Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Discovery Learning Dengan Alat Peraga Sederhana
UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING VARIASI DENGAN ALAT PERAGA SEDERHANA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 AMPEL SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Heri Purwanto
SMP Negeri 2 Ampel
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri atas tahap Perencanaan Tindakan, Pengamatan, Refleksi. Sedangkan pembelajaran dalam penelitian ini melalui Pembelajaran Disovery Learning variasi dengan alat peraga sederhana. Adapun data dalam penelitian ini diperoleh dengan Angket, observasi dan nilai tes, dimana fungsi dari data yang telah diperoleh sebagai berikut: Angket untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran observasi untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan nilai tes untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Kriteria keberhasilan penelitian tindakan ini penulis tentukan adalah: Pada kondisi awal proses pembelajaran aktivitas siswa, Antusias siswa dalam mengikuti Pembelajaran 24 anak 86%, Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok 20 anak 71%, Aktivitasi siswa dalam memecahkan masalah 18 anak 64% Aktivitas siswa dalam mengerjakan soal latihan 25 anak 89%, Partisipasi siswa dalam menutup kegiatan pembelajaran 22 anak 79%. Pada siklus I proses pembelajaran, Antusias siswa dalam mengikuti Pembelajaran 91%, Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok 75%, Aktivitas siswa dalam memecahkan masalah 74% Aktivitas siswa dalam mengerjakan soal latihan 87%. Partisipasi siswa dalam menutup kegiatan pembelajaran 88%. Pada siklus II proses pembelajaran, Antusias siswa dalam mengikuti Pembelajaran 92%, Aktifitas siswa dalam diskusi kelompok 81%, Aktivitas siswa dalam memecahkan masalah 84%, Aktivitas siswa dalam mengerjakan soal latihan 94%. Partisipasi siswa dalam menutup kegiatan pembelajaran 86%. Hasil Penelitian kondisi awal, jumlah siswa tuntas 17 anak 60,71%, belum tuntas 11 anak 39,29%, nilai tertinggi 97, nilai terendah 66 nilai rata-rata 79,7. Pada siklus I jumlah siswa tuntas 22 atau 78,57%, belum tuntas 6 atau 21,43%, nilai tertinggi 98 nilai terendah 71 dan rata-rata 86,6. Pada siklus II jumlah siswa tuntas 26 anak 92,86%, belum tuntas 2 anak 7,14%, nilai tertinggi 100, nilai terendah 73 dan rata-rata 92,3.
Kata kunci: Discovery learning, alat peraga sederhana.
PENDAHULUAN
Matematika bagi sebagian besar siswa dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan. Kondisi nyata di lapangan menunjukkan masih kurangnya aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Pada tahun pelajaran 2019/2020 SMP Negeri 2 Ampel telah mengimplementasikan kurikulum 2013 tahun keempat sehingga penilaian hasil belajar meliputi 3 (tiga) aspek yaitu aspek sikap, aspek pengetahuan dan ketrampilan. Dan nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) mata pelajaran Matematika aspek pengetahuan dan ketrampilan kelas VIII adalah 77. Berdasarkan data, nilai ulangan harian kelasVIII A pada kondisi awal yaitu Tertinggi 97, terendah 66, rata-rata 79,7 siswa yang tuntas 17 anak atau 60,71% dan yang belum tuntas ada 11 anak atau 39,29%. Ini mengindikasikan bahwa penguasaan materi siswa kelasVIII A baru mencapai 60,71%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih kategori kurang.
Proses belajar Matematika di SMP Negeri 2 Ampel pada tahun pelajaran 2019/2020 belum sepenuhnya memanfaatakan alat peraga. Peneliti lebih banyak menggunakan metode ceramah yang diselingi dengan penggunaan media pembelajaran power point mengingat terbatasnya waktu. Metode ceramah lebih dipilih karena memang praktis dan terbatasnya waktu, sementara materi yang harus dipelajari dan dikuasai siswa cukup banyak. Dengan metode tersebut peneliti lebih banyak menjelaskan materi kepada siswa, kemudian memberi contoh cara mengerjakan soal dan membahasnya. Dalam metode ini peneliti lebih banyak beraktivitas daripada siswa, sehingga proses pembelajaran berpusat. Proses pembelajaran seperti ini menyebabkan suasana kelas menjadi monoton dan kaku, sehingga tidak jarang siswa menjadi malas dan bosan untuk mengikuti pelajaran Matematika yang pada gilirannya siswa merasa bahwa pelajaran Matematika adalah pelajaran yang sulit. Bahkan ada kecenderungan metode ini kurang mendukung terjadinya proses kognitif, afektif dan psikomotor.
Pada dasarnya pembelajaran Matematika berupaya untuk membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang “cara mengetahui” dan “cara mengerjakan” yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam. Atas dasar pemikiran tersebut maka model pembelajaran yang dikembangkan perlu menekankan pada kegiatan belajar siswa aktif (active learning). Di dalam proses pembelajaran harus melibatkan aktivitas siswa seperti mengamati, mendengarkan, membaca, menulis, melakukan kegiatan-kegiatan visual, oral, metrik, mental maupun emosional. Selain itu siswa juga melakukan apresiasi terhadap literatur, bertanya jawab kepada sesama siswa maupun kepada guru. Keberhasilan kegiatan pembelajaran ditentukan oleh bagaimana kegiatan interaksi dalam pembelajaran tersebut.
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai diperlukan upaya-upaya perbaikan, seperti menerapkan model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa. Kondisi nyata di lapangan menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa masih kurang. Demikian pula dengan hasil belajar siswa juga masih sedang. Rendahnya aktivias belajar maupun hasil belajar siswa tersebut disebabkan oleh model dan media pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Guru belum menerapkan model dan memanfatkan media pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas maupun hasil belajar siswa. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai guru juga dituntut untuk lebih meningkatkan kemampuan profesionalisme di dalam tugasnya sebagai guru.
Aktivitas dan hasil belajar siswa kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 belum sesuai yang diharapkan. Banyak diantara mereka yang pasif dan malas berpikir kreatif sehingga hasil belajar mereka juga masih kategori cukup. Hal tersebut disebabkan oleh model dan media pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih menonton. Pembelajaran belum melibatkan aktivitas seluruh siswa dan berpusat pada guru (teacher centered). Untuk itu diperlukan solusi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika khususnya materi Bangun Ruang Sisi Datar di kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel semester 1 adalah melalui Model Pembelajaran Discovery learning variasi alat peraga sederhana diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) Apakah melalui Model Pembelajaran Discovery learning variasi dengan alat peraga sederhana dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika bagi siswa kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel semester 1 tahun pelajaran 2019/2020? (2) Apakah melalui Model Pembelajaran Discovery learning variasi dengan alat hasil belajar Matematika bagi peraga sederhana dapat meningkatkan siswa kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel semester 1tahun pelajaran 2019/2020? (3) Apakah melalui Model Pembelajaran Discovery learning variasi dengan alat peraga sederhana dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika bagi siswa kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel semester 1 tahun pelajaran 2019/2020?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitihan ini ada 3 yaitu: (1) Untuk meningkatkan aktivitas belajar bagi siswa kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel semester 1tahun pelajaran 2019/2020. (3) Untuk meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Ampel semester gcnap tahun pelajaran 2019/2020 (2) Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar hagi siswa kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel semester 1tahun pelajaran 2019/2020. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: (1) Melalui Model Pembelajaran Discovery learning variasi dengan alat peraga sederhana untuk meningkatkan aktivitas belajar materi Bangun Ruang Sisi Datar bagi siswa kelas VIII A SMP Negeri 1Boyolali semester 1tahun pelajaran 2019/2020, (2) Melalui Model Pembelajaran Discovery learning variasi dengan alat Peraga Sederhana untuk meningkatkan hasil belajar materi Bangun Ruang Sisi Datar bagi siswa kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel semester 1tahun pelajaran 2019/2020, (3) Melalui Model Pembelajaran Discovery learning variasi dengan alat peraga sederhana untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar materi Bangun Ruang Sisi Datar bagi siswa kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel semester 1tahun pelajaran 2019/2020.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
Hakekat Belajar
Menurut Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely dalam bukunya teaching & Media-A systematic Approach (1971) dalam Arsyad (2011: 3) mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh suatu proses tindakan atau aktivitas seseorang.
