Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Melalui Model Pembelajaran Quick On The Draw
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PKN
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUICK ON THE DRAW
PADA PESERTA DIDIK KELAS VI SD NEGERI 1 BANJARMANGU
Subiarto
SD Negeri 1 Banjarmangu Kecamatan Banjarmangu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan aktivitas dan prestasi belajar melalui model pembelajaran quick on the draw pada peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu. Metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas, dengan melakukan dua tindakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, obeservasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data melalui metode observasi dan metode tes. Teknik analisis data dengan menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu membandingkan pra siklus dan antar siklus. Berdasarkan hasil analisis penggunaan model pembelajaran quick on the draw dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas belajar dari kondisi awal aktivitas tinggi 7 peserta didik (31,82%) menjadi 21 peserta didik (95,45%) pada siklus II. Prestasi belajar meningkat dari kondisi awal nilai rata-rata 64,55 menjadi nilai rata-rata 80,36 pada Siklus II. Peserta didik yang tuntas belajar pada kondisi awal 9 peserta didik (40,91%) menjadi 20 (90,91%) pada siklus II. Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran quick on the draw dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar PKn peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu
Kata Kunci: Pembelajaran quick on the draw, Aktivitas belajar, Prestasi Belajar
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kondisi pembelajaran PKn di SD Negeri 1 Banjarmangu berdasarkan hasil observasi pada semester II tahun pelajaran 2015/2016 di kelas VI dijumpai permasalahan yang menghambat kelancaran proses pembelajaran PKn dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik yaitu rendahnya minat belajar peserta didik terhadap mata pelajaran PKn, hal itu tampak saat pembelajaran berlangsung, peserta didik terkesan tidak tertarik pada pembelajaran, atau sikap peserta didik yang cenderung melakukan aktifitas lain yang lebih menarik perhatian peserta didik.
Permasalahan yang lain kurang aktifnya peserta didik saat pembelajaran PKn berlangsung, ditunjukkan dengan peserta didik sangat tergantung kepada guru, tidak ada keberanian untuk, bertanya, menjawab pertanyaan, menyatakan idenya apalagi menyatakannya dengan alasan. Peserta didik kurang aktif bertanya kepada guru, selain itu, kurangnya aktivitas guru dalam pembelajaran PKn di kelas, guru kurang mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam misalnya diskusi, tanya jawab, demonstrasi, dan teknik-teknik pembelajaran tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran dan belum menggunakan media/alat peraga dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis selama pembelajaran PKn berlangsung, aktivitas belajar peserta didik dapat dikatakan belum memuaskan atau belum sesuai harapan. Hasil pengamatan pada pra siklus menunjukkan bahwa dari sejumlah 22 peserta didik, hanya 7 peserta didik atau sebesar 31,82% yang terlihat mempunyai aktivitas belajar yang tinggi, sebanyak 6 peserta didik atau sebesar 27,27% kategori aktivitas sedang, dan selebihnya 9 peserta didik atau sebesar 40,91% kategori ativitas rendah.
Rendahnya aktivitas ternyata berpengaruh terhadap prestasi belajar PKn. Hal ini ditunjukkan oleh prestasi belajar peserta didik belum memuaskan dimana rata-rata prestasi belajar PKn yang masih menggunakan metode konvensional pada semester II tahun 2015/2016 nilai tertinggi 80,00 dan nilai terendah 42,00 dan rata ratanya 64,55.
Kondisi di atas menunjukkan ada kesenjangan antara kondisi nyata dengan kondisi yang seharusnya dimiliki oleh siswa, yaitu aktivitas dan prestasi belajar peserta didik yang tinggi. Untuk itu perlu ada upaya perbaikan agar aktivitas dan prestasi belajar PKn peserta didik yang tinggi.
Kompleksnya permasalahan yang dihadapi guru PKn di SD Negeri 1 Banjarmangu menuntut guru untuk melakukan sebuah usaha perbaikan atau tindakan, dalam perbaikan tersebut perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas peserta didik, pembelajaran yang sesuai dengan teori Bruner di atas adalah pembelajaran yang mengaktifkan dan mengembangkan aktivitas peserta didik sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Sebagai alternatifnya adalah dengan pembelajaran kooperatif quick on the draw.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan perbaikan pembelajaran dengan fokus penerapan model pembelajaran kooperatif quick on the draw untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar PKn bagi peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu.
Rumusan Masalah
.Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah penggunaaan model pembelajaran quick on the draw dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu semester II tahun pelajaran 2015/2016? 2) Apakah penggunaaan model pembelajaran quick on the draw dapat meningkatkan prestasi belajar PKn peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu semester II tahun pelajaran 2015/2016?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah: 1) Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan aktivitas belajar peserta didik melalui penggunaan model pembelajaran quick on the draw bagi peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu semester II tahun pelajaran 2015/2016. 2) Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar peserta didik melalui penggunaan model pembelajaran quick on the draw†bagi peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu semester II tahun pelajaran 2015/2016.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar dari dua kata yaitu kata aktivitas dan belajar. Aktivitas adalah segala sesuatu yang yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2008:37). Bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah adanya perubahan perilaku pada orang tersebut yang sebelumnya tidak ada atau tingkah lakunya masih lemah atau kurang.
Aktivitas kegiatan belajar adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi peserta didik, sesuatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang bilangan, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan. (Abdurahman, 1999:152).
Aktivitas belajar Pkn pada karya inovatif ini meliputi membaca materi pelajaran, bertanya kepada guru atau peserta didik, menjawab pertanyaan dari guru atau peserta didik, mengerjakan tugas, berani maju ke depan kelas, mendengarkan penjelasan materi, berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembalajaran, aktif dalam diskusi, gembira/senang dalam pembelajaran, dan aktif menulis materi pelajaran
Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam mengetahui dan memahami suatu mata pelajaran, biasanya dinyatakan dengan nilai yang berupa huruf-huruf atau angka. Prestasi belajar dapat berupa keterampilan, pengetahuan dan sikap setelah peserta didik mengalami proses belajar.
Prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22). Prestasi belajar adalah sesuatu yang diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar tampak dari perubahan perilaku pada diri peserta didik, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Hamalik (2002) menyatakan bahwa perubahan disini dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Menurut Arikunto (2012:63) prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar PKn dalam penelitian ini adalah tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam mengetahui dan memahami materi pelajaran PKn dari proses pengalaman belajarnya yang diukur dengan tes.
Pembelajaran Kooperatif Quick on the Draw
Menurut Rusman (2012:202) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Sedangkan menurut Sumarmi (2012:39) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokkan peserta didik untuk tujuan menciptakan pembelajaran yang efektif untuk mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis.
Quick on the draw pertama kali dikenalkan oleh Paul Ginnis (2008:163), beliau berpendapat bahwa quick on the draw merupakan sebuah aktivitas riset dengan insentif bawaan untuk kerja tim dan kecepatan. Menurut Syahrir (2012:1) Quick on the draw adalah suatu pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas dan kerja sama peserta didik dalam mencari, menjawab dan melaporkan informasi dari berbagai sumber dalam sebuah suasana permainan yang mengarah pada pacuan kelompok melalui aktivitas kerja tim dan kecepatannya. Peserta didik dimaksudkan untuk bekerja sama secara kooperatif pada kelompoknya masing-masing dengan tujuan menjadi kelompok pertama yang dapat menyelesaikan satu set pertanyaan.
Untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru, setiap peserta didik akan berlomba melawan waktu bukan melawan kelompok lain. Bahkan mereka dapat saling memeriksa jawaban dengan kelompok lain untuk memastikan ketelitian dari jawaban kelompoknya. Dalam menjawab pertanyaan, peserta didik harus memiliki kecepatan dan kerjasama tim untuk mendapatkan reward dari guru.
