Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Peta Konsep
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN TENTANG SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PETA KONSEP PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD NEGERI JETIS 02 KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG
Tahun Pelajaran 2016/2017
Utoyo
SD Negeri Jetis 02 Bandungan
ABSTRAK
Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran PKn tentang Sistem pemerintahan pusat belum maksimal. Dari hasil ulangan PKn ternyata hanya 7 (31,82%) dari 22 siswa Kelas IV SD Negeri Jetis 02 Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang yang memperoleh nilai tuntas 75. Adapun nilai rata-rata PKn adalah 66,36. Rata-rata nilai tersebut belum mencapai syarat ketuntasan klasikal yaitu 75. Pemecahan masalah yang dilakukan guru yaitu dengan model pembelajaran Peta Konsep. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di SD Jetis 02 Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang pada bulan Maret-April 2017 Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: siswa Kelas IV yang berjumlah 22 siswa. Hasil penelitian: (1) Nilai hasil belajar pada prasiklus diperoleh rata-rata yang dicapai oleh siswa adalah 66,36. Pada Siklus I diperoleh rata-rata yang dicapai oleh siswa adalah 72,27. Terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar 5,91. Pada siklus II hasil belajar menunjukkan rata-rata 84,32. Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 12,05. Berdasarkan indikator keberhasilan ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 75 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 75% maka ketuntasan dan hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai; (2) Hasil observsi terhadap ketuntasan belajar siswa pada prasiklus menunjukkan pada tingkat 31,82% pada kategori rendah. Pada siklus I ketuntasan belajar menunjukkan pada tingkat 54,55% pada kategori sedang. Terjadi peningkatan sebesar 22,73%. Pada siklus II, ketuntasan belajar menunjukkan pada tingkat 86,36% pada kategori sangat tinggi. Peningkatan ketuntasan belajar siswa sebesar 31,82%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Peta Konsep dapat meningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar PKn kelas Kelas IV semester 2 SD Negeri Jetis 02 Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.
Kata kunci: hasil belajar, ketuntasan belajar, model pembelajaran Peta Konsep.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dipandang sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Standar Isi PKn, 2007: 14). Oleh karena itu, tidak tepat bila dalam pembelajaran guru hanya menitikberatkan pada pengukuran pengetahuan saja, tetapi harus mengarahkan pada penanaman aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.
Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, aktivitas siswa sangat dibutuhkan agar kondisi kelas dapat hidup. Kelas yang hidup ditandai adanya interaksi belajar mengajar yang dilakukan antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun dengan lingkungannya. Interaksi yang baik antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan lingkungan akan membuat pelajaran menjadi menyenangkan. Menyenangkan karena interaksi tersebut terjadi karena guru menggunakan berbagai macam metode, media dan sumber belajar yang memungkinkan siswa terlibat secara intelektual, emosional, maupun fisik dalam pembelajaran.
Suasana pembelajaran yang seperti itulah yang diharapkan terjadi pada setiap mata pelajaran, namun tidak demikian yang terjadi pada mata pelajaran PKn kelas IV SD N Jetis 02. Guru kelas menganalisis bahwa siswa kurang beraktivitas dalam mengikuti pelajaran PKn. Hal ini ditandai dengan: (1) keadaan kelas yang pasif, siswa cenderung diam saat guru mengajar, (2) siswa yang diberi pertanyaan lebih banyak diam daripada menjawab pertanyaan guru, (3) saat belajar mengajar berlangsung banyak siswa yang tidak memperhatikan guru yang mengajar.