Sedangkan Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006: 89) belajar di definisikan sebagai “suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman”. Lebih lanjut Abdillah (2002) dalam Anurrahman (2010:35) menyimpulkan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik”.
Menurut Sudjana (dalam Djamarah dan Zain 2006:45) mengajar adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. Hal ini juga diperkuat oleh Hamalik (2008: 58) mengajar adalah seni yang melibatkan intuisi, imajinasi, ekspresi, dan improvisasi pada proses belajar mengajar.
Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah memberikan sesuatu dengan bimbingan dan membantu anak didik (siswa) dengan seni yang melibatkan intuisi, imajinasi, ekspresi, dan improvisasi dalam mengembangkan potensi anak didik yang dimiliki, sehingga potensi tersebut dapat berkembang secara maksimal.
Hakekat Belajar Matematika
Matematika menurut Karso (dalam Ruseffendi, 2007: 1006) adalah suatu cara manusia berfikir, dimana kebenaran dan keabsahan dalam matematika disajikan sesuai dengan bagaimana pola berfikir manusia. Menurut Dewi Nuharini (2008: 1.26) yang dimaksud dengan pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, merumuskan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran gcometri, aljabar dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, atau table. Tujuan pembelajaran matematika adalah a). Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya dalam kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat suatu prediksi, dan dugaan dengan cara mencoba-coba. c). Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, mengembangkan kemampuan menyampaikan gagasan secara lisan, catatan grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran matematika adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa dengan sebaik-baiknya agar mereka dapat belajar ilmu bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.
Aktivitas belajar
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas inu harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi Piaget menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak berfikir tanpa berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir (Sardiman,2011.100). Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010:24) menjelaskan bahwa aktivitas belajar dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut ini:1). Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal untuk belajar sejati.2). Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral.3). Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.4). Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di kalangan peserta didik.5).Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuh kembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan teijadinya verbalisme.6). Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan di masyarakat di sekitarnya.
Paul B. Diedrich yang dikutip dalam Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010:24) menyatakan, aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikutL1). Kegiatan-kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. (2). Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubangkan suatu kejadian mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara diskusi dan interupsi (3). Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, atau mendengarkan radio. (4).Kegiatan- kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes serta mengisi angket. (5). Kegiatan- kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu menggambar, membuat grafik, diagram, peta dan pola. (6). Kegiatan-kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun. (7). Kegiatan-kegiatan mental (mental activities), yaitu merenungkan mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor- faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. (8) Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities), yaitu minat, membedakan, berani, tenang, merasa bosan dan gugup.
Hasil belajar Matematika
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Kemudian menurut Suprijono (2009: 5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Selain itu menurut Lindgren (Suprijono, 2009:7), hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Sedangkan Hamalik (2013:30) menyatakan bahwa hasil belajar yang utama ialah pola tingkah laku yang bulat. Hasil belajar merupakan pengubahan kelakuan. Sementar menurut Gagne (Jufri, 2013:58) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan (performance) yang dapat teramati dalam diri seseorang dan disebut dengan kapabilitas. Ada lima kategori kapabilitas manusia yaiu: 1) keterampilan intelektual (intelektual skill); 2) strategi kognitif (cognitive strategy); 3) informasi verbal (verbal information); 4) keterampilan motorik (motor skill); dan 5) sikap (attitude). Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku hasil interaksi tindak belajar yang dapat teramati dalam diri seseorang.
Hasil belajar matematika adalah suatu hasil belajar setelah mengikuti proses pembelajaran matematika yang mengakibatkan perubahan pada diri seseorang dalam penguasaan dan kecakapan baru yang ditunjukkan dengan hasil berupa seperangkat pengetahuan, sikap dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sehari-hari pada materi Bangun Ruang Sisi Datar, tentang kerangka, panjang rusuk serta luas sisi/permukaan dari kubus, Balok, Prisma dan Limas. Dan juga pengolahan dan penyajian datanya. Hasil belajar mata pelajaran matematika di peroleh dari hasil tes ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester, unjuk kerja (performance), penugasan (project) hasil kerja (product).