Syahrir (2012:2) menyatakan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw, peserta didik dirancang untuk melakukan aktivitas berpikir, kemandirian, fun, saling ketergantungan, multi sensasi, artikulasi dan kecerdasan emosional. Elemen yang ada dalam aktivitas ini adalah kerja kelompok, membaca, bergerak, berbicara, menulis, mendengarkan, melihat dan kerja individu.
Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw menurut Ginnis (2008:163) adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan satu set pertanyaan atau soal, setiap pertanyaan ditulis pada kartu berbeda dengan warna berbeda.
2. Membagi kelas dalam beberapa kelompok dan memberi warna pada setiap kelompok.
3. Memberi tiap kelompok materi sumber.
4. Pada kata mulai satu orang dari tiap kelimpok lari ke meja guru untuk mengambil pertanyaan menurut warna mereka.
5. Dengan menggunakan materi sumber kelompok tersebut mencari dan menulis jawaban di lembar kertas terpisah.
6. Jawaban dibawa ke meja guru oleh orang kedua dan guru memeriksa jawaban mereka, satu orang lagi mengambil pertanyaan kedua dan seterusnya sampai pertanyaan habis.
7. Kelompok pertama yang menjawab semua pertanyaan dengan benar adalah pemenangnya.
Model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw dirancang dalam bentuk permainan adu kecepatan dengan waktu serta ketrampilan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Guru meninjau jawaban peserta didik dan memberikan penekanan terhadap jawaban peserta didik jika ada yang keliru. Jika jawaban peserta didik benar itu merupakan nilai peserta didik dan nilai bagi kelompoknya, model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw diharapkan dapat mempengaruhi peserta didik untuk mengukur kemampuan diri sendiri dan kelompoknya, serta kekeliruan terhadap apa yang sudah mereka pelajari untuk selanjutnya berusaha memperbaiki hasil belajarnya dengan bantuan serta bimbingan dari guru
Kerangka Berpikir
Pembelajaran Pkn di kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu masih jauh dari kondisi yang diharapkan. Pemahaman terhadap materi pelajaran PKn masih rendah karena rata-rata hasil ulangan harian sebesar 64,55. Hal ini disebabkan oleh rendahnya aktivitas dan prestasi belajar. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan perbaikan pembelajaran melalui pengelolaan pembelajaran secara efektif, yaitu melalui penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran. Salah satu model yang akan digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw akan mendorong peserta didik untuk mengedepankan kepada aktivitas dan kerja sama peserta didik dalam mencari, menjawab dan melaporkan informasi dari berbagai sumber dalam sebuah suasana permainan yang mengarah pada pacuan kelompok melalui aktivitas kerja tim dan kecepatannya. Peserta didik termotivasi dalam belajar sehingga pembelajaran akan menyenangkan dan mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran. Dengan demikian diduga melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar PKn peserta didik kelas IV SD Negeri 1 Banjarmangu semester II tahun pelajaran 2015/2016.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu Semester II tahun pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Banjarmangu Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran PKn selama 2 siklus. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2016. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu berjumlah 22 peserta didik, terdiri dari 10 peserta didik perempuan dan 12 peserta didik laki-laki dengan karakteristik peserta didik memiliki potensi dan kompetensi yang heterogen. SD Negeri 1 Banjarmangu tersebut tempat peneliti melaksanakan tugas mengajar sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar
Data, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru, peserta didik dan kolaborator. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data berbentuk tes dan non tes. Tes yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar. Teknik non tes berupa observasi dengan lembar observasi dan catatan untuk menilai aktivitas belajar selama pembelajaran berlangsung.
Analisis data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk analisis kualitatif dengan pemaparan data yang diperoleh secara deskriptif komparatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan mendesripsikan kegiatan pembelajarantiap-tiap siklus dalam penelitian disertai dengan data-data kualitatif yang dilakukan secara sederhana.
Prosedur Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus. Prosedur umum penelitian ini melalui tahapan planning, acting, observing dan reflecting.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini ada dua macam: 1) indikator aktivitas dinyatakan berhasil, jika minimal 75% peserta didik dengan aktivitas kategori tinggi dalam proses pembelajaran PKn pada peserta didik kelas VI SDN 1 Banjarmangu semester II tahun pelajaran 2015/2016; 2) Prestasi belajar peserta didik dinyatakan berhasil, jika nilai rata-rata tes prestasi belajar minimal 75 dengan ketuntasan belajar minimal 75% pada mata pelajaran PKn di kelas VI SDN 1 Banjarmangu semester II tahun pelajaran 2015/2016.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Pra Siklus
Pembelajaran PKn pada umumnya selama ini yang penulis lakukan masih konvensional, hal ini disebabkan karena materi pelajaran yang banyak dan memerlukan hafalan, jika menggunakan metode yang bermacam-macam tidak selesai. Pembelajaran yang penulis lakukan begitu masuk menanyakan pekerjaan rumah (PR), ceramah menyampaikan materi, latihan soal, sampai waktu habis, terus berulang-ulang.
Dalam pembelajaran PKn sering kali terjadi hanya gurulah yang aktif, sedangkan peserta didiknya pasif hanya duduk mendengarkan ceramah. Pembelajaran yang demikian mengakibatkan peserta didik ada yang mengantuk, bermain sendiri, dan suka ribut sendiri. Di samping itu aktivitas dan minat belajar peserta didik pada mata pelajaran PKn juga rendah, sehingga menambah rendah pula tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan.
Kondisi proses pembelajaran ini berakibat aktivitas rendah. Hal ini ditunjukan hasil pengamatan dari 22 peserta didik hanya 7 peserta didik atau 31,82% yang aktivitas tinggi, 6 peserta didik atau 27,27% aktivitas sedang, dan 9 peserta didik atau 40,91% aktivitas rendah..
Kondisi rendahnya aktivitas peserta didik berdampak juga pada rendahnya prestasi belajar. Hal ini ditunjukan hasil tes prestasi belajar PKn pada akhir materi nilai rata-rata masih rendah yaitu 64,55. Peserta didik yang mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan KKM yaitu 70 ada 9 peserta didik dengan ketuntasan belajar 40,91%. Nilai tertinggi 80, nilai terendah 42 dengan rentang nilai 0 – 100 dengan nilai rata-rata 64,55.
Siklus I
Hasil penelitian untuk mengetahui seberapa besar aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran mata pelajaran PKn, mengetahui seberapa besar prestasi belajar peserta didik mata pelajaran PKn, data yang digunakan analisis penelitian ini berupa skor pengamatan dan diinterpretasikan dalam analisis kualitatif berupa tinggi, sedang dan rendah. Untuk tes prestasi prestasi belajar meliputi penilaian kognitif berupa data skor kuantitatif. Hasil analisis tes diperoleh skor tertinggi, skor terendah, rerata dan ketuntasan belajar peserta didik. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I, diperoleh data sebagai berikut:
1. Data Aktivitas Belajar
Data tentang aktivitas belajar diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus I, Instrumen data berupa lembar Lembar pengamatan aktivitas terdiri dari 10 aspek, yaitu 1) membaca materi pelajaran, 2) bertanya kepada guru atau peserta didik, 3) menjawab pertanyaan dari guru atau peserta didik, 4) mengerjakan tugas, 5) berani maju ke depan kelas, 6) mendengarkan penjelasan materi, 7) berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembalajaran, 8) aktif dalam diskusi, 9) gembira/senang dalam pembelajaran, dan 10) aktif menulis materi pelajaran. Dari data diperoleh aktivitas skor 1–3 kategori rendah, aktivitas skor 4–7 kategori sedang , aktivitas skor 8–10 kategori tinggi.
Pada siklus I diperoleh hasil, peserta didik yang aktivitas rendah 3 peserta didik atau 13,64%, aktivitas sedang 5 peserta didik atau 22,73%, aktivitas tinggi 14 Peserta didik atau 63,64%.
2. Data Prestasi belajar
Setelah pelaksanaan tindakan siklus I diadakan evaluasi dengan tes untuk mengukur kompetensi pengetahuan peserta didik. Hasil tes diperoleh data sebagai berikut: hasil tes prestasi belajar siklus I menunjukkan peserta didik yang mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70 ada 15 peserta didik dengan ketuntasan belajar 68,18%. Nilai tertinggi 94, nilai terendah 58 dengan rentang nilai 0 – 100 dengan nilai rata-rata 72,09. Masih ada 7 peserta didik (31,82%) yang mendapat nilai di bawah KKM.
Pada akhir siklus I menunjukkan bahwa hasil penelitian aktivitas tinggi baru mencapai 14 peserta didik atau 63,64% padahal indikator keberhasilan aktivitas yang tinggi adalah 75% sehingga belum berhasil. Hasil tes prestasi belajar baru mencapai rerata 72,09 dengan indikator keberhasilan nilai rata-rata 75 sehingga belum berhasil. Berdasarkan diskusi refleksi maka penelitian dilanjutkan siklus II dengan memotivasi pembimbingan yang merata tiap kelompok serta menambah kegiatan memperkecil kelompok hal ini sesuai pendapat Dimyati (2002:46) menyatakan bahwa pembelajaran menjadi efektif jika dilakukan secara kelompok kecil. Selain itu memberi kesempatan peserta didik untuk diskusi dan mengunakan media pembelajaran. Media adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar peserta didik lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2004: 59).
Siklus II
Hasil penelitian untuk mengetahui seberapa besar aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran mata pelajaran PKn, mengetahui seberapa besar prestasi belajar peserta didik mata pelajaran PKn, data yang digunakan analisis penelitian ini berupa skor pengamatan dan diinterpretasikan dalam analisis kualitatif berupa tinggi, sedang dan rendah. Untuk tes prestasi prestasi belajar meliputi penilaian kognitif berupa data skor kuantitatif. Hasil analisis tes diperoleh skor tertinggi, skor terendah, rerata dan ketuntasan belajar peserta didik. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II, diperoleh data sebagai berikut:
1. Data Aktivitas Belajar
Data tentang kemampuan aktivitas diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus II. Hasil pengamatan aktivitas pada Siklus II peserta didik yang aktivitas rendah 0 peserta didik atau 0%, aktivitas sedang 1 peserta didik atau 4,55%, aktivitas tinggi 21 Peserta didik atau 95,55%.
2. Data Prestasi belajar
Setelah pelaksanaan tindakan siklus II diadakan evaluasi dengan tes untuk mengukur kompetensi pengetahuan peserta didik. Hasil tes prestasi belajar siklus II menunjukkan peserta didik yang mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70 ada 20 peserta didik dengan ketuntasan belajar 90,91%. Nilai tertinggi 100, nilai terendah 64 dengan rentang nilai 0 – 100 dengan nilai rata-rata 80,36.
Diskusi refleksi dilakukan di SD Negeri 1 Banjarmangu dengan hasil analisis dan diskusi secara kolaboratif diperoleh data sebagai berikut: Berdasarkan hasil observasi terhadap guru pada siklus II diperoleh kesimpulan bahwa proses pembelajaran telah berlangsung sesuai dengan tujuan dan memperoleh nilai 88 atau sangat baik. Sedangkan hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar peserta didik pada siklus II diperoleh kesimpulan aktivitas belajar tinggi meningkat dari 14 peserta didik atau 63,64% menjadi berjumlah 21 peserta didik atau 95,45%. Hasil tes prestasi belajar siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan prestasi belajar siklus I yaitu dari 15 peserta didik atau 68,18% yang memperoleh nilai sama atau di atas KKM meningkat menjadi 20 peserta didik atau 90,09%. Nilai rata-rata siklus II menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I yaitu dari rerata 68,18 meningkat menjadi 80,36 pada siklus II.
Dengan demikian peneliti dan kolaborator mengambil kesimpulan: melalui penggunaan model pembelajaran Quick on the draw dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik Kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu pada materi negara-negara ASEAN pada semester II tahun pelajaran 2015/2016.
Pembahasan
Pada pengamatan pra siklus aktivitas tinggi hanya 7 peserta didik atau 31,82% dari 22 peserta didik, aktivitas sedang 6 peserta didik atau 27,27%, dan aktivitas rendah 9 peserta didik atau 40,91%. Jadi aktivitas yang tinggi pada pra siklus adalah 7 peserta didik atau 31,82%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quick on the draw aktivitas mengalami peningkatan. Aktivitas tinggi 14 peserta didik atau 63,64% dari 22 peserta didik, aktivitas sedang 5 peserta didik atau 22,73%, dan aktivitas rendah 3 peserta didik atau 13,64%. Jadi aktivitas yang tinggi pada siklus I adalah 14 peserta didik atau 63,64%. Hal ini disebabkan situasi pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran “Quick on the drawâ€, akan mendorong peserta didik untuk mengedepankan kepada aktivitas dan kerja sama peserta didik dalam mencari, menjawab dan melaporkan informasi dari berbagai sumber dalam sebuah suasana permainan yang mengarah pada pacuan kelompok melalui aktivitas kerja tim dan kecepatannya. Namun aktivitas tinggi belum mencapai indikator keberhasilan. Pada siklus II penerapan metode pembelajaran dengan penekanan/perubahan pada pembimbingan yang lebih merata dan memperkecil kelompok mampu meningkatkan aktivitas secara optimal. Hasil pengamatan pada siklus II adalah sebagai berikut aktivitas tinggi 21 peserta didik atau 95,45% dari 22 peserta didik, aktivitas sedang 1 peserta didik atau 4,55, dan aktivitas rendah 0 peserta didik atau 0%. Jadi aktivitas pada siklus II adalah 21 peserta didik atau 95,45%.
Perbandingan hasil penelitian pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1: Perbandingan Aktivitas Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Aktivitas |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Tinggi |
7 |
14 |
21 |
2 |
Sedang |
6 |
5 |
1 |
3 |
Rendah |
9 |
3 |
0 |
Prestasi belajar mata pelajaran PKn yang diukur melalui tes prastasi menunjukkan hasil pada pra siklus rerata 64,55 dan ketuntasan 40,91%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quick on the draw ada peningkatan. Pada siklus I rerata 72,09 dan ketuntasan 68,18%.Dari hasil refleksi hasil tersebut masih belum mencapai indikator keberhasilan. Dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I yaitu dengan pembimbingan yang lebih merata dan memperkecil anggota kelompok hasil tes prestasi pada siklus II rerata 80,36 dan ketuntasan 90,91%. Perbandingan hasil tes prestasi belajar pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan ulangan pada akhir siklus diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2: Perbandingan Prestasi belajar PKn Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Prestasi belajar |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Nilai tertinggi |
80 |
94 |
100 |
2 |
Nilai terendah |
42 |
58 |
64 |
3 |
Nilai rata-rata |
64,55 |
72,09 |
80,36 |
4 |
Ketuntasan Belajar |
40,91% |
68,18% |
90,91% |
Akhir siklus II menunjukkan bahwa hasil penelitian aktivitas tinggi mencapai 21 peserta didik atau 95,45% padahal indikator keberhasilan aktivitas yang tinggi adalah 75% sehingga sudah berhasil. Hasil tes prestasi belajar mencapai rerata 80,36 dengan indikator keberhasilan nilai rata-rata 75 sehingga sudah berhasil. Berdasarkan diskusi refleksi maka penelitian diakhiri siklus II.
Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah model pembelajaran Quick on the draw yang berusaha mengajarkan peserta didik pada materi bentuk kerjasama negara-negara ASEAN. Hal ini sesuai pendapat Syahrir (2012:2) menyatakan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw, peserta didik dirancang untuk melakukan aktivitas berpikir, kemandirian, fun, saling ketergantungan, multi sensasi, artikulasi dan kecerdasan emosional. Elemen yang ada dalam aktivitas ini adalah kerja kelompok, membaca, bergerak, berbicara, menulis, mendengarkan, melihat dan kerja individu
Penerapan menggunakan model pembelajaran Quick on the draw berdampak perubahan situasi kelas dan peserta didik. Pada siklus II proses pembelajaran menjadi lebih baik karena penerapan penggunaan model pembelajaran “Quick on the drawâ€, dan melaksanakan bimbingan dengan merata serta memperkecil jumlah anggota kelompok. Hal ini menyebabkan aktivitas dan prestasi belajar menjadi meningkat. Hal ini sebagaimana pendapat Dimyati (2002:46) menyatakan bahwa pembelajaran menjadi efektif jika dilakukan secara kelompok kecil. Selain itu memberi kesempatan peserta didik untuk diskusi. Didalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, dimana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah dapat terjadi semua aktif. Menurut Menurut Syahrir (2012:1) Quick on the draw adalah suatu pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas dan kerja sama peserta didik dalam mencari, menjawab dan melaporkan informasi dari berbagai sumber dalam sebuah suasana permainan yang mengarah pada pacuan kelompok melalui aktivitas kerja tim dan kecepatannya.
Dari uraian di atas maka dapat diperoleh hasil penelitian bahwa penerapan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Quick on the draw dapat meningkatkan aktivitas belajar yang tinggi dari 7 peserta didik atau 31,82% pada pra siklus, menjadi 21 peserta didik atau 95,45% pada siklus II, dapat meningkatkan prestasi belajar rata-rata 64,55 pada pra siklus menjadi 80,36 pada siklus II dan ketuntasan belajar dari 9 peserta didik atau 40,91% menjadi 20 peserta didik atau 90,91% pada siklus II.
PENUTUP
Simpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah: 1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif quick on the draw dapat meningkatkan aktivitas belajar bagi peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu semester II tahun pelajaran 2015/2016 dari kondisi awal keaktifan tinggi 7 peserta didik atau 31,82% menjadi 21 peserta didik atau 95,45% pada siklus II. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan aktivitas tinggi sebanyak 14 peserta didik atau 63,64%. 2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif quick on the draw dapat meningkatkan prestasi belajar PKn bagi peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu semseter II dari kondisi awal nilai rata-rata 64,55 menjadi nilai rata-rata 80,36 pada siklus II berarti telah terjadi peningkatan nilai sebesar 15,81. Peserta didik yang tuntas belajar pada kondisi awal 9 peserta didik atau 40,91% menjadi 20 peserta didik atau 90,91% pada siklus II. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebanyak 11 peserta didik atau 50,00%.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis mengajukan saran sebagi berikut: 1) kepada Guru: Guru dalam mengajar materi yang bersifat abstrak sebaiknya mengunakan media/alat peraga agar pembelajaran lebih konkret, menarik perhatian anak dan menyenangkan. Guru untuk lebih bervariasi menggunakan model pembelajaran salah satunya model pembelajaran kooperatif quick on the draw. 2) bagi sekolah diharapkan mampu mendorong guru untuk mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di kelas masing-masing. Sekolah mendorong Guru untuk menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Ginnis, Paul. 2008. Trik dan Taktik Mengajar, Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran di Kelas. Jakarta: PT Indeks
Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Sudjana, Nana. 2004. CBSA dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Malang: Aditya Media Publishing.
Syahrir. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick on The Draw. http://ansharsyahrir.blogspot.com. Diakses 19 Desember 2015.