Peningkatan hasil Belajar Bahasa Jawa Kompetensi Menulis Prosa Deskripsi
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA JAWA
KOMPETENSI MENULIS PROSA DESKRIPSI
DENGAN MODEL WEBBING
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GEMPOLSARI 03 GABUS PATI
Ahmad Mubasirin
SD Negeri Gempolsari 03 Gabus Pati
ABSTRAK
Tujuan penelitian : 1) Meningkatkan kemampuan menulis deskripsi dengan model webbing pada siswa kelas IV sekolah dasar, 2) Untuk meningkatkan respon siswa dalam pembelajaran Bahasa Jawa kompetensi menulis deskripsi pada siswa kelas IV sekolah dasar dengan menggunakan model webbing. Prosedur peneltian sesuai dengan penelitian PTK yang meliputi empat langkah penelitian yaitu: 1. perencanaan, 2 pelaksanaan, 3 observasi, dan refleksi. Dalam pelaksanaannya penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 siklus. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Model webbing dapat mningkatkan hasil belajar Bahasa Jawa kompetensi menulis prosa deskripsi pada siswa kelas IV SD Negeri Gempolsari 03 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati tahun 2013/2014. Peningkatan hasil belajar ini karena siswa aktif, penuh inisiatif, kreatif, dan senang dalam menjawab dan menuliskan bagian-bagian benda ke dalam jaring laba-laba (webbing), menyusun topik, membuat kalimat, dan menyusun paragraf menjadi karangan prosa deskripsi. Dukungan analisis, untuk simpulan yang pertama ini adalah bahwa ketuntasan belajar dari setiap siklus mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni dari kondisi awal ke siklus I naik 18,52%, dari siklus I ke siklus II meningkat 22,22%, dan dari siklus II ke siklus III meningkat 25,93%. Secara keseluruhan, dari kondisi awal dibandingkan kondisi akhir, siklus III, hasil belajar mengalami peningkatan sebesar 62,96%, 2) Penerapan model webbing dalam pembelajaran Bahasa Jawa dapat meningkatkan respon dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Peningkatan ini sampai akhir siklus III mencapai 92,59%, melampaui indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian ini.
Kata Kunci: Menulis Prosa Deskripsi, dan Model Webbing
PENDAHULUAN
Hasil belajar Bahasa Jawa, sebelum dilakukan penelitian, pada konsep menulis deskripsi di kelas IV SD Negeri Gempolsari 03, relatif rendah. Hasil yang diperoleh secara rata-rata masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh kurikulum. KKM Bahasa Jawa Kelas IV di SD Negeri Gempolsari 03 adalah 70%. Kenyataan tersebut sebagaimana hasil ulangan harian yang peneliti lakukan, nilai rata-ratanya masih dibawah 60. Ketuntasan siswa masih dibawah 50%. Artinya siswa yang mendapat nilai sama atau lebih tinggi dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) masih kurang dari 50%. Secara rinci nilai yang diperoleh siswa dalam ulangan harian yang dilakukan peneliti sebanyak satu kali mengenai kompetensi menulis deskripsi masih rendah. Rata-rata ulangan baru mencapai 58,47. Nilai tertinggi 75, dan nilai terendah 40. Siswa yang tuntas belajar baru 7 siswa dari 27 siswa atau sebesar 25,93%. Ini berarti siswa yang belum tuntas sebanyak 20 siswa atau mencapai 74,07%.
Aktifitas siswa dalam proses pembelajaran juga masih kurang bergairah dan kurang hidup. Dominasi oleh anak yang mempunyai kemampuan lebih masih tampak selama proses pembelajaran. Hal ini perlu dicegah. Pembelajaran yang baik dapat merangsang siswa untuk terus aktif, sehingga dalam belajar lebih banyak menggunakan seluruh kemampuannya yang pada akhirnya pembelajaran akan lebih bermakna.
Permasalahan tersebut apabila tidak segera diatasi akan menjadi hambatan pada proses pembelajaran selanjutnya. Pembelajaran yang belum tuntas akan menimbulkan dampak yang negatif pada pembelajaran berikutnya, juga akan berpengaruh pada pembelajaran pada mata pelajaran lainnya. Permasalahan yang demikian pada akhirnya akan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran, yang pada puncaknya adalah terhambatnya pencapaian tujuan sekolah.
Model webbing atau keterjalaan merupakan model pembelajran yang memerinci objek menjadi bagian-bagian kecil, kemudian disusun dalam jaringan saling hubung. Dalam pembelajaran menulis, memungkinkan untuk memerinci objek, kemudian rinciannya dijadikan kalimat utama dalam menyusun paragraf. Penggambaran objek akan lebih rinci dan jelas dengan didahului membuat jaring-jaring. Dengan membuat jaringannya dulu akan membantu siswa mampu menggambarkan secara lengkap suatu objek.
Berdasarkan pemikiran dan permasalahan tersebut, agar masalah dapat diselesaikan maka perlu adanya penelitian tentang penerapan model webbing supaya hasil belajar Bahasa Jawa meningkat.
Mendasarkan pada uaraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan menjadi fokus penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimana upaya meningkatkan keterampilan menulis prosa deskripsi pada siswa kelas IV SD Negeri Gempolsari 03 melalui model webbing? (2) Apakah penerapan model webbing dalam pembelajaran Bahasa Jawa dapat meningkatkan respon dan aktivitas siswa dalam pembelajaran?
Penelitian ini, secara khusus bertujuan untuk: (1) Meningkatkan kemampuan menulis deskripsi dengan model webbing pada siswa kelas IV SD Negeri Gempolsari 03 Gabus Pati; (2) Meningkatkan respon siswa dalam pembelajaran Bahasa Jawa materi menulis deskripsi pada siswa kelas IV SD Negeri Gempolsari 03 Gabus Pati dengan menggunakan model webbing.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Hakikat Menulis
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dari empat keterampilan berbahasa lainnya, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis itu sendiri. Menulis merupakan sebuah proses rumit. Oleh karena itu agar memahami lebih jauh tentang menulis, pembahasan tentang hakikat menulis diuraikan secara terperinci sebagai berikut:
Menulis berasal dari kata dasar tulis. Dalam Kamus Bahasa Jawa menulis berarti melahirkan pikiran atau perasaan (seperti: mengarang, membuat surat dan sebagainya) dengan tulisan (Alwi, 2007: 1219).
Pengertian menulis di atas tidak jauh berbeda dengan pendapat (Suparno, 2006: 29). Dari pengertian tersebut, berarti dalam proses menulis terdapat komponen penulis sebagai penyampaian pesan, isi tulisan sebagai pesan dan media tulisan serta pembaca. Jadi menulis adalah menuangkan pikiran dengan bahasa tulis secara teratur.
Keterampilan menulis
Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa: “setiap keterampilan itu erat kait-annya dengan atau erat pula hubungannya dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya”. Tidak hanya itu, keterampilan tidak akan dikuasai tanpa adanya latihan atau praktik dengan terus-menerus, karena menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif. Sementara itu Morsey dalam Tarigan (1994: 4) sebagai berikut: Menulis dipergunakan oleh orang terpelajar untuk mencatat/merekam, me-yakinkan, melaporkan/memberitahukan, dan mempengaruhi. Maksud dan tujuan semacam itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyu-sun pikirannya dan mengutarakannya de-ngan jelas. Kejelasan ini tergantung kepada pikiran, organisasi, pemilihan kata dan struktur kalimat.
Tahap-tahap pembelajaran menulis menurut Purwaningsih dan Wijan (1997: 36) sebagai berikut: (1) Tahap bimbingan mengikuti pola; (2) Bimbingan dengan melengkapi kalimat; (3) Memasangkan kelompok kata; (4) Bimbingan dengan mengurutkan kalimat; (5) Bimbingan dengan pertanyaan; (6) Bimbingan gambar dengan kata-kata kunci; (7) Bimbingan dengan mengurutkan gambar seri; (8) Memberi tanda baca yang tepat; (9) Membuat paragraf dari gambar; dan (10) Menulis penuh, satu topik/tema.