Model pembelajaran Discovery learning
Model discovery learning mengacu kepada teori belajar yang didefinisikan scbagai proses pembelajaran yang terjadi bila siswa tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi seindiri. Pada discovery learning masalah yang dihadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa olch guru dan lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Dalam model ini guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif. Kondisi ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
Pembelajaran discovery learning, guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengategorikan, menganalisis mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Kelebihan discovery learning: (1) membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya; (2) pengetahuan yang diperoleh sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer; (3) menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil; (4) memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri; (5) menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri; (6) membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya; (7) berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi; (8) membantu siswa menghilangkan skeptisme (keraguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti; (9) siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik; (10) membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru; (11) mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri; (12) mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri, (13) memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang; (14) proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya; (15) meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa: (16) kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar; (17) dapat mengernbangkan bakat dan kecakapan individu.
Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran discovery learning adalah: (1) Langkah Persiapan meliputi: (a) menentukan tujuan pembelajaran; (b) melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, gaya belajar, dan sebagainya); (c) memilih materi minat, pelajaran; (d) menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi); (e) mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa; (f) mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik; (g) melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. (2) Pelaksanaan meliputi: Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), Problem statement (pemyataan/identifikasi masalah), Data collection (pengumpulan data), Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Data processing (pengolahan data), Verification (pembuktian), Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) (Syah, 2004:244).
Alat Peraga Pembelajaran
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat Bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan. Alat peraga memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien (Arsyad, 2011: 67).
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, diajukan hipotesis tindakan adalah: (1) Melalui Model Pembelajaran Discovery learning variasi dengan alat peraga sederhana diduga dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika materi bangun ruang sisi datar bagi siswa kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel semester 1 tahun pelajaran 2019/2020. (2) Melalui Model Pembelajaran Discovery learning variasi dengan alat peraga sederhana diduga dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi bangun ruang sisi datar bagi siswa kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel semester 1 tahun pelajaran 2019/2020. (3) Melalui Model Pembelajaran Discovery learning variasi dengan alat peraga sederhana diduga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika materi bangun ruang sisi datar bagi siswa kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel semester 1 tahun pelajaran 2019/2020.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan, yaitu dari bulan Juli sampai dengan November 2019. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Ampel semester 1tahun pelajaran 2019/2020 kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel merupakan sekolah negeri di kecamatan. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Ampel karena peneliti sekaligus juga pengajar di sekolah tersebut. Sebagian besar siswa di SMP Negeri 2 Ampel berasal dari kalangan menengah ke bawah. Hal ini dapat dilihat dari pekerjaan orang tua siswa yang mayoritas merupakan petani dan buruh kasar. Hanya sebagian kecil yang orang tua siswa bekerja sebagai Pegawai Negeri. Penelitian dilakukan dikelasVIII A karena berdasarkan hasil pengamatan tentang aktivitas belajar siswa kelasVIII A merupakan kelas yang paling rendah aktivitasnya dibanding dengan kelas lain yang peneliti ampu, demikian pula retara nilai ulangan harian setiap KDnya juga rendah. Maka diperlukan solusi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelasVIII A.
Subjek dan Objek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel semester 1tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 28 orang terdiri dan 16 siswa putri dan 12 orang siswa putra. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa kelasVIII A (Y1), hasil belajar siswa kelasVIII A (Y2), dan Model Pembelajaran Discovery Leaming variasi dengan alat peraga sederhana (X) pada materi bangun ruang sisi datar.
Data dan Sumber Data
Dilihat dari asalnya, data dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa nilai ulangan harian dan data sekunder berupa data angket aktivitas belajar siswa dan pengamatan aktivitas belajar siswa. Sumber data primer diperoleh dari nilai ulangan harian sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari angket aktivitas belajar siswa dan hasil pengamatan teman sejawat yang bertindak sebagai kolaborator (observer).
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi: a) Teknis Non Tes dan b) Teknik Tes. Teknis non tes digunakan untuk mengumpulkan data kondisi awal dan data akivitas belajar siswa. Data kondisi awal dikumpulkan dengan teknik dokumentasi, data aktivitas belajar siklus I dan siklus I dengan
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif komparatif, dilanjutkan dengan refleksi. Teknik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan data kondisi awal dengan data siklus 1, data siklus I dibandingkan dengan data siklus II, dan data kondisi awal dibandingkan dengan data siklus II.
