PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA

MATERI KONDUKTOR DAN ISOLATOR

MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VI

SDN 2 JEGONG TAHUN 2015/2016

Lestari Kurniasih

SDN 2 Jegong Kecamatan Jati Kabupaen Blora

ABSTRAK

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi konduktor dan isolator melalui penerapan metode Eksperimen bagi siswa kelas VI SDN 2 Jegong tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SDN 2 Jegong Kecamatan Jati Kabupaten Blora dengan jumlah siswa 15 yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes tertulis. Pengumpulan data aktivitas belajar siswa diambil dari kegiatan pengamatan sedangkan data hasil belajar siswa diambil dari dokumentasi daftar nilai dan rekapitulasi hasil belajar yang dilakukan pada akhir pembelajaran. Untuk memvalidasi data yang dikumpulkan, dibuat lembar observasi dan kisi-kisi soal ulangan. Dalam pelaksanaan tindakan, dibagi dalam empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi. Hasil penelitian, pada kondisi awal skor aktivitas belajar siswa adalah 43,27%. Tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 40% sedangkan rata-rata nilai ulangannya adalah 61,33. Pada siklus I, skor aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 65,84%. Ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 60% dengan rata-rata nilai ulangan 68,67. Pembeajaran siklus II kembali terjadi peningkatan. Skor aktivitas belajar siswanya 81,07%. Ketuntasan belajar meningkat menjadi 86,67% dengan rata-rata nilai ulangan 76,00. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Eksperimen dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi konduktor dan isolator bagi siswa kelas VI SDN 2 Jegong Kecamatan Jati tahun pelajaran 2015/2016.

Kata kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, metode Eksperimen

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Banyak faktor yang mempengaruhi maju tidaknya suatu bangsa, salah satunya adalah kondisi pendidikan yang terjadi di negara tersebut, maka untuk mencapainya diperlukan suatu pembaharuan dalam bidang pendidikan. Pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional, diantaranya dengan pembaharuan metode pembelajaran di sekolah terutama di sekolah dasar.

Pada umumnya metode pembelajaran di sekolah cenderung bersifat Teacher Oriented yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Tradisi Teacher Oriented masih banyak digunakan oleh tenaga pendidik sehingga kurang memberdayakan siswa. Hal ini menyebabkan rendahnya tingkat keberhasilan pada siswa. Pembaharuan dalam bidang pendidikan menempatkan guru memiliki peran yang besar dalam berkontribusi untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di sekolah sehingga sistem pembelajaran harus memiliki perencanaan yang baik.

Menurut Masyhud (2010: 3), dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, serta pengaruh globalisasi yang merambah pada hampir seluruh aspek kehidupan manusia pada saat ini, maka tuntutan terhadap sekolah semakin berkembang pula, sebab fungsi sekolah sejak dahulu telah dijadikan masyarakat sebagai “agent of change” dan “agent of modernization”. Hal demikian itu membawa implikasi tuntutan bagi guru untuk senantiasa mengembangkan materi pengajaran dan metode mengajarnya agar dapat memenuhi tuntutan masyarakat yang berkembang tersebut.

Kenyataan di SDN 2 Jegong Kecamatan Jati, khususnya pada siswa kelas VI ditemukan bahwa aktivitas siswa selama mengikuti pelajaran IPA relatif rendah. Hanya sebangian kecil yang terlihat aktif dalam pembelajaran. Aktivitas siswa rendah karena dalam menyampaikan materi guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan terhadap siswa. Selain rendahnya aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran, hasil belajar siswa pada bidang studi IPA juga relatif rendah. Dari hasil ulangan siswa yang rata-rata kelasnya masih di bawah nilai 70 (KKM ≥ 70) sehingga masih belum mencapai ketuntasan belajar yang seharusnya. Persentase tingkat ketuntasan siswa hanya mencapai 40%, dari 15 siswa, jumlah yang tuntas 6 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 9 siswa. Rata-rata nilai ulangan hariannya adalah 61,33. Rendahnya hasil belajar siswa ini dikarenakan penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat sehingga guru perlu merancang dan menerapkan metode yang tepat dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPA agar siswa memperoleh hasil belajar yang diharapkan.

