PENINGKATAN AKTIFITAS DAN PRESTASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG KERUCUT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD PADA SISWA KELAS IX-B

SMP NEGERI 1 KARANGAWEN DEMAK

SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Tri Prasetyo

SMP Negeri 1 Karangawen Demak Jawa Tengah

 

ABSTRAK

Matematika merupakan mata pelajaran yang dalam mempelajarinya menitikberatkan pada kemampuan Abstrak, atau Kompetensi logika.Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa di kelas IX-B sebelum dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang masih rendah yaitu sebanyak 17 siswa dari 35 anak atau sekitar 48,57% siswa yang hasil belajarnya mencapai di atas KKM. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri atas tahap Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, Refleksi. Sedangkan pendekatan pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Kriteria keberhasilan penelitian tindakan ini penulis tentukan sebagai berikut: Siswa dinyatakan berhasil dalam pembelajaran yang peneliti lakukan jika: (1) Nilai hasil test mencapai ≥ 75, (2) Nilai afektif dari hasil observasi terhadap proses pembelajaran. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi siswa yang dinyatakan berhasil dalam pembelajaran dari siklus I s.d. siklus II pada dua penilaian yang penulis tetapkan terhadap penelitian tindakan ini mengalami peningkatan (jumlahnya semakin banyak). Dari hasil penelitian diperoleh gambaran, hasil tes yang dilakukan siswa, jumlah siswa yang memperoleh skor nilai ≥ 75 pada siklus I sebanyak 28 siswa (80,00%), siklus II sebanyak 33 siswa (94,29%) sehingga mengalami kenaikan sebesar 14,29%. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer diperoleh data adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran yaitu pada siklus I sebanyak 14 siswa (40,00%), siklus II sebanyak 24 siswa (68,58%) sehingga mengalami kenaikan sebesar 28,58%. Adapun hasil dari angket tentang respon siswa menyatakan kategori menyenangkan terhadap pembelajaran diperoleh data pada siklus I sebanyak 15 siswa (42,85%), siklus II sebanyak 29 siswa (82,86%) sehingga mengalami kenaikan sebesar 40,01%.

Kata kunci: aktifitas, prestasi hasil belajar, bangun ruang sisi lengkung, pembelajaran kooperatif tipe STAD

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pencapaian hasil belajar secara maksimal adalah tujuan pokok seorang guru dalam pelaksanaan Kegiatan belajar mengajar di kelas. Dedikasi, loyalitas dan kwalitas profesinya senantiasa dicurahkan untuk kepentingan anak didiknya agar mencapai hasil belajar secara maksimal. Untuk mencapai hasil itu, seorang guru dituntut untuk mencari bentuk pembelajaran yang efektif, menarik dan menyenangkan.

Berbagai model pembelajaran yang ada perlu dipilih dan disesuaikan dengan materi saat itu. Disamping penerapan suatu bentuk model pembelajaran, guru perlu mengupayakan dan mengembangkan kemapuan siswa untuk menemukan sendiri, mampu menilai dirinya sendiri dengan tujuan siswa dapat membangun pemahaman dan pengetahuanya.

Media pembelajaran yang bertitik berat pada penalaran dan kontektual adalah salah satu sarana membantu mempermudah pemahaman suatu konsep dalam matematika. Salah satu contohnya dengan menggunakan media kongkrit. Penyampaian materi yang disampaikan oleh guru dengan memberikan contoh benda kongkrit selain dapat lebih mudah siswa melihat dan memperhatikan, juga mampu menumbuhkan daya tarik dan rasa senang pada diri siswa.

Ketergantungan siswa kepada guru yang notabene sebagai perantara suatu ilmu, hendaklah dikurangi dan sebaliknya dikembangkan pola kegiatan pembelajaran mandiri, menemukan jawaban sendiri dalam pemecahan suatu kasus, dan guru hanya sebagai fasilitator melaui pembimbingan pada kelompok kerja diskusi.

Pembentukan kelompok diskusi yang dibuat hendaknya dapat merata secara kwalitatif, artinya paling tidak ada satu siswa yang mampu menjadi koordinator untuk memimpin teman-temanya dalam kerja kelompok, dan akhirnya dapat tercapai tujuan kegiatan belajar mengajar saat itu.

Model pembelajaran yang menghaktifkan siswa untuk kerja dalam satu kelompok, memecahkan soal dan menemukan sendiri suatu pemahaman konsep tertentu dengan bimbingan guru, akan membawa situasi belajar siswa ke dunianya sendiri, dunia bermain yang penuh dengan keasyikan belajar, tanpa tekanan atau paksaaan terhadap siswa. Dengan demikian pembelajaran yang disajikan akan lebih efektif, aktif dan menyenangkan.

Dari uraian latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan suatu penelitian tindakan kelas (PTK) mengenai penerapan model pembelajaran tipe STAD pada pokok bahasan konsep bangun ruang dengan judul “Peningkatan Aktifitas dan Prestasi Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Kerucut Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas IX-B SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 “.

Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: (1). Bagaimana Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktifitas belajar matematika Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Kerucut pada siswa Kelas IX-B SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak Semester 2 Tahun Pembelajaran 2017/2018? (2). Bagaimana hasil peningkatan prestasi hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Kerucut pada siswa Kelas IX-B SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak Semester 2 Tahun Pembelajaran 2017/2018? (3). Seberapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap sikap dan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran ?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: (1). Mendeskripsikan Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktifitas belajar matematika Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Kerucut pada siswa Kelas IX-B SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 (2). Untuk memberikan gambaran kongkrit tentang peningkatan prestasi hasil belajar matematiika materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Kerucut pada siswa Kelas IX-B SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak Semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 setelah dilakukan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran STAD, (3). Mendeskripsikan perubahan sikap belajar siswa kelas IX-B SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak Semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 tentang peningkatan aktifitas belajar matematika materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Kerucut setelah dilakukan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif STAD.

Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikanmanfaat yang luas pada banyak pihak antara lain:

  1. Untuk siswa: Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dengan media power point maka dimungkinkan akan terjadi peningkatan pola pikir sehingga mampu berkembang tanpa tergantung pada guru secara total.
  2. Untuk Guru: Dapat dijadikan bahan pertimbangan atau alternatif pemilihan model pembelajaran untuk kegiatan belajar mengajar di kelas.
  3. Untuk Pembaca: Setelah membaca karya tulis ini, peneliti mengharapkan masukan demi kesempurnaan karya tulis ini.
  4. Untuk Peneliti: Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang penggunaan suatu model pembelajaran dalam penyampaian materi pada mata pelajaran matematika.
  5. Bagi sekolah: dengan adanya guru-guru (para peneliti) melakukan penelitian tindakan kelas berarti proses pembelajaran di kelas sangat berkualitas sehingga terjadi perubahan positif mengarah pada sekolah unggul.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bersifat interaktif dari berbagai komponen untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan pembelajaran. Untuk sampai ke arah itu terlebih dahulu perlu dipahami tentang arti istilah belajar, mengajar dan interaksi. Ketiga arti tersebut akan mengarah pada kegiatan belajar mengajar di kelas.

Pengertian Aktifitas Belajar

Menurut Anton M.Mulyono aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas.Sedangankan menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakuakan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar adalah penekanannya pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situas belajar aktif. Rochman Natawijaya dalam Depdiknas belajar aktif adalah suatu aitem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, akfektif dan psikomotor. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatan diberikan guru, mampu mejawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebaginya. Aktivitas belajar terjadi dalam suatu konteks perencanaan untuk mencapai suatu perubahan tertentu. Aktivitas belajar menggunakan seluruh potensi individu sehingga akan terjadi perubahan perilaku tertentu. Dalam pembelajaran, siswa perlu mendapatkan kesempatan untuk melakukan aktivitas.

