Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Metode Discovery Learning
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AGAMA ISLAM MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING DI KELAS IV
SD NEGERI 2 SEDADI KECAMATAN PENAWANGAN
KABUPATEN ROBOGAN SEMESTER2 TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Abdul Rohman
SDN 2 Sedadi Kecamatan Penawangan Grobogan
ABSTRAK
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IV SD Negeri 2 Sedadi. Teknik penggumpulan data diambil dengan menggunakan metode observasi, catatan lapangan, tes dan dokumentasi. Analisis data dari penelitian ini dengan cara deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menganalisis data perkembangan siswa dari siklus I sampai siklus II dilengkapi dengan analisis hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan adaya peningkatan aktivitas, dan peningkatan prestasi belajar siswa. Keaktifan siswa meliputi keaktifan bertanya, mengerjakan latihan dan maju ke depan kelas. Peningkatan prestasi belajar siswa sebelum tindakan di dapat nilai rata-rata siswa sebesar 60,57 dengan ketuntasan 26,47. Pada siklus I rata-rata kelas meningkat menjadi 66,57 dengan ketuntasan 67,65, dan nilai rata-rata siklus II meningkat menjadi 75,71, dengan ketuntasan 94,12. Sedangkan aktivitas siswa pada Siklus I pertemuan pertama, mendapatkan nilai rata-rata 16,2 kategori cukup dan kualifikasi belum tuntas. Pada pertemuan ke-2 mendapatkan nilai rata-rata 19,0 kategori masih cukup dan kualifikasi belum tuntas. Pada Siklus II pertemuan pertama mendapatkan nilai rata-rata 23,3 kategori baik dan kualifikasi menyatakan tuntas. Pada pertemuan ke-2 terdapat peningkatan sehingga mendapatkan nilai rata-rata 25,8 dalam kategori baik dan kualifikasi tuntas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode Discovery Learning dapat menumbuhkan partisipasi siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kata kunci: Keaktifan siswa, Metode Discovery Learning, Peningkatan prestasi belajar agama.
Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam memberikan pembelajaran kepada siswanya. Guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi yaitu Profesional, Paedagogik, kepribadian dan kompetensi sosial. Kemudian agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki guru khususnya dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru dalam membangkitkan minat belajar siswa. Untuk membangkitkan prestasi dan minat belajar siswa maka guru harus senantiasa memberikan dan menerapkan kompetensi-kompetensi yang dimilikinya itu agar siswanya mampu berprestasi dan menjadi anak bangsa yang cerdas, sesuai dengan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta tercapai tujuan sistem pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sangatlah penting dalam rangka menumbuhkan daya minat belajar bagi peserta didik, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan peserta didik, sehingga peserta didik untuk belajar lebih baik. Pembelajaran sebagai bagian dari metodologi pendidikan yang memiliki peran penting dalam membangkitkan motivasi dan minat peserta didik, membantu peserta didik meningkatkan pemahaman, mengarahkan perhatian kepada pelajaran, yang pada gilirannya akan menunjukan angka prestasi pada peserta didik yang berada pada tataran maksimal (Nana, Sudjana: 2000) Untuk itu guru harus memiliki dan menguasai 4 kompetensi yaitu; 1) kompetensi paedadogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi profesional dan 4) kompetensi sosial. (Mulyasa: 2007)
Kompetensi paedadogik dijelaskan dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a, bahwa; Kompetensi paedadogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. (PP No. 19 Tahun 2005).
Masalah pendidikan agama Islam tidak lepas dari masalah proses pembelajaran yang menyangkut peran guru dan peserta didiknya. Peristiwa pembelajaran atau belajar mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep, oleh karena itu perwujudannya dapat terjadi dalam berbagai model.
Peran dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal antara lain: sebagai pengajar, sebagai motivator dan konselor. Selain itu guru juga merupakan fasilitator yang melayani, membimbing, membina dan meng-install dirinya sebagai konsultan akademik yang piawai mengusung siswa menuju gerbang keberhasilan.Menarik dan tidaknya sebuah pembelajaran tergantung sepenuhnya kepada guru.Tetapi apakah semua guru dapat menjadikan siswanya menjadi manusia yang berkualitas dan berakhlakul karimah?
Hasil belajar Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 2 Sedadi yang diikuti oleh 34 siswa dengan rata-rata 60,57. Siswa yang tuntas ada 9 siswa atau 26,47% dan yang belum tuntas ada 25 siswa atau 73,83%. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang sukar.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan diperoleh data bahwa siswa mengganggap pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran yang sukar. Hal ini dapat dilihat setiap kali siswa diberi soal masih mengalami kesulitan. Akibatnya siswa menjadi malas belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhinya. Selama ini pembelajaran menggunakan metode ceramah yang menyebabkan komunikasi satu arah. Siswa jarang bertanya maupun menjawab pertanyaan, berpendapat atau berdiskusi. Siswa cenderung pasif hanya mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru, guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa bertanya, namun demikian sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan.
