Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAM PENINGKATAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SEDERHANA PADA PESERTA DIDIK KELAS III SDN 1 SUMBERJO
DI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Mintarsih
Guru Kelas III di SDN 1 Sumberjo
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah 1) Mendeskripsikan penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran Matematika tentang Pecahan Sederhana pada Peserta Didik Kelas III SDN 1 Sumberjo di Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 dan 2) Menganalisis aktifitas dan hasil belajar Matematika tentang Pecahan Sederhana pada Peserta Didik Kelas III SDN 1 Sumberjo di Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Peneliti merupakan Guru Kelas III di SDN 1 Sumberjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang. Lokasi penelitian di SDN 1 Sumberjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, yang beralamat di Jl. Slamet Riyadi, Gang Belik, Sumberjo. Waktu penelitian pada Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 sesuai dengan jadwal pelajaran dalam kegiatan penelitian. Tindakan dalam penelitian menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT). Subyek penelitian adalah peserta didik Kelas III di SDN 1 Sumberjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, sebanyak 36 anak yang terdiri dari 21 anak putra dan 15 anak putri. Data dalam penelitian ini berkaitan dengan peserta didik, khususnya aktifitas belajar dan hasil belajar. Sedangkan alat pengumpulan data adalah 1) Lembar pengamatan, 2) Dokumentasi, 3) Soal ulangan harian. Prosedur dalam penelitian ini menggunakan Model Siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian adalah 1) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) dengan pembagian kelompok sesuai tingkat kepandaian, 2) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) ditunjang dengan lembar kerja kelompok sebagai media pembelajaran, 3) Perlombaan antarkelompok merupakan reviu materi, sehingga memperkuat penguasaan konsep, 4) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) meningkatkan aktifitas belajar, 5) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) meningkatkan hasil belajar. Saran dari penelitian ini adalah 1) Bagi guru supaya melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembahasan dengan meminta peserta didik bertanya lebih lanjut sesuai dengan materi dan kesulitan yang masih dihadapi, 2) Bagi peserta didik supaya aktif dalam pembahasan dengan bertanya dan berpendapat, sehingga pemahaman konsep semakin kuat, 3) Bagi sekolah supaya menyediakan hadiah sebagai penghargaan bagi pemenang dalam perlombaan antarkelompok.
Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Teams Games Tournament (TGT), Pecahan
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Matematika di Kelas III tentang pecahan berkaitan dengan me-ngenal pecahan sederhana, membanding-kan pecahan sederhana dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana. Dalam pembelajaran matemati-ka tersebut, guru berfungsi sebagai sumber belajar yang dominan dengan menjelaskan materi yang terdapat dalam buku teks. Fungsi ini dilakukan karena peserta didik belum matang dan membutuhkan bimbingan. Praktik pembelajaran semacam ini juga berdampak terhadap peserta didik itu sendiri, sehingga mereka cenderung pasif dan kesulitan dalam menguasai materi.
Pembelajaran Matematika di Kelas III tentang pecahan seperti di atas belum ideal karena peserta didik hanya menjadi obyek yang pasif dan kesulitan dalam menguasai konsep. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran yang abstrak tanpa media pembelajaran yang relefan. Selain itu, pembelajaran klasikal tanpa pembaruan cenderung tidak menarik dan tidak efektif.
Dari hasil analisis nilai ulangan harian Matematika di Kelas III tentang pecahan di SDN 1 Sumberjo di Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 menunjukan bahwa persentase ketuntasan hanya sebe-sar 30,56%, sehingga masih di bawah persentase ketuntasan minimal sebesar 75%. Begitu juga dengan nilai rata-rata hanya sebesar 58,05 yang masih di bawah KKM sekolah sebesar 65.