Kondisi kelas yang demikian mungkin dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan guru yang cenderung konvensional, dengan cara: (a) mengajar banyak ceramah, (b) tidak menggunakan alat peraga/ alat bantu yang dapat merangsang siswa untuk beraktivitas dalam belajar. Untuk mengatasi kondisi kelas yang demikian sebenarnya terdapat banyak model pembelajarn yang dapat digunakan, seperti cooperatif script, picture and picture, mengembangkan peta konsep, dan lain-lain. Pada penelitian ini dipilih model peta konsep untuk meningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran mata pelajaran PKn kelas IV SD Negeri Jetis 02 Kec. Bandungan, dengan alasan: (a) peta konsep sangat murah dan mudah karena dapat memakai papan tulis yang ada, (b) peta konsep sudah lazim dilihat anak-anak baik dalam mata pelajaran PKn maupun dalam mata pelajaran lain, (c) guru sangat familiar dalam pembuatan peta konsep karena sejak menjadi mahasiswa pendidikan guru sudah dibekali peta konsep, (d) dengan peta konsep alur pikir siswa akan terbentuk menjadi lebih sistematis, (e) siswa akan mudah menangkap inti bahan pembelajaran secara lebih sederhana.
Pembelajaran yang berhasil ditunjukkan dengan dikuasainya materi pelajaran oleh siswa. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran â€Sistem pemerintahan pusat†dinyatakan dalam nilai. Dari hasil ulangan PKn ternyata hanya 7 (31,82%) dari 22 siswa Kelas IV SD Negeri Jetis 02 Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang yang memperoleh nilai tuntas 75. Adapun nilai rata-rata PKn Kelas IV SD Negeri Jetis 02 Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang adalah 66,36. Rata-rata nilai tersebut belum mencapai syarat ketuntasan klasikal yaitu 75. Pencapaian nilai di bawah target tersebut menunjukkan pembelajaran belum berhasil.
Salah satu upaya yang dilakukan guru di Kelas IV di SD Negeri Jetis 02 Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang yaitu dengan cara menggunakan model pembelajaran peta konsep.
Model peta konsep merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis, rasional, berani mengemukakan pendapat dan ide serta dapat saling membantu. Dengan model pembelajaran ini diyakini dapat meningkatkan aktivitas siswa.
Secara empiris kurangnya aktivitas siswa disebabkan karena proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung terpusat pada guru (techer centered) sehingga siswa menjadi pasif, meskipun demikisn guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktek, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Dalam hal ini siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berfikir dan memotivasi diri sendiri. Masalah ini banyak dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas, oleh karena itu perlu menerapkan strategi belajar yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula terpusat pada guru beralih berpusat pada murid, metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori dan pembelajaran ang semual semual tradisional diganti dengan yang modern (model pembelajaran yang inovatif). Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas siswa.
Dengan adanya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran Peta Konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Jetis 02 Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka agar lebih terfokus dalam menangani masalah di atas, diantaranya sebagai berikut:
1. Apakah hasil belajar PKn tentang “Sistem pemerintahan pusat†dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Peta Konsep pada siswa Kelas IV Semester 2 SD Negeri Jetis 02 Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang?
2. Apakah ketuntasan belajar PKn tentang “Sistem pemerintahan pusat†dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Peta Konsep pada siswa Kelas IV Semester 2 SD Negeri Jetis 02 Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah , maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah ;
1. Meningkatkan hasil belajar PKn tentang “Sistem pemerintahan pusat†melalui model pembelajaran Peta Konsep pada siswa Kelas IV Semester 2 SD Negeri Jetis 02 Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.
2. Meningkatkan ketuntasan belajar PKn tentang “Sistem pemerintahan pusat†melalui model pembelajaran Peta Konsep pada siswa Kelas IV Semester 2 SD Negeri Jetis 02 Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik ditinjau secara teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan bahan pertimbangan bagi penelitian berikutnya.
b. Hasil penelitian ini di harapkan dapat mengembangkan ilmu pendidikan, khususnya dalam pembentukan suasana belajar yang berbeda dengan menggunakan model pembelajaran tipe Peta Konsep.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn khususnya pada materi tentang “Sistem pemerintahan pusatâ€.
2) Siswa dapat meningkatkan keberanian siswa dalam mengemukakan ide, pertanyaan maupun saran.
b. Bagi Guru Mata Pelajaran
1) Guru dapat menerapkan metode pembelajaran PKn dengan model pembelajaran Peta Konsep ebagai suatu alternatif yang menarik terhadap aktivitas dan hasil belajar.
