UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS MELALUI PENDEKATAN SENTRA SENI RUPA DAN SENI MUSIK DI KELOMPOK B TK MEKAR SARI 01 SONEYAN MARGOYOSO PATI
UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS
MELALUI PENDEKATAN SENTRA SENI RUPA DAN SENI MUSIK
DI KELOMPOK B TK MEKAR SARI 01 SONEYAN MARGOYOSO PATI
Sukemi
TK Mekar Sari 01 Soneyan Margoyoso Pati
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas siswa melalui pendekatan sentra seni rupa berupa finger painting dan seni musik berupa bermain alat perkusi di kelompok B TK Mekar Sari 01 Soneyan Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. Metodologi dalam penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan dua siklus yang masing-masing siklus terdiri atas kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatan sentra seni rupa berupa finger painting dan seni musik berupa bermain alat perkusi efektif untuk meningkatkan kreativitas siswa di kelompok B TK Mekar Sari 01 Soneyan Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati”. Hal ini ditunjukkan dari adanya peningkatan kreativitas siswa dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada Pra siklus, tingkat kreativitas siswa baru 35,29% siswa yang mencapai kriteria nilai baik. Kemudian pada siklus I, meningkat menjadi 55,46% dan pada siklus II meningkat menjadi 81,66% yang mencapai nilai kategori baik. Hal ini berarti bahwa nilai kreativitas siswa pada siklus II ini sudah mencapai indikator kinerja yang telah peneliti tetapkan yaitu 70% siswa mencapai nilai dengan kriteria baik
Kata Kunci:kreativitas, sentra seni rupa, sentra seni musik
PENDAHULUAN
Pada masa usia dini merupakan masa unik dalam kehidupan anak, karena merupakan masa pertumbuhan yang paling peka sekaligus paling sibuk. Pentingnya pendidikan anak usia dini menuntut pendekatan yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang memusatkan perhatian pada anak. Sebab anak merupakan dambaan bagi setiap orang tua dan generasi penerus bangsa. Pendidikan anak usia dini dilakukan mulai sejak lahir sampai dengan umur 6 tahun. Kita ketahui, masa kanak-kanak merupakan masa yang paling tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan baik kemampuan fisik, bahasa, sosial-emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama (Saifullah dan Maulana, 2005:5).
Hal itu sesuai dengan hak anak sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang perlindungan anak yang menyebutkan bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh dan berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Mansur, 2005:18).
Salah satu pendidikan anak usia dini yang mengembangkan perkembangan anak yang melatih perkembangan sosial dan kognitifnya yakni dengan menggunakan Metode BCCT (Beyond Centre and Circle Time). Metode BCCT (Beyond Centers and Circle Time) atau yang biasa disebut dengan Senling (Metode Sentra dan Lingkaran) ialah metode yang digunakan untuk melatih perkembangan anak dengan mengunakan metode bermain (Depdiknas, 2005:7).
Salah satu jenis sentra yang ada pada pendekatan sentra adalah sentra seni. Area seni ini diisi dengan berbagai bahan yang memungkinkan anak melakukan percobaan, eksplorasi, dan kreativitas lainnya. Area ini juga membawa suasana riang, kegembiraan, dan kepuasan bagi anak. Area ini hendaknya memberi kesempatan pada setiap anak untuk memilih kegiatan yang dilakukannya (Montolalu, dkk, 2009:5.17-5.18). Dengan demikian pemanfaatan area seni yang ada oleh guru dalam pembelajaran akan mampu meningkatkan kreativitas anak. Anak akan lebih kreatif dalam mengekspresikan segala bakat dan kemampuannya.
Namun hal ini belum terjadi pada siswa kelompok B TK Mekar Sari 01 Soneyan Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan dari observasi awal, tingkat kreativitas anak menunjukkan prestasi yang kurang baik. Dari 17 siswa, baru 6 siswa atau 35,29% yang termasuk dalam prestasi baik. Sedangkan 11 siswa atau 64,71% termasuk dalam prestasi kurang.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, teridentifikasi beberapa masalah di antaranya adalah: (1) Kreativitas siswa di kelompok B TK Mekar Sari 01 Soneyan Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2013/2014 menunjukkan prestasi yang kurang baik. Hal ini dilihat dari tingkat kreativitas siswa secara klasikal yang termasuk prestasi baik baru mencapai 35,29%; (2) Tersedianya sentra seni namun belum dimanfaatkan oleh guru secara optimal.