Guru harus mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan mampu menyajikan model pembelajaran yang menarik. Penggunaan bermacam-macam metode di sekolah masih sangat terbatas. Dalam berbagai macam metode mengajar banyak menyajikan sejumlah usaha yang dapat diterapkan oleh guru dalam merancang lingkungan pembelajaran agar siswa lebih tertarik dan aktif.
Untuk meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka perlu memilih model pembelajaran yang lebih bervariasi dengan mengikutsertakan peran aktif siswa. Model pembelajaran seyogyanya mengembangkan kemampuan dasar siswa dan sikap positif siswa, sehinggga proses belajar mengajar lebih menantang, efektif dan efisien. Suasana juga semakin akrab dan menyenangkan sehingga akan membangkitkan minat dan meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Salah satu modus pembelajaran yang memenuhi kriteria diatas adalah penggunaan metode Discovery Learning.
Menurut Castronova (2002), melalui Discovery Learning siswa belajar untuk menemukan pola dalam situasi yang konkret dan abstrak. Siswa juga dituntut untuk dapat membuat suatu kesimpulan dari data-data serta fakta-fakta yang ia peroleh ketika melakukan suatu penemuan. Kedua hal tersebut merupakan aspek utama dalam kompetensi penalaran induktif yang dapat bermanfaat untuk memungkinkan meningkatkan presatsi belajar siswa.
Untuk itu agar permasalahan tidak berlarut-larut maka segera diadakan Penelitian Tindakan Kelas. PTK ini dengan mengunakan metode Discovery Learning untuk memberikan pandangan yang berbeda terhadap para siswa supaya lebih menarik minat, menghilangkan rasa takut terhadap Pendidikan Agama Islam.
Kajian Teori
Pengertian Discovery learning
Menurut Ruseffendi (2006:329) metode Discovery Learning adalah suatu metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tanpa pemberitahuan langsung baik sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Pada dasarnya, pengetahuan yang diperoleh dalam Discovery Learning bukanlah hal yang benar-benar baru dalam dunia Pendidikan Agama Islam. Pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang telah ditemukan oleh orang terdahulu. Akan tetapi, bagi siswa pengetahuan tersebut merupakam hal yang baru, artinya siswa baru memperoleh pengetahuan tersebut ketika melakukan pembelajaran Discovery Learning.
Prestasi belajar siswa
Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan. Menurut Tirtonegoro (2001: 43) prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran dan penilaian usaha belajar, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun simbol pada periode tertentu, misalnya tiap semester hasil prestasi siswa dinyatakan dalam bentuk raport.
Lebih lanjut Nurkancana dan Sunartana (1992) mengatakan prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial (potensial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk memcapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan kedalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan (ability).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh siswa setelah siswa yang bersangkutan dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kecakapan nyata (actual) bukan kecakapan potensial. Menurut Nila Parta prestasi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dipengaruhi oleh faktor dalam diri siswa yang belajar yang meliputi IQ, motivasi, minat, bakat, kesehatan dan faktor luar siswa yang belajar yang meliputi guru pengajar, materi ajar, latihan, sarana kelengkapan belajar siswa, tempat di sekolah atau di rumah serta di lingkungan sosial siswa.
Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspek – aspek tertentu dari siswa misalnya pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu konsep.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dalam (Wikipedia: 2007) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Dimyati dan Mudjiono (1999: 202) mengemukakan bahwa, ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: kognitif: Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (1999: 202) mengemukakan adanya enam kelas/tingkatan yaitu: pengetahuan, pemahaman, penggunaan/ penerapan, analisis, sintesis, evaluasi; afektif: Kratwohl, Bloom dan Masia dalam Dimyati dan Mudjiono (1999: 205) mengemukakan tuan ranah lima ranah afektif sebagai berikut: menerima, merespon, menilai, mengorganisasi, karakteristik.; dan psikomotorik: Kibler, Baket dan Miles dalam Dimyati dan Mudjiono (1999: 207) mengemukakan tujuan ranah psikomotorik sebagai berikut: gerakan tubuh yang moncolok, keterpatan gerak yang dikoordinasikan, perangkat komunikasi non verbal, kemampuan berbicara.
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Kelas IV SD Negeri 2 Sedadi Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan pada Semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. Jumlah siswa Kelas IV adalah sebanyak 34 siswa yang terdiri 15 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki.
Keadaan kondisi siswa dilihat dari latar belakangnya adalah semuanya anaknya petani. Tingkat perekonomian yang masih lemah sehingga mendorong siswa kurang merespon terhadap buku- buku penunjang. Mereka berfikir karena termasuk anak dengan penghasilan ekonomi sederhana maka tidak akan melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi dan inilah yang mendorong mereka malas dalam belajar. Kebiasaan mereka mulai dari kelas I sampai Kelas IV yang cenderung pasif dan hanya duduk, diam dan mencatat membuat mereka kurang aktif.
Tingkat intelegensi yang berbeda- berbeda dan sebagaian besar masih jauh dari yang diharapkan membaut mereka merasa takut terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Ketakutan itu timbul pada saat tidak mampu memahami materi sehingga untuk menyelesaikan soal mereka pun juga tidak mampu. Bahkan telah dikemukan di awal, ada 1 orang siswa yang terkadang tidak masuk sekolah pada saat hari terdapat jam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Inilah yang mendorong perlu diadakannya penelitian untuk mendorong para siswa lebih dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada Semester 2 Tahun pelajaran 2019/2020, mulai bulan juli sampai bulan Oktober yaitu selama 4 bulan. Tempat diadakan penelitian adalah di SD Negeri 2 Sedadi Kecamatan Penawangan Kabupaten Groboogan. Penelitian diadakan pada tempat tersebut karena peneliti bertugas di sekolah tersebut. Jadi tempat penelitian adalah pada tempat bertugas sehingga tidak mengganggu kegiatan ditempat tugas sehari-hari.
Data dan Cara pengumpulannya
- Sumber data adalah siswa dan guru
- Jenis data
Data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan kualitatif yang terdiri dari:
- Data prestasi belajar siswa pada pokok bahasan tentang Malaikat.
- Data observasi terhadap proses belajar siswa
- Data observasi terhadap proses mengajar guru
- Cara mengumpulkan data
- Data prestasi belajar siswa yang diambil dengan menggunakan latihan-latihan dengan tes.
- Data observasi belajar siswa yang diambil dengan observasi yang dilakukan melakukan penelitian terhadap keaktifan dan minat belajar siswa.
- Data observasi proses mengajar guru diambil dengan observasi sistematis di dalam kelas.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan hasil serangkaian kegiatan pada observasi awal dan dialog awal dengan rekan guru dan kepala sekolah, terlihat bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam belum dapat dilaksanakan dengan baik sehingga prestasi belajar yang dicapai siswa belum optimal. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik yaitu dengan metode Discovery Learning.
Sebelum tindakan pembelajaran, adapun suatu program tindakan pembelajaran peneliti dibantu oleh guru sejawat merancang pengembangan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan soal yang akan diberikan pada siswa pada setiap siklusnya.
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan isi rencana pelaksanaan pembelajaran dan menerapkan rancangan tindakan yang telah disusun berdasarkan permasalahan yang diduga mempengaruhi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa Kelas IV SD Negeri 2 Sedadi. Peneliti sebagai guru melaksanakan tindakan pembelajaran pada Kelas IV dengan berpedoman pada rancangan pembelajaran dan perencanaan tindakan kelas yang disusun sebelum pelaksanaan tindakan. RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) disusun oleh peneliti dengan dikonsultasikan pada kepala sekolah.
Pelaksana tindakan penelitian adalah peneliti yang bertindak sebagai guru, sedangkan observasi selama tindakan penelitian dilakukan peneliti yang didampingi oleh salah satu guru SD Negeri 2 Sedadi.
Pembelajaran pada pra siklus dilaksanakan hari Selasa, 7 Februari 2020. Kebanyakan siswa masih belum dapat menentukan konsep-konsep yang relevan. Setelah semua kegiatan selesai dilakukan, peneliti meminta perwakilan siswa untuk maju kedepan mengerjakan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakannya. Suasana kelas menjadi gaduh dan ramai karena beberapa siswa mulai saling menunjuk teman mereka yang dianggap pandai dan berani.
Setelah itu diadakan post test untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hampir semua tidak siap kalau diadakan test. Setelah post test berakhir peneliti memberikan tugas pada siswa sebagai PR untuk mempelajari materi berikutnya yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
Prestasi belajar siswa Kelas IV SD Negeri 2 Sedadi Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan masih belum sesuai dengan harapan hal ini terlihat dari bagaimana kesiapan siswa dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung. Prestasi belajar siswa Kelas IV SD Negeri 2 Sedadi Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan masih banyak yang mendapat nilai kurang dari nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu kurang dari 70.
Dari 34 peserta tes kegiatan pembelajaran Pra Siklus, terdapat 9 siswa yang tuntas atau 73,53%, siswa yang belum tuntas ada 25 anak atau 26,47%. Nilai tertinggi hanya 70 dan nilai terendah 50, dengan rata-rata kelas 60,57.
Setelah melihat hasil prestasi belajar siswa Kelas IV SD Negeri 2 Sedadi Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan penelitian akan melakukan penelitian dengan melaksanakan siklus I untuk meningkatkan prestasi siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas IV SD Negeri 2 Sedadi Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan.
Deskripsi Hasil Siklus I
Kegiatan refleksi ini untuk mengetahui hasil obeservasi tindakan kelas yang telah dilakukan. Dari kegiatan refleksi ini diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya, yaitu:
- Pembelajaran masih didominasi oleh peneliti
- Kebanyakan dari siswa tidak berani bertanya walaupun belum jelas. Siswa yang aktif bertanya merupakan siswa yang memperoleh peringkat dalam kelas.
- Keadaan kelas masih gaduh saat pelajaran berlangsung
- Kerjasama antar anggota kelompok hasih kurang dan proses pembelajaran masih cenderung bersikap individualis antar anggota kelompok.
- Pemahaman siswa masih rendah, hal ini dapat di lihat ketika peneliti bertanya pada siswa apakah sudah jelas atau belum, siswa meminta peneliti mengulang penjelasan lagi.
- Masih banyak siswa yang tidak memperhatikan pada saat diterangkan.
Deskripsi Hasil Siklus II
Kegiatan refleksi ini untuk mengetahui hasil observasi tindakan kelas siklus II. Refleksi dilakukan bersama rekan guru dengan peneliti. Ada beberapa hal yang diperoleh dari kegiatan refleksi sebagai masukan perbaikan proses pembelajaran, yaitu:
- Pembelajaran siklus II lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran tindakan kelas siklus I.
- Kemandirian siswa dalam mengerjakan soal dengan metode Discovery Learning mulai meningkat.
- Keberanian siswa untuk mengeluarkan ide/gagasan dan mengajukan pertanyaan mulai meningkat.
- Pemusatan perhatian siswa dalam pembelajaran sudah meningkat.
- Bimbingan peneliti kepada siswa lebih menyeluruh. Hal ini membuat siswa merasa diperhatikan dan tidak dibeda-bedakan.
- Alokasi waktu dalam pembelajaran dengan metode Discovery Learning sudah efektif.
- Kesadaran siswa untuk berinteraksi dengan anggota kelompok sudah mulai nampak.
Pembahasan Siklus I
Sebelum program perbaikan pembelajaran dilaksanakan siswa kurang memahami kompetensi dasar yang disajikan, karena peneliti dalam proses pembelajaran masih konseptual dan kurang memberikan pertanyaan tentang materi menceritakan kembali peristiwa penting yang dialami sendiri di lingkungan keluarga kepada siswa yang akibatnya siswa kurang termotivasi terhadap kegiatan terhadap kompetensi dasar tersebut. Hal itulah yang mendorong peneliti untuk melakukan proses perbaikan pembelajaran pada Siklus I.
Pada Pra Siklus siswa yang tuntas hanya 9 anak (26,47%) dengan rata-rata kelas 60,57. Hasil pada Siklus I setelah mengalami perbaikan ada peningkatan dengan 23 anak tuntas (67,65%) dengan rata-rata kelas 66,57.
Aktivitas siswa pada kegiatan Siklus I pertemuan pertama, mendapatkan nilai rata-rata 16,2 kategori cukup dan kualifikasi belum tuntas. Pada pertemuan ke-2 mendapatkan nilai rata-rata 19,0 kategori masih cukup dan kualifikasi belum tuntas.
Dengan melihat data aktivitas dan hasil belajar sudah ada peningkatan pada tiap pertemuan. Walaupun ada peningkatan tetapi masih belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Karena belum tuntas maka perlu dilanjutkan untuk perbaikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siklus II, untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Pembahasan Siklus II
Setelah mengadakan diskusi dengan teman sejawat juga berdasarkan hasil observasi maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran Siklus II. Pada proses pembelajaran Siklus II ini materi pembelajaran memfokuskan pada penggunaan metode Discovery Learning secara optimal. Kegiatan ini dilakukan dengan maksud agar tumbuh aktivitas siswa dalam kegiatan proses pembelajaran serta pemahaman tentang materi pokok pembelajaran.
Kemudian setelah perbaikan pembelajaran Siklus II diadakan evaluasi hasil yang diperoleh yaitu siswa yang tuntas juga meningkat, pada siklus I hanya terdapat 23 siswa (67,65%) pada siklus II siswa yang tuntas menjadi 32 anak (94,12%).
Demikian juga pada kegiatan aktivitas siswa pada siklus II juga terjadi peningkatan. Hasil observasi pada pertemuan pertama mendapatkan nilai rata-rata 23,3 kategori baik dan kualifikasi menyatakan tuntas. Pada pertemuan ke-2 terdapat peningkatan sehingga mendapatkan nilai rata-rata 25,8 dalam kategori baik dan kualifikasi tuntas.
PENUTUP
Simpulan
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di Kelas IV SD Negeri 2 Sedadi ini dengan menggunakan dua siklus. Siklus dalam penelitian ini terdapat empat tahap tindakan, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Simpulan secara singkat tentang penelitian ini adalah adanya peningkatan prestasi belajar dengan metode Discovery Learning. Dan dengan adanya peningkatan prestasi belajar siswa didalamnya juga terdapat peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan metode Discovery Learning. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut:
- Siswa terlihat tertarik dan antusias dengan adanya model pembelajaran baru yang diterapkan dikelas.
- Siswa terlihat memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan tidak ada siswa yang ramai sendiri dan semua mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bersama dengan kelompoknya.
- Selama proses pembelajaran berlangsung siswa terlihat aktif dan antusias mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas, yang semula hanya cukup menjadi baik.
- Peningkatan prestasi belajar siswa juga terlihat yaitu dengan nilai rata-rata awal 60,57 kemudian nilai rata-rata meningkat seiring dengan dilaksanakan siklus I menjadi 66,57 adanya pelaksanaan siklus II terlihat peningkatan nilai rata-rata 75,71.
- Selain adanya peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode Discovery Learning ini juga terdapat peningkatan aktivitas siswa. Siswa yang semula malu untuk bertanya setelah dilaksakan model Discovery Learning menjadi berani bertanya, siswa yang semula enggan mengerjakan soal bersama kelompoknya menjadi lebih bisa bersosialisasi dengan kelompoknya, siswa yang dulunya enggan maju kedepan kelas dan maju kedepan kelas hanya pada saat ditunjuk guru sekarang berlomba-lomba untuk maju kedepan mengerjakan soal. Hasil observasi menunjukkan pada kegiatan Siklus I pertemuan pertama, mendapatkan nilai rata-rata 16,2 kategori cukup dan kualifikasi belum tuntas. Pada pertemuan ke-2 mendapatkan nilai rata-rata 19,0 kategori masih cukup dan kualifikasi belum tuntas. Pada Siklus II pertemuan pertama mendapatkan nilai rata-rata 23,3 kategori baik dan kualifikasi menyatakan tuntas. Pada pertemuan ke-2 terdapat peningkatan sehingga mendapatkan nilai rata-rata 25,8 dalam kategori baik dan kualifikasi tuntas.
Saran
Dengan selesainya penelitian ini dan tercapainya indikator keberhasilan maka peneliti akan memberikan saran-saran. Saran ini dimaksudkan untuk ikut menyumbang pemikiran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Berikut disampaikan saran-saran yang diharapkan akan bermanfaat pada saat diadakan perbaikan pembelajaran, diantaranya:
- Guru dapat menerapkan metode Discovery Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai alternatif pembelajaran agar siswa tidak jenuh serta melatih belajar aktif pada siswa seperti dalam kurikulum.
- Guru sebaiknya menggali lebih banyak alternatif model pembelajar baru sehingga siswa tidak jenuh pada saat proses pembelajaran berlangsung.
- Bagi guru yang akan menerapkan metode Discovery Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar lebih teliti dan mengunakan instrumen yang lebih komplit, agar lebih diketahui peningkatan yang lebih baik, guna menghidari kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan pada penelitian ini.
Daftar Pustaka
Abdul Mujid Dan Yusuf Mudzakir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media.
Abdurahman Saleh. 2002. Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
Arifin. 2004. Perbandingan Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta
Dimyati dan Moedjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.
Fatah Yasin. 2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang Press.
http://karwono.wordpress.com/2008/02/27/artikel-penelitian-tindakan-kelas-classroom-action-research/.
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/02/penelitian-tindakan-kelas-definisi.html
Kementrian Agama RI. 1993. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Intermasa.
Margono, 2004, Metodologi Penelitian, Rineka Cipta: Jakarta.
Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana dan Ahmad Rifai. 2000. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar baru Algesindo.
Peraturan Pemerintah Rebublik Indonesia No. 1. 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta Sinar Grafika Offset
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Raja Grafindo Persada.
Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Bumi Aksara.