2) Dapat memotivasi untuk lebih meningkatkan keterampilan memilih metode pembelajaran yang bervariasi dan dapat memperbaiki sistem pembelajaran.
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menambah penggetahuan dan wawasan terutama menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah yang membuat sktivitas belajar siswa menurun, dan bisa menerapkan model pembelajaran Peta Konsep.
KAJIAN TOERI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Kajian Teori
Model Pembelajaran Peta Konsep
|
Pembelajaran dengan penerapan Model pembelajaran peta konsep merupakan salah satu bagian dari strategi organisasi. Strategi organisasi bertujuan membantu pebelajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan organisasi bertujuan membantu pebelajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan-bahan tersebut. Strategi-strategi organisasi dapat terdiri dari pengelompokan ulang ide-ide atau istilah-istilah atau membagi ide-ide atau istilah-istilah itu menjadi subset yang lebih kecil. Strategi- strategi ini juga terdiri dari pengidentifikasian ide-ide atau fakta-fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar. Faktor yang paling penting yang mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Sebelum menyediakan suatu alat atau cara yang sesuai yang digunakan, guru perlu mengetahui apa yang telah diketahui oleh para siswa. Berkenaan dengan itu, cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep (Anwar Holil, 2008:1).
Konsep dapat didefenisikan dengan bermacam-macam rumusan. Salah satunya adalah defenisi yang dikemukakan Carrol dalam Kardi (1997: 2) bahwa konsep merupakan suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok obyek atau kejadian. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain.
Tidak ada satu pun definisi yang dapat mengungkapkan arti yang kaya dari konsep atau berbagai macam konsep-konsep yang diperoleh para siswa. Oleh karena itu konsep-konsep itu merupakan penyajian internal dari sekelompok stimulus, konsep-konsep itu tidak dapat diamati, dan harus disimpulkan dari perilaku. Dahar menyatakan bahwa konsep merupakan dasar untuk berpikir, untuk belajar aturan-aturan dan akhirnya untuk memecahkan masalah. Dengan demikian konsep itu sangat penting bagi manusia dalam berpikir dan belajar.
Pemetaan konsep merupakan suatu alternatif selain outlining, dan dalam beberapa hal lebih efektif daripada outlining dalam mempelajari hal-hal yang lebih kompleks. Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi merupakan dua atau lebih konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik (Anwar Holil, 2008:1).
George Posner dan Alan Rudnitsky dalam (Anwar Holil, 2008:1) menyatakan bahwa peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat. Peta konsep bukan hanya meggambarkan konsep-konsep yang penting melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep itu dapat digunakan dua prinsip, yaitu diferensiasi progresif dan penyesuaian integratif. Menurut Ausubel dalam (Anwar Holil, 2008:1) diferensiasi progresif adalah suatu prinsip penyajian materi dari materi yang sulit dipahami. Sedang penyesuaian integratif adalah suatu prinsip pengintegrasian informasi baru dengan informasi lama yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu belajar bermakna lebih mudah berlangsung, jika konsep-konsep baru dikaitkan dengan konsep yang inklusif.
Jadi pengertian model pembelajaran peta konsep yaitu model pembelajaran yang memetakan hubungan antar ide-ide dalam suatu bagan. Peta konsep meggambarkan konsep-konsep yang penting dan menghubungkan antara konsep-konsep itu secara diferensiasi progresif dan penyesuaian integratif.
Hasil belajar
Belajar merupakan aktivitas sehari-hari bagi seorang pelajar yang semula tidak tahu dan tidak bisa menjadi tahu dan bisa melakukan sesuatu. Dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007 disebutkan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang akibat pengolahan atas pengalaman yang diperoleh dan praktik yang dilakukan siswa.
Beberapa psikolog dalam Rifa’i dan Catharina (2009: 82) mengemukakan beberapa pengertian belajar:
1) Gagne dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupakan aktivitas dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
2) Morgan et.al. menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.
