PENGGUNAAN PENDEKATAN SAINTIFIK

MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MUATAN MATEMATIKA TEMA 4 SUBTEMA 3 DAN 4 PADA SISWA KELAS II SD

Supaijan

SDN Mencon Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VI SDN Mencon Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning dengan media video. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus yang masing-masing siklur terdiri atas empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui penerapan metode Discovery Learning berbantuan media video pada siswa kelas 2 Semester I SD Negeri Mencon Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati tahun 2014 / 2015 dengan materi nilai pecahan uang, dapat dinyatakan berhasil karena persentase dari pra siklus, siklus I dan siklus II mengalami kenaikan yang signifitas dan besarnya persentase tingkat ketuntasan berturut-turut dari pra siklus mencapai 52%, siklus I mencapai 76%, siklus II mencapai 90,5% .

Kata-kata kunci: Hasil Belajar, Model Pembelajaran Discovery Learning.


PENDAHULUAN

Bebagai usaha telah dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebuda-yaan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.Banyak hal yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut diantara-nya adalah peningkatan kualitas kemampu-an guru, perbaikan sistem pengajaran, dan pembaharuan kurikulum.Pembaharuan ku-rikulum merupakan langkah yang dilakukan oleh Kemdikbud mulai pada tahun 2013. Kurikulum 2013 ini menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan diharap dapat membuat siswa lebih bergairah dan berkembang sepenuhnya selama pembelajaran berlangsung dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.

Melalui perobahan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.

Strategi pengembangan pendidikan dapat dilakukan pada upaya meningkatkan capaian pendidikan melalui pembelajaran siswa aktif berbasis kompetensi; efektivitas pembelajaran melalui kurikulum, dan peningkatan kompetensi dan profesionali-tas guru; serta lama tinggal di sekolah dalam arti penambahan jam pelajaran.

Proses pembelajaran pada kuriku-lum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasii substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘’mengapa’’. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘’bagaimana’’.Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’.Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan (Kemdikbud, 2013).

Di kelas 2 SD Negeri Mencon Kecamatan Pucakwangi kabupaten Pati, pembelajaran ini sudah menggunakan Kurikulum 2013 dan sudah dimulai atau dikelola dengan menggunakan pendekatan saintifik. Anak merasa senang dan tertantang dalam proses pembelajaran karena mereka mendapatkan pengalaman belajar yang lebih konkrit setelah mengikuti tindakan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik. Hasil belajar dan nilainya meningkat. Setelah diolah dari beberapa kali pengambilan nilai atau ulangan maka dapat diidentifikasi mata pelajaran yang masih lemah.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, diantara beberapa mapel bisa dilihat bahwa ada mata pelajaran yang membutuhkan banyak bimbingan yaitu matematika. Peneliti dapat menuliskan tabel di atas setelah melakukan analisis dengan memberikan beberapa kali tes. Setelah melihat tabel diatas, dapat dilihat bahwa mata pelajaran yang masih lemah adalah matematika karena dari beberapa pelajaran terdapat 6 anak yang masih belum tuntas dalam pelajaran matematika.

Setiap anak mempunyai kelemahan–kelemahan dalam setiap menerima pelajaran khususnya mata pelajaran matematika. Jika kelemahan–kelemahan ini tidak segera diatasi akan menimbulkan rendahnya tingkat pemahaman siswa dalam pelajaran matematika yang akan berdampak langsung pada nilai. Di sini kita harus melakukan pendekatan langsung pada siswa kesulitan apa yang mereka hadapi dan segera menemukan solusi untuk meningkatkan minat belajar siswa khususnya pada pelajaran matematika.

Dari latar belakang di atas dapat di identifikasikan masalah penelitian sebagai berikut: Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran Matematika disebabkan oleh guru belum menemukan metode yang tepat dalam proses pembelajaran, siswa tidak tertarik mengikuti pembelajaran karena guru tidak menggunakan alat peraga yang sesuai. Guru hanya memberi contoh dengan gambar-gambar.Siswa kurang motivasi untuk mengikuti proses pembelajaran karena guru lebih banyak menggunakan metode ceramah.

Solusi yang diperoleh untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pelajaran matematika adalah sebagai berikut: Guru menambahkan pembelajaran menggunakan metode saintifik dengan menambahkan media pembelajaran dengan video.