Pembelajaran IPA pada hakekatnya melibatkan siswa secara langsung dalam memperoleh pengetahuannya sehingga timbul rasa ingin tahu. Untuk menggali rasa ingin tahu siswa, salah satu cara yang ditempuh adalah dengan menerapkan eksperimen dalam kegiatan pembelajaran. Eksperimen tidak hanya mampu menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, tetapi juga mampu menumbuhkan cara berfikir rasional dan ilmiah sehingga hasil dari eksperimen dapat diterima sebagai produk ilmiah sedangkan langkah-langkah dalam pelaksanaannya sebagai proses ilmiah.

Berdasarkan keadaan yang ditemukan pada siswa kelas VI di SDN 2 Jegong Kecamatan Jati, maka dengan penerapan metode eksperimen diharapkan siswa dapat lebih berminat dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran IPA sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Melalui eksperimen, siswa tidak begitu saja memperoleh informasi, akan tetapi berusaha untuk mengelola dan menyimpulkan apa yang didapat dan dilihat dari percobaan yang telah dilakukannya. Metode eksperimen ini sangat cocok untuk diterapkan dalam mengajarkan IPA di SD. Selain memiliki kelebihan, metode eksperimen juga sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar pada umumnya. Beberapa karakteristik siswa sekolah dasar, yaitu: 1) memiliki rasa ingin tahu yang besar, 2) belajar sambil bekerja, dan 3) akan belajar efektif apabila dilibatkan pada situasi yang menyenangkan dan menantang. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menerapkan metode eksperimen khususnya dalam pelajaran IPA agar pembelajaran yang sebelumnya membosankan bagi siswa menjadi lebih bermakna karena siswa lebih aktif mengikuti proses belajar mengajar dan hasil belajarpun meningkat.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan metode Eksperimen dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada matae pelajaran IPA materi konduktor dan isolator bagi siswa kelas VI SDN 2 Jegong Kecamatan Jati Kabupaten Blora pada tahun pelajaran 2015/2016?

2. Apakah penerapan metode Eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada matae pelajaran IPA materi konduktor dan isolator bagi siswa kelas VI SDN 2 Jegong Kecamatan Jati Kabupaten Blora pada tahun pelajaran 2015/2016?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah secara umum untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Lebih khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada matae pelajaran IPA materi konduktor dan isolator bagi siswa kelas VI SDN 2 Jegong Kecamatan Jati Kabupaten Blora pada tahun pelajaran 2015/2016 melalui metode Eksperimen.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada matae pelajaran IPA materi konduktor dan isolator bagi siswa kelas VI SDN 2 Jegong Kecamatan Jati Kabupaten Blora pada tahun pelajaran 2015/2016 melalui metode Eksperimen.

Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa yaitu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA materi konduktor dan isolator.

2. Bagi guru akan mengetahui efektifitas metode Eksperimen untuk mengatasi rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

3. Manfaat bagi sekolah akan memberikan sumbangan yang berguna untuk perbaikan proses pembelajaran di sekolah dan memberikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

KAJIAN PUSTAKA

Landasan Teori

Metode Eksperimen

Menurut Sagala, dkk (2012: 220) metode eksperimen dalam pembelajaran adalah cara penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Definisi ini sejalan dengan pendapat Roestiyah (2001: 80) yang menyatakan bahwa metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Implementasi pembelajaran eksperimen selalu menuntut penggunaan alat bantu yang sebenarnya karena esensi pembelajaran ini adalah mencobakan sesuatu objek. Oleh karena itu, dalam prosesnya selalu mengutamakan aktivitas siswa sehingga peran guru cenderung lebih banyak sebagai pembimbing dan fasilitator. Ada tiga tahap atau prosedur dalam melaksanakan metode eksperimen, yaitu: 1) tahap persiapan, 2) tahap pelaksanaan, dan 3) tahap tindak lanjut.

