UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KETRAMPILAN SAINS

PADA MATERI SISTEM EKSKRESI

MELALUI PENERAPAN BOUNDED INQUIRY LABORATORY

PESERTA DIDIK KELAS XI MIA 2 SEMESTER 2

SMA N 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

 

Muslikah Irawati

SMA Negeri 1 Sukoharjo, Jawa Tengah

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Sains pada Materi Sistem Ekskresi melalui penerapan Bounded Inquiry Laboratory pada peserta didik kelas XI MIA 2 Semester 2 SMA N 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilakukan terhadap empat aspek keterampilan proses sains peserta didik yang meliputi aspek mengukur, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis dan merencanakan percobaan hingga mencapai peningkatan sebesar 20%. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas XI MIA 2 Semester 2 SMA N 1 Sukoharjo Tahun Pelajara 2014/2015 yang berjumlah 38 orang. Sumber data diperoleh dari guru dan peserta didik. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes berupa tes Ketrampilan Sains dan non tes yang berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi). Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga komponen, antara lain: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Validasi data menggunakan teknik triangulasi data. Metode penelitian menggunakan metode spiral. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan dengan capaian indikator KPS pada Pra-Siklus, Siklus I dan Siklus II untuk masing-masing aspek keterampilan proses sains yang hendak ditingkatkan sebagai berikut: 1) Mengukur (32,00%, 74,48%, 86,57%) meningkat sebesar 54,57%; 2) Merumuskan masalah (25,72%, 73,42%, 91,58%) meningkat sebesar 65,86%; 3) Merumuskan Hipotesis (24,00%, 83,69%, 94,31%) meningkat sebesar 70,31%; 4) Merencanakan percobaan (13,72%, 74,00%, 85,31%) meningkat sebesar 71,59%.Hasil belajar peserta didik kelas XI MIA 2 Semester 2 SMA N 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015 yang mencapai ketuntasan minimal (75,00%, 89,47%, 89,47%) meningkat sebesar 14,40%.Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Bounded Inquiry Laboratory dapat meningkatkan Hasil Belajar dan Ketrampilan Sains pada Materi Sistem Ekskresi peserta didik kelas XI MIA 2 Semester 2 SMA N 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015.

Kata Kunci: model bounded inquiry laboratory, ketrampilan Sains , Sistem Ekskresi

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Proses pembelajaran biologi di kelas XI MIA 2 Semester 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015 didominasi oleh penjelasan guru berupa ceramah dan diselingi dengan diskusi kelompok, pemberian motivasi dan pujian atau reward kepada peserta didik kurang.

Hasil observasi Kegiatan praktikum tanggal 7 Januari 2015 menunjukan bahwa Kegiatan praktikum langsung mengarah pada pembuktian teori berdasarkan langkah-langkah kegiatan praktikum yang disampaikan oleh guru secara lisan, setelah melakukan praktikum peserta didik menuliskan hasil pengamatan belum pada lembar kerja kegiatan praktikum, namun pada buku tugas salah satu teman dalam kelompok, sehingga hanya beberapa peserta didik yang tahu dan memahami data hasil pengamatan..Praktikum di SMA Negeri 1 Sukoharjo jarang dilakukan, serta laboratorium sekolah kurang lengkap untuk mendukung kegiatan praktikum. Hasil belajar peserta didik kelas XI MIA 2 Semester 2 SMA N 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015 yang mencapai Kriteria Kentuntasan Minimal (KKM) adalah 75,00%.Berdasarkan hasil observasi, diprediksi bahwa kelas XI MIA 2 Semester 2 Tahun Pelajara 2014/2015 memiliki permasalahan pada rendahnya Keterampilan Sains dan nilai hasil belajar peserta didik.