Berdasarkan analisis masalah-masalah yang menjadikan penyebab ketidak berhasilan siswa dalam memahami materi pembelajaran Matematika adalah: Apakah penggunaan pendekatan saintifik melalui metode discovery berbatuan media video dapat meningkatkan hasil belajar muatan matematika tema 4 subtema 3 dan 4 pada siswa kelas 2 SD Negeri Mencon Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati tahun 2014/2015?.

Berdasarkan permasalahan di atas maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: Meningkatkan hasil belajar muatan matematika tema 1 subtema 1 dan 2 pada siswa kelas 2 SD Negeri Mencon Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati tahun 2014/2015.

KAJIAN PUSTAKA

Hakekat Belajar

Sumantri (2001: 13-14) menyatakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman.

Rifa’i RC (2009: 82) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabakan pengalaman.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu: belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik serta belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman sebagai hasil belajar.

Hakekat Pembelajaran

Menurut pendapat Corey bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu (Aisah, 2007: 1-4).

Rifa’i RC (2009: 191) menyatakan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa (event) yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan.

Berdasarkam uraian diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan perpaduan antara konsep mengajar dan konsep belajar, dengan penekanannya pada penumbuhan aktivitas siswa. Dengan demikian semua komponen yang dapat menunjang pembelajaran harus benar-benar dipersiapkan agar tujuan pendidikan tercapai.

Hasil belajar

Menurut Rifa’i RC (2009: 85) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 4-5) dampak pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti tertuang dalam raport angka dalam ijazah atau kemampuan meloncat setelah latihan.

Menurut Nasrun (Tim Dosen, 1980: 25) mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan hasil akhir pengambilan keputusan mengenai tinggi rendahnya nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Hasil belajar dikatakan tinggi apabila tingkat kemampuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya”. Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar (Anni, 2010: 85).

Selanjutnya Davis (Abdullah, 2007: 4) mengatakan: “Dalam setiap proses belajar akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur. Hasil nyata yang dapat diukur dinyatakan sebagai prestasi belajar seseorang”.

Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa suatu proses belajar mengajar pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan siswa yang mancakup pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Gagne dalam (Sumantri, 2001: 14) mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar, yaitu: (1) Keterampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca, tulis, hitung sampai kepada pemikiran yang rumit; (2) Strategi Kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang di dalam arti yang seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah; (3) Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; (4) Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik,dan sebagainya; dan (5) Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang.

Hakikat Pendidikan Matematika

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan (Hasan Alwi, 2002:723).

Menurut Hudoyo (Aisyah, 2007: 1-1) matematika berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hu-bungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Sedangkan menurut Ruseffendi (Heruman, 2007: 1) matematika adalah bahasa simbol, ilmu dedukatif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganiasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil. Sedangkan menurut Soedjadi (Heruman, 2007: 1) hakikat matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang dedukatif.

Dari pendapat para ahli di atas tentang pengertian Matematika dapat disimpulkan bahwa Matematika merupakan ilmu tentang prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Metode Discovery Learning

Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.Discovery Learning dapat: (a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya; (b) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer; (c) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil; (d) Model pembelajaran ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri; (e) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri; (f) Model pembelajaran Discovery Learning ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya; (g) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi; (h) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti; (i) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik; (j) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru; (k) Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri; (l) Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri; (m) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang; (n) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya; (o) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa; (p) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar; dan (q) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Model pembelajaran Discovery Learning ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa. Model pembelajaran Discovery Learning tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery Learning

Langkah persiapan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalah sebagai berikut: (1) Menentukan tujuan pembelajaran; (2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya); (3) Memilih materi pelajaran; (4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi); (5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa; (6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik; dan (7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1. Siti Chotijah (2010) dalam penelitian yang berjudul “Penerapan metode discovery dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan kooperatif siswa kelas II SDN Karanganyar Pasuruan ”, memberikan hasil yaitu tersusunnya Buku Pengayaan Materi Matematika SD dengan kualitas yang dinyatakan Sangat Baik dan layak digunakan oleh guru sebagai acuan untuk digunakan sebagai sumber dan media pembelajaran bagi peserta didik SD

2. Beti Irriyanto (2012)dalam penelitian yang berjudul “ Peningkatan hasil belajar matematika dengan metode penemuan (discovery)menggunakan bantuan media dua dimensi pada siswa kelas VI semester II SDN Posong kecamatan Tulis kabupaten Batang tahun 2012/2013”, memberikan hasil membantu siswa menemukan cara baru dalam menyelesaikan soal matematika.