Anitah (2009: 5.28) menjelaskan kelebihan dan kelemahan metode eksperimen adalah sebagai berikut. Keunggulan metode eksperimen adalah: 1) membangkitkan rasa ingin tahu siswa; 2) membangkitkan sikap ilmiah siswa; 3) membuat pembelajaran bersifat aktual; 4) membina kebiasaan belajar kelompok maupun individu.

Kelemahan atau kendala-kendala yang kemungkinan perlu diantisipasi oleh guru jika menerapkan metode eksperimen, di antaranya: 1) memerlukan alat dan biaya yang cukup banyak; 2) memerlukan waktu yang relatif lama; 3) sangat sedikit sekolah yang memiliki fasilitas eksperimen.

Dari keunggulan dan kelemahan metode eksperimen di atas, maka guru sebagai fasilitator mampu mengatasi sehingga proses belajar tidak terganggu dan hasil belajar siswa mencapai nilai yang maksimal.

Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi piaget menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak berfikir tanpa berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir (Sardiman, 2011:100).

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010:24) menjelaskan bahwa aktivitas belajar dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut ini: 1) Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal untuk belajar sejati; 2) Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral; 3) Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya; 4) Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di kalangan peserta didik; 5) Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuh kembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme; 6) Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan di masyarakat di sekitarnya.

Hasil Belajar

Dahar (1998: 78) berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau belum.

Menurut Cullen dalam Dasim (2002: 112) penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Bloom membagi hasil belajar dalam tiga aspek yaitu: espek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotoris (Nana Sudjana, 2006: 22).

Kerangka Berpikir

Dari berbagai kajian teori yang telah dipaparkan di atas, peneliti berusaha membuat sebuah kerangka berpikir pada penelitian tindakan kelas ini. Pada kondisi awal, guru sebagai peneliti belum menerapkan metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pembelajaran secara aktif. Siswa hanya dijadikan objek pembelajaran dan pembelajaran berjalan secara satu arah saja. Hasil dari pembelajaran sangat jauh dari yang diharapkan. Aktivitas belajar siswa rendah. Dari aktivitas siswa yang rendah berdampak pada hasil belajar siswa rendah ketika dilakukan ulangan di akhir pembelajaran.

Pada siklus I dan Siklus II, peneliti menerapkan metode Eksperimen. Proses pembelajaran menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Siswa lebih aktif dalam menemukan konsep-konsep materi pelajaran. Dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa ketika dilakukan ulangan di akhir siklus I dan siklus II juga meningkat.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori dan kerangka berpikir maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan yaitu:

1. Diduga melalui metode Eksperimen dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA meteri konduktor dan isolator bagi siswa kelas VI SDN 2 Jegong Kecamatan Jati tahun pelajaran 2015/2016.

2. Diduga melalui metode Eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA meteri konduktor dan isolator bagi siswa kelas VI SDN 2 Jegong Kecamatan Jati tahun pelajaran 2015/2016.

METODOLOGI PENELITIAN

Seting dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Jegong Kecamatan Jati Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan mulai bulan Juli tahun 2015 sampai dengan bulan November 2015. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2015/2016 karena materi tentang konduktor dan isolator diberikan pada semester 1. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 2 Jegong pada tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 15 anak dengan rincian 7 anak laki-laki dan 8 anak perempuan.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data tentang aktivitas dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan non tes. Alat untuk mendapatkan data tentang aktivitas belajar siswa adalah lembar observasi, sedangkan untuk mendapatkan data hasil belajar siswa digunakan alat butis soal tes.