Kosa kata Bahasa Jawa untuk kelas IV SD belum begitu luas. Kenyataan ini berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam mengungkapkan gagasan atau idenya. Menulis karangan deskripsi, harus mampu melukiskan objek dengan kalimat secara detail dan sejelas-jelasnya supaya pembaca merasa seperti merasakan betul-betul. Penggambaran semacam itu memerlukan diksi yang baik dan kosa kata yang luas. Oleh karena itu ada sedikit kesulitan bagi siswa SD untuk dapat mendeskripsikan objek secara luas dan mendalam.
Pembelajaran menulis karangan deskriptif, di SD mengambil jalan tengah, yakni hanya mendeskripsikan objek sederhana dan hanya beberapa kalimat. Kesederhanaan dari segi objek dan penggambaran ini, karena menyesuaikan dengan kondisi siswa tersebut.
Menulis Prosa Deskripsi
Prosa adalah karangan bebas (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2001: 899) Maksudnya, penulis prosa dapat bebas menulis apa saja yang ada di dalam pikirannya, tidak terikat oleh suatu ikatan tertentu, seperti halnya puisi. Penulis tidak perlu menggunkan bentuk kata yang konotatf. Penulis juga tidak perlu mencari kata dengan huruf-huruf yang bunyinya sama supaya kedengaran indah. Inilah kebebasan uyang dimaksud dalam menulis prosa.
Prosa yang merupakan pemerian langsung dari suatu objek disebut prosa non fiksi, sedangkan prosa yang meru-pakan pemerian dan menitikberatkan pada unsur keindahan bahasa disebut karangan fiksi (Muchlisoh, 1991: 348)
Prosa deskripsi adalah karya tulis yang melukiskan sesuatu. Artinya, apa-apa yang diamati oleh penulis kemudian digam-barkan sejels-jelasnya dengan kata-kata, sehingga pembaca seolah-olah sedang mengamatinya juga.
Model Webbing
Model Webbing adalah bentuk kolom jaringan laba-laba sebagai tempat jawaban penuntun tentang imajinasi dari benda atau gambar (Tomkins, 294: 116). Dengan Model Webbing ini diharapkan dalam pembelajaran menulis deskripsi di kelas IV dapat meningkat.
Berdasarkan model webbing tersebut, maka cara memulai pembelajaran menulis deskripsi dengan mengajak siswa mengamati atau membawa atau menun-jukkan benda-benda nyata, seperti boneka, tomat, sayur-sayuran, buah-buahan, bunga dan lain-lain. Kemudian mereka diajak mendeskripsikan benda-benda tersebut berdasarkan kesan indrawi yang mereka tangkap lewat panca indera, sebab des-kripsi merupakan penggambaran yang dapat menuntun pembacanya seolah meli-hat benda nyata, melalui penggambaran secara tertulis.
Menulis deskripsi secara sumbang sadap saran dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan penuntun antara peneliti dengan siswa untuk menggiring mereka mampu mendeskripsikan benda-benda yang diamati. Kemudian jawaban-jawaban siswa ditulis pada jaringan laba-laba (webbing).
Kerangka Berpikir
Siswa SD baru mampu mengingat hal-hal yang konkret. Selain itu, pengenalan ruang juga masih terbatas, sehingga untuk melukiskan, atau mendeskripsikan objek yang bersifat abstrak, atau objek yang asing bagi siswa, akan mengalami kesulitan. Berkait dengan pembelajaran Bahasa Jawa, secara umum siswa belum menguasai perbendaharaan kata yang begitu luas, sehingga dari sudut bahasanya pun dapat menimbulkan kendala dalam kegiatan menulis.
Upaya yang sebaiknya dilakukan guru dalam meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas IV SD adalah menyuguhkan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa. Siswa memerlukan bimbingan intensif dari guru agar kendala yang muncul dari objek deskripsi maupun dari kemampuan berbahasanya dapat diatasi dengan baik.
Model webbing atau model jaring laba-laba dalam pembelajaran menulis, mengupayakan supaya objek penulisan diperinci dahulu menjadi bagian-bagian kecil, kemudian bagian-bagian tersebut akan menjadi pokok pikiran dalam menyusun paragraf, dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pemancing dari guru. Kemudian siswa menyusun karangan dengan menggunakan rincian dan kalimat-kalimat pendek sebagai panduan.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teori di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan untuk penelitian, sebagai berikut: (1) Penggunaan Model Webbing dalam pembelajaran Bahasa Jawa menulis prosa deskripsi pada siswa kelas IV SD Negeri Gempolsari 03 Gabus Pati diduga dapat meningkatkan keterampilan menulis prosa deskripsi; (2) Melalui Model Webbing dalam pembelajaran Bahasa Jawa menulis prosa deskripsi pada siswa kelas IV SD Negeri Gempolsari 03 Gabus Pati diduga akan dapat meningkatkan aktivitas dan respon siswa dalam pembelajaran.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri Gempolsari 03 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Tepatnya di kelas IV. Dipilihnya kelas IV sebab pembelajaran yang dilakukan terutama pada mata pelajaran Bahasa Jawa pada kompetensi menulis deskripsi mengalami kendala, yakni hasil belajar belum mencapai KKM yang ditentukan, sehingga perlu adanya upaya untuk meningkatkan hasil belajarnya tersebut melalui penelitian tindakan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampelama lima bulan ini sudah sampai pada penyusunan laporan peneli–tian.
Subjek Penelitian
Subjek Penelitian dalam penelitian tindakan ini, adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Gempolsari 03 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati tahun pelajaran 2013/2014, sebanyak 27 siswa yang terdiri dari laki-laki 13 siswa, dan perempuan 14 siswa. Kemampuan akademis subjek penelitian heterogen, artinya tidak sama, tetapi berkisar dari sedang sampai kurang.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah: ini meliputi tempat penyeleng-garaan kegiatan penelitian di sekolah, yakni SD Negeri Gempolsari 03, tepatnya di kelas IV, sedangkan peristiwa yang diteliti adalah proses pembelajaran Bahasa Jawa pada kompetensi menulis deskripsi.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu: teknik tes dan non tes (observasi). Tes untuk merekam tingkat perkembangan dan peningkatan hasil belajar. Observasi untuk merekam ada tidaknya peningkatan aktivitas dan respon siswa dalam proses pembelajaran. Pengumpulan data dilakukan tiga kali, yaitu pada siklus I, siklus II, dan siklus III.
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, sesuai dengan data yang akan direkam yaitu tek-nik tes untuk merekam hasil belajar siswa dengan instrumennya berupa soal tes formaif, dan teknik observasi untuk mere-kan tindak belajar siswa dengan menggun-kan instrumen lembar pengamatan.
Sedangkan untuk observasi, pe-neliti memfokuskan pada unjuk belajar siswa selama pembelajaran berlangsung yang meliputi 4 indikaator dari respon siswa terhadap pembelajaran termasuk di dalamnya parisipasi dan aktivitas siswa. Keempat indikator tersebut adalah: 1) Unjuk kerja dalam kelompok, 2) Semangat dalam mencari informasi, 3) unjuk kerja dalam diskusi kelas, dan 4) merespon guru dalam pembelajaran. Kategori aktivitas siswa dalam pembelajaran ditentukan 4 kategori oleh peneliti sendiri, yaitu: kategori tinggi
Analisis Data
Data berupa angka akan dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif, yakni membandingkan antara kondisi awal dengan perubahan yang terjadi pada setiap tindakan. Peningkatan yang terjadi akan ditampilkan dalam bentuk persentase, tabel, dan grafik sederhana untuk mendukung deskripsi verbal.
Data kualitatif hasil pengamatan akan dianalisis dengan analisi deskripsi kritis dengan cara memampilkan data, menghubungkan dan menganalisis secara sebab akibat (Suwandi, 2008: 70).
Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan pedoman yang digunakan untuk mengukur tingkat kuntasan siswa dalam balajar. Indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan perbaikan pembelajaran dirumuskan sebagai berikut: (1) Proses perbaikan menulis prosa deskripsi siswa kelas IV dinyatakan berhasil jika 75 % dari jumlah siswa tuntas belajar atau mendapat nilai sama dengan KKM atau lebih (KKM Mata Pelajaran Bahasa Jawa adalah 70%); (2) Respon siswa terhadap penerapan Model Webbing dalam pembelajran dinyatakan baik bila 75 % dari jumlah siswa terlibat aktif selama kegiatan belajar menulis prosa deskripsi.
Prosedur Penelitian
Perbaikan pembelajaran dilakukan dengan proses pengkajian berulang (berdaur) yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan (planing), pelaksanaan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection).
Setelah siklus pertama berlang-sung, sedangkan hasil belajar siswa belum sesuai indikator, dan menemukan keku-rangan yang perlu diperbaiki dalam refleksi maka dilanjutkan dengan siklus berikutnya. Apabila dalam pelaksanaan suatu siklus sudah berhasil memperbaiki pembelajaran, maka penelitian sudah berakhir. Namun sebenarnya munculnya kekurangan lain tetap ada, namun bila permasalahan tersebut bukan berkaitan dengan permasalahan penelitian dapat diteliti lagi dengan tindakan yang berbeda.
Karena penelitian ini merupakan penelitian bersiklus, maka setiap siklus terdiri atas kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Kegiatan refleksi ini menjadi penting, karena menjadi dasar dalam perencanaan berikutnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil belajar yang dicapai siswa masih kurang maksimal. Siswa yang tuntas belajar, mencapai KKM atau lebih hanya 7 siswa dari 27 siswa atau sebesar 25,93%. Berarti siswa yang belum tuntas sebanyak 20 siswa atau 74,07%. Nilai rata-rata siswa sebesar 58,48 dengan nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 40. Nilai kondisi awal selengkapnya lihat tabel 4.1.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus Pertama
Berdasarkan hasil analisis data, dan hasil observasi oleh teman sejawat, ditemukan beberapa kelemahan dan kekurangan. Hasil analisis dan observasi pada siklus pertama, pembelajaran belum mencapai hasil yang optimal, masih ada 15 siswa ynag belum tuntas. Kekurangan terjadi pada pemilihan kata belum tepat, paragraf belum benar penulisannya, belum dimulai menjorok ke dalam, dan masih penuh coretans serta kurang rapi. Aktivitas dan respon siswa masih rendah. Dalam kerja kelompok, belum semua siswa ikut melibatkan diri secara penuh. Kegiatan banyak didominasi siswa yang mampu.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus Kedua
Berdasarkan hasil analisis data, dan hasil observasi oleh teman sejawat, akan ditemukan beberapa kelemahan dan kekurangan. Hasil analisis dan observasi pada siklus kedua, pembelajaran belum mencapai hasil yang optimal, masih ada 10 siswa ynag belum tuntas. Hal ini terjadi karena mereka masih belum menggunakan huruf besar pada awal kalimat, dan kata depan di penulisannya masih digabungkan dengan kata dasar yang mengikutinya. Respon dan aktivitas siswa meningkat, namun belum memenuhi kriteria.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus Ketiga
Berdasarkan hasil analisis data, dan hasil observasi oleh teman sejawat, ditemukan beberapa kelemahan dan kekurangan. Hasil analisis dan observasi pada siklus ketiga, pembelajaran sudah mencapai hasil yang optimal, semua siswa telah tuntas. Hal ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran model webbing dalam pembelajaran menulis prosa deskripsi pada kelas IV SD Negeri Gempolsari 03 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati terjadi peningkatan yang cukup memuaskan. Oleh karena itu tindakan siklus ketiga ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Pembahasan Tiap dan Antar Siklus
Siklus I
Pembelajaran pada siklus pertama, belum dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa secara maksimal. Pening-katan sudah ada, hanya belum memuas-kan. Hal ini terjadi karena model pembelajaran yang diterapkan masih baru, baik bagi guru maupun siswa, sehingga masih ada keraguan, maka menghambat pemahaman dan kerja siswa. Peningkatan hasil belajar pada siklus I baru naik 18,52% dari kondisi awal.
Penggunaan model webbing sedikit telah mengurangi kelemahan pembelajaran Bahasa Jawa yang memang memiliki kendala pada 2 segi, yaitu ada kesulitan dari sudut bahasanya, dan kurangnya motivasi belajar. Pembelajaran tiga tahap, yang menuntun siswa secara bertahap, telah membantu pada segi bahasa. Pertama identifikasi hanya dengan sebuah kata atau kelompok kata atau kalimat tidak lengkap, kemudian tahap keduamengubah kata menjadi kalimat sederhana, baru pada tahap ketiga membuat kalimat dan paragraf. Pentahapan inilah yang membantu kesulitan siswa pada segi bahasa.
Siklus II
Siklus kedua, pembelajaran lebih bergerak maju. Pemahaman siswa menge-nai cara kerja model webbing sudah mulai dipahami. Hal ini telah menyebabkan adanya peningkatan yang lebih baik dari si-klus I. Bimbingan guru juga sudah semakin bermakna. Siswa sudah melibatkan diri dengan baik. Keseriusan dalam mengerja-kan tugas merupakan bukti keseriusan siswa pada model webbing. Keseriusan siswa tampak pada pemelajaran tahap ketiga, ketika harus mengubah kalimat-kalimat pendek menjadi karangan. Waktu yangd digunakan oleh guru masih lebih banyak, artinya waktu yang disediakan sedikit molor. Ini disebebkan karena terkendala oleh kesulitan siswa tentang bahasa Jawa yang memang jarang digunakan dengan baik.
Peningkatan hasil belajar sudah lebih tinggi dari siklus sebelumnya. Pening-katannya mencapai hampir 20% dari siklus I. Ini menunjukkan adanya respon positif siswa terhadap model webbing dalam pembelajaran Bahasa Jawa.
Siklus III
Hasil belajar pada siklus ketiga telah melampaui indikator kinerja. Hasil belajar telah mencapai rata-rata 75,78. Siswa tuntas telah mencapai 88,89% atau sebanyak 24 siswa dari 27 yang tuntas. Ini terjadi karena pemahaman siswa terhadap cara kerja sudah bagus. Guru juga sudah benar-benar memahami pembelajaran mo-del webbing dengan baik. Pembimbingan guru yang intensif dalam setiap pembe-lajaran menyebabkan siswa semakin me-nguasai, baik bahasa, cara menulis prosa deskripsi, dan cara kerja model pem-belajarannya. Pengelompokkan siswa yang semakin kecil dengan anggota 4 anak dalam pemelajaran siklus III ini juga memberikan kontribusi yang baik terhadap respon dan aktivitas belajar siswa.
Sementara respon dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran juga telah mencapai persentase yang melam-paui indkator kinerja. Siswa telah melibat-kan diri dengan baik. Ini disebabkan karena model webbing dirasakan telah membantu siswa mempermudah melaku-kan kegiatan menulis. Kesulitan yang biasanay dirasakan pada waktu menulis dalam pembelajaran Bahasa Jawa, terasa dapat diatasi dengan model ini. Dengan anggapan demikian, maka siswa merespon pembelajaran dengan baik dan benar-benar memahami agar lebih dapat mempermudah siswa.
HASIL PENELITIAN
Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa berupa kete-rampilan menulis deskripsi semakin me-ningkat. Kesulitan-kesulitan yang dialami pada kondisi awal, dapat teratasi dengan pembelajaran model webbing. Penemtuan judul, pengorganiasaian gagasan, pemben-tukan paragraf, pamakaian huruf kapital sudah dikuasai oleh siswa, berkat pembimbingan guru selama pelaksanaan penelitian. Tampilan karangan sudah semakin bersih dan diberi bergaris tepi sehingga semakin tampak rajin. Keruntutan kalimat juga sudah baik, sehingga karangan akan mudah dipahami oleh orang lain.
Berdasarkan data pada hasil observasi, nilai yang dicapai pada tiap-tiap siklus sebagian besar mengalami kenaikan sebagai berikut: (1) Pada studi awal, siswa yang tuntas menguasai materi ajar sebanyak 7 siswa dari 27 atau sebesar 25,93 %; (2) Pada siklus I, siswa yang tuntas menguasai materi ajar sebanyak 11 siswa dari 27, atau sebesar 40,74 %.; (3) Pada siklus II, siswa yang tuntas menguasai materi ajar sebanyak 17 siswa dari 27, atau sebesar 62,96 %; dan (4) Pada siklus III, siswa yang tuntas menguasai materi ajar sebanyak 24 siswa dari 27, atau 88,89%.
SIMPULAN
Berdasarkan temuan dan hasil penelitian yang telah dibahas pada Bab IV, maka penelitian tindakan kelas yang merupakan perbaikan pembelajaran Baha-sa Jawa Kompetensi menulis prosa deskripsi dengan mnggunakan model webbing dapat diambil beberpa simpulan, yaitu:
1. Model webbing dapat meningkatkan kemampuan menulis prosa deskripsi pada siswa kelas IV semester I SD Negeri Gempolsari 03 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati tahun pelajaran 2013/2014. Dukungan analisis, untuk simpulan yang pertama ini adalah bahwa ketuntasan belajar dari setiap siklus mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni dari kondisi awal ke siklus I naik 18,52%, dari siklus I ke siklus II meningkat 22,22%, dan dari siklus II ke siklus III meningkat 25,93%. Secara keseluruh-an, dari kondisi awal dibandingkan kondisi akhir, siklus III, hasil belajar mengalami peningkatan sebesar 62,96%. Siswa yang tuntas belajar pada akhir siklus III sebanyak 24 siswa atau 88,89% melebihi indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian ini.
2. Penerapan model webbing dalam pembelajaran Bahasa Jawa dapat me-ningkatkan respon dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pening-katan yang terjadi sedikit demi sedikit tetapi terus maningkat setiap siklus yang dilakukan. Peningkatan ini sampai akhir siklus III mencapai 92,59%, melampaui indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, M. Toha. 2008.Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka
Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
_________________. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Bolla, John I. 1985. Keterampilan Mengelola Kelas. Jakarta: P2LPTK Ditjen Dikti Depdikbus
Muchlisoh, dkk. 1994. Pendidikan Bahasa Indonesia . Jakarta: Universitas Terbuka.
Purwanto, M. Ngalim dan Djeniah Alim. 1997. Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Rosda Jaya Putra.
Ristasa, R. 2005. Metode Pembelajaran Kolaboratif. Hand Out Untuk Pembimbingan Mata Kuliah PKP.
Ristasa, R, Prayitno. 2006. Panduan Penulisan Laporan Perbaikan Pembelajaran (Penelitian Tindakan Kelas) Purwokerto: UPBJJ UT Purwokerto
Rofi’udin, Ahmad dan Darmiyati Zuhdi. 1994. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Dirjen Dikti.
Rusyan, A. Tabrani dkk. 1993. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudiarto. 1993. Memamntapkan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Suparno dan M Yunus, M. 2003. Ketrampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka
Syamsudin, A, dan Budiman. 2003. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka
Tim Pengembang Kurikulum. 2004. Silabus dan Model Pembelajaran Bahasa Jawa. Cilacap: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Tompkins, G.E. 1994. Teaching Writing: Balancing Process and Product. New York: Macmillian Publishing Company