Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Dengan Menerapkan Metode Demonstrasi
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA
DENGAN MENERAPKAN METODE DEMONSTRASI
PADA SISWA KELAS VI SDN 3 TUNJUNGAN
KEC. TUNJUNGAN, KAB. BLORA
Nurhasyim
Guru Kelas VI SDN 3 Tunjungan
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA dengan menerapkan Metode Demonstrasi pada siswa Kelas VI SDN 3 Tunjungan, Kec. Tunjungan, Kab. Blora Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Satu siklus terdiri dari 3 pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa Kelas VI SDN 3 Tunjungan, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora. Teknik pegumpulan data menggunakan tes, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa dan hasil belajar meningkat. Aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dari Siklus I ke Siklus II, yaitu dari 32 siswa, terdapat 19 siswa yang memperoleh skor 10 kategori sangat baik dengan rata-rata 9,94, kategori baik meningkat pada Siklus II menjadi 30 siswa yang memperoleh skor 10 kategori sangat baik dengan rata-rata 10,72 kategori sangat baik. Begitu juga dengan hasil belajar siswa meningkat dari Siklus I ke Siklus II, yaitu dari presentase ketuntasan 65,63% (21 anak dari 32 anak mengalami ketuntasan) meningkat menjadi 93,75% (30 anak dari 32 anak mengalami ketuntasan).
Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar IPA, Metode Demonstrasi.
PENDAHULUAN
Di Era Globalisasi ini, peningkatan mutu pendidikan merupakan tujuan Pemerintah bersama dengan lembaga pendidikan dan masyarakat. Oleh karena itu, pembaharuan dan inovasi dalam proses belajar selalu dilakukan. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, tetapi lebih berpusat pada siswa, dimana siswa yang berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang. Agar siswa termotivasi untuk berpartisipasi aktif, Guru memberikan keluasan kepada siswa untuk membangun kreativitas dan kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik maupun psikologis siswa.
Siswa dikatakan berhasil apabila siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan pada mata pelajaran IPA. Pada kenyataannya tujuan mata pelajaran IPA tersebut belum tercapai oleh Guru di Sekolah Dasar. Hal tersebut dibuktikan berdasarkan temuan dari Depdiknas tentang naskah akademik kajian kebijakan kurikulum mata pelajaran IPA (2007) bahwa proses pembelajaran selama ini masih terlalu berorientasi terhadap penguasaan teori dan hafalan dalam semua bidang studi yang menyebabkan kemampuan belajar siswa menjadi terhambat. Metode pembelajaran yang terlalu berorientasi kepada guru (teacher centered) cenderung mengabaikan hak-hak dan kebutuhan serta pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan kurang optimal. Selain itu, siswa Kelas I-VI masih minim sekali diperkenalkan kerja ilmiah, padahal hal ini merupakan ciri penting pada pelajaran IPA. Permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan hasil belajar IPA siswa-siswa di Indonesia masih rendah. Hal ini tercermin dari hasil TIMSS (Trends Internasional in Mathematics and Science Study) yang menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam bidang IPA berada pada urutan ke-38 (dari 40
negara).
Permasalahan tersebut juga dialami oleh peneliti saat melakukan proses belajar mengajar mata pelajaran IPA di Kelas VI SDN 3 Tunjungan. Permasalahan yang ditemukan antara lain: (1) guru belum menggunakan metode pembelajaran yang inovatif, interaktif dan menyenangkan (2) siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran IPA, (3) siswa kurang menguasai materi pembelajaran, (4) siswa lebih banyak menghafal, (5) siswa tidak tahu makna atau fungsi atas hal-hal yang dipelajari. Permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan perolehan hasil belajar siswa yang kurang optimal.
Dari data dokumen nilai ulangan harian siswa Kelas VI SDN 3 Tunjungan, hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah, yakni belum mencapai KKM (70). Dari 32 siswa Kelas VI yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 20 siswa (62,5%), sedangkan yang mendapatkan nilai 70 ke atas 12 siswa saja (37,5%). Sementara itu hanya sedikit siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran, dari 32 siswa hanya 12 siswa 37,5% siswa yang aktif mengikuti pembelajaran, 20 siswa 62,5% siswa tidak aktif mengikuti pembelajaran. Mereka sibuk sendiri bermain atau bercanda dengan teman yang lain. Dengan melihat data hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut, maka perlu diadakan perbaikan yang bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa Kelas VI SDN 3 Tunjungan Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora.
Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti memilih alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan metode Demonstrasi. Metode Demonstrasi memiliki kelebihan: (1) dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga menghindari verbalisme, (2) siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari, (3) proses pengajaran lebih menarik, (4) siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencobanya melakukannya sendiri (Djamarah dan Zain, 2010: 91). Dengan menerapkan Metode Demonstrasi dalam proses pembelajaran IPA diharapkan semua siswa bisa berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa juga dapat meningkat.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VI Semester I SDN 3 Tunjungan, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dimulai pada bulan Juli 2019 sampai dengan bulan September 2019.
Subyek penelitian ini dengan jumlah siswa 32 anak. Subyek penelitian terdiri dari laki-laki berjumlah 15 anak dan perempuan 17 anak.
Sumber data penelitian ini adalah data primer dari siswa dan data sekunder dari rekan sejawat.
Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah teknik tes dan teknik non tes. Sedangkan alat pengumpulan data penelitian ini adalah butir soal isian dan uraian, lembar observasi dan catatan lapangan.
Analisis data penelitian, yaitu deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Pada Kondisi Awal, aktivitas siswa yang masih rendah, yaitu kategori kurang sebanyak 20 siswa atau 62,5% dan kategori baik sebanyak 12 siswa atau 37,5%. Secara lengkap pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1. Aktivitas siswa pada Kondisi Awal.
No | Kategori | Jumlah anak | Persentase |
1 | Kurang | 20 | 62,5% |
2 | Baik | 12 | 37,5% |
Sedangkan hasil belajar pada Kondisi Awal adalah yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 20 siswa (62,5%) dan yang mendapatkan nilai 70 ke atas 12 siswa saja (37,5%). Secara lengkap pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2. Nilai pada Kondisi Awal.
No | Hasil belajar | Jumlah anak | Persentase |
1 | Belum tuntas | 20 | 62,5% |
2 | Tuntas | 12 | 37,5% |
Deskripsi Siklus I
Pada pertemuan pertama, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah mempersiapkan media pembelajaran berupa berupa air panas, batang besi, batang seng, aluminium, kayu, plastik, sterofoam dan wadah air. Pada pertemuan kedua, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah menyiapkan alat bantu pembelajaran berupa air panas, wadah air, stopwatch, mentega, batang besi, aluminium, tembaga dan seng. Peneliti membagi siswa dalam kelompok besar, tiap kelompok terdiri dari 6 atau 7 anggota kelompok. Peneliti membagikan lembar kerja, kemudian tiap kelompok melakukan demonstrasi sesuai dengan petunjuk yang ada pada Lembar Kerja (LK) tersebut. Dengan bimbingan peneliti tiap kelompok mengerjakan LK. Setelah selesai mengerjakan LK, peneliti memanggil siswa perwakilan kelompok maju untuk membacakan hasil LK kelompoknya. Kemudian siswa bersama peneliti menyimpulkan hasil diskusi mereka. Aktivitas siswa secara lengkap pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3. Aktivitas siswa pada Siklus I.
No | Kategori | Jumlah anak | Persentase |
1 | Sangat baik | 19 | 59,38% |
2 | Baik | 13 | 40,62% |
Pada pertemuan ketiga adalah evaluasi hasil belajar. Sesuai dengan analisis nilai ulangan harian, hasil belajar adalah 65,63% atau 21 dinyatakan tuntas dan 34,38% atau 11 siswa belum tuntas. Secara lengkap pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4. Nilai pada Siklus I.
No | Hasil belajar | Jumlah anak | Persentase |
1 | Belum tuntas | 11 | 34,38% |
2 | Tuntas | 21 | 65,63% |
Deskripsi Siklus II
Pada pertemuan pertama, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah alat bantu pembelajaran berupa macam-macam peralatan rumah tangga. Pada pertemuan kedua, alat bantu pembelajaran sama dengan pertemuan pertama. Peneliti membagi siswa dalam kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 anggota kelompok. Peneliti membagikan lembar kerja, kemudian tiap kelompok melakukan demonstrasi sesuai dengan petunjuk yang ada pada Lembar Kerja (LK) tersebut. Dengan bimbingan peneliti tiap kelompok mengerjakan LK. Setelah selesai mengerjakan LK, peneliti memanggil siswa perwakilan kelompok maju untuk membacakan hasil LK kelompoknya. Kemudian siswa bersama peneliti menyimpulkan hasil diskusi mereka. Aktivitas siswa secara lengkap pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5. Aktivitas siswa pada Siklus II.
No | Kategori | Jumlah anak | Persentase |
1 | Sangat baik | 30 | 93,75% |
2 | Baik | 2 | 6,25% |
Pada pertemuan ketiga adalah evaluasi hasil belajar. Sesuai dengan analisis nilai ulangan harian, hasil belajar adalah 93,75% atau 30 dinyatakan tuntas dan 6,25% atau 2 siswa belum tuntas. Secara lengkap pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6. Nilai pada Siklus II.
No | Hasil belajar | Jumlah anak | Persentase |
1 | Belum tuntas | 2 | 6,25% |
2 | Tuntas | 30 | 93,75% |
Pembahasan
Analisis terhadap aktivitas siswa secara lengkap sebagai berikut:
Tabel 4.7. Aktivitas siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.
No | Keterangan | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II |
1 | Nilai terendah | 3 | 8 | 9 |
2 | Nilai tertinggi | 7 | 12 | 12 |
3 | Nilai rata-rata | 5,34 | 9,94 | 10,72 |
Analisis terhadap hasil belajar secara lengkap sebagai berikut:
Tabel 4.8. Nilai pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.
No | Keterangan | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II |
1 | Nilai terendah | 30 | 50 | 60 |
2 | Nilai tertinggi | 90 | 100 | 100 |
3 | Nilai rata-rata | 59,68 | 72,5 | 81,25 |
Dari pembahasan diketahui proses perbaikan per siklus menyebabkan peningkatan aktivitas siswa. Pada Kondisi Awal hanya 12 siswa yang memperoleh kategori baik, sedangkan 20 siswa hanya memperoleh skor dengan kategori kurang dan rata-rata kelas hanya 5,34 (kurang). Hal ini diperbaiki pada Siklus I terdapat 13 siswa yang mendapat skor kategori baik dan 19 siswa yang mendapat skor kategori dangat baik dengan rata-rata kelas 9,94 (kategori baik). Di Siklus II, aktivitas siswa semakin meningkat, terdapat 30 siswa yang mencapai skor kategori sangat baik dengan rata-rata kelas 10,72 (kategori sangat baik).
Peningkatan aktivitas siswa per siklus menyebabkan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Dari pembahasan yang diuraikan di atas diketahui peningkatan hasil belajar per siklus. Peningkatan hasil belajar tersebut memenuhi indikator kinerja, sehingga tindakan dalam pembelajaran berhasil dan hipotesis tindakan terbukti benar.
PENUTUP
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar IPA meningkat dengan menerapkan Metode Demonstrasi pada siswa Kelas VI SDN 3 Tunjungan, Kec. Tunjungan, Kab. Blora. Aktivitas siswa meningkat dengan rata-rata kelas 10,72 (kategori sangat baik). Hasil belajar meningkat dengan nilai rata-rata sebesar 81,25.
Saran dalam penelitian ini sebagai berikut:
- Guru hendaknya mendorong siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
- Guru hendaknya memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasannya, baik secara lisan maupun tulisan.
- Guru hendaknya memberikan penilaian yang meliputi pengamatan, penugasan dan ulangan setiap akhir Kompetensi Dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. 2010. Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung: Pustaka Cendekia.
Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka Press.
Depdikbud. 2004. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Depdikbud.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2010. Dasar-dasar Proses Belajar. Bandung: Sinar Baru.
Uno, Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2012. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara.