil apabila tidak ada kegiatan.

Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar memungkinkan hasil yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik.Sedang pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yang dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu.

Berikut ini akan dipaparkan tentang pengertian alat evaluasi yang tepat untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran, indikator hasil belajar, dan batas minimal hasil belajar. Dalam setiap usaha atau kejadian yang dilakukan, manusia selalu mendambakan keberhasilan. Begitu juga di dalam proses belajar mengajar di sekolah. Seorang siswa melakukan kegiatan belajar mengajar selalu mendapatkan keberhasilan belajar. Dalam dunia pendidikan keberhasilan itu disebut dengan prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan wujud keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam penguasaan materi pelajaran yang menuntut ketekunan dan kesungguhan dalam pelaksanaan belajar.

Menurut Poerwodarminta (1998:700) prestasi adalah hasil yang dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan). Sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan hasil nilai tes atau angka yang telah diberikan kepada guru.

a. Alat Evaluasi Prestasi Belajar

Langkah pertama yang harus ditempuh oleh guru atau calon pendidik dalam menilai prestasi belajar adalah menyusun alat evaluasi. Alat evalusi prestasi belajar ada dua macam, yaitu bentuk objektif dan bentuk subjektif. Bentuk objektif dapat berupa tes benar-salah, bentuk pilihan ganda, bentuk tes mencocokan, dan tes isian. Sedangkan bentuk subjektif dapat berupa tes esai.

b. Indikator Prestasi Belajar

Indikator prestasi belajar adalah sebuah acuan pencapaian keberhasilan suatu pembelajaran. Indikator pencapaian haruslah mencakup aspek kognitif.

c. Batas Minimum Hasil Belajar

Setelah mengetahui indikator yang hendak dicapai, maka guru perlu menentukan batas minimum keberhasilan dari indikator tersebut. Batas minimum digunakan untuk mempertimbangkan batas terendah hasil belajar siswa. Guru dalam mengajar seyogyanya menggunakan metode belajar yang sesuai sehingga menimbulkan rasa ketertarikan pada diri siswa. Dengan adanya rasa ketertarikan ini anak akan berminat untuk mengikuti pembelajaran. Anak tidak merasa jenuh, sehingga ada semangat untuk belajar, diharapkan kedepannnya dapat meningkatkan hasil dan prestasi belajar siswa.

Model Pembelajaran Interaktif

Model Pembelajaran Interaktif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengembangkan potensi rasa ingin tahu siswa terhadap suatu objek/peristiwa melalui pertanyaan. Model pembelajaran interaktif ini di sebut juga pendekatan “pertanyaan siswa“. Dengan kata lain, guru menggali pertanyaan siswa mengenai materi pembelajaran yang sedang dibahas, kemudian siswa mencari jawabannya. Jawaban atas pertanyaan siswa dijawab oleh siswa. Namun, perlu diperhatikan bahwa untuk menjawab pertanyaan tersebut memerlukan proses, yaitu proses pencarian informasi. Artinya, bukan pertanyaan yang dengan segera dapat dijawab oleh siswa.

1.     Langkah-langkah Model Pembelajaran Interaktif

a.     Persiapan : guru kelas memilih topik dan menemukan informasi yang melatarbelakanginya.

b.     Kegiatan penjelajahan : lebih melibatkan siswa pada topik yang sedang dibahas.

c.     Pertanyaan anak : guru kelas mengundang siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang topik yang dibahas.

d.     Penyelidikan : guru dan siswa memilih pertanyaan untuk dieksplorasi.

e.     Refleksi: melakukan evaluasi untuk memantapkan hal-hal yang terbukti dan memisahkan hal-hal yang masih perlu diperbaiki.

2.     Kebaikan dan keterbatasannya

Salah satu dari kebaikan dari Model Pembelajaran Interaktif adalah bahwa siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan (obsevasi, penyelidikan). Dengan cara seperti itu siswa menjadi kritis dan aktif dalam belajar. Apakah kebaikan yang lainnya ? Langkah-langkah terstruktur seperti di atas menjamin bahwa pertanyaan siswa dikumpulkan dan serius ditindak lanjuti. Sayangnya karena dipolakan seperti itu, ternyata model ini menjadi rutin dan kehilangan tujuannya yang esensi. Sekali siswa perlu berpikir tentang sesuatu objek yang sedang dipelajari. Jadi penting melakukannya dengan serius, tidak sebagai sesuatu yang rutin.