Validasi dan Analisis Data

Aktivitas belajar siswa dikumpulkan melalui kegiatan pengamatan. Agar datanya valid, sebelumnya disusun lembar observasi yang memuat indikator-indikator aktivitas belajar siswa. Hasil belajar siswa yang dikumpulkan menggunakan teknik tes tertulis agar datanya valid perlu divalidasi isinya dengan cara menyusun kisi-kisi sebelum membuat butir soal. Terdapat enam data yang dikumpulkan yaitu: data aktivitas belajar siswa pada pembelajaran pra siklus, data hasil belajar siswa pada pembelajaran pra siklus, data aktivitas belajar siswa pada pembelajaran siklus I, data hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus I, data aktivitas belajar siswa pada pembelajaran siklus II, dan data hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus II.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas atau sering disebut dengan PTK. Untuk mengatasi permasalahan yang dijadikan objek penelitian, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Indikator Kinerja

Tolak ukur keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah 80% siswa tuntas belajar atau mampu mencapai KKM (≥70 ).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Deskripsi Kondisi Awal

Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran pra siklus masih rendah. Dari data yang diambil dari dokumen jurnal pembelajaran menunjukkan skor 43,27%. Keadaan ini disebabkan suasana pembelajaran yang monoton. Proses belajar mengajar hanya berjalan satu arah. Siswa tidak terlibat aktif dalam menemukan konsep-konsep dari materi yang dipelajari.

Dari aktivitas belajar siswa yang endah berdampak pada hasil belajar ketika dilakukan ulangan juga rendah. Dari 15 siswa yang duduk di kelas VI, setelah dilakukan ulangan di akhir pembelajaran, jumlah siswa yang mampu mencapai KKM (70) belum mencapai 50%. Jumlah siswa yang mencapai KKM hanya 6 anak (40%) dengan nilai rata-raat 61,33.

Deskripsi Hasil Siklus I

Setelah dilakukan tindakan pada siklus I yaitu dengan menerapkan metode Eksperimen, data tentang aktivitas belajar siswa dapat disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 1. Data Aktivitas Belajar Siklus I

No

Aktivitas Siswa

Persentase

1

Mendengarkan penjelasan guru

66,67%

2

Melakukan eksperimen

72,50%

3

Bertanya/mengajukan pendapat

43,34%

4

Mengamati percobaan

80,01%

5

Menyusun laporan hasil percobaan

66,67%

Persentase Aktivitas Belajar Siswa

65,84%

Berdasarkan Tabel 1, aktivitas belajar siswa yang diamati meliputi lima aktivitas. Aktivitas belajar tertinggi dengan persentase rata-rata 80,01% yaitu mengamati percobaan. Aktivitas belajar terendah yaitu bertanya atau mengajukan pendapat dengan persentase rata-rata 43,34%. Selanjutnya mendengarkan penjelasan guru dengan persentase rata-rata 66,67%, aktivitas menyusun laporan hasil percobaan 66,67%, dan aktivitas melakukan eksperimen 72,50%. Persentase aktivitas belajar siswa siklus jika dihitung rata-ratanya adalah 65,84%.

Hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan terjadi peningkatan. Berikut ini disajikan tabel hasil belajar siklus I.

Tabel 2. Data Hasil Belajar Siklus I

Nilai

Jml Siswa

Persentase

50

1

6,67%

60

5

33,33%

70

5

33,33%

80

3

20,00%

90

1

6,67%

Jml

15

100%

Dari 15 siswa yang duduk di kelas VI, setelah dilakukan ulangan di akhir pembelajaran jumlah siswa yang mampu mencapai KKM (70) adalah 9 anak (60%). Nilai rata- rata yang diperoleh pada siklus I adalah 68,67.

