Penggunaan Model Pembelajaran Window Shopping Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN WINDOW SHOPPING
UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR PKN
DENGAN KOMPETENSI DASAR SUMPAH PEMUDA
DALAM BINGKAI BHINNEKA TUNGGAL IKA
PADA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 1 JATINEGARA
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Sunarti
Guru SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh masalah rendahnya minat siswa dalam pembelajaran PKn dan masih belum tercapainya ketuntasan belajar klasikal sebagaimana analisis nilai tes hasil belajar pada kondisi awal di ketahui besarnya siswa yang tuntas belajar baru mencapai 10 siswa atau 35,71%, padahal kriteria ketuntasan belajar klasikal yang telah ditentukan adalah 85%. Upaya peneliti untuk mengatasi masalah tersebut adalah menerapkan model pembelajaran window shopping. Tujuan penelitian adalah meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran window shopping bagi siswa kelas VIII G SMP Negeri 1 Jatinegara. Hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang berlangsung dalam 2 siklus penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 42,86% dan pada siklus II mencapai 75%. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan sebagaimana analisis nilai tes hasil belajar diketahui pada kondisi awal persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 35,71%, pada siklus I sebesar 78,57% dan pada siklus II mencapai 89. 29%. Sedangkan minat belajar siswa juga mengalami peningkatan sebesar 53,57% pada siklus I dan pada siklus II mencapai 82,14%.
Kata kunci: window shopping, pelajaran PKn, kelas VIII SMP
PENDAHULUAN
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada saat ini banyak dirasakan oleh siswa membosankan bahkan cenderung dianggap sebagai pelajaran yang kurang penting. Hal tersebut bisa terjadi karena banyak faktor, salah satunya adalah guru kurang bervariasi dalam penyampaian materi atau menggunakan cara-cara konvensional. Dalam Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013 tentang standar proses diamanatkan agar proses kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif serta memberikan ruang yang cukup untuk berprakarsa, kreatif sesuai bakat, minat dan perkembangan psikologis peserta didik.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman di lapangan selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa cenderung tidak tertarik bahkan tidak mempunyai minat untuk mempelajari mata pelajaran PKn karena selama ini mata pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah. Sejalan dengan pemikiran tersebut diatas maka proses pembelajaran perlu dilakukan secara aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.
Dari hasil identifikasi masalah yang dikemukakan diatas, maka perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus of Learners) memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (Provide relevant and contextualized subject matter) serta mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa. Akan tetapi untuk mewujudkan kompetensi yang diharapkan tersebut bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan karena pada kenyataannya di SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal pada awal Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 masih ditemukan fakta bahwa hasil belajar masih belum mencapai batas ketuntasan. Hal ini terbukti dari hasil ulangan harian yang pernah dilakukan dikelas VIII pada Kompetensi Dasar Sumpah Pemuda Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika, dari 7 kelas pararel pada Tingkat VIII, kelas VIII G memperoleh prosentase daya serap klasikal terendah dari 7 kelas pararel karena dikelas VIII G hanya 10 siswa dari 28 atau 35,71% saja siswa yang dapat mencapai batas ketuntasan.
Setelah dilakukan analisa dengan teman sejawat sebagai kolaborator, maka diputuskan model pembelajaran yang dipilih dan diterapkan oleh guru harus menarik minat belajar siswa sehingga diharapkan dapat memotivasi siswa dan pada akhirnya bisa meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu penerapan model pembelajaran window shopping.
Berdasarkan permasalahan pada bagian pendahuluan diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) “Apakah penggunaan model pembelajaran window shopping dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kompetensi Dasar Sumpah Pemuda Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika di kelas VIII G Semester 2 SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2018/2019?” (2) “Apakah penggunaan model pembelajaran window shopping dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kompetensi Dasar Sumpah Pemuda Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika di kelas VIII G Semester 2 SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2018/2019?” (3) Bagaimana penerapan model pembelajaran window shopping dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kompetensi Dasar Sumpah Pemuda Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika di kelas VIII G Semester 2 SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2018/2019?”