3.     Beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh guru agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, yakni :

a.     Faktor Minat dan Perhatian

Minat dan perhatian siswa merupakan faktor utama penetu derajat keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Mursell (dalam Uzer Usman, 2000:5) terdapat 22 macam minat salah satu diantaranya adalah anak memiliki minat belajar. Guru memfasilitasi minat siswa tersebut, misalnya dengan cara memilih topik pembelajaran sebagai konsep kunci (key concept) untuk mendapatkan perhatian siswa secara penuh.

b.     Faktor Motivasi

Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan guna mencapai tujuan. Atau keadaan dan kesiapan dalam diri siswa yang mendorong tingkah laku untuk melakukan kegiatan belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan motif adalah daya yang terdapat pada siswa yang mendoronnya untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar dapat timbul dari dalam diri siswa (motivasi instrinsik) dan pengaruh dari luar dirinya (motivasi ekstrinsik).

Dalam kegiatan pembelajaran, guru berperan sebagai motivator untuk menumbuhkembangkan kedua motivasi tersebut agar siswa mau dan mampu melakukan kegiatan belajar. Motivasi intrinsik telah dimiliki setiap siswa dengan adanya potensi rasa ingin tahu (sense of curiosity), sedangkan motivasi ektrinsik dapat timbul dari upaya guru melalui penerapan sistem penghargaan-hukuman (punishment-reward system) yang diorientasikan pada upaya memotivasi siswa untuk belajar.

c.     Faktor Latar atau Konteks

Belajar berdasarkan realita akan menarik bagi siswa, belajar dimulai dari yang sederhana dapat memotivasi siswa, dan belajar berdasarkan pengalaman siswa dapat mengaktifkan siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, guru perlu mencari tahu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki oleh siswa dengan dua tujuan, yaitu agar tidak terjadi pengulangan materi karena hal tersebut dapat menimbulkan kebosanan bagi siswa, dan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki oleh siswa.

d.     Faktor Perbedaan Individu

Pada hakikatnya, siswa adalah individu yang unik yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik pengetahuan, minat, bakat, sifat, kemampuan, dan latar belakang. Perbedaan tersebut dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Secara umum, siswa memiliki perbedaan secara vertikal dan horizontal. Perbedaan vertikal berkenaan dengan kecerdasan (IQ), dan perbedaan horizontal berkenaan dengan (talenta) dan minta. Mengingat adanya perbedaan tersebut, guru hendaknya menyadari dan memaklumi apabila ada siswa yang berhasil dengan baik, atau bahkan sebaliknya mengalami kesukaran memahami materi pelajaran. Dalam hal ini, guru harus tetap memperhatikan persamaan dan perbedaan siswa dengan cara mengoptimalkan pengembangan kemampuan mereka masing-masing.

e.     Faktor Sosialisasi

Sosialisasi atau proses hubungan sosial, pada masa anak-anak sedang tumbuh yang ditandai dengan keinginannya untuk selalu berusaha menjalin hubungan dengan teman-temannya. Tetapi, ada suatu hal yang perlu mendapat perhatian guru ketika sedang berlangsung kegiatan pembelajaran, yang mereka akan merefleksikannya dengan cara mengobrol dengan temannya. Upaya guru untuk menyalurkan kebutuhan anak akan hubungan sosial tersebut dapat dilakukan dengan belajar kelompok sehingga dapat mengembangkan potensi danmelatih anak menciptakan suasana kerjasama, proses pembentukan kepribadian, tumbuhnya kesadaran akan perbedaan di antara temannya yang dapat menumbuhkan solidaritas melalui saling membantu menyelesaikan tugas.

f.      Faktor Belajar Sambil Bermain

Bermain merupakan kebutuhan bagi siswa yang sehat karena bermain merupakan keaktifan yang menimbulkan kegembiraan dan menyenangkan. Bermain disini lebih dimaksudkan pada kegiatan pembelajaran yang berlangsung dalam suasana menyenangkan sehingga akan mendorong siswa aktif belajar, selain itu pengetahuan, keterampilan, sikap, dan daya fantasi siswa akan berkembang. Suasana senang dan gembira dalam kegiatan pembelajaran dapat diciptakan guru dengan tanpa mengesampingkan tujuan pembelajaran. Artinya, guru harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa.

g.     Faktor Belajar Sambil Bekerja ( Learning by Doing )

Konsep belajar sambil bekerja pertama kali dikemukakan oleh Dewey (2002:15) melalui metode proyek, kemudian menjadi salah konsep belajar yang dikemukakan UNESCO. Dewey mengemukakan pentingnya aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran, aktivitas tersebut meliputi aktivitas jasmaniyah dan aktivitas mental.

h.     Faktor Inkuiri

Pada dasarnya, siswa memiliki potensi untuk mencari dan menemukan sendiri (sense of inquiry), baik fakta maupun data/informasi. Faktor atau data/ informasi tersebut kemudian diolah (pemrosesan informasi) dan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah. Dengan demikian, berilah kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri informasi yang ada kaitannya dengan materi pelajaran. Dalam konteks ini, tugas guru adalah menyampaikan informasi yang mendasar dan memancing siswa untuk mencari informasi selanjutnya. Agar siswa terdorong untuk melakukan pencarian informasi tersebut.

i.      Faktor Memecahkan Masalah

Setiap siswa menyukai tantangan (sense of chalanger), demikian pula halnya dalam belajar. Belajar yang memiliki tantangan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa akan mendorong mereka untuk belajar. Sebaliknya, tantangan yang memberatkan akan mematahkan semangat dan membuat siswa tidak betah belajar. Dalam kegiatan pembelajaran, tantangan tersebut dapat diciptakan oleh guru dengan mengajukan situasi bermasalah agar siswa peka terhadap masalah. Sudah tentu permasalahan tersebut terkait dengan materi pembelajaran.

Kepekaan terhadap masalah akan mendorong siswa untuk melihat masalah dan merumuskannnya, memilih serta berdaya upaya untuk menentukan cara pemecahannya sesuai dengan tingkat kemampuannya. Kesembilan faktor tersebut di atas, sangat memerlukan kepekaan dan aktualisasi kompetensi guru dalam melakasankan tugas secara profesional. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran interaktif menurut adalah didasarkan pada dialog transaksional, yaitu proses interaksi antara guru dengan para siswa. Kegiatan Pembelajaran Interaktif tersebut diindikasikan dengan keterlibatan seluruh siswa secara aktif dalam transaksi akademik-edukatif. Dalam konteksitas Model Pembelajaran Interaktif (pendekatan pertanyaan siswa) maka dialog transaksional tersebut dapat tercermin dalam menentukan pertanyaan (permasalahan) yang diajukan oleh siswa. Semua siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaaan , tetapi pertanyaan tersebut belum tentu masalah.

Untuk itu, guru harus membuat daftar pertanyaan siswa di papan tulis kemudian menyeleksinya untuk dipilih sebagai permasalahan yang akan dicari pemecahannya oleh siswa. Dengan kata lain, pertanyaan/permasalahan dari siswa dicari jawaban/pemecahannya oleh siswa, dan rasa ingin tahu siswa terjawab. Kegiatan pembelajaran tersebut mencerminkan proses pembentukan pengetahuan oleh siswa, guru berperan sebagai fasilitator.

Hipotesis Tindakan

Melalui penggunaan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora tahun ajaran 2014/2015.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora tahun ajaran 2014/2015 selama 3 bulan yaitu dari bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2015. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPS materi Permasalahan Sosial bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora tahun ajaran 2014/2015. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora tahun ajaran 2014/2015. Siswa kelas VI tersebut berjumlah 19 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data kondisi awal, teknik observasi untuk data kreativitas belajar, dan teknik tes tertulis untuk mengumpulkan data hasil belajar. Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen daftar nilai, lembar observasi kreativitas belajar dan butir soal tes tertulis.

Validasi Data dan Analisis Data

Validasi data dilakkan agar memperoleh data yang valid. Data kreativitas yang diperoleh melalui observasi divalidasi dengan melibatkan observer teman sejawat yang dikenal dengan berkolaborasi, sedangkan data yang diperoleh melalui tes divalidasi dengan menyusun kisi-kisi sebelum butir soal dibuat. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dilanjutkan dengan refleksi.

 

 

Hasil Tindakan

Prestasi belajar IPS siswa kelas VI SD Negeri 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora tahun ajaran 2014/2015 materi Permasalahan Sosial sebelum diadakan tindakan masih banyak siswa yang hasil belajarnya belum tuntas. Kriteria Ketuntasa Minimal (KKM) yang ditentukan SD Negeri 2 Sogo adalah 70, sedangkan ketuntasan klasikal belajar siswa kelas VI pada pelajaran IPS materi Permasalahan Sosial hanya 42,11% dengan nilai rata-rata 60,90 hal ini belum sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Setelah diadakan tindakan kelas baik tindakan pada siklus I maupun pada siklus II diperoleh data hasil pengamatan yaitu adanya peningkatan hasil belajar IPS materi Permasalahan Sosial bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora tahun ajaran 2014/2015. Pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Dari 19 siswa, sebanyak 15 siswa tuntas (74,68%) dan 4 siswa belum tuntas (26,32%) dengan nilai rata-rata 69,54. Pada Siklus II dari 19 siswa semua dinyatakan tuntas KKM (100%) dengan nilai rata-rata 87,72.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan model pembelajaran interaktf dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas VI di SD Negeri 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora tahun ajaran 2014/2015. Hasil peningkatan tersebut dapat dilihat dari peningkatan keaktifan dan kreatifitas, kemauan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan penggunaan media gambar seri tersebut. Kegiatan belajar siswa walaupun dikerjakan dalam kelas siswa tetap antusias, lebih komunikatif, kreatif, dan menyenangkan.

Berdasarkan data yang diperoleh, pelaksanaan proses pembelajaran mengalami peningkatan nilai rata-rata dan tingkat prosentase ketuntasan antara pra siklus dengan siklus I, dan siklus II. Sebelum diadakan penelitian siswa yang tidak mencapai KKM ada 11 anak (57,89%) dari jumlah 19, hanya 8 anak (42,11%) yang mencapai KKM dengan nilai rata-rata 60,90. Pada siklus I siswa yang mencapai KKM ada 15 siswa (74,68%) denagn nilai rata-rata 69,54. Pada siklus II yang mencapai KKM ada 19 siswa (100%) dengan nilai rata-rata 87,72. Sehingga penelitian ini dihentikan sampai siklus II saja. Karena dalam siklus II sudah terjadi peningkatan dan hasil yang diharapkan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, beberapa hal yang masih perlu dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran pada umumnya dan khususnya terdapat tingkat penguasaan materi pelajaran adalah :

1.     Menggunakan media pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran pada siswa.

2.     Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelaksanaan KBM, guru hendaknya melibatkan siswa secara aktif dan dengan memberikan penguatan-penguatan agar siswa termotivasi sehingga prestasi belajar menjadi meningkat dan berhasil optimal.

3.     Berdasarkan pengalaman penulis, dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran perlu kiranya diadakan kelompok kerja antar guru.

DAFTAR PUSTAKA

Dewey, John. (2002). Pengalaman dan Pendidikan. Terjemahan John de Santo. Yogyakarta: Kepel Pres.

Djamarah, Syaiful Bahri. (1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Kolb, D. (1984). Experiential Learning. Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 

Mustangin. (2002). Dasar-Dasar Pembelajaran. Malang: Universitas Islam Malang.

Poerwadarminta. (1994). Kamus Umum IPS. Jakarta: Balai Pustaka

Silberman, Melvin. (2001). Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan. Strategi Pembelajaran Aktif. Semarang: Rasail

Sudjana,Nana.(2002). Penilaian Hasil Proses BelajarMengajar. Bandung: Rosdakarya.

Syaiful Sagala. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Usman, Uzer. (2000). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Roda Karya