3) Slavin menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.
Menurut Gagne dalam Rifa’i dan Catharina (2009: 82) belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat pelbagai unsur yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Beberapa unsur yang dimaksud yaitu peserta didik, rangsangan, memori, dan respon. Kegiatan belajar akan terjadi pada diri peserta didik apabila terdapat interaksi antara stimulus dengan isi memori, sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum dan setelah adanya stimulus tersebut. Apabila terjadi perubahan perilaku, maka perubahan perilaku itu menjadi indikator bahwa peserta didik telah melakukan kegiatan belajar.
Slameto (2003) mengemukakan belajar adalah suatu aktivitas usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan pada seseorang yang dilakukan secara sadar sebagai akibat dari pengalaman dan latihan dalam berinteraksi dengan lingkungan yang dialami dan tampak pada perubahan tingkah lakunya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Hasil belajar
Dalam aktivitas belajar, dalam periode waktu tertentu dilakukan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam menyerap pelajaran.
Menurut Gagne, aktivitas dan hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan kepada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema-skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori (Purwanto, 2009: 42).
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Rifai dan Chatarina, 2009: 4). Aspek-aspek yang diperoleh sebagai perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang telah dipelajari.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang relevan dengan tujuan pembelajaran dan sering digunakan sebagai ukuran seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang diajarkan. Menurut Gronlund dalam Purwanto (2009: 45) hasil belajar yang diukur merefleksikan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaranan yaitu tujuan yang menggambarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Semua komponen pengajaran seperti pemilihan bahan pengajaran, kegiatan guru dan peserta didik, pemilihan sumber belajar, serta penyusunan tes bertolak dari tujuan pembelajaran, karena itu merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran.
Hasil belajar merefleksikan keleluasaan, kedalaman, dan kompleksitas dan digambarkan secara jelas serta dapat di ukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu (Sugandi, 2004: 63).
Benyamin S. Bloom (Rifai dan Catharina, 2009: 6) mengelompokkan hasil belajar ke dalam 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ketiga ranah ini menjadi obyek penilaian aktivitas dan hasil belajar yang terdiri dari beberapa tingkatan. Ranah kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif terdiri dari lima tingkatan yaitu: penerimaan, tanggapan, penilaian, pengorganisasian nilai, dan karakteristik nilai. Sedangkan ranah psikomotorik terdiri dari tujuh tingkatan yaitu: persepsi, kesiapan, mekanisme, respon terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan keaslian.
Hasil belajar kognitif berupa perubahan dalam aspek kemampuan berpikir. Hasil belajar afektif berupa perubahan dalam aspek kemampuan merasakan. Sedangkan aktivitas dan hasil belajar psikomotorik berupa sikap dan keterampilan. Hasil belajar yang diidentifikasikan dalam tulisan ini mengacu pada ranah kognitif.
Dari beberapa pendapat di atas, hasil belajar dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk perubahan perilaku yang meliputi 3 aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik yang disebabkan karena telah menguasai bahan yang diajarkan sesuai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dalam aktivitas belajar mengajar dan dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian. Tes ini disusun dan dikembangkan dari pengetahuan, pemahaman, atau aplikasi suatu konsep yang dipelajari oleh siswa dalam aktivitas belajar di kelas.
Kerangka Pikir
Pemahaman siswa dalam pelajaran PKn yang rendah menyebabkan rendahnya tingkat pencapaian aktivitas dan hasil belajar. Penelitian tindakan kelas ini menggunakna model Peta Konsep yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman materi PKn dengan mudah, mengembangkan kemampuan akademik, siswa dapat bekerjasama, saling membantu antara teman terutama yang mengalami kesulitan belajar, dan saling bertanggungjawab antar teman secara berpasangan. Selain itu guru kelas juga bertambah pengetahuan dan kreativitas dalam merancang pembelajaran dan membuat media sesuai karakteristik siswa.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Lokasi yang penelitian adalah di SD Negeri Jetis 02 Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian tindakan kelas yaitu:
PraSiklus : 4 April 2017
Siklus I : 11 April 2017
Siklus II : 18 April 2017
Subjek Penelitia n
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Guru kelas IV SD Negeri Jetis 02 Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.