Identifikasi Masalah
Hasil identifikasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran diketahui bahwa 1) Pembelajaran berlangsung klasi-kal dimana guru menjadi sumber belajar dan peserta didik sebagai penerima materi yang pasif, 2) Pembelajaran berlangsung abstrak hanya mengandalkan buku sebagai satu-satunya sumber belajar tanpa media pembelajaran yang relefan, 3) Peserta didik belum menguasai konsep materi, 4) Aktifitas belajar peserta didik masih terbatas hanya mendengarkan dan menjawab pertanyaan dari guru, 5) Hasil belajar peserta didik masih jelek karena tidak memenuhi persentase ketuntasan dan nilai rata-rata masih di bawah KKM.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana penggunaan Model Pembe-lajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajar-an Matematika tentang Pecahan Seder-hana pada Peserta Didik Kelas III SDN 1 Sumberjo di Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015?
2. Bagaimana aktifitas dan hasil belajar Matematika tentang Pecahan Sederha-na pada Peserta Didik Kelas III SDN 1 Sumberjo di Semester II Tahun Pela-jaran 2014/2015 dengan penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT)?
Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) dalam pembela-jaran Matematika tentang Pecahan Sederhana pada Peserta Didik Kelas III SDN 1 Sumberjo di Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Menganalisis aktifitas dan hasil belajar Matematika tentang Pecahan Sederha-na pada Peserta Didik Kelas III SDN 1 Sumberjo di Semester II Tahun Pela-jaran 2014/2015 dengan penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT).
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Teori
Pembelajaran kooperatif strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Nurulhayati, 2002: 25). Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini, siswa mempunyai dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.
Pembelajaran kooperatif merupa-kan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembela-jaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk menca-pai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya, 2006: 239).
Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif, yaitu a) perspektif motivasi, artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok, b) perspektif sosial, artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling mem-bantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan, c) perspektif perkembangan, artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi (Sanjaya, 2006: 242).
Nurulhayati (2002: 25-28) menye-butkan lima unsur dasar model pembelajar-an kooperatif, yaitu a) ketergantungan yang positif, b) pertanggungjawaban individual, c) kemampuan bersosialisasi, d) tatap muka, e) evaluasi proses kelompok.
Rusman (2012: 212-213) menje-laskan prosedur dalam pembelajaran ko-operatif adalah a) Penjelasan materi, b) Belajar kelompok, c) Penilaian , d) Pengakuan tim.
Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran ko-operatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang berang-gotakan lima sampai enam orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku bangsa atau ras berbeda (Rusman, 2012: 224).
Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok, guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru (Rusman, 2012: 224-225).
Dalam TGT, siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kepandaian untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai review materi pembelajaran (Rusman, 2012: 224).
Menurut Slavin (2009: 163), dalam TGT menggunakan turnamen akademik dan kuis-kuis dengan sistem skor kemajuan individu dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim.
Kelebihan TGT adalah a) Mudah divariasikan dengan berbagai media pembelajaran, b) Meningkatkan rasa percaya diri, c) Meningkatkan kekompakan antaranggota kelompok, d) Mengeratkan hubungan antaranggota kelompok, e) Waktu pembelajaran lebih singkat. Kekurangan TGT adalah a) Memerlukan persiapan yang lebih rumit, b) Bila terjadi persaingan negatif, maka hasilnya akan buruk, c) Bila ada siswa malas atau ingin berkuasa, maka pembelajaran dalam kelompok tidak akan berjalan sebagaimana mestinya, d) Ada siswa yang tidak meman-faatkan waktu dalam belajar kelompok, sehingga mengganggu kelancaran pembe-lajaran (Slavin, 2009: 167).
Kerangka Berpikir
Peneliti melakukan tindakan de-ngan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT). Peserta didik dibagi menjadi enam kelompok, terdiri dari 5-6 anak. Selanjutnya, mereka belajar dalam kelom-pok dengan mengerjakan lembar kerja kelompok yang berfungsi sebagai media pembelajaran dan mengikuti perlombaan antarkelompok oleh perwakilan kelompok.
Pembelajaran dengan TGT menun-tut keterlibatan peserta didik secara individu maupun kelompok, sehingga lebih aktif. Penggunaan lembar kerja kelompok sebagai media pembelajaran menjadikan pembelajaran semakin konkrit dan penguasaan konsep semakin kuat. Dengan TGT diharapkan dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar matematika, khususnya dalam materi tentang pecahan sederhana.