Berkaitan dengan aktivitas belajar, harus diperhatikan pula strategi belajar mengajar-mengajar yang efektif, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1). Pengajaran expository Pengajaran expository atau penjelasan rinci ini melibatkan pengiriman informasi dalam arah tunggal, dari suatu sumber ke pembelajaran. Contohnya dari pengajaran ini adalah ceramah, demontrasi, tugas membaca dan presentasi audio visual. 2). Pengajaran interaktif Hakitnya, pengajaran ini sama dengan pengajaran expository. Perbedaannya, dalam pengajaran interaktif terdapat dorongan yang disengaja ketika terjadi interaksi antara guru dan pembelajaran yang biasanya berbentuk pemberian pertanyaan. Pada dasarnya, dalam pendekatan ini pembelajar lebih aktif, dan keterampilan berpikir ditingkatkan melalui unsure interaktif. 3). Pengajaran atau diskusi kelompok kecil Karakteritis pokok dari strategi ini melibatkan pembagaian kelas dalam kelompok-kelompok kecil yang berkerja relative bebas, untuk mencapaikan suatu tujuan. 4). Pengajaran inkuir atau pemecahan masalah. Ciri utama strategi ini adalah aktifnya pembelajaran dalam penentuan jawaban dari berbagai pertanyaan serta pemecahan masalah. 5). Strategi belajar-mengajar Staregi belajar mengajar lainnya yang relative lebih baru adalah cooperative learning, community service project, mastered learning, dan project approach. Penjelasan diatas menunjukkan bahwa terdapat berbagai kegiatan siswa dalam proses pembelajaran salah satunya yaitu membaca. Membaca sangat diperlukan oleh siswa, karena dengan membaca siswa akan memperoleh banyak ilmu pengetahuan. b. Macam-macam Aktivitas Belajar Siswa. Aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya maka para ahli mengadakan klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut.Menurut Ramayulis aktivitas mencakup aktivitas jasmani dan rohani. Paul D. Dierich membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok yaitu: 1) Kegiatan-kegiatan visual contohnya: Membaca, melihat gambargambar, mengamati eksperimen, demontrasi, pemeran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. 2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral) contohnya: Mengemukakan suatu fakta atau prinsip menghubungkan suatu kejadian mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi,dan interupsi. 3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan contohnya: Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. 4) Kegiatan-kegiatan menulis contohnya: Menulis cerita, menulis lapor, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket. 5) Kegiatan-kegiatan mengambar contohnya: Menggambar, membuat grafik, chart, diagaram peta, dan pola. 6) Kegiatan-kegiatan metrik contohnya: Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pemeran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun. 7) Kegiatan-kegiatan mental contohnya: Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, factor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. 8) Kegiatan-kegiatan emosional contohnya: Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain. Selanjutnya menurut Getrude M.Whipple membagi kegiatan-kegiatan siswa sebagai berikut: a. Bekerja dengan alat-alat visual 1) Mengumpulkan gambar-gambar dan bahan-bahan ilustrasi lainnya. 2) Mempelajari gambar-gambar, stereograph slide flim, khusus mendengarkan penjelasan, mengajukan pertanyaan-pernyataan. 3) Mengurangi pameran.

4) Mencatat pernyataan-pernyataan yang menarik minat, sambil mengamati bahan-bahan visual. 5) Memilih alat-alat visual ketika memberikan laporan lisan. 6) Menyusun pameran, menulis tabel. 7) Mengatur file material untuk mengunakan kelak. b. Ekskursi dan trip 1) Mengujungi museum, akuarium, dan kebun binatang. 2) Mengundang lembaga-lembaga/ jawatan-jawatan yang dapat memberikan keterangan dan bahan-bahan. 3) Menyasikan demontrasi, seperti proses produksi di pabrik sabun, proses penerbitan surat kabar, dan proses penyiaran televisi. c. Mempelajari masalah-masalah 1) Mencari informasi mendalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penting. 2) Mempelajari ensiklopedi dan referensi. 3) Membawa buku-buku dari rumah dan perpustakaan umum untuk melengkapi seleksi sekolah. 4) Mengirim surat kepada badan-badan bisnis untuk memperoleh informasi dan bahan-bahan. 5) Melaksanakan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh guidence yang telah disiarkan oleh guru. 6) Membuat catatan-catatan sebagai persiapan diskusi dan laporan. 7) Menafsirkan peta, menentukan lokasi-lokasi. 8) Melakukan eksperimen, misalnya membuat sabun. 9) Menilai informasi dari berbagai sumber, menetukan kebenaran atas pertanyaan-pertanyaan yang bertentangan. 10) Mengorganisasi bahan bacaan sebagai persiapan diskusi atau laporan lisan. 11) Mempersiapkan dan memberikan lapoaran-laporan lisan yang menarik dan bersifat formatif. 12) Membuat rangkuman, menulis laporan dengan maksud tertentu. 13) Mempersiapakan daftar bacaan yang digunakan dalam belajar. 14) Men-skin bahan untuk menyusun subjek yang menarik untuk studi lebih lanjut. d. Mengapresiasi literatur 1) Membaca cerita-cerita menarik. 2) Mendengarkan bacaan untuk kesenagan dan informasi. a. Ilustrasi dan konstruksi 1) Membuat blue print. 2) Menggambar dan membuat peta, relief map, pictorial map. 3) Membuat poster. 4) Membuat ilustrasi, peta, diagaram untuk sebuah buku. 5) Menyusun rencana permainan. 6) Menyiapkan suatu frieze. 7) Membuat artikel untuk pameran b. Bekerja menyajikan informasi 1) Menyarahkan cara-cara penyajian informasi yang menarik. 2) Menyensor bahan-bahan dan buku-buku. 3) Menyusun bulletin board secara up to date. 4) Merencanakan dan melaksanakan suatu program assembly. 5) Menulis dan menyajiakan dramatisasi. c. Cek dan tes 1) Mengerjakan informasi dan standardize test. 2) Meyiapkan tes-tes untuk murid lain. 3) Menyusun grafik perkembangan

Prestasi Hasil Belajar

Kata ” Prestasi” berasal dari bahasa Belanda yakni Prestatie yang berarti “hasil usaha”. Prestasi belajar atau hasil belajar dapat diwujutkan dalam tiga aspek tujuan pendidikan yang akan dicapai. Ketiga aspek itu yakni aspek kognitif (penguasaan kognitif), aspek afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai), aspek psikomotor (kemampuan). Ketiganya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan (Nana Sujana, 1992:49).

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Prestasi hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal (dari diri sendiri) dan faktor eksternal (lingkungan). Faktor yang datang dari siswa besar pengaruhnya terhadap hasil belajar yang akan dicapai. Richard clark mengemukakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa, sedangkan 30% dipengaruhi oleh lingkungan (Richard Clark dalam Sardiman AM,1992:39). Disamping faktor kemampuan yang dimiliki oleh siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, serta faktor fisik dan psikis. Dari berbagai faktor internal yang telah disebut di atas, hasil yang dapat diraih oleh siswa masih juga bergantung pada lingkungannya. Artinya ada faktor-faktor lain di luar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai.

Model Pembelajaran STAD

Menurut Slavin, (2008: 4) “Pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok–kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari meteri pelajaran”. Menurut Slavin, Eggen dan Kauchak (dalam Tiranto,2010: 56) “Dalam belajar kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok–kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru”. Sedangakan menurut Artzt & Newman (dalam Trianto, 2010:56) “Menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelsaikan tugas–tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama”

Dari pendapat beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang di dalamnya terdiri dari beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 siswa untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.

STAD (Student Teams Achievemement Division) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang menggunakan pendekatan kooperatif. Menurut Slavin (dalam Nur (dalamTrianto, 2010:68)) “menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku”.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran model STAD adalah sebagai berikut: (1). Pembagian kelompok diskusi hendaklah diatur secara merata kemampuanya, artinya dalam satu kelompok sebaiknya paling tidak ada satu anggota yang mampu untuk memimpin teman-temanya dalam bekerja sama untuk memecahkan masalah serta menemukan solusinya secara bersama-sama. (2). Jangan sampai dalam satu kelompok tidak ada satupun siswa yang dapat diandalkan untuk memimpin teman-temanya, hal ini akan berakibat kegiatan diskusi akan mengalami kebuntuan sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. (3). Guru senantiasa memantau dan mengawasi serta membimbing kelompok untuk dapat bekerja secara maksimal.

Kerangka Berfikir

Mengingat matematika adalah suatu Ilmu yng menitikberatkan unsur logika dan pola fikir abstrak, maka tidak mudah seorang guru memberikan pengajaran kemudian siswa terus mudah menerima dan memahami, namun guru perlu berupaya mencari dan menemukan berbagai metode maupun model pembelajaran yang menarik sehinngga siswa seakan bermain dalam dunianya dan akhirnya tujuan pembelajaran dapat terpenuhi.

Dengan demikian penulis berharap model pembelajaran STAD yang penulis terapkan dalam pembelajaran konsep luas dan volume bangun ruang sisi lengkung kerucut diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IX-B SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak Semester 2 tahun pelajaran 2017/2018.

Hipotesis Tindakan

Dengan mengacu pada permasalahan penelitian yang telah penulis kemukakan di atas, dan memperhatikan landasan teoritis masalah, maka dapat dikemukakan rumusan hipotesa tindakan sebagai berikut: (1). Ada perubahan aktifitas belajar yang positif pada siswa kelas IX-B SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak Semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 materi bangun ruang sisi lengkung kerucut setelah dilakukan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif STAD (2). Ada peningkatan prestasi hasil belajar siswa yang signifikan pada materi bangun ruang sisi lengkung kerucut setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IX-B di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak Semester 2 tahun pelajaran 2017/2018.

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak. Alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian karena selain lokasinya yang strategis, sekaligus sebagai tempat tugas penulis, sehingga dapat menghemat biaya, waktu dan tenaga dalam proses pengumpulan data.

Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah menentukan waktu penelitian. Penulis memerlukan waktu sekitar 4 bulan yaitu bulan Januari 2018 sampai April 2018. Adapun pelaksanaannya setelah mendapat ijin dari Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak.

Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas IX.B SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2017/2018. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX.A. Siswa tersebut berjumlah 35 siswa terdiri dari 18 putra, 17 putri.

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan rincian sebagai berikut: siklus I, dengan 2 x tatap muka (TM); siklus II dengan 2 x tatap muka (TM), Adapun materi yang dibahas dalam 2 siklus tersebut adalah:

  1. Siklus I membahas materi: Menentukan luas sisi permukaan bangun ruang sisi lengkung ( Kerucut )
  2. Siklus II membahas materi: Menentukan volume bangun ruang sisi lengkung (Kerucut)

Kriteria Keberhasilan Penelitian

Peneliti membuat instrumen penilaian kognitif dengan menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang harus dicapai untuk setiap peserta didik yaitu 75. Indikator keberhasilan penelitian ini dengan cara menentukan rata-rata nilai hasil belajar siswa. Jika rata-rata hasil belajar di awal dan diakhir tindakan mengalami peningkatan 10%, dan secara klasikal 85% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai di atas KKM maka penelitian dikatakan berhasil.

 

 

 

Hasil Penelitian Tindakan

Kondisi Awal Sebelum Tindakan (Prasiklus)

Dari hasil pemeriksaan test yang dilakukan oleh peneliti sebelum dilakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh gambaran ada 17 siswa dari 35 siswa (48,57%) telah tuntas dalam memahami materi dalam pembelajaran dengan rata-rata hasil test yang telah dicapai 64,57.

Hasil Penelitian Siklus I

Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal test akhir siklus I

Hasil test yang dilakukan oleh peneliti setelah dilakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh gambaran ada 28 siswa dari 35 siswa (80%) telah tuntas dalam memahami materi dalam pembelajaran dengan rata-rata hasil test yang telah dicapai 73,41.

Ada peningkatan hasil setelah diadakan tindakan perbaikan pembel;ajaran dengan metode STAD, pada kondisi awal nilai rata-rata kelas 64,57 meningkat menjadi 73,41 pada siklus I dengan tingkat ketuntasan 80% (28 siswa).

Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan beserta observator terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran, tampak pada tabel berikut.

No. Bentuk Keterlibatan Siswa Frekuensi Prosentase
1

2

3

4

Tidak aktif

Kurang aktif

Aktif

Sangat aktif

9

12

10

4

25,71%

34,29%

28,57%

11,43%

 

Dari tabel tampak bahwa dari 35 siswa kelas IX-B yang aktif dalam pembelajaran 14 siswa (40%).

Respon siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan STAD

Dari hasil pemeriksaan angket yang dikerjakan oleh siswa dalam akhir siklus I tentang respons siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD tampak pada tabel berikut:

No. Repons Siswa Frekuensi  Prosentase
1

2

3

4

Tidak menyenangkan

Kurang menyenangkan

Menyenangkan

Sangat menyenangkan

8

12

9

6

22,86%

34,29%

25,71%

17,14%

 

Dari tabel tampak bahwa respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD kategori menyenangkan sebesar 15 siswa ( 42,85%) dari 35 siswa.

Hasil Penelitian Siklus II

Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal test akhir siklus II

Dari hasil analisis test yang dilakukan oleh peneliti diperoleh gambaran ada 33 siswa dari 35 siswa (94,29%) telah tuntas dalam memahami materi pada pembelajaran pada siklus II dengan rata-rata hasil test yang telah dicapai 84,57.

Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD

Sebelum membagikan LKS untuk dikerjakan secara kelompok, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai beserta indikatornya dan menggali pengetahuan prasyarat yang dimiliki siswa yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bersama kolaborator terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran, tampak pada tabel berikut:

Tabel. Hasil Observasi Siklus II Keterlibatan Siswa Secara Aktif Dalam Pembelajaran

No. Bentuk Keterlibatan Siswa Frekuensi Prosentase
1

2

3

4

Tidak aktif

Kurang aktif

Aktif

Sangat aktif

2

9

12

12

5,71%

25,71%

34,29%

34,29%

 

Dari tabel tampak bahwa siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran sebanyak 24 siswa atau sekitar 68,58%

Respon siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD

Dari hasil pemeriksaan angket yang dikerjakan oleh siswa dalam akhir siklus II tentang respons siswa pada pembelajaran dengan pendekatan Kooperatif STAD tampak pada tabel berikut:

Tabel. Angket Siklus II Respons Siswa Terhadap Pembelajaran

No. Respons Siswa Frekuensi  Prosentase
1

2

3

4

Tidak menyenangkan

Kurang menyenangkan

Menyenangkan

Sangat menyenangkan

2

4

15

14

5,71%

11,43%

42,86%

40,00%

 

Dari tabel tampak bahwa respons siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan Kooperatif STAD sebesar 29 siswa atau sekitar 82,86%

Pembahasan Hasil Penelitian Siklus I

Dari tabel hasil belajar matematika siklus I dari soal-soal yang telah dikerjakan, siswa yang tuntas dalam pembelajaran yang nilainya mencapai ≥ 75 sebanyak 28 siswa atau prosentasenya mencapai 80,00%.

Dari tabel hasil observasi siklus I dapat dibaca bahwa dalam pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif sebanyak 14 siswa masih kurang, atau prosentasenya mencapai 40,00%.

Dari tabel hasil angket siklus I dapat diketahui bahwa respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD masih dianggap kurang, karena siswa yang menyatakan menyenangkan sebanyak 15 siswa, atau prosentasenya mencapai 41,67%.

Hal-hal yang ditemukan dalam pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I adalah: (1). Pada umumnya siswa masih kurang hati-hati atau kurang teliti dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menentukan luas sisi bangun ruang sisi lengkung kerucut (2). Sebagian siswa termotivasi untuk aktif dan kreatif di dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul di LK, sebagian siswa lagi masih kurang aktif dalam pembelajaran.(3). Siswa berusaha untuk melaksanakan diskusi dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul di LK, meskipun ada sebagian siswa yang pasif. (4). Hasil dari kerja kelompok yang dilakukan siswa masih ada yang melenceng dari masalah yang ada. (5). Siswa masih kurang keberanian dan kurang percaya diri untuk mempresentasikan hasil kerjanya ke depan. (6). Penguasaan materi prasyarat siswa kurang, sehingga kegiatan diskusi agak terlambat.

Pembahasan Hasil Penelitian Siklus II

Dari tabel hasil evaluasi belajar (tes) matematika yang telah dikerjakan siswa pada siklus II, siswa yang mengalami tuntas belajar sebanyak 33 siswa atau prosentasenya sebesar 94,29%, ada kenaikan sebesar 14,29% dari siklus I.

Dari tabel hasil observasi siklus II dapat dibaca bahwa dalam pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif mengalami peningkatan sebesar 28,57% dari siklus I yaitu sebesar 40,00% sedang siklus II sebesar 68,57%.

Dari tabel hasil angket siklus II dapat diketahui bahwa respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan yang cukup berarti, karena siswa sudah banyak yang menyenangi model pembelajaran yang dipakai yaitu sebesar 82,86% berarti mengalami peningkatan sebesar 41,29% dari siklus I.

Hal-hal yang ditemukan dalam pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II adalah: Dalam menghitung dan menyelesaikan soal yang berkaitan dengan volume bangun ruang sisi lengkung kerucut sudah banyak siswa yang mampu dengan baik melakukan langkah yang benar berdasar pada LKS yang diberikan oleh guru..

Siswa antusias sekali dalam kegiatan pembelajaran dengan kelompoknya untuk menemukan penyelesaian dari permasalahan yang muncul dalam LK, meskipun ada beberapa siswa yang tidak mengikuti kerja kelompok (pembelajaran) secara aktif.

Tabel. Rekapitulasi Hasil Observasi Pada Siklus I, dan Siklus II

No. Bentuk Keterlibatan Siswa Siklus I Siklus II
Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase
1 Tidak aktif 9 25,71% 2 5,71%
2 Kurang aktif 12 34,29% 9 25,71%
3 Aktif 10 28,57% 12 34,29%
4 Sangat aktif 4 11,43% 12 34,29%
 

Tabel. Rekapitulasi Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Tipe STAD

Pada Siklus I, dan Siklus II

No Respon Siswa Siklus I Siklus II
Frekuensi  Prosentase Frekuensi  Prosentase
1 Tidak menyenangkan 8 22,86% 2 5,71%
2 Kurang menyenangkan 12 34,29% 4 11,43%
3 Menyenangkan 9 25,71% 15 42,86%
4 Sangat menyenangkan 6 17,14% 14 40,00%

 

Waktu pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas tidak sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Hal ini disebabkan materi yang dipelajari menitikberatkan pada kerja, selain itu juga bersamaan dengan kegiatan UAN bagi kelas IX selain itu banyak pengetahuan prasyarat sebagai penunjang untuk menemukan rumus luas kedua bangun tersebut.

 

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah peneliti laksanakan di SMP Negeri 1 Karangawen Demak semester genap tahun pelajaran 2017/2018 ditemukan bahwa hasil belajar matematika secara individual siswa kelas IX-B masih rendah yaitu 47,2% siswa yang hasil belajarnya memperoleh nilai ≥ 75 sesuai dengan KKM yang ditetapkan. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa, tindakan yang dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Setelah penelitian tindakan kelas ini berlangsung selama dua siklus diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1). Ada peningkatan prestasi hasil belajar siswa yang signifikan dari hasil tes materi luas dan volume bangun ruang sisi lengkung kerucut setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IX-B di SMP Negeri 1 Karangawen Demak semester genap tahun pelajaran 2017/2018 yaitu terbukti pada kondisi awal hanya 17 siswa tuntas atau 48,57% dengan nilai rata-rata kelas 64,57. Meningkat 31,43% menjadi 28 siswa tuntas (80,00%) dengan nilai rata-rata 73,14 pada siklus I. dan pada siklus II siswa tuntas sejumlah 33 siswa (94,29%) dengan nilai rata-rata 84,57, (2). Ada perubahan sikap belajar yang positif dari hasil observasi oleh observer pada siswa kelas IX-B SMP Negeri 1 Karangawen Demak semester genap tahun pelajaran 2017/2018 materi luas dan volume bangun ruang sisi lengkung kerucut setelah dilakukan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif STAD sebesar 28,58% dari siklus I sebesar 40,00% menjadi 68,58% pada siklus II, (3). Ada perubahan respon belajar yang positif dari hasil penghitungan angket oleh siswa kelas IX-B SMP Negeri 1 Karangawen Demak semester genap tahun pelajaran 2017/2018 materi luas dan volume bangun ruang sisi lengkung kerucut setelah dilakukan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif STAD sebesar 40,28% dari siklus I sebesar 42,58% menjadi 82,86% pada siklus II.

Saran

Berdasarkan dari hasil yang penulis capai dalam penelitian ini maka dapat penulis sarankan: (1). Terhadap Guru: (a). Sehubungan dengan hasil penelitian ini diharapkan untuk dijadikan wahana uji coba bagi guru lain untuk menerapak model pembelajaran serupa pada materi yang lain, sehingga menumbuhkan rasa senang siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika, dengan demikian akan mempermudah tercapainya tujuan pendidikan. (b). Pada suatu proses pembelajaran hendaknya guru menggunakan metode/pendekatan yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan dan melakukan analisis materi pelajaran yang akan disampaikan serta berperan dalam mendampingi siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. (2). Terhadap Kepala Sekolah: Peningkatan profesionalisme guru dapat ditingkatkan melalui kerja sama kolaboratif antara guru-guru mata pelajaran sejenis. Diharapkan kepala sekolah dapat memfasilitasi dan dapat mendorong guru-guru untuk menyampaikan secara terbuka hambatan-hambatan dan kesulitan-kesulitan yang dialami dalam proses pembelajaran untuk ditindaklanjuti dalam suatu tindakan kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Nurhadi, Yasin B, Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK, Malang: Penerbit UM.

Poerwadarminta, W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

A.M. Sardiman, 1992, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta

Kuswaya Wihardit, Igak wardani. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka

Kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). 1994. Garis-garis Besar Program Pengajaran, Jakarta: Depdikbud.

Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. 2003. Standar Kompetensi, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sta: Rienika Ciptalameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakar

Suprayekti, Dra. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas

Richard Anderson dalam Nana Sujana, 1989, Dasar-dasar Proses Pengajaran

Kuswaya Wihardit, Igak wardani. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka

Arikunto S, Suhardjono, Supardi. 2003. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta:

Depdikbud Direktorat Pendidikan Tinggi, Pengembangan Guru Sekolah Menengah