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran window shopping bisa: (1) Meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII G pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kompetensi Dasar Sumpah Pemuda Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika di SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019. (2) Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII G pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kompetensi Dasar Sumpah Pemuda Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika di SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019. (3) Mengetahui langkah-langkah model pembelajaran window shopping dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kompetensi Dasar Sumpah Pemuda Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika di kelas VIII G Semester 2 SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2018/2019”
KAJIAN PUSTAKA
Minat Belajar
Sebelum kita mengetahui minat belajar maka kita harus mengetahui pengertian minat dan belajar. Kata minat secara etimologi berasal dari bahasa inggris “interest” yang berarti kesukaan, perhatian (kecenderungan hati pada sesuatu), keinginan. Menurut beberapa pakar pendidikan minat diberi pengertian sebagai berikut. Menurut Slameto (2003:180) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus disertai dengan rasa senang.
Sukardi (2010:25) mengemukakan minat adalah suatu kerangka mental yang terdiri dari kombinasi gerak perpaduan dan campuran dari perasaan, prasangka, cemas dan kecenderungan-kecenderungan lain yang biasa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas dapat peneliti simpulkan bahwa minat adalah kecenderungan rasa senang seseorang dan adanya perhatian secara terus menerus terhadap suatu hal atau bidang kegiatan tertentu.
Hamalik (2007:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian minat belajar adalah kecenderungan individu untuk memiliki rasa senang tanpa adanya paksaan sehingga dapat menyebabkan perubahan pengetahuan, keterampilan dan tingkah laku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar itu, diantaranya: (1) Faktor intern adalah semua yang ada pada diri seseorang baik jasmani maupun rohani, fisik maupun psikhis. (2) Faktor ekstern adalah semua faktor yang ada diluar individu: keluarga, masyarakat dan sekolah. (3) Cara membangkitkan minat belajar
Hasil Belajar
Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang hasil belajar. Menurut Sukmadinata (2003:102) hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensi atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Lebih lanjut Nana Sudjana (2009:3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Sementara itu Dimyati dan Mudjiono (2006) berpendapat hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.
Dari pendapat beberapa ahli tentang hasil belajar, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat kemajuan kemampuan siswa mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil kemajuan tersebut dapat diketahui melalui kegiatan penilaian untuk mendapatkan data pembuktian yang menunjukan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dari pendapat beberapa ahli tentang hasil belajar, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat kemajuan kemampuan siswa mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil kemajuan tersebut dapat diketahui melalui kegiatan penilaian untuk mendapatkan data pembuktian yang menunjukan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Model Pembelajaran Window Shopping
Menurut E. Mulyana Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan belajar mengajar (KBM).
Model pembelajaran window shopping merupakan model diskusi pada umumnya namun yang berbeda adalah topik diskusi dan cara presentasinya. Topik untuk masing-masing kelompok berbeda dan cara presentasinya bukan dibacakan di muka kelas namun ditempelkan di papan atau dinding. Secara lebih rinci maka model pembelajaran window shopping dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Setiap kelompok mendapat topik diskusi yang berbeda dengan kelompok lain. (2) Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusinya dalam bentuk displai atau tayangan hasil karya pada kertas untuk ditempelkan pada dinding dibuat semenarik mungkin sesuai dengan kreatifitas masing-masing kelompok agar siswa dari kelompok lain melakukan belanja informasi. (3) Setelah tayangan ditempelkan pada papan atau dinding kemudian masing-masing kelompok membagi tugas ada yang tetap berada di kelompoknya untuk menjawab pertanyaan dari kelompok lain, ada beberapa anak dari kelompok tersebut yang melakukan belanja informasi topik dari tayangan kelompok lain. (4) Bagi anggota kelompok yang bertugas berkunjung pada kelompok lain disamping berhak mendapat penjelasan juga berhak memberi masukkan dan koreksi terhadap pekerjaan kelompok yang dikunjunginya dengan menuliskannya di lembar pekerjaan kelompok tersebut. Kelompok yang berkunjung mencatat pekerjaan kelompok yang dikunjungi. (5)Setelah waktu yang ditentukan selesai, anggota kembali ke kelompok masing-masing untuk melakukan rangkuman. (6) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil semua tayangan masing-masing kelompok.