Indikator Kinerja
Keberhasilan penelitian ini diukur dari adanya peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar, baik secara individual maupun klasikal. Penelitian dinyatakan berhasil apabila 70% atau lebih siswa memperoleh rerata skor aktivitas belajar baik atau dengan predikat baik pada siklus I dan 80% pada siklus II, dan apabila hasil belajar 70% siswa memperoleh nilai hasil belajar > 77 pada siklus I dan 80% siswa memperoleh nilai hasil belajar > 77 pada siklus II. Nilai 77 merupakan nilai KKM pada mata pelajaran Matematika kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel pada tahun pelajaran 2019/2020.
PEMBAHASAN
Diskripsi Prasiklus (Tindakan awal)
Sebelum penelitian dilakukan bahwa pada tindakan awal (pra siklus) kondisi proses belajar mengajar siswa belum baik, hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Demikian juga nilai prestasi hasil belajar siswa kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 rendah, hasil tersebut dilihat pada ulangan harian pada Kompetensi Dasar lingkaran. Untuk hasil prestasi belajar jumlah siswa tuntas 17 anak 60,71%, belum tuntas 11 anak atau 39,29%, nilai tertinggi 97, nilai terendah 66 nilai rata-rata 79,7.
Pelaksanaan proses pembelajaran pada kondisi awal dilakukan dengan penerapan metode diskusi kelompok. Dari penerapan metode diskusi kelompok tersebut ternyata proses belajar mengajar pada catatan perkembangan siswa yang dibaw guru dari aktivitas belajar belum semua aktif.
Diskripsi Siklus I
Pada kondisi awal keaktivan pembelajaran yaitu pada indikator antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran 86 (baik), Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok 71 (cukup), Aktivitas siswa dalam memecahkan masalah 64 (kurang), Aktivitas siswa dalam mengerjakan soal latihan 89 (baik) dan partisipasi siswa dalam menutup kegiatan pembelajaran 79 (cukup). Pada kondisi awal hasil prestasi belajar siswa untuk jumlah siswa 28 dengan KKM 77 diperoleh data tuntas 17 atau 60,71%, belum tuntas 11 atau 39,29% nilai tertintti 97, nilai terendah 66 dan rata-rata 79,7. Setelah penerapan model pembelajaran discovery learning variasi dengan alat peraga sederhana pada siklus I maka hasil prestasi belajar meningkat menjadi jumlah siswa tuntas 22 atau 78,57%, belum tuntas turun menjadi 6 atau 21,43% nilai tertinggi 98, nilai terendah 71 dan nilai rata-rata 86,6.
Dengan demikian setelah Penerapan Model Pembelajaran Discovery learning variasi dengan alat peraga sederhana pada proses pembelajaran pada siklus I mengalami peningkatan dan hasil belajar mengalami peningkatan. Oleh karena itu dengan Model Pembelajaran Discovery learning variasi dengan alat peraga sederhana dapat dikatakan meningkatkan proses pembelajaran dan hasil prestasi belajar siswa. Pada proses tindakan siklus I hasil yang diperoleh siswa dirasa masih bisa untuk dimaksimalkan, oleh sebab itu perlu dilakukan tindak lanjut yaitu dengan penerapan Model Pembelajaran Discovery learning variasi dengan alat peraga sederhana kelompok kecil. Jika pada siklus I alat peraga kerangka bangunnya sudah jadi, tetapi pada siklus II siswa dengan bahan yang sudah disiapkan membuat alat peraga sendiri.
Diskripsi Siklus II
Pada kondisi awal dalam proses pembelajaran belum memanfaatkan alat peraga pada proses siklus I dalam pembelajaran matematika peneliti dalam hal ini guru telah memanfaatkan alat peraga dengan alat peraga jadi dan dilanjutkan pada siklus II dengan alat peraga yang dibuat siswa sendiri dengan menindak lanjuti kekurangan-kekurangan dalam penerapan model dan media pembelajaran yang masih ditemukan pada siklus I untuk mengoptimalkan pemanfaatan media alat peraga.
Pada kondisi awal proses pembelajaran antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran 86%, Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok 71%, aktivitas siswa dalam memecahkan masalah 64%, Aktivitas siswa dalam mengerjakan soal latihan 89%, Partisipasi siswa dalam menutup kegiatan pembelajaran 79%.