Deskripsi Hasil Siklus II

Setelah dilakukan tindakan pada siklus II , masih dengan menerapkan metode Eksperimen, data tentang aktivitas belajar siswa dapat disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3. Data Aktivitas Belajar Siklus II

No

Aktivitas Siswa

Persentase

1

Mendengarkan penjelasan guru

75,25%

2

Melakukan eksperimen

87,64%

3

Bertanya/mengajukan pendapat

71,35%

4

Mengamati percobaan

92,34%

5

Menyusun laporan hasil percobaan

78,75%

Persentase Aktivitas Belajar Siswa

81,07%

Berdasarkan Tabel 3, aktivitas belajar siswa yang diamati meliputi lima aktivitas. Aktivitas belajar tertinggi dengan persentase rata-rata 92,34% yaitu mengamati percobaan. Aktivitas belajar terendah yaitu bertanya atau mengajukan pendapat dengan persentase rata-rata 71,35%. Selanjutnya mendengarkan penjelasan guru dengan persentase rata-rata 75,25%, aktivitas menyusun laporan hasil percobaan 78,75%, dan aktivitas melakukan eksperimen 87,64%. Persentase aktivitas belajar siswa siklus jika dihitung rata-ratanya adalah 81,07%.

Hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan terjadi peningkatan. Berikut ini disajikan tabel hasil belajar siklus II.

Tabel 4. Data Hasil Belajar Siklus II

Nilai

Jml Siswa

Persentase

60

2

13,33%

70

6

40,00%

80

4

26,67%

90

2

13,33%

100

1

6,67%

Jml

15

100%

Dari 15 siswa yang duduk di kelas VI, setelah dilakukan ulangan di akhir pembelajaran jumlah siswa yang mampu mencapai KKM (70) adalah 13 anak (86,67%). Nilai rata- rata yang diperoleh pada siklus II adalah 76,00.

Pembahasan

Dari hasil tindakan dapat diketahui telah terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA tentang konduktor dan isolator. Peningkatan aktivitas dan hasil belajar dapat disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 5. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar

Uraian

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Aktivitas Belajar

43,27%

65,84%

81,07%

Tuntas Belajar

40,00%

60,00%

86,67%

Tidak Tuntas Belajar

60,00%

40,00%

13,33%

Rata-rata Ulangan Harian

61,33

68,67

76,00

Tabel 5 menunjukkan peningkatan aktivitas belajar pada setiap siklus tindakan. Skor aktivitas belajar siswa pada pra siklus adalah 43,27%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 65,84%. Pada siklus II, aktivitas belajar siswa kembali meningkat menjadi 81,07%.

Hasil belajar siswa setelah dilakukan ulangan juga mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pembelajaran pra siklus, ketuntasan belajar siswa adalah 40% dan rata-rata nilai ulangannya 61,33. Pada siklus I, hasil belajar siswa meningkat dengan ketuntasan belajar 60% dan rata-rata nilai ulangan 68,67. Pembelajaran siklus II juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan ketuntasan belajar 86,67% dan rata-rata nilai ulangan harian 76,00.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan perolehan hasil belajar siswa dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan metode Eksperimen dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi konduktor dan isolator bagi siswa kelas VI SDN 2 Jegong Kecamatan Jati tahun pelajaran 2015/2016.

2. Penerapan metode Eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi konduktor dan isolator bagi siswa kelas VI SDN 2 Jegong Kecamatan Jati tahun pelajaran 2015/2016.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, ada saran yang perlu dipertimbangkan yaitu dengan menerapkan metode eksperimen dapat menjadi alternatif dalam pembelajaran IPA sebagai upaya dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Selain itu, guru harus memberikan instruksi atau petunjuk terlebih dahulu kepada siswa sebelum membagikan alat dan bahan eksperimen agar tidak terjadi kesalahan yang tidak diharapkan selama pembelajaran berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, S. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Budimansyah Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian. Bandung: Siliwangi HDB.

Dahar, RW. 1998. Teori – teori Belajar. Jakarta: Depdikbud.

Hanafiah, Nanang. dan Cucu, Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama

Masyhud, H. M. S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Jember: Lembaga Pengembangan Manajemen dan Profesi Kependidikan (LPMPK).

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Sudjana. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Bandung: Raja Grafindo Persada.