Hasil perhitungan persentase Ketrampilan Sains peserta didik pada Pra-Siklus setelah dilakukan tes menunjukkan bahwa sebagian besar aspek Ketrampilan Sains tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa persentase aspek Ketrampilan Sains peserta didik termasuk dalam kategori kurang baik dan perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan perlu dilakukan terhadap sebagian besar aspek Ketrampilan Sains. Penelitian ini hanya dilakukan pada peningkatan Ketrampilan Sains peserta didik di kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 pada Aspek Ketrampilan Sains yang memiliki persentase keempat terrendah, yaitu pada aspek kemampuan mengukur yang memiliki persentase sebesar 32,00%, merumuskan masalah sebesar 25,72%, merumuskan hipotesis sebesar 24,00% dan merencanakan percobaan sebesar 13,72%. Menurut Widayanto (dalam Kale, 2013) Ketrampilan Sains tergolong rendah apabila persentase yang diperoleh menunjukkan angka kurang dari atau sama dengan 40%.Hasil proses pembelajaran pada Pra Siklus setelah dilakukan tes diperoleh jumlah siswa yang mencapai KKM hanya 75,00% maka perlu ditingkatkan.

Hakikat sains pada pelajaran biologi idealnya berorientasi tidak hanya pada hasil namun juga pada proses berlangsungnya untuk membangun kemampuan afektif, kognitif dan psikomotorik peserta didik. Kegiatan laboratorium dalam pembelajaran sains menjadi bagian yang sangat penting hal ini sesuai dengan Permendiknas No.41 tahun 2007 tentang pelaksanaan pembelajaran seharusnya guru memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium. Pendapat di atas sesuai dengan pernyataan bahwa biologi sebagai bagian dari sains melatih peserta didik untuk mampu menemukan konsep kehidupan makhluk hidup melalui keterampilan proses sains (Subali, 2010).Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat memfasilitasi peserta didik untuk melakukan penyelidikan ilmiah melalui proses penemuan agar keterampilan proses sains dan hasil belajar peserta didik meningkat.

Menurut Ongowo dan Indoshi (2013) keterampilan proses sains dapat dikembangkan melalui penerapan model pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam proses pembelajaran dan menimbulkan rasa percaya diri siswa karena siswa mampu mencari suatu konsep sendiri serta melatih belajar mandiri. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh E. Rahayu, H. Susanto, D. Yulianti (2011) yang menyatakan bahwa penerapan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses yang dilaksanakan dengan praktikum dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Pencapaian nilai psikomotorik peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah ketertarikan peserta didik terhadap proses pembelajaran, sehingga berakibat pada meningkatnya keterampilan proses peserta didik.

Pengajaran dengan model inkuiri harus meliputi pengalaman belajar untuk menjamin bahwa peserta didik dapat mengembangkan proses inkuiri (Sochibin, Dwijananti & Marwoto, 2009).Carl J. Wenning (2010) memperkenalkan sebuah model pembelajaran berbasis inkuiri yang dikenal dengan model pembelajaran Hierarki of Inquiry atau level kegiatan inkuiri. Wenning mengelompokkan kesulitan menerapkan inkuiri dalam lima level, antara lain: discover learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab dan hypothetical inquiry. Kelima level pembelajaran inkuiri tersebut diurutkan berdasarkan kecerdasan intelektual peserta didik dan pihak pengontrol.

Penentuan level inkuiri yang akan digunakan dalam penelitian dilakukan dengan memberikan tes level inkuiri pada kelas XI MIA 2 Semester 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil analisis diperoleh hasil level yang sesuai untuk diterapkan yaitu level Bounded Inquiry Laboratory. Hasil tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Wenning (2010) yang menyatakan bahwa peserta didik dengan kemampuan intelektual di jenjang SMA dan perguruan tinggi lebih sesuai menggunakan level Inquiry Laboratory (Guided Inquiry Laboratory, Bounded Inquiry Laboratory dan Free Inquiry Laboratory) hingga level Hypothetical Inquiry. Perbedaan dari ketiga level Inquiry Laboratory tersebut terletak pada intensitas bimbingan yang diberikan oleh guru dan kegiatan pre-lab.

Level Bounded Inquiry Laboratory (BIL) merupakan tahapan selanjutnya dari model pembelajaran level of inquiry dan merupakan tahap kedua dari aktivitas laboratorium (Inquiry Laboratorium). Peningkatan pada tahap ini ialah pada kemampuan dan kemandirian peserta didik dalam merancang dan mengadakan eksperimen tanpa banyaknya panduan dari guru serta adanya pre-lab yang jelas, mengaitkan hasil temuan dengan aplikasi kehidupan sehari-hari melalui soal-soal dengan aplikasi (Wenning, 2010). Hasil penelitian Wenning (2010) menyatakan bahwa spektrum penyelidikan merupakan pendekatan hierarki ilmu pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konseptual dan penyelidikan ilmiah peserta didik

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Apakah penerapan Bounded Inquiry Laboratory dapat meningkatkan Hasil Belajar dan Proses Sains pada Materi Sistem Ekskresi peserta didik kelas XI MIA 2 Semester 2 SMA N 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah. meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Sains pada Materi Sistem Ekskresi melalui penerapan Bounded Inquiry Laboratory pada peserta didik kelas XI MIA 2 Semester 2 SMA N 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015

 

 

 

KAJIAN TEORI

Model Pembelajaran Bounded Inquiry Lab (BIL)

Model pembelajaran inkuiri saat ini mengalami perkembangan yang dirasa lebih efektif dalam melatih kemampuan dasar sains peserta didik misalnya keterampilan proses sains. Carl J. Wenning (2010) dalam jurnalnya “Levels of Inquiry: Using inquiry spectrum learning sequences to teach science” memperkenalkan sebuah model pembelajaran berbasis inkuiri yang dikenal dengan model pembelajaran Hierarki of Inquiry atau level kegiatan inkuiri. Dalam jurnal tersebut Wenning mengelompokkan tingkatan model inkuiri dalam enam tingakatan, antara lain: discover learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab, real – world applications, dan hypothetical inquiry. Keenam tingkatan model inkuiri tersebut diurutkan berdasarkan kecerdasan intelektual peserta didik dan pihak pengontrol. Kecerdasan intelektual adalah kecerdasaan yang dimiliki oleh peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dengan metode tertentu, sedangkan pihak pengontrol adalah pihak yang bertugas mengontrol kegiatan pembelajaran. Pihak pengontrol yang mendominasi pelaksanaan setiap tahapan pembelajaran, yaitu berperan dalam menemukan permasalahan, melakukan percobaan, hingga merumuskan kesimpulan (Purwanto, Liliawati & Hidayat, 2013).

Keterampilan Sains

            Keterampilan proses yang dibutuhkan untuk dapat melakukan serangkaian kegitan ilmiah dinamakan sebagai keterampilan proses sains. Rustaman (2005) menyatakan bahwa keterampilan proses sains merupakan keterampilan dalam berproses yang melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses peserta didik menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena keterampilan manual melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran dan perakitan alat. Keterampilan sosial diwujudkan ketika peserta didik berinteraksi dengan peserta didik lainnya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

            Ango (2002) menyatakan bahwa peserta didik yang memiliki atau menguasai keterampilan proses sains akan mudah dalam melaksanakan kegiatan sains dan mampu mengembangkan kemampuan belajar mandiri, memecahkan masalah, serta mencari pemahaman baru. Hal tersebut akan membiasakan peserta didik untuk tidak bergantung kepada guru sebagai pusat pengetahuan dalam pembelajaran. KPS akan menolong peserta didik untuk secara mandiri mampu melakukan kegiatan sains dan membantu mengkonstruk pengetahuan melalui pengalaman sains secara langsung.

            Belajar sains harus melibatkan peserta didik pada pengalaman langsung. Proses belajar biologi melibatkan peserta didik pada pengalaman belajar yang memuat KPS (Wenno dalam Nopitasari, 2012). Wenno dalam Nopitasari (2012) juga menyatakan bahwa kegiatan sains merupakan serangkaian kegiatan manusia yang bertujuan mendeskripsikan dan memahami lingkungan. Kegiatan sains dilakukan melalui proses ilmiah dan menghasilkan produk berupa prinsip, hukum, fakta, teori, dan lain-lain. Kegiatan sains dalam pelaksanaannya memerlukan keterampilan berproses yang diwujudkan melalui proses ilmiah. Kegiatan sains pada dasarnya mencari hubungan sebab akibat antara gejala-gejala alam yang diamati. Pembelajaran sains sebaiknya mengembangkan kemampuan berproses. Belajar sains tidak hanya belajar dalam wujud pengetahuan deklaratif berupa fakta, konsep, hukum, prinsip, tetapi juga belajar tentang pengetahuan prosedural berupa metode untuk memperoleh informasi, metode berbasis sains dan teknologi bekerja, kebiasaan bekerja ilmiah, dan keterampilan berpikir. Belajar sains memfokuskan kepada kegiatan penemuan dan pengolahan informasi melalui kegiatan mengamati, mengukur, mengajukan pertanyaan, mengklasifikasi, memecahkan masalah, dan lain sebagainya.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu “penerapan Bounded Inquiry Laboratory dapat meningkatkan Hasil Belajar dan Proses Sains pada Materi Sistem Ekskresi peserta didik kelas XI MIA 2 Semester 2 SMA N 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015.”

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukoharjo yang beralamat di Jalan Pemuda no. 38 Sukoharjo.

Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian selama lima bulan mulai bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah peserta didik kelas XI MIA 2 semester 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 38 orang.

Teknik dan alat Pengumpulan data

Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 38 orang dan guru biologi sebagai kolaboran Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik tes dengan soal pilihan ganda yang terdiri dari 20 soal memuat aspek-aspek Ketrampilan Sains yang hendak ditingkatkan dan teknik non tes dengan observasi langsung yang dilakukan terhadap peserta didik difokuskan pada beberapa aspek Ketrampilan Sains yang hendak ditingkatkan yaitu aspek menggunakan alat dan bahan, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis dan merencanakan percobaan. Wawancara dilakukan di setiap siklus setelah proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui respon peserta didik terhadap proses pembelajaran yang menerapan model pembelajaran BIL. Dokumentasi berupa foto proses pembelajaran biologi sehingga Ketrampilan Sains peserta didik dapat diketahui.

Validasi data

Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data adalah teknik triangulasi data yaitu data hasil dari observasi dikonfirmasi melalui wawancara dan tes, data hasil dari tes dikonfirmasi melalui wawancara dan observasi, dan data hasil wawancara dikonfirmasi melalui observasi dan tes.

Analisi data

Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif dilakukan karena sebagian data yang dikumpulkan berupa uraian deskriptif tentang perkembangan proses, yaitu peningkatan Ketrampilan Sains peserta didik pada materi sistem ekskresi. Data yang didapatkan dari kegiatan pengumpulan data selanjutnya dianalisis untuk digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan.

HASIL PENELITIAN

Kondisi awal

Data kondisi awal diperoleh dari hasil Observasi kegiatan pembelajaran pada tanggal 5 januari 2015, dan kegiatan praktikum pada tanggal 7 Januari 2015.

Kegiatan pembelajaran

            Kegiatan pembelajaran tanggal 5 januari 2015 menunjukkan prosentase siswa yang memperhatikan materi yang disampaikan guru sebesar 90%, mencatat penjelasan guru sebesar 66%, menjawab pertanyaan dari guru sebesar 71%.

Tabel 4.1 Persentase Hasil Observasi Peserta didik saat Kegiatan Pembelajaran Pra-Tindakan

No

Kegiatan Peserta Didik

Persentase (%)

1.

Peserta didik memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru

90%

2.

Peserta didik mencatat penjelasan guru

66%

3.

Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru

71%

 

Kegiatan praktikum

Kegiatan praktikum yang dilakukan pada tanggal 7 Januari 2015 diperoleh bahwa peserta didik yang menggunakan alat dan bahan dengan benar saat praktikum sebesar 20%, peserta didik yang mengamati objek dengan benar sebesar 45%, menganalisis data yang diperoleh dari hasil pengamatan objek sebesar 25%, berani mengajukan pertanyaan 10%, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan secara lisan 21%

Tabel 4.2 Persentase Hasil Observasi Peserta didik saat Kegiatan Praktikum Pra-Tindakan

No

Kegiatan Peserta Didik

Persentase (%)

1.

Peserta didik menggunakan alat dan bahan dengan benar saat praktikum

20%

2.

Peserta didik yang mengamati objek dengan benar

45%

3.

Peserta didik yang menganalisis data yang diperoleh dari hasil pengamatan objek

25%.

4.

Peserta didik langsung melakukan kegiatan praktikum

100%

5.

Peserta didik menuliskan hasil pengamatan yang mereka peroleh pada sembarang kertas atau buku

100%

6.

Peserta didik berani mengajukan pertanyaan

10%

7.

Peserta didik mengkomunikasikan hasil pengamatan secara lisan

21%

 

Hasil Akhir Persentase KPS Peserta Didik Pra-Tindakan dapat terlihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Hasil Akhir Persentase KPS Peserta Didik Pra-Tindakan

No.

Aspek

Capaian Indikator (%)

Hasil Observasi (40%)

Hasil Tes Ketrampilan Sains (60%)

Hasil Akhir Persentase Ketrampilan Sains

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Melakukan pengamatan objek

Menafsirkan hasil pengamatan

Mengklasifikasikan hasil pengamatan

Meramalkan atau memprediksi

Mengkomunikasikan hasil kegiatan

Menggunakan alat dengan tepat(Mengukur)

Merumuskan masalah

Merumuskan hipotesis

Merencanakan percobaan

Menerapkan konsep

Mengajukan pertanyaan

18%

10%

0%

0%

8,4%

8%

0%

0%

0%

0%

4%

34,28%

34,28%

32,57%

36,00%

34,28%

24,00%

25,72%

24,00%

13,72%

36,00%

34,28%

52,28%

44,28%

32,57%

36,00%

42,68%

32,00%

25,72%

24,00%

13,72%

36,00%

38,28%

 

Berdasarkan Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek Ketrampilan Sains mata pelajaran Biologi peserta didik kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo pada tahap Pra-Siklus sebagian besar tergolong rendah. Ditunjukkan dengan sebagian besar persentase aspek Ketrampilan Sains peserta didik termasuk dalam kategori kurang baik dan perlu untuk ditingkatkan.

Peningkatan perlu dilakukan terhadap sebagian besar aspek Ketrampilan Sains di atas, karena keterbatasan peneliti, peningkatan Ketrampilan Sains mata pelajaran Biologi dilakukan terhadap Aspek Ketrampilan Sains yang memiliki persentase keempat terendah, yaitu pada aspek kemampuan mengukur, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis dan merencanakan percobaan. Aspek Ketrampilan Sains mata pelajaran Biologi yang perlu ditingkatkan disajikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Aspek Keterampilan Proses Sains yang Perlu Ditingkatkan

No.

Aspek

Capaian Indikator (%)

1.

2.

3.

4.

Mengukur dengan tepat

Merumuskan masalah

Merumuskan hipotesis

Merencanakan percobaan

32,00%

25,72%

24,00%

13,72%

 

Siklus I

Tahap pelaksanaan Siklus I terdiri dari kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Proses pembelajaran Siklus I dilaksanaan pada hari Senin, 20 Maret 2015 jam ke 7-8 dan Rabu, 22 Maret 2015 jam ke 7 – 8, terdiri dari dua kali pertemuan (2 x 45 menit) diperoleh hasil:

Hasil Tes Ketrampilan Sains

Ketrampilan Sains Siklus I diukur setelah pembelajaran materi sistem Ekskresi kulit. terjadi peningkatan Ketrampilan Sains pada Siklus I pada semua aspek Ketrampilan Sains yang perlu ditingkatkan berdasarkan tes Ketrampilan Sains dengan rata-rata peningkatan sebesar 35,42%. Peningkatan terbesar dicapai oleh aspek merencanakan percobaan sebesar 50,04% dan peningkatan terkecil dicapai oleh aspek mengukur sebesar 20,53%.. Persentase Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tes Siklus I dapat dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8 Persentase Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tes Siklus I

No.

Aspek

Keterampilan Proses Sains

Capaian Indikator (%)

Peningkatan dari Pra-Siklus (%)

1.

Mengukur dengan tepat

60.53

20,53

2.

Merumuskan masalah

75,00

32,14

3.

Merumuskan hipotesis

78,95

38,95

4.

Merencanakan percobaan

72,90

50,04

 

Peningkatan aspek Ketrampilan Sains berdasarkan perhitungan akhir persentase Ketrampilan Sains dari Pra-Siklus ke Siklus I disajikan pada Tabel 4.14.

 

Tabel 4.14 Hasil Akhir peningkatan Persentase Ketrampilan Sains Peserta Didik dari Pra-Siklus ke Siklus I

No.

Aspek

Keterampilan Sains

Capaian Ketrampilan Sains Siklus I (%)

Peningkatan dari Pra-Siklus (%)

1.

Mengukur dengan tepat

74,48

42,48

2.

Merumuskan masalah

73,42

47,70

3.

Merumuskan hipotesis

83,69

59,69

4.

Merencanakan percobaan

74,00

60,28

               

Siklus II.

Keterampilan Sains

Keterampilan proses sains Siklus II diukur setelah pembelajaran materi sistem Ekskresi. terjadi peningkatan Ketrampilan Sains pada Siklus II pada semua aspek Ketrampilan Sains yang perlu ditingkatkan dengan rata-rata peningkatan sebesar 51,53%. Peningkatan terbesar dicapai oleh aspek merumuskan masalah sebesar 55,82% dan peningkatan terkecil dicapai oleh aspek mengukur sebesar 41,57%. Hasil tes pilihan ganda Ketrampilan Sains peserta didik disajikan pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18 Persentase Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tes Siklus II

No.

Aspek Ketrampilan Sains

Capaian Indikator (%)

Peningkatan dari Prasiklus (%)

1.

Mengukur dengan tepat

81,57

41,57

2.

Merumuskan masalah

98,68

55,82

3.

Merumuskan hipotesis

96.05

56,05

4.

Merencanakan percobaan

75,52

52,66

 

Hasil belajar pada Siklus II yang meliputi hasil belajar kognitif menunjukkan sebagian besar sudah mencapai KKM namun tetap saja masih ada empat orang yang memiliki nilai di bawah KKM, sedangkan hasil afektif menunjukkan sebagian besar peserta didik juga telah mencapai kriteris ketuntasan. Target penelitian untuk keterampilan proses sains di dua siklus selalu meningkat, oleh karena itu tidak dilaksanakan siklus selanjutnya. Secara produk belajar proses pembelajaran dari Siklus I ke Siklus II sudah optimal dilihat dari ketercapaian target.

Keterampilan proses sains peserta didik berdasarkan hasil tes pilihan ganda mengalami peningkatan dari prasiklus, Siklus I dan Siklus II. dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan pada setiap indikator yang perlu ditingkatkan telah memenuhi target awal penelitian yang ditetapkan yaitu 20% dari prasiklus untuk setiap indikator yang perlu ditingkatkan.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran BIL dapat meningkatkan keempat aspek Hasil Belajar dan Ketrampilan Sains pada Materi Ekskresi peserta didik kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015 yang rendah sebesar lebih dari 20% pada seluruh siklus. Peningkatan tersebut adalah pada aspek mengukur sebesar 54,57%, aspek merumuskan masalah sebesar 65,86%, aspek merumuskan hipotesis sebesar 70,31% dan aspek merencanakan percobaan sebesar 71,59%. Siswa yang mencapai ketuntasan minimal mengalami peningkatan sebesar 14,40%

Saran

Supaya penerapan model BIL dapat efektif, maka disarankan mempelajari dengan baik langkah-langkah pembelajaran dan berlatih terlebih dahulu sehingga mampu menggunakan alokasi waktu pembelajaran dengan baik dan semua sintaks dapat terlaksana.Menggunakan media dan alat yang mendukung pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Ango. M.L. (2002). Mastery of Science Process Skill and Their Effective Use in the Teaching of Science: An Educology of Science Education in the Nigerian Context. International Journal of Edicology. 16(1), 11-30.

Kale, M., Astutik, S., & Dina, R. (2013). Penerapan Keterampilan Proses Sains melalui Model Think Pair Share Pada Pembelajaran Fisika di SMA. Jurnal Pendidikan Fisika. 2(2). 233-237.

Nopitasari, A. (2012). Pengaruh Metode Student Created Case Studies Disertai Media Gambar Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban Sukoharjo. Jurnal Pendidikan Biologi, 1-12.

Ongowo, R.O & Indoshi, F.C. (2013). Science Process Skill in kenya Certificate of Secondary Education Biology Practical Examination. Journal of Scientific Research, 4(11), 713-717.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 41 Tahun 2007. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Diperoleh 13 April 2015. http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/standar-proses-_permen-41-2007_.pdf.