Dalam model pembelajaran window shopping kita akan menemukan beberapa keunggulan yaitu siswa dilatih untuk kreatif, berlatih untuk bekerja sama, berlatih menghargai karya orang lain dan berlatih mendapatkan informasi bahan pelajaran secara mandiri. Dengan demikian siswa dapat mengetahui manfaat apa yang mereka pelajari, siswa memahami makna belajar serta menyadari manfaat bagi kehidupannya.
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa.
Pendidikan Kewarganegraan merupakan wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. Dalam rangka pendidikan demokrasi ” nations and charakter building”, Pendidikan Kewarganegaraan mengembangkannya melalui pembelajaran yang dilaksanakan dengan tiga pilar, yaitu: (1) Civic intelegence, yaitu kecerdasan dan daya nalar negara baik dimensi spiritual, nasional, emosional maupun sosial. (2) Civic responsibility, yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggungjawab. (3) Civic participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar tanggungjawabnya baik secara individual, sosial, maupun sebagai pemimpin dihari depa
Kerangka Berpikir
Rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran berdampak terjadinya kecenderungan hasil belajar yang juga rendah. Analisis nilai hasil belajar PKn pada pembelajaran kondisi awal di kelas VIII G SMP Negeri 1 Jatinegara dengan KKM PKn adalah 75 diperoleh data bahwa sebanyak 18 siswa atau 64,39% masih belum tuntas dan 10 siswa atau 35,71% sudah tuntas.
Mencermati permasalahan di atas, perlu kiranya upaya lain yang dilakukan peneliti untuk dapat melakukan proses pembelajaran lebih kreatif dan menarik bagi semua siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga para siswa akan lebih mudah memahami materi melalui aktivitas melakukan permainan, turnamen atau kompetisi tertentu. Upaya penggunaan model pembelajaran window shopping layak untuk digunakan, diharapkan penggunaan model pembelajaran window shopping dapat meningkatkan minat dan hasil belajar mata pelajaran PKn Kompetensi Dasar Sumpah Pemuda Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 1 Jatinegara Tahun Pelajaran 2018/2019.
Dalam penelitian ini tindakan yang akan dilakukan pada siklus I adalah dengan menerapkan model Window Shopping secara berkelompok, pada siklus I ini terdiri dari 5 kelompok, tiap kelompok beranggotakan 5/6 siswa karena jumlah siswa kelas VIII G sebanyak 28 siswa. Pada siklus II setiap kelompok beranggotakan 4 siswa yang terbagi dalam 7 kelompok. Pada siklus ini, pelaksanaanya lebih dioptimalkan dan diharapkan minat siswa dan hasil belajar siswa jauh lebih baik.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah bahwa “ penggunaan model pembelajaran window shopping dapat meningkatkan minat dan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kompetensi dasar Sumpah Pemuda Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika Pada Siswa Kelas VIII G SMP Negeri 1 Jatinegara Tahun Pelajaran 2018/2019”.
METODE PENELITIAN
Objek Tindakan
Objek tindakan dalam penelitian tindakan kelas adalah minat dan hasil belajar PKn Kompetensi Dasar Sumpah Pemuda Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 1 Jatinegara Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 yang masih rendah, selanjutnya akan ditingkatkan melalui penggunaan model pembelajaran window shopping.
Setting penelitian
Tempat : SMP Negeri 1 Jatinegara, Jalan Raya Timur Jatinegara, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal.