Hipotesis
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) diduga dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar Matematika tentang Pecahan Sederhana pada Peserta Didik Kelas III SDN 1 Sumberjo di Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Peneliti merupakan Guru Kelas III di SDN 1 Sumberjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rem-bang.
Setting Penelitian
Lokasi penelitian di SDN 1 Sumber-jo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rem-bang, yang beralamat di Jl. Slamet Riyadi, Gang Belik, Sumberjo. Waktu penelitian pada Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 sesuai dengan jadwal pelajaran dalam kegiatan penelitian.
Tindakan dalam penelitian meng-gunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT). Dalam pembelajaran tersebut, peserta didik dibagi menjadi enam kelompok, terdiri dari enam anak. Kemudian, mereka belajar dalam kelompok dengan mengerjakan lembar kerja kelompok yang berfungsi sebagai media pembelajaran dan mengikuti perlombaan antarkelompok oleh perwakilan kelompok sesuai dengan materi yang telah dipersiapkan.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah peserta didik Kelas III di SDN 1 Sumberjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rem-bang, sebanyak 36 anak yang terdiri dari 21 anak putra dan 15 anak putri.
Data dan Alat Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini berkaitan dengan peserta didik, khususnya aktifitas belajar dan hasil belajar. Sedangkan alat pengumpulan data adalah 1) Lembar pengamatan, 2) Dokumentasi, 3) Soal ulangan harian.
Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini menggunakan Model Siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sesuai dengan jadwal pelajaran, pembelajaran matematika di Kelas III di SDN 1 Sum-berjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang selama tujuh jam dalam satu minggu, yaitu hari Senin, Selasa, Kamis dan Jumat. Sesuai dengan jadwal pelajaran tersebut, maka setiap siklus direncanakan dalam waktu satu minggu.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Deskripsi Kondisi Awal
Dalam pembelajaran Matematika di Kelas III tentang pecahan, guru berfungsi sebagai sumber belajar yang dominan dengan menjelaskan materi yang terdapat dalam buku teks. Lebih lanjut, guru hanya menggambarkan pecahan di papan tulis sesuai dengan penjelasan materi. Pembelajaran tidak ditunjang dengan media pembelajaran yang relefan. Akibatnya, pembelajaran menjadi abstrak dan tidak menarik. Selain itu, penguasaan peserta didik terhadap konsep juga lemah. Hal ini terbukti dari pembahasan materi yang tidak lancar.
Dari beberapa kali pertemuan, guru melakukan ulangan harian. Namun hasil belajar masih jelek. Sesuai dengan hasil analisis nilai ulangan harian diperoleh persentase ketuntasan sebesar 30,56% dan nilai rata-rata sebesar 58,05. Hasil belajar tersebut masih di bawah persentase ketuntasan minimal sebesar 75% dan di bawah KKM sekolah sebesar 65.
Deskripsi Siklus I
Pembelajaran pada Siklus I dengan pendekatan kelompok menggunakan lem-bar kerja kelompok sebagai media pembelajaran sederhana yang relefan dengan materi. Dalam pembelajaran tersebut, peneliti memberikan tugas kepa-da peserta didik bersama kelompoknya untuk mengarsir dan menggunting pada gambar yang tersedia, sehingga menun-jukan pecahan. Pembelajaran semacam ini bersifat konkrit, sehingga memudahkan dalam penguasaan konsep dengan menge-tahui pecahan-pecahan yang dimaksud.
Pada Siklus I, peran peserta didik menjadi aktif dan kooperatif. Mereka belajar bersama dalam kelompok dengan menjawab pertanyaan dari guru sesuai dengan kesepakatan dalam kelompok. Aktifitas dalam belajar kelompok mening-katkan aktifitas belajar peserta didik dengan berpendapat, tanya-jawab, diskusi, mengarsir dan menggunting. Pada Siklus I, peran guru sebagai fasilitator dengan mengatur pembagian kelompok, menyedia-kan lembar kerja kelompok sebagai media pembelajaran dan melaksanakan perlom-baan antarkelompok.
Pada Siklus I, hasil belajar lebih baik dengan nilai rata-rata sebesar 66,94 dan persentase ketuntasan sebesar 61,11%.
Keberhasilan pada Siklus I dianta-ranya 1) Pembelajaran berlangsung aktif dan kooperatif dalam kelompok kecil, 2) Pembelajaran bersifat konkrit dan menarik, 3) Pembelajaran berlangsung kompetitif dengan perlombaan antarkelompok, 4) Peserta didik terlibat dalam pembelajaran secara aktif dan kooperatif, 5) Penguasaan konsep semakin kuat.
Permasalahan yang masih terjadi pada Siklus I diantaranya 1) Susunan kelompok berdasarkan kepandaian tidak merata, sehingga aktifitas belajar dalam kelompok berbeda-beda, 2) Lembar kerja kelompok cukup sederhana, walaupun masih sederhana dan kurang menarik, 3) Persentase ketuntasan belum memenuhi 75%.
Perbaikan tindakan diantaranya 1) Melakukan pembagian kelompok sesuai dengan tingkat kepandaian, sehingga aktifitas belajar dalam kelompok diharap-kan sederajat, 2) Menyusun lembar kerja kelompok yang lebih menarik dengan warna-warna cerah.
Deskripsi Siklus II
Pembelajaran pada Siklus II dengan pembagian kelompok sesuai hasil belajar, sehingga susunan kelompok mera-ta dan aktifitas belajar hampir sama. Bahkan, perlombaan antarkelompok ber-langsung semakin seru, menarik dan seimbang. Pada Siklus II, lembar kerja kelompok menarik dengan warna-warna yang cerah.
Pada Siklus II, peserta didik tidak perlu mengarsir karena lembar kerja kelompok sudah berwarna. Walaupun demikian, aktifitas belajar tidak berkurang. Pada Siklus II, peran guru sebagai fasilitator dengan melakukan pembagian kelompok berdasarkan hasil belajar, sehingga susunan antarkelompok seimbang menurut tingkat kepandaian.
Pada Siklus II, hasil belajar lebih baik dengan nilai rata-rata sebesar 76,67 dan persentase ketuntasan sebesar 83,34%.
Keberhasilan pada Siklus II diantaranya 1) Susunan kelompok yang sederajat berdasarkan tingkat kepandaian, 2) Aktifitas belajar dalam kelompok cenderung merata tanpa perbedaan yang mencolok, termasuk dalam perlombaan antarkelompok, 3) Lembar kerja kelompok semakin jelas dan menarik, 4) Penguasaan konsep semakin kuat.
Permasalahan yang masih terjadi pada Siklus I diantaranya 1) Diskusi dalam kelompok masih terbatas karena cende-rung menerima pendapat dari anggota lainnya, 2) Peserta didik merasa puas dengan belajar kelompok, sehingga enggan bertanya lebih lanjut dalam pembahasan.
Pembahasan
Pada Siklus I, pembelajaran de-ngan pendekatan kelompok sesuai dengan nomor absen. Setiap kelompok terdiri dari enam anak/kelompok. Pembelajaran juga ditunjang dengan media pembelajaran berupa lembar kerja kelompok. Peserta didik dan kelompoknya dapat memperha-tikan dan melaksanakan tugas dari guru, sehingga aktifitas belajar meningkat dan pembelajaran menjadi konkrit.
Pada Siklus II, pembelajaran dengan pendekatan kelompok berdasarkan tingkat kepandaian, sehingga masing-masing kelompok semakin merata. Jumlah anggota setiap kelompok adalah enam anak/kelompok. Yang membedakan adalah susunan kelompok berdasarkan tingkat kepandaian. Selain itu, guru menyusun lembar kerja kelompok yang lebih menarik dengan warna-warna cerah pada grafik lingkaran. Aktifitas belajar dalam kelompok semakin meningkat, khususnya dalam berpendapat dan tanya-jawab.
Pada Siklus I dan Siklus II juga dilaksanakan perlombaan antarkelompok sebagai reviu materi dan latihan, sehingga penguasaan konsep semakin kuat. Pada kondisi awal, peserta didik hanya berlatih mengerjakan soal, sehingga kurang menantang.
Hasil analisis pembelajaran pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II sesuai dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Analisis Pembelajaran pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.
No |
K. Awal |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
pembelajaran klasikal yang abstrak dan pasif |
pembelajaran kelompok sesuai dengan nomor absen |
pembelajaran kelompok sesuai dengan tingkat kepandaian |
2 |
pembelajaran tanpa media pembelajaran yang relefan |
pembelajaran dengan media pembelajaran sederhana sebagai lembar kerja kelompok |
pembelajaran dengan media pembelajaran menarik sebagai lembar kerja kelompok |
3 |
reviu materi dengan mengerjakan tugas dalam buku dan LKS |
reviu materi dengan perlombaan antar kelompok |
reviu materi dengan perlombaan antar kelompok |
4 |
penguasaan konsep masih lemah |
penguasaan konsep menjadi kuat |
penguasaan konsep semakin kuat |
Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II termasuk pembelajaran kooperatif sehingga berbeda dengan pembelajaran pada Kondisi Awal yang bersifat klasikal. Dalam pembelajaran tersebut, interaksi peserta didik dengan anggota kelompok meningkat, sehingga aktifitas belajar meningkat, mulai dari berpendapat, tanya-jawab, diskusi, mengarsir, menggunting dan pembahasan materi, hingga ikut serta dalam perlombaan antarkelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurulhayati (2002: 25) bahwa interaksi dalam pembelajaran kelompok mendorong kerja sama dan tanggung jawab. Begitu juga dengan pendapat Rusman (2012: 202) bahwa pembelajaran kelompok mendorong kolaborasi anggota-anggota yang hetero-gen.
Pada penelitian ini, peneliti meng-gunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT), sehingga peserta didik tidak hanya belajar dalam kelompok tetapi juga ikut serta dalam perlombaan antarkelompok. Aktifitas ini termasuk reviu materi, sehingga penguasaan konsep semakin kuat.
Hasil analisis terhadap pengamatan pada Siklus I dan Siklus II sesuai dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Analisis terhadap Pengamatan pada Siklus I dan Siklus II.
No |
Aspek Pengamatan |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Belajar kelompok |
|
|
|
a. Berpendapat |
57,92 |
75 |
|
b. Tanya-jawab |
59,17 |
73,33 |
|
c. Diskusi |
56,67 |
72,92 |
|
d. Mengarsir |
65 |
– |
|
e. Menggunting |
64,58 |
75,83 |
2 |
Pembahasan |
|
|
|
a. Bertanya |
50 |
61,66 |
|
b. Menjawab |
57,92 |
67,08 |
|
c. Berpendapat |
50 |
58,33 |
3 |
Perlombaan |
|
|
|
a. Menjawab pertanyaan |
68,33 |
77,5 |
Nilai Rata-rata |
61,21 |
71,94 |
|
Kategori |
C |
B |
Sesuai dengan tabel di atas, hasil pengamatan menunjukan aktifitas belajar yang semakin meningkat. Sesuai dengan susunan kelompok, maka masing-masing kelompok semakin merata. Pembagian kelompok berdasarkan tingkat kepandaian meningkatkan aktifitas belajar dalam kelompok, khususnya dalam berpendapat, tanya-jawab dan diskusi. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman (2012: 224) bahwa pembelajaran kooperatif hendaknya terdiri anggota-anggota yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku bangsa atau ras berbeda. Fokus pemba-gian kelompok pada penelitian ini adalah tingkat kepandaian.
Sesuai dengan tabel di atas, hasil belajar mengalami peningkatan, baik seca-ra individu maupun secara keseluruhan. Secara sekilas, nilai terendah masih sama, yaitu 50. Namun, peserta didik dengan nilai yang lebih rendah mengalami peningkatan, sehingga mencapai nilai 50, misalnya dari 40 menjadi 50. Dengan demikian, nilai terendah mengalami peningkatan. Secara keseluruhan, hasil belajar mengalami peningkatan.
Peningkatan hasil belajar ini ber-kaitan dengan perlombaan antarkelompok sebagai reviu materi. Dalam penelitian ini, peserta didik mengikuti perlombaan antarkelompok sesuai dengan materi yang disampaikan. Secara tidak langsung, peserta didik mereviu materi yang telah disampaikan. Inilah yang memperkuat penguasaan konsep. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman (2012: 224) bahwa perlombaan antarkelompok (turnamen) merupakan penilaian alternatif dan reviu materi, sehingga peserta didik mencapai hasil belajar yang lebih baik pada ulangan harian.
Sesuai dengan analisis data peneli-tian di atas, peneliti memperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
1. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) dengan pembagian kelompok sesuai tingkat kepandaian.
2. Penggunaan Model Pembelajaran Ko-operatif Teams Games Tournament (TGT) ditunjang dengan lembar kerja kelompok sebagai media pembelajaran.
3. Perlombaan antarkelompok merupakan reviu materi, sehingga memperkuat penguasaan konsep.
4. Penggunaan Model Pembelajaran Ko-operatif Teams Games Tournament (TGT) meningkatkan aktifitas belajar.
5. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) meningkatkan hasil belajar.
PENUTUP
Simpulan
1. Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) merupakan pembelajaran kooperatif dengan kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 anak.
2. Penggunaan Model Pembelajaran Ko-operatif Teams Games Tournament (TGT) meningkatkan aktifitas belajar.
3. Perlombaan antarkelompok dalam Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) merupakan reviu materi, sehingga memperkuat penguasaan konsep.
4. Penggunaan Model Pembelajaran Ko-operatif Teams Games Tournament (TGT) meningkatkan hasil belajar.
Saran
1. Bagi guru supaya melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembahasan dengan meminta peserta didik berta-nya lebih lanjut sesuai dengan materi dan kesulitan yang masih dihadapi.
2. Bagi peserta didik supaya aktif dalam pembahasan dengan bertanya dan berpendapat, sehingga pemahaman konsep semakin kuat.
3. Bagi sekolah supaya menyediakan hadiah sebagai penghargaan bagi pe-menang dalam perlombaan antarke-lompok.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak. 2001. Komunikasi Pembelajaran: Pendekatan Konvergensi dalam Peningkatan Kualitas dan Efektifitas Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press.
Anonim. 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: Depdiknas.
Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham. 2008. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: Yrama Widya.
Dayat, Tri, dkk. 2009. Matematika untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kelas III. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Fajariyah, Nur dan Triatnawati, Defi. 2009. Cerdas Berhitung Matematika untuk SD/MI Kelas III. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Inayati, Neneng. 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Metode Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments Pokok Bahasan Perkalian dan Pembagian Bilangan pada Siswa Kelas II SD Negeri Sidorejolor 01 Salatiga Semester II Tahun 2011/2012. Salatiga: Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan, Universitas Kristen Satya Wacana.
Masitoch, Nurul, dkk. 2008. Gemar Matematika untuk SD/MI Kelas III. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Nurulhayati, Siti. 2002. Pembelajaran Kooperatif yang Menggairahkan. Bandung: Makalah Wahana Informasi dan Komunikasi Pendidikan TK dan SD.
Purnasari, Pebria Dheni. 2012. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika melalui Cooperative Learning tipe Teams Games Tournaments (TGT) Pokok Bahasan Pecahan pada Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Tahun Pelajaran 2011/2012. Salatiga: Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan, Universitas Kristen Satya Wacana.
Putri, Erny Yunika. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011. Surakarta: Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan, Universitas Sebelas Maret.
Putri dan Siregar. 2009. Matematika untuk SD/MI Kelas III. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Beroreintasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Siswoyo, Dedi. 2013. Apa itu Matematika? Pengertian Matematika menurut para ahli. Artikel Internet.
Slavin, Robert. 2009. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Aneka Ilmu.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Suharyanto dan Jacob. 2009. Matematika untuk SD/MI Kelas III. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.