2. Siswa Kelas IV semester 2 SD Negeri Jetis 02 Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang yang berjumlah 22 orang siswa.
Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas-petugasnya) dari sumber pertanyaan (Sumadi Suryabrata, 2008:84) Dalam penelitian ini, data primer yang diperoleh oleh peneliti adalah: hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri Jetis 02, Guru pengampu mata pelajaran, dan siswa kelas IV.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diterbitkan oleh organisasi yang bukan merupakan pengolahan peneliti, data tersebut biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, misalnya data mengenai keadaan demografis suatu daerah, data mengenai produktivitas suatu sekolahan tersebut atau perguruan tinggi, dan sebagainya (Sumadi Suryabrata, 2008:85). Data sekunder ini digunakan sebagai data pendukung dari data primer, misal data tentang siswa, nilai mata pelajaran siswa, dan data-data lain.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal pembelajaran PKn tentang Sistem pemerintahan pusat merupakan pembelajaran yang dilaksanakan sebelum menggunakan model pembelajaran Peta Konsep. Pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Hasil observasi aktivitas dan hasil belajar sebagai berikut:
Dalam tindakan ini, untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa diadakan evaluasi yang dilaksanakan akhir pembelajaran materi pelajaran tentang Sistem pemerintahan pusat. Materi evaluasi meliputi lembaga MPR, DPR, Presiden dan Wakil Presiden.
Dari 24 siswa, siswa yang mencapai ketuntasan dengan mendapatkan nilai ³ 75 sebanyak 7 anak (29,17%), sedangkan yang belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 75 ada 17 anak (75,83%). Nilai rata-rata siswa 65,63. Dari uraian hasil data di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas IV di SD N Kupang 01 pada mata pelajaran PKn masih rendah, oleh karena itu penulis merasa perlu melakukan penelitian untuk meningkatkan aktivitas belajar dan haisl belajar siswa.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Pembahasan lebih banyak didasarkan pada hasil observasi dan refleksi pada setiap siklusnya. Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Peta Konsep.
Siklus I
Berdasarkan nilai hasil belajar, pada prasiklus diperoleh nilai rata-rata tes sebesar 65,63 dengan ketuntasan belajar klasikal 29,17%. Pada siklus I nilai rata-rata menjadi 73,33 dengan ketuntasan belajar klasikal 66,67% (16 siswa) tuntas belajar dengan mendapat nilai ³ 75. Peningkatan rata-rata nilai sebesar lah 7,71 dan peningkatan pencapaian KKM sebesar 37,50%.
Berdasarkan pertimbangan ketuntasan belajar individu adalah 75 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 75% maka aktivitas dan hasil belajar siklus I ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal belum tercapai. Maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II.
Siklus II
Pada siklus I hasil belajar diperoleh nilai rata-rata tes sebesar 73,33 dan ketuntasan belajar kelas 66,67%. Pada siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata menjadi 79,58 dengan ketuntasan belajar klasikal 83,33% (20 siswa) tuntas belajar dengan mendapat nilai ³ 75. Peningkatan rata-rata nilai sebesar lah 6,25 dan peningkatan pencapaian KKM sebesar 16,67%.
Berdasarkan pertimbangan ketuntasan belajar individu adalah 75 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 75% maka aktivitas dan hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai. Maka penelitian ini sudah berhasil.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Peta Konsep dapat meningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar PKn siswa Kelas IV semester 2 SD Negeri Kupang 01 Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Peta Konsep dapat meningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar PKn Kelas IV semester 2 SD Negeri Jetis 02 Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, dengan rincian sebagai berikut.