Pada siklus I proses pembelajaran: Antusias siswa dalam mengikuti Pembelajaran 91%, Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok 75%, Aktivitas siswa dalam memecahkan masalah 74%, Aktivitas siswa dalam mengerjakan soal latihan 87%, Partisipasi siswa dalam menutup kegiatan pembelajaran 88%. Pada siklus II proses pembelajaran Antusias siswa dalam mengikuti Pembelajaran 92%, Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok 81%, Aktivitas siswa dalam memecahkan masalah 84%, Aktivitas siswa dalam mengerjakan soal latihan 94%, Partisipasi siswa dalam menutup kegiatan pembelajaran 86%.
Hasil belajar pada kondisi awal jumlah siswa tuntas 17 anak 60,71%, belum tuntas 11 anak atau 39,29%, nilai tertinggi 97, nilai terendah 66 nilai rata-rata 79,7. Pada siklus I Untuk hasil prestasi belajar jumlah siswa tuntas 22 atau 78,57%, belum tuntas 6 atau 21,43%, nilai tertinggi 98 nilai terendah 71 dan rata-rata 86,6. Pada siklus II untuk hasil prestasi belajar jumlah siswa tuntas 26 atau 92,86%, belum tuntas 2 atau 7,14%, nilai tertinggi 100, nilai terendah 73 dan rata-rata 92,3.
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan pada proses pembelajaran dan hasil belajar siswa yang dilaksanakan pada siklus I dan dilanjutkan siklus II dapat disimpulkan bahwa: (1) melalui Model Pembelajaran Discovery learning variasi dengan alat peraga sederhana dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika bagi siswa kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 (2) Melalui Model Pembelajaran Discovery learning variasi dengan alat hasil belajar Matematika bagi peraga sederhana dapat meningkatkan siswa kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel semester 1 tahun pelajaran 2019/2020, (3) Melalui Model Pembelajaran Discovery learning variasi dengan alat peraga sederhana dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika bagi siswa kelasVIII A SMP Negeri 2 Ampel semester 1tahun pelajaran 2019/2020.
Implikasi dari peneliltian ini: Setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini dengan menerapkan Model pembelajaran Discovery learning variasi dengan alat peraga sederhana diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap kemajuan pembelajaran pada mata pelajaran matematika ataupun pembelajaran pada mata pelajaran lainnya di tingkat Sekolah Menengah Pertama khususnya SMP Negeri 2 Ampel terutama dalam hal penerapan Model Pembelajaran Discovery learning variasi alat peraga sederhana dan untuk berbagai materi. Untuk selanjutnya dari penerapan Model ini dapat memberikan acuan bagi pengembangan potensi guru dan siswa serta untuk pengambilan kebijakan pada proses pembelajaran dimasa mendatang dalam rangka upaya peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan kepada kepala sekolah agar selalu memberikan motivasi kepada guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar harus lebih kreatif tentang penggunaan Model dan media pembelajaran yang bervariasi dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswa dan peningkatan profesionalitas guru. Untuk guru sebaiknya selalu mengembangkan sikap aktif, dan kreatif agar supaya selalu melekat jiwa guru dalam rangka peningkatan professional guru sebagai pendidik terutama dalam mengembangkan keterampilan dalam menerapkan model dan media pembelajaran dan dalam rangka upaya peningkatan mutu pembelajaran bagi anak didik, dan untuk siswa disarankan agar selalu aktiv dalam belajar supaya mendapatkan prestasi yang maksimal agar dikemudian hari menjadi orang yang tangguh menggali ilmu, beriman dan bertaqwa, berbudaya dan berwawasan iptek sesuai dengan arah dan tujuan SMP Negeri 2 Ampel Kabupaten Boyolali.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Husni. 2002. Pengertian Belajar dari Berbagai Sumber (Belajar dan. Pembelajaran). Bandung: ALFABETA.
Anurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: ALFABETA.
Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta. Rajawali Pers.
Cucu, Suhana dan Hanafiah, Nanang,.2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk Kelas VIII SMP dan MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah dan Zain 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Asdi Mahastya.
Hamalik Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bui Aksara.
Ruseffendi, E. T. Dkk. 2007. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud.
Sadiman, Arief S., dkk. 2006. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Persada.
Sardiman AM., 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya.