PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH (ICM)

 

Nur Hidayati

SD N 1 Leteh Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang

 

ABSTRAK

Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tentang penerapan penerapan model pembelajaran Index Card Match (ICM). Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PAI Siswa Kelas IV SD N 1 Leteh Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran Index Card Match (ICM) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PAI. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas mempunyai empat tahapan yaitu; Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan Refleksi. Teknik pengumpul data adalah observasi langsung dan alat pengumpul data adalah lembar observasi. Penelitian dilakukan 3 siklus. Satu siklus satu kali pertemuan. Hasil belajar pada siklus I mencapai ketuntasan sebesar 59% sedangkan pada siklus II diperoleh tingkat ketuntasan sebesar 78% dan siklus III diperoleh tingkat ketuntasan sebesar 97%. Sedangkan aktivitas siswa siklus I sebesar 65%, siklus II sebesar 71 dan siklus III sebesar 82%. Dapat disimpulkan dengan menggunakan model pembelajaran Index Card Match hasil belajar PAI pada siswa kelas IV SD N 1 Leteh Tahun pelajaran 2015/2016.

Kata-kata kunci: Aktivitas Siswa, Hasil Belajar, Index Card Match

 

PENDAHULUAN

Guru merupakan tenaga pendidik yang secara langsung terlibat dalam proses belajar mengajar, maka guru sebagai pendidik memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, guru sebagai ujung tombak peningkatan mutu pendidikan, pengajar maupun pendidik sehingga guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi yang diperlukan agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Guru menggunakan strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta- fakta tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa membangun pengetahuan di benak mereka sendiri. Model pembelajaran yang digunakan guru sangat berpengaruh dalam menciptakan situasi belajar yang benar-benar menyenangkan dan mendukung kelancaran proses belajar mengajar, serta sangat membantu dalam pencapaian prestasi belajar yang memuaskan.

Kekurangaktifan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran dapat terjadi karena metode yang digunakan kurang melibatkan aktivitas siswa secara langsung. Pembelajaran di kelas masih banyak didominasi oleh guru sehingga kurang mampu membangun persepsi, minat, dan sikap siswa yang lebih baik. Kebanyakan anak didik mengalami kebosanan dikarenakan model pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga kurangnya minat dan sikap siswa tersebut berdampak terhadap prestasi belajar yang secara umum kurang memuaskan.

Dalam proses belajar mengajar, guru tidak hanya menyampaikan materi namun juga guru harus bisa secara maksimal menyampaikan apa isi dari materi yang diajarkan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Selain itu, tugas guru juga harus mampu menyampaikan materi dengan menggunakan suatu metode atau juga strategi pembelajaran yang mampu menciptakan suasana belajar yang ceria, menyenangkan, dan juga siswa mampu memahami materi yang disampaikan. Jika guru tidak mampu menyampaikan materi dengan baik dapat menimbulkan ketidakpahaman dan kebosanan bagi siswa dalam menerima materi yang disampaikan.

Berdasarkan pada perolehan hasil belajar siswa pada materi mengenal ketentuan salat kelas IV SD Negeri 1 Leteh memperoleh nilai rendah, dikarenakan dari jumlah siswa 37 siswa hanya 20 siswa atau 54% siswa yang dapat menuntaskan pembelajaran. Rendahnya hasil belajar tersebut kemungkinan disebabkan oleh faktor model pembelajaran yang diterapkan guru yaitu metode ceramah, dengan materi yang banyak memungkinkan siswa merasa jenuh, sehingga seing ramai bahkan banyak yang mengantuk saat pembelajaran sedang berlangsung.

Berangkat dari permasalahan di atas maka peneliti berupaya untuk menerapkan metode pembelajaran yang lebih variatif yaitu dengan menggunakan model pembelajaran index card match.

Mengacu pada paparan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “apakah dengan menggunakan model pembelajaran index card match (ICM) dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Leteh Tahun Pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam?”.

Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1) Ingin mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa setelah diterapkan nya model pembelajaran index card match (ICM). 2) Ingin mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran index card match (ICM).

LANDASAN TEORI

Aktivitas Belajar Siswa

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2007). Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.

Menurut Montessori dalam Hamalik (2006) pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. anak (siswa) belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya. Serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup dimasyarakat. Dalam kemajuan metodologi dewasa ini asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu unit activity program, sehingga kegiatan belajar (aktivitas) siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai.

Menurut Whipple dalam Hamalik (2006) menjeIaskan aktivitas belajar dengan membagi kegiatan-kegiatan murid sebagai berikut: 1) Bekerja dengan alat-alat visual, 2) Mempelajari masaalah-masalah, 3) Mengapresiasi literature, 4) Ilustrasi dan konstruksi, 5) Bekerja menyajikan informasi, dan 6) Cek dan tes.

Selanjutanya menurut Hamalik (2006) dijelaskan bahwa penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, karena: 1) Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri, 2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral, 3) Memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan siswa, 4) Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri, 5) Memupuk disiplin kelas secara wajar dan susana belajar menjadi demokratis, 6) Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat dan hubungan anatara orang tua dengan guru, 7) Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan kongkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindari perbalistis, 8) Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.

Hasil Belajar Siswa

 Menurut Slameto (2007) untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi hasil belajar meliputi (1) faktor siswa; (2) faktor pengajar (guru); (3) bahan dan materi yang dipelajari; (4) media pengajaran; (5) karakteristik fisik sekolah; (6) faktor lingkungan dan situasi. Karakteristik siswa meliputi karakteristik psikis yang terdiri dari kemampuan intelektual dan kemampuan non intelektual seperti sikap dan kebiasaan belajar, minat, perhatian, bakat, motivasi dan kondisi psikis seperti pengamatan, fantasi, persepsi, dan perasaan.

Faktor kondisi fisik seperti keadaan indera, kesehatan dan gizi. Faktor pengajar mencakup penguasaan materi, ketrampilan mengajar, karakteristik pribadi guru, afektif seperti minat, motivasi, sikap bimbingan belajar, perhatian dan kondisi fisik pada umumnya. Faktor bahan yang diajarkan meliputi jenis materi, tingkat kesukaran, dan kompleksitas bahan pelajaran. Media pengajaran mencakup jenis karakteristik media dan kemampuan menggunakan media. Karakteristik madrasah terdiri dari keadaan gedung, dan fasilitas madrasah. Dan faktor lingkungan meliputi lingkungan alam seperti suhu, keadaan musim dan kelembaban udara.

Menurut Arikunto (2006) dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, berasal dari dalam dirinya sendiri dan dari luar dirinya. Guru dipandang dari siswa merupakan faktor diluar diri sendiri. Oleh karena itu guru mempunyai peran yang sangat penting dan menentukan keberhasilan belajar siswa. Di samping faktor-faktor lainnya, guru merupakan faktor eksternal yang sangat penting, yang mempunyai kemampuan untuk mengubah faktor-faktor lainnya (Arikunto, 2006).

Index Card Match (Mencari Pasangan)

Strategi pembelajaran aktif index card match adalah metode pemecahan masalah yang digunakan dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Strategi ini digunakan agar dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu indeks yang ada di tangan mereka. Proses pembelajaran ini lebih menarik karena siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan (Fauziah, 2014. http://www.sekolahdasar.net/2013/10/metode-pembelajaran-index-card-match.html). Dalam strategi ini siswa harus mengerjakan banyak tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar juga harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras. Dengan demikian strategi ini membuat siswa terbiasa aktif mengikuti pembelajaran sehingga aktivitas siswa meningkat. Strategi pembelajaran aktif index card match dapat melatih pola pikir siswa karena dengan metode ini siswa dilatih kecepatan berpikirnya dalam mempelajari suatu konsep atau topik melalui pencarian kartu jawaban atau kartu soal, setiap siswa pasti mendapat pasangan kartu yang cocok lalu mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa bersama pasangannya dan siswa lainnya. Dengan mendiskusikan bersama pasangannya maka siswa akan lebih mengerti dengan konsep materi yang sedang dipelajari. Pembelajaran ini dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, maka diharapkan dapat meningkatkan semangat dan aktivitas siswa dalam belajar siswa dalam kegiatan belajar. Adapun langkah – langkah Strategi Pembelajaran Aktif Index Card Match adalah sebagai berikut:1) Guru membuat potongan-potongan kartu sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas, 2) Guru membagi potongan kartu-kartu tersebut menjadi dua bagian yang sama, 3) Pada separuh bagian potongan kartu-kartu, guru menuliskan pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari. Setiap kartu berisi satu pertanyaan, 4) Pada separuh kartu yang lain, guru menuliskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat, 5) Guru mengocok semua kartu sehingga akan tercampur antara pertanyaan dan jawaban, 6) Guru membagikan satu kartu kepada setiap siswa. Guru selanjutnya menjelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh dari jumlah siswa akan mendapatkan pertanyaan dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban, 7) Guru meminta kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, guru meminta kepada mereka untuk duduk berdekatan. Guru juga menjelaskan agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain, 8) Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, guru meminta kepada setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan pertanyaan yang diperoleh dengan keras kepada teman-temannya yang lain. Selanjutnya pertanyaan tersebut dijawab oleh pasangannya, 9) Guru mengakhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.(sekolahdasar.net,2013,metode pembelajaran indek-card-match http://www.sekolahdasar.net/2013/10/metode-pembelajaran-index-card-match.html. diakses tanggal 4 Januari 2016).

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2015/2016 semester genap, tepatnya dimulai pada bulan Pebruari sampai dengan bulan April tahun 2016, sesuai kalender pendidikan (Kaldik) dan program semester (Promes) yang bertepatan dengan penyampaian materi mengenal malaikat dan tugasnya.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN 1 Leteh tahun ajaran 2015/2016. Siswa kelas IV SD N 1 Leteh berjumlah 37 orang siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.

 

Metode Dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini dikumpulkan melalui tes, observasi, dan dokumentasi.

Teknik Analisis Data

1.      Lembar observasi aktivitas siswa

Aktivitas siswa dalam pembelajaran yang diamati antara lain: 1) kentusiasan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, 2) keberanian siswa dalam bertanya pada proses pembelajaran, 3) usaha dan kreativitas siswa dalam mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban pada model pembelajaran ICM, 4) ketepatan hasil antara kartu soal dengan kartu jawaban, 5) kemampuan siswa dalam memaparkan hasil pencocokan kartunya, dan 6) keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat, Indikator untuk tiap-tiap aktivitas terdapat dalam lampiran 17. Untuk mengukur aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dilakukan penghitungan data hasil aktivitas siswa dengan rumus:

% Skor = Skor yang diperoleh seluruh siswa X 100%

 Jumlah siswa x Skor maksimal

Kualifikasi Persentase Keaktifan Siswa

Persentase

Kategori

75% – 100%

Sangat tinggi

50% – 74,99%

Tinggi

25% – 49,99%

Sedang

0% – 24,99%

Rendah

 

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran. Tujuan utama PTK adalah pengembangan keterampilan proses pembelajaran, bukan untuk mencapai pengetahuan umum dalam bidang pendidikan (Mulyasa, 2009). Dalam melakukan penelitian tindakan kelas tidak hanya berusaha mengungkapkan penyebab berbagai masalah pembelajaran yang dihadapi guru dan siswa di kelas, tetapi mencarikan cara mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran tersebut. Rencana tindakan hendaknya memuat berbagai informasi tentang: (1) pengembangan materi pembelajaran, (2) pemilihan metode pembelajaran, (3) prosedur pemecahan masalah, (4) penentuan alat dan teknik pengumpulan data dan informasi yang diperlukan, (5) rencana pengumpulan dan pengolahan data, (6) rencana untuk melaksanakan tindakan pemecahan masalah, (7) rencana evaluasi tindakan sekaligus evaluasi pembelajaran (Mulyasa, 2009).

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah: 1) Diharapkan dengan penerapan strategi pembelajaran index card match (ICM) dapat meningkatkan keaktifan siswa ≥75% siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. 2) Apabila hasil belajar secara klasikal mampu mencapai ketuntasan

 

 

HASIL PENELITIAN

Hasil Penelitian

Siklus I

1.   Paparan hasil belajar siswa siklus I

Diketahui hasil belajar siswa menunjukkan hanya 59% atau 22 siswa yang tuntas belajar, artinya bahwa sebanyak 41% atau 15 siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran PAI yang telah ditentukan yaitu 70. Nilai rata-rata kelas untuk kelas IV hanya 68 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40.

2.   Paparan hasil aktivitas belajar siswa siklus I

Aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari persentase kehadiran siswa dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran index card match. Persentase kehadiran siswa yang diperoleh pada siklus I mencapai 100%. Persentase aktivitas siswa diperoleh melalui pengamatan terhadap aspek-aspek aktivitas belajar siswa. Aspek-aspek aktivitas belajar siswa yang diamati pada penelitian ini antara lain: Aktivitas siswa, yang meliputi: (1) Kehadiran siswa dalam mengikuti pembelajaran dan (2) Aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran, mencakup: (1) Keantusiasan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) Keberanian siswa dalam bertanya; (3) Usaha dan kreativitas siswa dalam mencari pasangan kartu pertanyaan dan kartu jawaban; (4) Ketepatan hasil antara kartu pertanyaan dan kartu jawaban; (5) Kemampuan siswa dalam memaparkan hasil pencocokan kartunya; dan (6) Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat. Masing-masing aspek atau indikator penilaian terdiri dari empat deskriptor. Pemberian skor pengamatan aktivitas siswa didasarkan pada jumlah deskriptor yang ditunjukkan siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Persentase perolehan skor pada lembar observasi diakumulasi untuk menentukan seberapa besar aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran untuk setiap siklus. Data persentase aktivitas belajar siswa pada sikus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I

No

Aspek-Aspek Yang Diamati

Persentase

Kriteria

1

Keantuasiasan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.

57

Tinggi

2

Keberanian siswa dalam bertanya pada proses pembelajaran

66

Tinggi

3

Usaha dan kreativitas siswa dalam mencari pasangan kartu

pertanyaan dan kartu jawaban

65

Tinggi

4

Ketepatan hasil antara kartu pertanyaan dan kartu jawaban

76

Tinggi

5

Kemampuan siswa dalam memaparkan hasil pencocokan kartunya

68

Tinggi

6

Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat.

57

Tinggi

 

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa pada siklus I masih banyak aspek yang persentase aktivitasnya kurang dari 75%, sehingga aktivitas belajar siswa belum sesuai harapan. Dari keenam aspek tersebut, hanya ada satu aspek yang pencapaiannya sangat tinggi, yakni aspek Berdasarkan tabel 4.3, dapat dilihat bahwa pada siklus I masih banyak aspek yang persentase aktivitasnya kurang dari 75%, sehingga aktivitas belajar siswa belum sesuai harapan. Dari keenam aspek tersebut, hanya ada satu aspek yang pencapaiannya sangat tinggi, yakni aspek ketepatan hasil antara kartu pertanyaan dan kartu jawaban. Hal ini salah satunya disebabkan karena adanya unsur permainan dalam model pembelajaran index card match yang diterapkan peneliti dalam proses pembelajaran. Hal yang mendasari pencapaian sudah cukup tinggi salah satunya disebabkan oleh suasana pembelajaran yang menyenangkan yang dirasakan siswa, sehingga membuat siswa menikmati pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model index card match.

Siklus II

1.   Paparan hasil belajar siswa siklus II

Hasil belajar siswa menunjukkan hanya 78% atau 29 siswa yang tuntas belajar, artinya bahwa sebanyak 22% atau 7 siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran PAI yang telah ditentukan yaitu 70. Nilai rata-rata kelas untuk kelas IV hanya 75 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50.

2.   Paparan hasil aktivitas belajar siswa siklus II

Data persentase aktivitas belajar siswa pada sikus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II

No

Aspek-Aspek Yang Diamati

Persentase

Kriteria

1

Keantuasiasan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.

78

Sangat Tinggi

2

Keberanian siswa dalam bertanya pada proses pembelajaran

76

Sangat Tinggi

3

Usaha dan kreativitas siswa dalam mencari pasangan kartu pertanyaan dan kartu jawaban

68

Tinggi

4

Ketepatan hasil antara kartu pertanyaan dan kartu jawaban

76

Sangat Tinggi

5

Kemampuan siswa dalam memaparkan hasil pencocokan kartunya

72

Tinggi

6

Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat.

57

Tinggi

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa pada siklus II masih ada tiga aspek yang persentase aktivitasnya kurang dari 75%, sehingga aktivitas belajar siswa belum sesuai harapan. hal ini belum memenuhi indikator yang ditetapkan membuat peneliti harus berupaya melakukan perbaikan pada pelaksanaan siklus selanjutnya.

Siklus III

1.   Paparan hasil belajar siswa siklus III

Hasil belajar siswa menunjukkan 97% atau 36 siswa yang tuntas belajar, artinya bahwa sebanyak 3% atau 1 siswa yang belum memenuhi KKM mata pelajaran PAI yang telah ditentukan yaitu 70. Nilai rata-rata kelas untuk kelas IV hanya 87 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60.

2.   Paparan hasil aktivitas belajar siswa siklus III

Data persentase aktivitas belajar siswa pada sikus III dapat dilihat pada tabel berikut ini:

 

 

 

 

 

Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus III

No

Aspek-Aspek Yang Diamati

Persentase

Kriteria

1

Keantuasiasan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.

80

Sangat Tinggi

2

Keberanian siswa dalam bertanya pada proses pembelajaran

90

Sangat Tinggi

3

Usaha dan kreativitas siswa dalam mencari pasangan kartu pertanyaan dan kartu jawaban

81

Sangat Tinggi

4

Ketepatan hasil antara kartu pertanyaan dan kartu jawaban

78

Sangat Tinggi

5

Kemampuan siswa dalam memaparkan hasil pencocokan kartunya

83

Sangat Tinggi

6

Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat.

80

Sangat Tinggi

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa pada siklus III semua aspek telah memperoleh nilai di atas 75%, sehingga aktivitas belajar siswa sesuai harapan karena indikator yang ditetapkan telah tercapai dengan perolehan skor keselurauhan 82% sehingga penelitian dihentikan pada siklus III.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi pada siklus I dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan strategi pembelajaran tersebut keterlibatan aktif siswa belum dapat berlangsung secara optimal dari hasil observasi pengamatan aktifitas siswa baru mencapai 65%. Siswa masih merasa malu untuk bertanya dan takut dalam menjawab pertanyaan dari guru atau siswa lain sehingga lebih banyak siswa yang diam. Siswa juga belum bisa bekerjasama secara maksimal dalam diskusi dengan pasangannya serta belum memahami tata cara permainan index card match (kartu index) pada saat pelaksanaan permainan meskipun secara keseluruhan siswa merasa senang dan semangat mengikuti pembelajaran ini. Aktifitas belajar yang kurang maksimal disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan strategi pembelajaran aktif index card matchyang baru pertama baru pertama kali diterapkan pada pembelajaran PAI dikelas IV SD Negeri 1 Leteh. Dari latar belakang tersebut kemudian peneliti melanjutkan pembelajaran siklus II. Dari hasil aktifitas siswa siklus II diperoleh presentase tingkat keaktifan siswa meningkat menjadi 71%. Pada siklus III aktivitas siswapun meningkat menjadi 82%. Berdasarkan pengamatan pada siklus II siswa lebih aktif mengikuti proses pembelajaran dikelas, tidak malu lagi bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru atau siswa lain. Siswa telah mampu berdiskusi secara tertib dan baik. Siswa juga banyak berani menyampaikan maupun menanggapi hasil diskusi. Masing-masing pasangan ingin terlihat lebih menonjol dan mendapatkan nilai lebih baik. Pembelajaran yang dikombinasikan dengan permainan ini menciptakan suasana yang menyenangkan, siswa terlibat langsung dalam pembelajaran. Adanya pembelajaran ini menjadikan siswa merasa senang dan semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Melalui permainan ini siswa berusaha dengan bersungguh-sungguh untuk menemukan pasangan kartu yang mereka peroleh. Hal ini memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran agar dapat memberikan hasil yang terbaik.

Hasil belajar tes evaluasi siklus I dapat diketahui adanya peningkatan dibanding sebelum dilaksanakan strategi pembelajaran aktif index card match, tetapi ketuntasan belajar siklus I yang mencapai 59% belum memenuhi kriteria indikator keberhasilan ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu 80% siswa belajar tuntas sehingga perlu perbaikan pada siklus berikutnya. Hasil belajar tes evaluasi siswa diperoleh pada siklus II meningkat, hal ini dapat diketahui dari ketuntasan belajar siklus I sebesar 59% meningkat menjadi 78% dan pada siklus III menjadi 97%. Sedangkan rata-rata nilai kelas dari siklus I sebesar 65, siklus II sebesar 75 dan siklus III sebesar 87. Untuk nilai tertinggi siklus I sebesar 90, siklus II sebesar 100 dan siklus III sebesar 100. Nilai terendah pada siklus I sebesar 40, siklus II sebesar 50 dan siklus III sebesar 60.

Peningkatan hasil belajar menggunakan strategi pembelajaran aktif index card match juga diikuti tanggapan yang positif dari siswa terhadap strategi pembelajaran tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran siswa tampak senang dan antusias mengikuti permainan. Berdasarkan hasil rekapitulasi dari hasil pengamatan dan data yang diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran aktif index card match dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Leteh.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1) Pembelajaran PAI melalui strategi pembelajaran aktif index card match dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Leteh.2) Bukti peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar pada mata pelajaran PAI setelah menggunakan strategi pembelajaran aktif index card match selama pelaksanaan tindakan mengalami peningkatan, yaitu: a) Peningkatan aktivitas belajar siswa, pada siklus I sebesar 65%, dan siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 71% dan siklus III 82%, b) Peningkatan hasil belajar siswa yang sudah memenuhi nilai ketuntasan, yaitu pada siklus I sebesar 59% dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 78% dan siklus III menjadi 97%.

Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian penulis memberikan saran sebagai berikut: 1) Agar sekolah dapat mensosialisasikan strategi pembelajaran index card match untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa. 2) Bagi Guru, strategi pembelajaran index card match dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran PAI untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI yang menarik dan menyenangkan. Selalu memberikan sikap positif atau penghargaan kepada setiap aktivitas siswa pada proses pembelajaran PAI, karena dapat memicu siswa untuk selalu belajar giat sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal serta mampu meningkatkan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat saat proses pembelajaran maupun kerja kelompok. 3) Bagi Siswa, siswa kelas IV SD Negeri 1 Leteh, diharapkan setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, siswa lebih aktif dan berani untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat setelah mengetahui dan memahami strategi pembelajaran aktif index card match dan lebih konsentrasi dan fokus pada waktu proses pembelajaran berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Aqib, Zainal. 2009. Peneitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya

Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Rosdakarya

http://www.sekolahdasar.net/2013/10/metode-pembelajaran-index-card-match.html#ixzz3nMlAclKb

http://www.sekolahdasar.net/2013/10/metode-pembelajaran-index-card-match.html

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2007. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:PT. Rosdakarya