Berangkat dari identifikasi masalah tersebut, penulis merumuskan masalah penelitian: “Apakah melalui pendekatan sentra seni rupa berupa finger painting dan seni musik berupa bermain alat perkusi dapat meningkatkan kreativitas siswa di kelompok B TK Mekar Sari 01 Soneyan Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati?”
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas siswa melalui pendekatan sentra seni rupa berupa finger painting dan seni musik berupa bermain alat perkusidi kelompok B TK Mekar Sari 01 Soneyan Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati.
LANDASAN TEORI
KajianPustaka
Pengertian Pendekatan Sentra
Pendekatan sentra atau sering dikenal dengan pendekatan BCCT (Beyond Centers and Circle Time) ialah “metode yang digunakan untuk melatih perkembangan anak dengan mengunakan metode bermain” (Depdiknas, 2005:6). Dalam penerapannya, metode ini memerlukan pendekatan yang tepat agar dapat mengoptimalkan seluruh potensi perkembangan anak, terutama untuk melejitkan potensi kecerdasan anak. Pendekatan yang diterapkan perlu mendasarkan pada asumsi bahwa anak belajar melalui bermain dengan benda-benda dan orang-orang di sekitarnya (lingkungan) (Depdiknas, 2009:1).
Pendekatan sentra dan lingkaran ini berfokus pada anak. Pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anak dalam lingkaran. Pada sentra main, zona atau area main anak harus dilengkapi dengan seperangkat alat main anak, yang dapat berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis permainan,yitu main sensorimotor (fungsional), main peran, dan main pembangunan. Sedangkan saat lingkaran adalah saat pendidik duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan kepada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main (Depdiknas, 2009:1).
Dalam pendekatan sentra, anak dirangsang untuk aktif belajar melalui kegiatan bermain. Seluruh kegiatan pembelajaran berfokus pada anak sebagai subjek pembelajar, sedangkan pendidik lebih banyak berperan sebagai motivator dan fasilitator dengan memberikan pijakan-pijakan. (Khodijah dan Wismiarti, 2010:5).
Berdasarkan dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan sentra merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada area atau sentra main yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam lingkungan sosialnya. Karena dengan bermain dan berlatih pada sentra tersebut anak akan terlatih untuk melakukan kerjasama dengan lingkungan di sekitarnya dan secara tidak sadar pun anak akan terbiasa melakukan interkasi dengan orang-orang yang ada disekitarnya.
Pendekatan Sentra Seni
Sentra berasal dari kata “centre” yang artinya pusat. Sentra seni adalah sentra yang memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan alat dan bahan seni (bahan pembangunan cair), dengan fokus kegiatan yang mendukung keterampilan motorik halus (Khodijah dan Wismiarti, 2010:24).
Falsafah sentra seni adalah anak mendapatkan kesenangan, nilai-nilai estetika dan kerangka berpikir yang sistematis, dengan fokus-fokus kegiatan sebagai berikut: (1) Eksplorasi warna; (2) Keterampilan motorik halus; dan (3) Proses kreativitas (Exploring, Focusing, Producing and Stopping) (Khodijah dan Wismiarti, 2010:24).
Kegiatan Sentra Seni Rupa di TK
Pusat kegiatan seni sebenarnya membawa suasana riang, kegembiraan, dan kepuasaan bagi anak-anak. Tujuan utamanya adalah untuk menumbuhkem-bangkan kreativitas, rasa ingin tahu, daya khayal dan inisiatif anak-anak. Apabila anak diberi kesempatan, waktu dan kebebasan untuk melakukan berbagai macam percobaan dengan berbagai macam bahan, maka dapat mengembang-kan sebuah dasar untuk mencapai prestasi akdemik.
Anak-anak dengan aktif menjadi bagian-bagian dari pusat-pusat kegiatan, mereka menjelajahi berbagai media. Mereka juga akan melukis dengan kuas dan jemarinya. Selain itu mereka juga dapat menggunakan tanah liat, krayon, spidol, benang-benag, kuas, kertas berwarna, kapur, gunting, dan berbagai variasi bahan lainnya. Program pendidikan seni yang berkualitas tinggi mampu menciptakan pengalaman kreatif melalui berbagai variasi gambar.
Bidang pengembangan kemampu-an dasar seni rupa dapat diberikan melalui kegiatan-kegiatan, yaitu: menggambar, melukis dengan kuas, melukis dengan jari dan tangan (finger painting), mencap, melipat, menggunting, Merobek, dan Merekat (3M).
Kegiatan Sentra Seni Musik di TK
Musik adalah alat komunikasi yang bersifat universal, orang-orang di mana pun, kapan pun dan dengan budaya mana pun telah membuat musik. Musik bisa dipakai untuk meningkatkan perkembang-an konsep pada anak-anak. Ide-ide yang sama dan yang berbeda juga dapat diperkenalkan melalui perubahan-perubah-an dalam volume atau nada suara. Sehingga dengan bermain musik, kreativitas anak dapat ditingkatkan. (Montolalu, dkk., 2009:3.23)
Adapun jenis sentra seni musik yang peneliti gunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah bermain dengan alat perkusi. Alat perkusi yang peneliti gunakan adalah alat-alat perkusi yang berasal dari alat-alat dapur, seperti: panci, ompreng, wajan, sendok, piring, dan lain sebagainya.
Kreativitas Anak
Ditinjau dari segi kreatif, kreativitas merupakan sifat pribadi seorang individu (dan bukan merupakan sifat sosial yang dihayati oleh masyarakat ) yang tercermin dari kemampuannya untuk menciptakan sesuatu yang baru. Kemudian ditinjau dari segi faktor-faktor pendorong, kreativitas adalah faktor internal diantaranya bakat, minat dan motivasi.
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya (Supriadi, 1997:7).
Dilihat dari segi konseptual, definisi kreativitas menekankan segi produk kreatif. Dengan demikian, kreativitas merupakan kualitas suatu produk atau respons yang dinilai kreatif oleh pengamat yang ahli.
Tujuan Pengembangan Kreativitas
Tujuan pengembangan kreativitas anak di TK adalah sebagai berikut: (1) Mengenalkan cara mengekspresikan diri melalui hasil karya dengan menggunakan teknik-teknik yang dikuasainya; (2) Mengenalkan cara dalam menemukan altelnatif pemecahan masalah; (3) Membuat anak memiliki sikap keterbukaan terhadap berbagai pengalaman dengan tingkat kelenturan dan toleransi yang tinggi; (4) Membuat anak memiliki sikap diri terhadap apa yang dilakukannya dan sikap menghargai hasil karya orang lain; (5) Membuat anak yang kreatif.
Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Skripsi karya Jumi’ah mahasiswa IKIP PGRI Semarang, yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak TK Melalui Bermain Balok Kelompok A TKIT Harapan Bunda Semarang Tahun Ajaran 2012/2013”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui metode bermain dengan media balok terbukti meningkatkan hasil belajar menyusun/ merangkai balok- balok pada anak kelas A.
Musa TK IT Harapan Bunda Semarang. Hal tersebut ditandai dari dari ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dan adanya peningkatan hasil belajar menyusun balok pada anak, dari siklus I sebesar 53,8% dan 76,9% pada siklus II. Kreativitas peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran semakin meningkat terutama pada permainan balok- balok meningkatkan imajinasi anak hingga menghasilkan suatu karya yang baik. Hal tersebut ditandai oleh pencapaian keberhasilan proses pembelajaran melalui lembar observasi meningkatkan pada siklus I 73,3% dan siklus II sebesar 93,3%.
Kedua, skripsi karya Nita Ciptariani Agustin mahasiswa IKIP PGRI Semarang, dengan judul “Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Aktivitas Daur Ulang Bubur Kertas pada Kelompok Toddler Al Muna Islamic Preschool Kecamatan Ngaliyan Tahun Pelajaran 2012/2013”.Hasil peneliti-an tersebut menunjukkan tercapainya indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dan adanya peningkatan kreativitasnya (dapat menyatakan ide untuk membuat bentuk lain, mengerjakan tugas sendiri tanpa bantuan orang lain, serta berani menunjukkan hasil karyanya sendiri). Kondisi awal kreativitas anak berdasarkan pengamatan dengan lembar observasi diperoleh data sebesar 0% atau belum ada anak yang mampu mencapai kriteria baik, di siklus I sedikit meningkat yaitu sebesar 32.5% atau tiga anak yang mempunyai skor baik, dan pada siklus II menjadi 80% atau sebanyak 8 anak.
KerangkaBerfikir
Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut: pada kondisi awal, guru belum menggunakan pendekatan sentra seni, sehingga kreatifitas peserta didik masih rendah. Dengan guru menerapkan sentra seni rupa berupa finger painting, maka kreatifitas peserta didik menjadi meningkat.
Bertolak dari kerangka berfikir di atas, peneliti mengajukan hipotesis tindakan: ”Penerapan pendekatan sentra senirupada dan seni musik dapat meningkatkan kreativitas siswa di kelompok B TK Mekar Sari 01 Soneyan Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati”.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelompok B Semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Mekar Sari 01 Soneyan Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati dengan jumlah siswa 17 siswa, yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Pemilihan kelas ini sesuai dengan tugas pokok peneliti sebagai guru di kelompok yang dimaksud.
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dimulai minggu ke-II bulan Maret 2014 s.d. minggu ke-III bulan Mei 2014. Adapun tempat penelitian ini adalah di TK Mekar Sari 01 Soneyan Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian mencakup: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Kemmis dan Mc Taggart (dalam Mulyasa, 2010:73) menyatukan komponen tindakan dan pengamatan sebagai satu kesatuan. Hasil dari pengamatan ini dijadikan dasar langkah berikutnya yaitu refleksi. Dari refleksi disusun sebuah modifikasi yang diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi begitu seterusnya.
Berdasarkan skema di atas, dapat dilihat masing-masing siklus melalui empat tahapan, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan tahap refleksi.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan mengacu dan ditujukan untuk mengumpulkan data yang meliputi 3 hal, yaitu guru (observing teacher), kelas (observing clasroom), dan perilaku siswa.
Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes yang peneliti gunakan adalah teknik unjuk kerja siswa.
Sedangkan teknik non tes yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) Observasi; (b) Angket; dan (c) Wawancara.
Teknik Anasilis Data
Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Menganalisis data-data kualitatif, yaitu teknik analisis komponen atau analisis interaktif; (2) Teknik komparatif, yaitu membandingkan hasil antar siklus.
Validitas Data
Untuk menvalidasi data, peneliti menggunakan metode triangulasi sumber data. Triangulasi sumber peneliti lakukan dengan mengumpulkan data minimal dari tiga sumber data yang berbeda, yaitu dari siswa, dan teman sejawat yang membantu pelaksanaan observasi. Sedangkan triangulasi metode pengumpulan data terdiri dari: observasi, angket, dan wawancara.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan adalah penanda yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan berhasil tidaknya penelitian yang dilaksanakan. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan indikator keberhasilan sebagai berikut: (1) Secara klasikal siswa yang memperoleh nilai kreativitasBaik minimal sebesar 70%; (2) Aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat dari siklus ke siklus.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Deskripsi Pra Siklus
Hasil dari kegiatan pra siklus ini menunjukkan bahwa tingkat kreativitas anak menunjukkan prestasi yang kurang baik. Dari 17 siswa, baru 6 siswa atau 35,29% (sangat baik sebayak 2 siswa atau 11,76% dan baik sebanyak 4 siswa atau 23,53%) yang termasuk dalam prestasi baik. Sedangkan 11 siswa atau 64,71% termasuk dalam prestasi kurang (nilai cukup sebanyak 6 siswa atau 35,29% dan kurang 5 siswa atau 29,41%).
Selain itu, sebagian besar aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran juga menunjukkan kategori lemah. Dari 17 siswa, baru 1 siswa atau 5,88% yang termasuk dalam kategori sangat kuat dan 6 siswa atau 35,29% termasuk dalam kategori cukup kuat. Sedangkan 10 siswa atau 58,82% termasuk dalam kategori lemah.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
Setelah tindakan pembelajaran pada siklus I dilakukan, diperoleh hasil observasi tindakan yang meliputi hasil pengamatan tentang keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan kreativitas siswa sebagai berikut: (a) Aktivitas siswa dalam pembelajaran yang peneliti amati bersama mitra kolaborator sebagai berikut: (a) Sebanyak 5 anak yang memperoleh skor 3 (tertinggi) yang dikategorikan keaktifan anak dalam mengikuti pembelajaran sangat kuat; (b) Sebanyak 8 anak yang memperoleh skor 2 (sedang) yang dikategorikan keaktifan anak dalam mengikuti pembelajaran cukup kuat; (c) Sebanyak 4 anak yang memperoleh skor 1 (terendah) yang dikategorikan keaktifan anak dalam mengikuti pembelajaran lemah.
Jika ditampilkan berupa prosentase, pembelajaran Siklus I yang termasuk dalam kriteria sangat kuat sejumlah 5anak atau sebesar 29,41%. Kemudian yang berkategori cukup kuat sejumlah 8 siswa atau sebesar 47,06%. Sedangkan 4 siswa atau 23,53% berkategori lemah.
Selanjutnya dalam pengamatan ini, peneliti bersama teman kolaborator juga menilai kreativitas anak. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa daya imajinasi yang kuat termasuk kategori baik berjumlah 9 anak atau 52,94%. Kemudian yang berkategori cukup berjumlah 5 anak atau 29,41%. Sedangkan yang berkategori kurang berjumlah 3 anak atau 17,65%.
Berdasarkan pengamatan terhadap sikap ingin tahu yang termasuk kategori baik berjumlah 9 anak atau 52,94%. Kemudian yang berkategori cukup berjumlah 3 anak atau 17,65%. Sedangkan yang berkategori kurang berjumlah 5 anak atau 29,41%.
Untuk pengamatan terhadap kepercayaan diri dalam belajar yang termasuk kategori baik berjumlah 11 anak atau 64,71%. Kemudian yang berkategori cukup berjumlah 4 anak atau 23,53%. Sedangkan yang berkategori kurang berjumlah 2 anak atau 11,76%.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
Berdasarkan hasil observasi dengan mitra kolaborasi, dapat dijelaskan beberapa hasil sebagai berikut: (a) Sebanyak 11 anak yang memperoleh skor 3 (tertinggi) yang dikategorikan keaktifan anak dalam mengikuti pembelajaran sangat kuat; (b) Sebanyak 6 anak yang memperoleh skor 2 (sedang) yang dikategorikan keaktifan anak dalam mengikuti pembelajaran cukup kuat; (c) Sebanyak 0 anak yang memperoleh skor 1 (terendah) yang dikategorikan keaktifan anak dalam mengikuti pembelajaran lemah.
Jika ditampilkan dalam prosentase, bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran Siklus IIyang termasuk dalam kriteria sangat kuat sejumlah 11anak atau sebesar 64,71%. Kemudian yang berkategori cukup kuat sejumlah 6 siswa atau sebesar 35,29%. Sedangkan keaktifan siswa atau yang berkategori lemah sebesar 0%.
Berdasarkan tabel 16 di atas dapat disimpulkan bahwa daya imajinasi yang kuat termasuk kategori baik berjumlah 13 anak atau 76,47%. Kemudian yang berkategori cukup berjumlah 3 anak atau 17,65%. Sedangkan yang berkategori kurang berjumlah 1 anak atau 5,88%.
Pengamatan terhadap inisiatif dalam bekerja termasuk kategori baik berjumlah 14 anak atau 82,35%. Kemudian yang berkategori cukup berjumlah 2 anak atau 11,76%. Sedangkan yang berkategori kurang berjumlah 1 anak atau 5,88%.
Berdasarkan angka-angka di atas dapat disimpulkan bahwa kegigihan dalam bekerja yang termasuk kategori baik berjumlah 15 anak atau 88,24%. Kemudian yang berkategori cukup berjumlah 2 anak atau 11,76%. Sedangkan yang berkategori kurang berjumlah 0 anak atau 0%.
Pembahasan
Setelah peneliti melaksanakan 2 (dua) kali siklus pembelajaran maka terkumpul data-data penelitian. Penilaian terhadap variabel masalah yaitu tentang kreativitas siswa dari pra siklus sampai siklus II berakhir juga menunjukkan adanya peningkatan.
Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran juga menunjukkan hasil peningkatan. Pada prasiklus keaktifan siswa yang berkategori sangat kuat 5,88%, menjadi 29,41% pada siklus I dan menjadi 64,71% pada siklus II. Kemudian aktivitas siswa yang berkategori cukup kuat pada pra siklussebesar 35,29%, menjadi 47,06% pada siklus I, dan menjadi 35,29% pada siklus II. Aktivitas siswa yang berkategori lemah pada pra siklus sebesar 58,82%, menurun menjadi 23,53% pada siklus I, dan pada siklus II sudah tidak ada.
Kemudian untuk kreativitas anak, sebelum adanya tindakan (pra siklus) nilai kreativitas anak yang berkategori baik baru 35,29% atau 6siswa yang mencapai kriteria baik. Hal ini berarti masih 64,71% siswa yang masih berkategori kurang.
Pada siklus I, nilai kreativitas siswa meningkat menjadi 55,46%atau mengalami peningkatan sebesar 20,17% dibanding dengan pra siklus. Hal ini berarti masih ada 44,54% siswa yang belum menunjukkan nilaikreativitas dengan kriteria baik. Pada siklus II, nilai kreativitas siswa meningkat menjadi 81,66% siswa yang telah mencapai nilaikreativitas dengan kriteria baik atau meningkat sebesar 26,20% dibanding dengan siklus I. Hal ini berarti bahwa nilai kreativitas anak pada siklus II ini sudah mencapai indikator kinerja yang telah peneliti tetapkan yaitu secara klasikan minimal 70% siswa mencapai nilai kreativitasdengan kriteria baik.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ”Melalui pendekatan sentra seni rupa berupa finger painting dan seni musik berupa bermain alat perkusi efektif untuk meningkatkan kreativitas siswa di kelompok B TK Mekar Sari 01 Soneyan Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati”. Hal ini ditunjukkan dari adanya peningkatan kreativitas siswa dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada Pra siklus, tingkat kreativitas siswa baru 35,29% siswa yang mencapai kriteria nilai baik. Kemudian pada siklus I, meningkat menjadi 55,46% dan pada siklus II meningkat menjadi 81,66% yang mencapai nilai kategori baik. Hal ini berarti bahwa nilai kreativitas siswa pada siklus II ini sudah mencapai indikator kinerja yang telah peneliti tetapkan yaitu 70% siswa mencapai nilai dengan kriteria baik.
Ternyata pembelajaran dengan pendekatan sentra seni rupa berupa finger painting dan seni musik berupa bermain alat perkusi juga mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Siswa menjadi lebih aktif dalam mengerjakan tugas, aktif bertanya dan aktif dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Reni dan Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak: Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: Grasindo.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Aqib, Zainal, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB, TK. Bandung: CV. Yrama Widya.
Departeman Agama RI. 2006. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depag RI.
Depdiknas. 2005.Melalui Sentra dan Saat Lingkaran, Jakarta: Depdiknas.
Hariwijaya, M. 2007. Metodologi dan Teknik Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi. Yogyakarta: elMatera Publishing.
Jamun, dkk. 2011. Pedoman Penyusunan Perangkat Pembelajaran RA/BA. Semarang: Kanwil Jateng.
Khodijah, Siti dan Wismiarti. 2010. Panduan Pendidikan Sentra Untuk PAUD: Sentra Seni. Jakarta: Pustaka Al-Falah.
Mansur, 2011. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Montolulu, B.E.F., dkk. 2009. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Poerwadarminta, W.J.S. 2007.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.
Sujiono, Bambang. 2010. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Supriadi, Dedi. 1997. Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta.
Tirtarahardja, Umar dan La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depag RI, 2006.