Waktu : 1 Semester, 3 Januari 2019 s. d 30 Juni 2019 dengan rincian:
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan empat cara pengumpulan data, antara lain: metode angket, metode observasi, metode tes dan dokumentasi. Metode angket merupakan serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada siswa untuk mengetahui seberapa besar minat siswa terhadap pembelajaran PKn. Observasi atau disebut juga pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indera. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.
Metode tes dalam penelitian ini menggunakan instrumen berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal dan 4 item jawaban a, b, c, dan d, hasil akhir dinilai dengan cara dikalikan 5 yang selanjutnya dicari nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, tuntas dan tidak tuntas. Dokumentasi berupa foto-foto kegiatan penelitian mulai dari penelitian siklus I sampai dengan penelitian siklus II. Data berupa foto kegiatan ini menunjukkan kegiatan proses pembelajaran tiap-tiap siklus.
Analisis Data
Data angket tentang minat belajar yang digunakan adalah angket langsung dan tertutup artinya peneliti memberikan 34 item dengan kriteria 28 pernyataan positif dan 6 pernyataan negatif yang tiap item pernyataan terdiri 5 pilihan jawaban.
Sedangkan untuk analisis data hasil belajar siswa berupa data kuantitatif. Ada 2 data yang perlu dianalisis yaitu: (1) Hasil belajar siswa pada siklus I (Postest I) (2) Hasil belajar siswa pada siklus II (Postest II)
Adapun analisis menggunakan teknik deskriptif komparatif. Deskripsi komparatif disini adalah membandingkan data hasil belajar siswa kondisi pada siklus I (Postest I), dibandingkan dengan data hasil belajar siswa pada siklus II (Postest II).
Sumber Data
Data dalam penelitian ini meliputi: aktivitas siswa, aktivitas guru, minat belajar siswa dan hasil belajar siswa yang menunjukan ketercapaian kompetensi siswa terhadap materi pelajaran.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan kondisi akhir atau target yang diharapkan tercapai setelah penggunaan model pembelajaran window shopping.
Indikator untuk minat belajar siswa
Semula indikator minat belajar siswa rendah setelah tindakan penggunaan model pembelajaran window shopping diharapkan indikator akan meningkat. Indikator minat belajar siswa dikatakan baik jika memperoleh nilai ≥ 75
Indikator untuk hasil belajar
Indikator hasil belajar siswa dikatakan baik atau berhasil jika telah terjadi ketuntasan belajar secara individual sebesar ≥ 75%, dan ketuntasan klasikal ≥ 85%. Sementara KKM PKn yang ditetapkan sesuai Kurikulum 2013 untuk siswa kelas VIII adalah 75.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus langkah. Setiap siklus mencakup empat tahap, yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) pengamatan, (d) evaluasi – refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Dalam sub bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai kondisi awal (prasiklus), siklus I dan siklus II, baik melalui tes maupun non tes. Hasil tes berupa kemampuan siswa menjawab soal Sumpah Pemuda Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika dan hasil nontes berupa lembar observasi selama pembelajaran berlangsung serta pengisian lembar angket untuk mengetahui minat belajar siswa.
Penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi merupakan salah satu faktor permasalahan dalam PTK ini. Apalagi pembelajaran dengan cara konvensional tersebut diberikan kepada siswa yang mempunyai minat belajar cukup rendah maka tentu saja hasil belajar siswa juga tidak optimal. Seperti halnya yang terjadi dikelas VIII G SMP Negeri 1 Jatinegara. Pada kompetensi Sumpah Pemuda Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika, dari 28 siswa dalam satu kelas hanya 10 (35,71%) siswa saja yang dapat mencapai batas ketuntasan belajar (nilai ≥ 75).
Deskripsi Siklus I
Pada siklus I dilaksanakan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan evaluasi – refleksi. Pengamatan terhadap aktifitas siswa dalam penelitian ini dilakukan oleh teman sejawat sebagai kolaborator. Berdasarkan pengamatan dari kolaborator dihasilkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran dengan model window shopping sebagai berikut: Kreatifitas skor 35 (cukup), kerjasama skor 45 (cukup), kedalaman isi bahan tayang skor 55 (baik), ketepatan isi bahan tayang skor 65 (baik).
Berdasarkan perolehan nilai tes, maka dapat diperoleh data mengenai ketuntasan belajar siswa pada kegiatan siklus I sebagai berikut: tuntas 22 siswa atau 78,57%, tidak tuntas 6 atau 21,43%.
Dari data pengisian angket tentang minat belajar siswa, maka dapat diketahui hasilnya sebagai berikut: Kriteria sangat baik 0, kriteria baik 15 siswa (53,57%), kriteria cukup baik 11 siswa (39,29%), kriteria kurang 2 siswa (7,14%)
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan terhadap aktifitas siswa dalam penggunan model pembelajaran window shopping masih belum maksimal karena masih terdapat beberapa kekurangan, sehingga perlu diadakan perbaikan kembali pada siklus II.
Deskripsi siklus II
Pada siklus I dilaksanakan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan evaluasi – refleksi.
Pengamatan terhadap aktifitas siswa dalam perbaikan pembelajaran siklus II dilakukan oleh teman sejawat sebagai kolaborator. Berdasarkan hasil pengamatan dari kolaborator, maka dihasilkan data-data mengenai aktifitas siswa dalam perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran window shopping pada siklus II sebagai berikut Kreatifitas skor 75 (baik), kerjasama skor 75 (baik), kedalaman isi bahan tayang skor 70 (baik), ketepatan isi bahan tayang skor 80 (sangat baik).
Dari hasil pengamatan terhadap aktifitas siswa selanjutnya dilakukan analisa dan diketahui bahwa rata-rata aktifitas siswa dalam diskusi model pembelajaran window shopping sudah baik.
Pada kegiatan tes akhir pembelajaran siklus II diperoleh data mengenai hasil belajar siswa sebagai berikut: tuntas 25 siswa atau 89,29%, tidak tuntas 3 atau 10. 71%.
Sedangkan dari data pengisian angket tentang minat belajar siswa, maka dapat diketahui hasilnya sebagai berikut: Kriteria sangat baik 0, kriteria baik 23 siswa (82. 14%), kriteria cukup baik 5 siswa (17,86%), kriteria kurang 0. siswa (7,14%)
Dari data-data yang diperoleh selama perbaikan pembelajaran pada siklus II, kemudian dilakukan refleksi dan diperoleh suatu kesimpulan bahwa dalam pembelajaran siklus II: upaya peningkatan hasil belajar sudah berhasil, hal itu dibuktikan dengan data bahwa dari 28 siswa, 25 siswa atau 89. 29% siswa telah mampu mencapai nilai ketuntasan belajar individual (mencapai nilai ≥ 75). Hal ini berarti daya serap siswa secara klasikal (≥ 85% siswa tuntas belajar) sudah tercapai. Penggunaan model pembelajaran window shopping telah meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan data dari pengisian angket minat belajar siswa pada siklus II menunjukkan bahwa 82. 14% siswa memiliki minat belajar yang baik. Ini berarti ada 23 siswa yang memberikan perhatian dan antusias terhadap pembelajaran, percaya diri dan menyatakan puas dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan Siklus I
Dari data-data yang diperoleh selama perbaikan pembelajaran siklus I kemudian dilakukan analisa dan diperoleh hasil perbaikan dalam pembelajaran siklus I sebagai berikut: Upaya peningkatan hasil belajar belum berhasil, hal itu dibuktikan dengan data bahwa dari 28 siswa baru 22 siswa atau 78,57% siswa yang mampu mencapai nilai ketuntasan belajar individual (mencapai nilai ≥ 75). Hal ini berarti bahwa daya serap siswa secara klasikal belum tercapai, karena indikator kinerja yang telah ditetapkan adalah bahwa perbaikan pembelajaran dikatakan berhasil jika siswa mampu memahami kompetensi dasar Sumpah Pemuda Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika sebesar 85% atau minimal 24 siswa telah tuntas belajar.
Namun demikian pada kegiatan perbaikan dengan pendekatan pembelajaran diskusi model window shopping telah dapat meningkatkan minat belajar siswa karena variasi model pembelajaran ini merupakan hal yang baru bagi siswa sehingga dapat menarik perhatian siswa dan siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan antusias. Hal ini dibuktikan dengan data dari pengisian angket minat belajar siswa yang menunjukkan bahwa lebih dari 50% siswa memberikan perhatian dan antusias terhadap pembelajaran, percaya diri dan menyatakan puas dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Pembahasan Siklus II
Karena perbaikan pembelajaran pada siklus I belum berhasil sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan, maka berdasarkan hasil analisa data dan refleksi perbaikan pembelajaran pada siklus I kemudian diputuskan untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Dari data-data yang diperoleh selama perbaikan pembelajaran pada siklus II kemudian dianalisa lagi dan dilakukan refleksi, sehingga diperoleh suatu kesimpulan bahwa dalam pembelajaran siklus II: upaya peningkatan hasil belajar dapat dikatakan berhasil, hal itu dibuktikan dengan data hasil tes akhir siklus II yang menunjukkan bahwa dari 28 siswa hanya 3 siswa atau 10,71% yang belum mencapai nilai 75 (belum tuntas belajar). Sedangkan 25 siswa atau 89,29% siswa telah mampu mencapai nilai ketuntasan belajar individual (mencapai nilai ≥ 75). Ini berarti bahwa indikator kinerja yang menetapkan bahwa siswa dianggap mampu memahami kompetensi dasar Sumpah Pemuda Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika jika ≥ 85% siswa tuntas belajar sudah tercapai.
Penggunaan model pembelajaran window shopping terbukti dapat meningkatkan minat belajar siswa. Karena berdasarkan data pengisian angket minat belajar siswa pada siklus II menunjukkan bahwa 82,14% (23 siswa) memberikan perhatian dan antusias terhadap pembelajaran, percaya diri dan menyatakan puas dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Oleh karena itu, penelitian sudah dianggap cukup dan tidak dilanjutkan pada siklus III.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dibahas pada bab IV maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Penggunaan model pembelajaran window shopping telah mampu meningkatkan aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Terbukti dari hasil pengamatan pada siklus I dimana aktifitas siswa berada pada kategori cukup dengan rata-rata skor aktifitas pembelajaran 43,75 dapat meningkat menjadi 75 dengan kategori baik.
- Penggunaan model pembelajaran window shopping telah mampu meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn. Terbukti dari jumlah siswa yang tuntas pada kegiatan pra siklus yang hanya diperoleh oleh 10 siswa (35,71%) meningkat menjadi 22 siswa pada siklus I (78,57%) dan 25 siswa pada siklus II ( 29%).
- Penggunaan model pembelajaran window shopping telah mampu meningkatkan minat belajar siswa. Terbukti dari jumlah siswa yang menyatakan perhatian, antusias, percaya diri dan puas dengan proses pembelajaran pada siklus I sebanyak 15 siswa (53,57%) meningkat menjadi 23 siswa (82,14%) pada siklus II.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dikemukakan beberapa saran antara lain:
- Karena dari hasil penelitian dengan penggunaan model pembelajaran window shopping terbukti telah mampu meningkatkan ketrampilan dan aktifitas siswa dalam pembelajaran, hasil siswa dan minat belajar siswa, maka disarankan kepada guru PKn khususnya dan semua guru pada umumnya agar menggunakan model pembelajaran window shopping di dalam kegiatan belajar mengajar.
- Agar pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran window shopping dapat berjalan lebih efektif maka disarankan kepada siswa untuk mempersiapkan alat dan bahan diskusi sebelum pembelajaran dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajarannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sukardi. 2010. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukmadinata, N. S. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya