Penggunaan Think-Pair-Share Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Sejarah
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SEJARAH MATERI PERAN AKTIF
BANGSA INDONESIA MASA PERANG DINGIN PADA PESERTA DIDIK KELAS XII IPS 3 SMA NEGERI 2 GRABAG SEMESETER GASAL TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Erna Haryani
Guru Sejarah SMA Negeri 2 Grabag Magelang
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar sejarah materi Peran Aktif Bangsa Indonesia Masa Perang Dingin pada Peserta Didik Kelas XII IPS 3. Penelitian dilaksanakan pada semeseter gasal Tahun Pelajaran 2019/2020 dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2019. Tempat penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Grabag Magelang, Jalan Raya Grabag No 46. Subjek penelitian ini adalah kelas XII IPS 3 yang berjumlah 34 yang terdiri 14 peserta didik laki-laki dan 20 peserta didik perempuan, akan tetapi di perjalanan penelitian terdapat satu peserta didik mengundurkan diri sehingga jumlah peserta didik menjadi 33. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar sejarah materi Peran Aktif Bangsa Indonesia Masa Perang Dingin kelas XII IPS 3 semester gasal Tahun Pelajaran 2019/2020. Terbukti katagori aktif belajar peserta didik ada peningkatan dari kondisi awal 3,03% ke siklus I menjadi 54,55% dan meningkat lagi ke siklus II. yaitu 93,94%. Demikian juga terjadi peningkatan untuk hasil dan ketuntasan belajar dimana pada kondisi awal 54,76, siklus I nilai rata-rata 67,24 sedang siklus II nilai rata-rata 82,36. Peningkatan ketuntasan belajar pada kondisi kondisi awal 33,33% sedang siklus I, 57,57% dan siklus II, 93,94%. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar sejarah khususnya materi Peran Aktif Bangsa Indonesia Masa Perang Dingin.
Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Think-Pair-Share, Keaktifan Belajar, Hasil Belajar
PENDAHULUAN
Kelas XII IPS 3 adalah salah stu kelas dimana keaktifannya rendah hasil belajarnya pun tidak optimal. Pada saat pembelajaran masih ada beberapa peserta didik asik bermain sendiri yang merupakan salah satu indikasi dari ketidaktertarikan dan ketidakterlibatan secara aktif pada pelajaran, tidak fokus pada pembelajaran, berkali kali menguap kantuk karena kebetulan pelajaran sejarah untuk kelas XII IPS 3 jam 9-10. Pada kondisi awal guru melaksanakan proses pembelajaran dengan belajar kelompok, dan dikomunikasikan melalui presentasi. Pembelajaran cara ini sekalipun sudah memanfaatkan power point, gambar peta konsep tetapi keaktifan masih rendah, hal ini berdampak pada hasil belajar yang rendah pula.
Berdasakan kondisi belajar dan keaktifan serta hasil belajar yang rendah tersebut peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Model pembelajaran ini memberi ruang kepada peserta didik untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diajarkan, peserta didik akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan permasalahan. Selain itu peserta didik akan lebih aktif dalam pembelajaran karena dapat menyelesaikan tugasnya dengan pasangannya. Peserta didik juga diberi kesempatan mempresentasikan hasil dengan seluruh peserta didik sehingga ide yang ada menyebar. Dari sisi guru memudahkan dalam pemantauan dan pengawasan selama pembelajaran sehingga suasana pembelajaran tetap kondusif. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah proses pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar sejarah materi peran aktif bangsa Indonesia masa perang dingin pada peserta didik kelas XII IPS 3 semester gasal SMA Negeri Grabag Tahun Pelajaran 2019/2020? (2) Bagaimana peningkatan hasil belajar sejarah materi peran aktif bangsa Indonesia masa perang dingin pada peserta pada peserta didik kelas XII IPS 3 semester gasal SMA Negeri Grabag Tahun Pelajaran 2019/2020 setelah mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share? (3) Bagaimana perubahan perilaku peserta didik kelas XII IPS 3 semester gasal SMA Negeri Grabag Tahun Pelajaran 2019/2020 setelah mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share?. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan proses pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar sejarah materi peran aktif bangsa Indonesia masa perang dingin pada peserta didik kelas XII IPS 3 semester gasal SMA Negeri Grabag Tahun Pelajaran 2019/2020. (2) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar sejarah materi peran aktif bangsa Indonesia masa perang dingin pada peserta didik kelas XII IPS 3 semester gasal SMA Negeri Grabag Tahun Pelajaran 2019/2020 setelah mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share. (3) Memaparkan perubahan perilaku peserta didik kelas XII IPS 3 semester gasal SMA Negeri Grabag Tahun Pelajaran 2019/2020 setelah mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share.
LANDASAN TEORI
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif didasarkan pada alasan bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesama Nurhadi (2003: 60). Menurut Lie (2002: 40) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran menggunakan sistem pengelompokan tim kecil yaitu antara yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku bangsa yang berbeda.
Manfaat model pembelajaran kooperatif menurut Sadker dan Sadker (Huda, 2011:14) yaitu peserta didik yang diajari dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe think pair share.
Model pembelajaran tipe think–pair–share tergolong pembelajaran kooperatif dengan syntax: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada peserta didik dan peserta didik berkelompok dengan cara berpasangan (Think Pair), presentasi kelompok (Share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap peserta didik, umumkan hasil kuis dan berikan reward (Ngalim Purwanto, 2018: 237). Tipe think pair share adalah salah satu cara untuk menciptakan kerja sama peserta didik dalam kelompoknya, serta memberi peserta didik waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain (Ibrahim, dkk, 2005: 26). Dengan begitu peserta didik diberikan kesempatan untuk berpikir memecahkan masalah dan melakukan kerja sama dengan teman sebaya atau mentransfer pengetahuan yang dimilikinya dalam bentuk diskusi kelompok kecil, sehingga seluruh peserta didik dapat aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran kooperatif tipe think pair share diharapkan sebagai salah satu alternatif untuk melatih sekaligus meningkatkan kerja sama peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Model TPS ini memiliki karakter dimana peserta didik dibimbing secara mandiri, berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan. Model ini memungkinkan peserta didik berkomunikasi secara langsung dengan individu lain yang saling memberi informasi dan bertukar pikiran serta mampu berlatih untuk mempertahankan pendapatnya jika pendapat itu layak untuk dipertahankan (Candra Ertikanto, 2016: 186).
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran dengan karakter kooperatif, terbimbing secara mandiri, berpasangan, saling berbagi untuk menyelesaikan masalah, dan adanya reward yang diberikan.
Keaktifan Belajar
Rousseau dalam (Sardiman, 2001: 95) menyatakan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktivitas proses pembelajaran tidak akan terjadi. Thorndike mengemukakan keaktifan belajar peserta didik dalam belajar dengan hukum “law of exercise”-nya menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan dan Mc Keachie menyatakan berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu” (Dimyati, 2009:45). Segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknik. Dapat disimpulkan bahwa keaktifan peserta didik dalam belajar merupakan segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan keaktifan peserta didik dapat dilihat dari berbagai hal seperti memperhatikan (visual activities), mendengarkan, berdiskusi, kesiapan, bertanya, keberanian, mendengarkan, memecahkan soal (mental activities).
Hasil Belajar
Hasil belajar hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Nana Sudjana, 2005: 5). Menurut Ngalim Purwanto (2002: 82) bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar mengajar berlangsung yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pemahaman, sikap, dan keterampilan peserta peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami aktivitas belajar (Catharina Tri Anni, 2004: 4). ditambahkan oleh Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) bahwa hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan yang ditetapkan. Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkah laku sebagai hasil belajar dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor, yang diperoleh individu setelah proses belajar mengajar berlangsung yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pemahaman, sikap dan keterampilan sehingga peserta didik menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Hipotesis Tindakan
Diduga melalui penggunaan model pembelajarn koopertaif tipe think-pair-share dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar sejarah materi Peran Aktif Bangsa Indonesia Masa Perang Dingin pada peserta didik kelas XII IPS 3 SMA NEGERI 2 GRABAG semester gasal Tahun Pelajaran 2019/2020.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan bulan Oktober sampai dengan Desember 2019, dilakukan di SMA Negeri 2 Grabag Kabupaten Magelang. Subjek penelitian adalah kelas XII IPS 3 terdiri 20 peserta didik perempuan dan 14 peserta didik laki-laki akan tetapi di tengah perjalanan penelitian satu peserta didik laki-laki mengundurkan diri. Teknik pengumpulan data pada kondisi awal untuk keaktifan menggunakan catatan personal peserta didik, sedang data hasil belajar menggunakan teknik dokumentasi dan daftar nilai. Untuk siklus I dan siklus II pengumpulan data untuk keaktifan belajar menggunakan pengamatan, dan wawancara sedang hasil belajar diperoleh dari hasil tes tertulis dan penilaian harian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar tes tertulis, lembar pengamatan, pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi perekaman. Analisa data menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualilatif dengan mendeskripsikan kondisi keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran ditentukan keabsahannya, dan diintepretasikan dari data yang diperoleh. Teknik analisa data kuantitatif dilakukan dengan mengolah data hasil penelitian berupa data ulangan kondisi awal, siklus I dan siklus II, ditabulasi dan ditentukan reratanya dibandingkan dengan KKM dan indikator kinerjanya. Analisa data menggunakan deskripstif komparatif dilanjutkan refleksi. Deskripsi komparatif dengan membandingkan kondisi awal, data siklus I, siklus II.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kelas XII IPS 3 Berdasarkan pengamatan dapat dideskripsikan sebagai berikut: dari jumlah 33 peserta didik, dua peserta sangat kurang aktif, 15 peserta didik kurang aktif, 9 peserta didik cukup aktif dan 2 orang peserta didik aktif. Terdapat 11 atau 33,33% peserta didik yang memperoleh nilai tuntas dan perolehan nilai rata-rata 54,76. Data ini diperoleh dari pos tes yang dilaksanakan pada hari Senin 7 Oktober 2019 sebelum melaksanakan tindakan.
HASIL PENELITIAN
Siklus I
Keaktifan
Tabel 1. Keaktifan Belajar pada Siklus I
NO | KATAGORI PENILAIAN | JUMLAH PESERTA DIDIK | PROSENTASI% |
1 | sangat kurang aktif | 0 | 0,00 |
2 | kurang aktif | 4 | 12,12 |
3 | cukup aktif | 11 | 33,33 |
4 | aktif | 18 | 54,55 |
5 | sangat aktif | 0 | 0,00 |
Indikator keberhasilan keaktifan belajar yaitu ≥80% peserta didik aktif, maka keaktifan pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan perlu perbaikan pada siklus II.
Hasil Belajar
Tabel 2. Hasil Pembelajaran Siklus I
No | Pencapaian Nilai | Perolehan |
1 | Nilai rata-rata kelas | 67,24 |
2 | Nilai terendah | 35 |
3 | Nilai tertinggi | 98 |
4 | Ketuntasan belajar | 57,57% |
Indikator hasil belajar peserta didik yaitu rata-rata 80 dan ketuntasan belajar 80%, maka hasil belajar pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan perlu perbaikan pada siklus II.
Siklus II
Keaktifan
Tabel 3. Keaktifan Belajar pada Siklus I
NO | KATAGORI PENILAIAN | JUMLAH SISWA | PROSENTASI% |
1 | sangat kurang aktif | 0 | 0,00 |
2 | kurang aktif | 0 | 0,00 |
3 | cukup aktif | 2 | 6,06 |
4 | aktif | 25 | 75,76 |
5 | sangat aktif | 6 | 18,18 |
33 | 100,00 |
Indikator keberhasilan keaktifan belajar yaitu ≥80% peserta didik aktif, maka keaktifan pada siklus II sudah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan, penelitian berhenti pada siklus II.
Hasil Belajar
Tabel 4. Hasil Belajar Siklus II
No | Keterangan | Nilai |
1 | Rata-rata kelas | 81,61 |
2 | Nilai terendah | 50 |
3 | Nilai tertinggi | 100 |
4 | Nilai ketuntasan | 93,94% |
Indikator hasil belajar peserta didik yaitu rata-rata 80 dan ketuntasan belajar 80%. maka hasil belajar pada siklus II sudah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan, maka penelitian berhenti sampai di siklus II.
PEMBAHASAN
Tabel 5. Perbedaan Tindakan Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II |
Pembelajaran dengan media power point, peta konsep metode tanya jawab dan pemberian tugas | Proses pembelajaran kooperatif tipe tink-pair-share
a. Think Hasil proses berpikir mandiri cukup dipelajari b. Pair Pada tahap ini pasangan merupakan peserta didik satu bangku, lembar kerja disiapkan sendiri oleh peserta didik, guru dan pengamat duduk mengamati proses pembelajaran. c. Share Berbagi melalui presentasi di depan kelas, giliran pasangan presentasi ditunjuk oleh guru. Guru, pengamat mengamati dengan penilaian presentasi. Pada akhir pembelajaran guru menunjukkan gambar peserta didik diminta menebak sebagai kuis |
Proses pembelajaran kooperatif tipe tink-pair-share
a. Think Hasil prosaes berpikir mandiri di ditulis garis besarnya. b. Pair Pada tahap ini pasangan di undi, lembar kerja disediakan dengan format dari guru. Guru dan berkeliling pada setiap pasangan sambil sesekali menjawab peertanyaan, pengamat duduk mengamati. c. Share Berbagi melalui presentasi boleh dengan presentasi di depan kelas langsung, boleh dengan rekaman vidio presentasi yang sudah dibuat. Pasangan yang maju presentasi berdasarkan undian. Guru, pengamat dan teman sejawat yang tidak presentasi menilai dengan lembar penilaian yang sudah disiapkan oleh guru. Guru dan pengamat juga menilai presentasi. Pada bagian akhir pembelajaran guru menayangkan cuplikan film lewat LCD, peserta didik diminta menebak tokoh dalam film sebagai kuis. Peserta didik yang berhasil menebak kuis dan pasangan dengan nilai presentasi tertinggi di beri reward. |
Keaktifan Belajar
Tabel 6. Perbandingan Keaktifan Belajar, Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
NO | KATAGORI | JUMLAH PESERTA DIDIK | ||
SIKLUS I | SIKLUS I | SIKLUS II | ||
1 | sangat kurang aktif | 2 | 0 | 0 |
2 | kurang aktif | 22 | 4 | 0 |
3 | cukup aktif | 8 | 11 | 2 |
4 | aktif | 1 | 18 | 25 |
5 | sangat aktif | 0 | 0 | 6 |
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan perubahan terkait dengan keaktifan dalam mengikuti pembelajaran pada kondisi awal terdapat 2 peserta didik yang sangat kurang aktif, 22 peserta didik kurang aktif, 8 peserta didik cukup aktif dan 1 peserta didik aktif, tidak ada satupun peserta didik yang sangat aktif. Peningkatan terjadi pada siklus I dimana tidak ada seorang pun yang sangat kurang aktif, 4 peserta didik kurang aktif, 11 peserta didik cukup aktif dan 18 peserta didik aktif. Pada siklus II tidak satupun peserta didik yang sangat kurang aktif dan kurang aktif. Peserta didik yang cukup aktif ada 2, sedang peserta didik aktif ada 25 dan 6 peserta didik sangat aktif. Berdasar data tersebut dapat disimpulkan untuk katagori sangat kurang aktif dimana pada kondisi awal terdapat 2 peserta didik, pada siklus II tidak ada, sedang untuk katagori kurang aktif pada kondisi awal terdapat 22 peserta didik di siklus II tidak ada satupun yang kurang aktif, untuk katagori cukup aktif pada kondisi awal sejumlah 8 peserta didik pada siklus II hanya 2 peseerta didik, sedang untuk katagori aktif pada kondisi awal hanya ada 1 peserta didik pada siklus II terdapat 25 peserta didik, untuk kondisi sangat aktif pada kondisi awal tidak ada pada siklus II terdapat 6 peserta didik dan pada siklus II skor rata-rata 17,55 dalam katagori aktif menunjukkan bahwa 93,94% peserta didik aktif. Kondisi ini melampaui indikator kinerja yang ditetapkan yaitu ≥80% aktif.
Hasil Belajar
Tabel 7. Perbandingan Pos Tes, Tes Siklus I dan Siklus II
NO | KETERANGAN | NILAI | ||
POS TES | SIKLUS I | SIKLUS II | ||
1 | TERTINGGI | 90 | 98 | 100 |
2 | TERENDAH | 33 | 35 | 50 |
3 | RATA-RATA | 54,76 | 67,24 | 82,36 |
4 | KETUNTASAN% | 33,33 | 57,57 | 93,94 |
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan peningkatkan hasil belajar dari kondisi awal ke siklus I dan meningkat lagi ke siklus II. Adapun peningkatan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: kondisi awal 54,76, siklus I, 67,24 dan siklus II 82,36. Capaian nilai rata-ata siklus II sudah melampaui indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 80. Peningkatan juga terjadi pada ketuntasan belajar dimana pada kondisi awal ketuntasan belajar hanya 33,33% sedang siklus I ketuntasan belajar 57,57% dan siklus II 93,94%. Dan pencapaian pada siklus II untuk ketuntasan sudah melampui indikator kinerja yang ditentukan yaitu 80%.
PENUTUP
Penggunaan model kooperatif tipe think-pair-share dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar sejarah materi Peran Aktif Bangsa Indonesia Masa Perang Dingin pada peserta didik kelas XII IPS 3 SMA NEGERI 2 GRABAG semester gasal Tahun Pelajaran 2019/2020.
SARAN
Penggunaan model kooperatif tipe think-pair-share sebaiknya diterapkan dengan persiapan yang matang dipadukan dengan media yang berfariatif karena terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Anni, Catharina Tri, 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UNES Press.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ertikanto, Chandra. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Media Akademi.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Ibrahim, 2003. Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: Pusat Sain dan Matematika
Ngalimun. 2018. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Presindo.
Nurhadi, 2003. Pembelajaran Kontekstual; dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Purwanto, M. Ngalim. 2002. Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2009. Startegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Prenada: Jakarta.
Sardiman 2001. Interksi dan Motivasi Belajar Mengajar. 2005. Jakarta: Grafindo.
Slavin. R. 1995. Cooperative Learning: Theory, research, and Practise. Boston: Allyand and Bacon Publishers.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasi Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.