3. Tiarani Citra (2013)dalam penelitian yang berjudul “ Penerapan metode discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD pada mata pelajaran matematika materi pokok bangun ruang: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Barunagri Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat 2013/2014 “, memberikan hasil rencana pembelajaran (RPP) yang mengalami perbaikan di setiap siklus, penggunaan metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan materi pokok Bangun Ruang.

Ketiga penelitian tersebut memiliki ruang lingkup dan sasaran yang hampir sama yaitu dalam penyusunan rencana pembelajaran harus memperhatikan komponen apa saja yang harus ada dalam media pembelajaran tersebut agar memperoleh media pembelajaran yang berkualitas sehingga dapat digunakan sebagai sumber dan media pembelajaran bagi peserta didik.

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah berpijak pada kondisi awal, dimana guru belum menerapkan model pembelajaran discovery, sehingga hasil belajar menghitung nilai pecahan uang masih rendah. Setelah guru menerapkan model pembelajaran discovery, hasil belajar menghitung nilai pecahan menjadi meningkat.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan analisis masalah-masalah yang menjadikan penyebab ketidak berhasilan siswa dalam memahami materi pembelajaran Matematika, maka hipotesis iniadalah: Penggunaan pendekatan saintifik melalui metode discovery berbatuan media video dapat meningkatkan hasil belajar muatan matematika tema 4 subtema 3 dan 4 pada siswa kelas 2 SD Negeri Mencon Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati tahun 2014/2015.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas II SDN Mencon Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SDN Mencon Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati sebanyak 21 orang siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini diperoleh melalui dua cara pengumpulan data yaitu dengan teknik tes dan non tes. Teknik tes atau testing adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan alat ukur tes, yang instrumennya adalah soal tesSedangkan teknik non tes digunakan untuk mendapatkan data pelengkap melalui studi dokumentasi yaitu dengan observasi, angket, dan wawancara.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan memakai data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif didapat melalui tes untuk memperoleh hasil belajar sedangkan data kualiatif diperoleh melalui teknik dokumentasi dan teknik observasi. Teknik dokumentasi dilaksanakan sebelum penelitian dan pada saat penelitian. Selanjutnya menggunakan teknik observasi untuk memperoleh data keaktifan siswa dalam keterlaksanaan proses pembelajaran.

Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dimaksudkan selain untuk meningkatkan hasil belajar siswa juga dalam rangka peningkatan profesional guru dalam pembelajaran. Dengan perbaikan mutu pembelajaran dengan sendirinya mutu pendidikan juga turut meningkat. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri atas kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Instrumen Pengumpulan data

Instrumen data dalam penelitian ini diperoleh dari siswa berupa nilai ulangan harian pada kompetensi dasar bersangkutan. Nilai pengamatan pada siswa selama mengikuti pembelajaran juga dijadikan sumber data untuk melengkapi informasi tentang hasil belajar siswa. Sedangkan sumber data yang lain diperoleh dari hasil observasi dari teman sejawat pada saat pelaksanaan siklus pembelajaran. Selain hasil obeservasi teman sejawat memberikan masukan agar siklus perbaikan pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Instrumen pengumpulan data dengan tes menggunakan alat tes berbentuk butir soal. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada akhir pembelajaran peneliti menggunakan jenis tes tertulis berbentuk uraian. Teknik pelaksanaan tes ini adalah dengan membagikan lembar soal tes untuk dikerjakan oleh siswa secara individual.

Indikator Kinerja

Untuk mengetahui keberhasilan seperti yang direncanakan dalam rencana setiap tindakan dapat dilihat dari indikator keberhasilan. Indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini adanya peningkatan hasil belajar Matematika peserta didik serta adanya peningkatan persentase hasil belajar Matematika peserta didik dari siklus pertama sampai dengan siklus ke II. Dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), jika KKM 2,66 maka banyak siswa yang mencapai KKM 65% waktu pra siklus jika dilihat dari nilai ulangan harian sebanyak 3 X .

Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis deskripsi komparatif yaitu membandingkan hasil belajar muatan matematika kondisi awal, hasil belajar setelah siklus I dan hasil belajar setelah siklus 2. Kemudian dilanjutkan refleksi yaitu menarik simpulan berdasarkan deskriptif komparatif, membuat ulasan berdasarkan simpulan, dan menentukan tindak lanjut dan dilanjutkan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Kondisi Pra Siklus

Hasil observasi awal di SD Negeri Mencon Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati, pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Guru cenderung mentransfer ilmu kepada siswa, guru lebih aktif dari pada siswa, sehingga siswa dalam pembelajaran tidak bermakna dan mengakibatkan hasil belajar rendah. Ketuntasan belajar yang dicapai siswa hanya sebesar 52% atau 11 siswa dan 48% atau 10 siswa belum tuntas sesuai dengan KKM

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I guru melakukan penilaian tes unjuk kerja yaitu kerja pengamatan, eksperimen kelompok, presentasi dan laporan. Dari hasil penilaian dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru melalui metode eksperimen tanpa melihat kecerdasan siswa diperoleh skor tes nampak tidak merata hal ini ditunjukkan dengan perbedaan skor tes yang terendah sebesar 40 dan skor tes tertinggi sebesar 90. Kondisi ini menunjukkan kesenjangan skor yang tajam. Skor rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 74,8.

Ketuntasan belajar yang dicapai siswa hanya sebesar 76% atau 16 siswa dan 24% atau 5 siswa belum tuntas sesuai dengan KKM.

Berdasarkan data dari distribusi skor tes dan distribusi ketuntasan belajar pada pembelajaran yang dilakukan didalam kelas dan dengan cara konvensional dengan data distribusi skor tes dan distribusi ketuntasan belajar pada pembelajaran dengan penggunaan pembelajaran tersebut sudah menunjukkan adanya peningkatan. Pada skor tes dan distribusi ketuntasan belajar pada pembelajaran yang dilakukan pada pra siklus hanya mencapai ketuntasan 52% setelah diadakan pembelajaran siklus I ketuntasan menjadi 76%.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Setelah melakukan pembelajaran siklus II guru bersama teman sejawat merefleksi hasil pembelajaran. Dalam siklus II ini penilaian yang digunakan sama yaitu tes unjuk kerja dan laporan hasil eksperimen. Dari hasil penilaian terhadap unjuk kerja dan produk diperoleh hasil sebagai berikut: skor tes yang terendah sebesar 60 dan sekor tes tertinggi sebesar 100. Kondisi ini menunjukkan terjadinya peningkatan pada hasil belajar siswa. Skor rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus II sebesar 83,3. Ketuntasan belajar yang dicapai sebesar 90,5% artinya masih ada 2 siswa atau 9,5% yang belum tuntas nilai KKM.

Pembahasan

Sebelum penerapan melalui metode eksperimen pada tema 4 tentang nilai pecahan mata uang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata kelas dan peningkatan ketuntasan belajar yang dapat dijelaskan sebagai berikut: pada pra siklus hanya mencapai rat-rata 64 dan tingkat ketuntasan persentase 52%.

Pembahasan Hasil Siklus I

Pada kegiatan siklus I penerapan metode eksperimen dengan pembagian kelompok tanpa memandang tingkat kecerdasan dan belum semua melibatkan siswa nilai rata-rata meningkat menjadi 74,8 dengan tingkat ketuntasan 76%

Pembahasan Hasil Siklus II

Pada siklus II penerapan metode discovery dengan pembagian kelompok berdasarkan tingkat kecerdasan siswa dan melibatkan seluruh siswa nilai rata-rata 83,3 dan tingkat ketuntasan 90,5%. Masing-masing kenaikan antar siklus yaitu: dari pra siklus ke siklus I rata-rata kelas meningkat 10,8 dan tingkat ketuntasan menjadi 22%, sedangkan dari siklus I ke siklus II rata-rata kelas meningkat 8,5 dan tingkat ketuntasan meningkat 14,4%. Jadi kenaikan hasil belajar siswa dari pra siklus hingga siklus II yaitu 38,5% .

Penerapan pembelajaran tersebut dalam tema 4 tentang nilai pecahan mata uang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 2 SD Negeri Mencon Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Keberhasilan belajar terletak pada respon seseorang untuk melakukan kreativitas dalam mentranspormasi informasi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui penerapan metode Discovery Learning berbantuan media video pada siswa kelas 2 Semester I SD Negeri Mencon Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati tahun 2014 / 2015 dengan materi nilai pecahan uang, dapat dinyatakan berhasil karena persentase dari pra siklus, siklus I dan siklus II mengalami kenaikan yang signifitas dan besarnya persentase tingkat ketuntasan berturut-turut dari pra siklus mencapai 52%, siklus I mencapai 76%, siklus II mencapai 90,5% .

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka perlulah kiranya penerapan metode Discovery Learning sebagai strategi pembelajaran di sekolah, untuk meningkatkan hasil belajar muatan matematika tema 4 tentang nilai pecahan mata uang khususnya dan semua mata pelajaran yang lain pada umumnya.

1. Bagi siswa hendaknya selalu aktif dalam pelaksanaan metode Discovery Learning agar hasil belajar matematika meningkat.

2. Bagi Guru, agar menerapkan metode Discovery Learning ini dapat digunakan secara optimal, sebelum pembelajaran dilaksanakan terlebih dahulu melakukan identifikasi awal tentang kelemahan dalam pembelajaran sehingga dapat diterapkan metode dan model pembelajaran yang tepat sehingga hasil belajar muatan matematika tentang pecahan mata uang.

3. Bagi lembaga pendidikan, hendaknya menunjang baik fasilitas maupun strategi pembelajaran, salah satunya adalah penerapan metode Discovery Learning.

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, Lewis R. 1994. Psychological Testing and Assessment,(Eight Edition). Boston: Allyn and Bacon

Amin, Moh. 2011. Panduan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Grobogan: Inspirasi

Arends, R. (2008). Learning to Teach, Terjemahan oleh Helly Prajitno & Sri Mulyani. New York: McGraw Hill Company.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Asih Diyah Arini, Putri. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning untuk Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sd 7 Klumpit Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Skripsi Sarjana thesis.: Universitas Muria Kudus.

Budiyono, Dion. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Kurikulum 2013. http://www.penagurumenulis.com/2014/02/pendekatan-saintifik-dalam-pembelajaran.html 18 . (14Oktober 2014 20:15)

I Gede Agus Siswantara, I.B. Surya Manuaba & I Gede Mater (2013). Penerapan Model Problem Basd Learning (PBL) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 8 Kesiman. Jurnal Garuda Portal 1(1): 1-10

Indien, GM. 2012. Model-model Penelitian Tindakan Kelas Menurut Para Ahli . http://007indien.blogspot.com/2012/05/model-model-penelitian-tindakan-kelas.html. ( 11 Oktober 2014)

Kemendikbud. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kemendikbud. (2013) Salinan Permendikbud No.66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian. Jakarta Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Kemendikbud. (2013) Salinan Permendikbud No.67 Tahun 2013 Tentang Kompetensi Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI

Moedjiono dan Dimyati. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

Nitko, Anthony J. 1996. Educational Assessment of Students, Second Edition. Ohio: Merrill an imprint of Prentice Hall Englewood Cliffs.

Prastowo, Andi. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Panduan Lengkap Aplikatif. Yogyakarta: DIVA Press, 2013.

Rachmawati, Linda. 2011. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SDN Pringapus 2 Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek. Skripsi (Sarjana): Program Studi S1 PGSD Universitas Negeri Malang

Rohman, Ahmad Fawzan. Model Pembelajaran Tematik. http://fauzan-zifa.blogspot.com, (14 ktober 2014).

Sudarman. 2007. Discovery Learning: Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal Pendidikan Inovatif. Vol. 2 no. 2. PP: 68-73

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

_____ . 2011. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Sinar Baru Algensindo

Sugiyon. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV. Alvabea.

Sutriani Ni Kadek. 2008. Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan

Komunikasi Matematika Siswa Kelas VIII A SMP N 6 Singaraja. Skripsi . Jurusan Pendidikan Matematika, FPMIPA UNDIKSHA.

 

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi pustaka.