1. Nilai hasil belajar pada prasiklus diperoleh rata-rata yang dicapai oleh siswa adalah 66,36. Pada Siklus I diperoleh rata-rata yang dicapai oleh siswa adalah 72,27. Terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar 5,91. Pada siklus II hasil belajar menunjukkan rata-rata 84,32. Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 12,05. Berdasarkan indikator keberhasilan ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 75 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 75% maka ketuntasan dan hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai.
2. Hasil observsi terhadap ketuntasan belajar siswa pada prasiklus menunjukkan pada tingkat 31,82% pada kategori rendah. Pada siklus I ketuntasan belajar menunjukkan pada tingkat 54,55% pada kategori sedang. Terjadi peningkatan sebesar 22,73%. Pada siklus II, ketuntasan belajar menunjukkan pada tingkat 86,36% pada kategori sangat tinggi. Peningkatan ketuntasan belajar siswa sebesar 31,82%.
Implikasi
Model pembelajaran Peta Konsep ini memberikan kesempatan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah secara bersama melalui diskusi berpasangan secara menarik menggunakan media film dokumenter tentang Sistem pemerintahan pusat. Siswa juga diberi kesempatan untuk mendiskusikan masalah. Dengan adanya diskusi, saling kerjasama dalam pasangan membuat siswa merasa senang dan lebih bersemangat dalam belajar. Dengan cara ini, siswa yang tadinya merasa sulit ketika mengerjakan sendiri menjadi lebih mudah karena dapat bekerjasama dengan pasangan dengan menggunakan media menarik berupa film dokumenter tentang Sistem pemerintahan pusat.
Saran
Menurut hasil kesimpulan di atas, maka disarankan:
1. Model pembelajaran Peta Konsep dapat meningkatkan ketuntasan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Maka pendekatan tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan pembelajaran yang lainnya.
2. Sebaiknya guru melaksanakan refleksi tentang kelemahan penggunaan model pembelajaran Peta Konsep dalam pembelajaran, yaitu meskipun manfaatnya sangat baik, tetapi model pembelajaran Peta Konsep membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga menyita waktu guru dalam menyiapkan pembelajaran mata pelajaran lain. Untuk itu tidak semua mata pelajaran menggunakan model pembelajaran Peta Konsep. Guru harus mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa dan tantangan bagi guru.
3. Bagi para guru kelas lain yang sedang mengalami permasalahan yang sama dalam pembelajaran menggunakan peta konsep. Untuk itu guru perlu mempertimbangkan lebih jauh sebelum menggunakan peta konsep, yaitu guru menggunakan peta konsep yang bisa dibaca oleh guru dan siswa yang duduk di bagian depan maupun di belakang, sehingga siswa yang duduk di bagian belakang tidak bisa membaca tulisan pada peta konsep yang di tempelkan guru di papan tulis.
Daftar Pustaka
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widiya.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor: 20 Tahun 2003.
Depdiknas. 2007. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta.
Erman, Suherman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA-UPI.
Harsanto, Radno. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius.
Hidayat, Nur. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Peta Konsep (concept mapping) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Nguling 3 Kabupaten Pasuruan. Skripsi. Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang.
Holil, Anwar. 2008. Peta Konsep untuk Mempermudah Konsep Sulit dalam Pembelajaran, http://pkab/. wordpress. com/2008/ 04/23/ 23 April 2008.
Junet, 2009. Penerapan Pembelajaran Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Minggir Winongan Pasuruan Dalam Pembelajaran PKn. Skripsi, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah. Program Studi S1 PGSD FIP Universitas Negeri Malang.
Kardi, S. 1997. Pengajaran Langsung. Surabaya: Unesa University Press.
Moleong, Lexy J. 2011. Prosedur Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Rosda Karya.
Nur, M dan Wikandari PR. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya: Unesa University Press.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rifa,i, Achmad & Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES.
Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES.
Sunarso dan Anis Kusumawardani. 2008. Pendidikan kewarganegaraan 4: untuk SD/MI kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Suryabrata, Sumadi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.