UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KETRAMPILAN SAINS

MELALUI MODEL GUINDED INQUIRY PADA MATERI SISTEM EKSRESI

PESERTA DIDIK KELAS XI MIA 3 SEMESTER 2

SMA NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

 

Budi Setia

SMA Negeri 1 Sukoharjo, Jawa Tengah

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains (KPS), meliputi aspek: menggunakan alat, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis dan merancang percobaan melalui penerapan modelGuided Inquiry Laboratory pada materi sistem ekresi pada pembelajaran biologi peserta didik kelas XI MIA 3 Semester 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan target peningkatan di akhir siklus minimal 20%. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah 35 peserta didik di kelas XI MIA 3 SMA Negeri 1 Sukoharjo. Pengumpulan data menggunakan teknik tes (tes KPS) dan teknik non tes (observasi, wawancara dan dokumentasi). Validitas data menggunakan metode triangulasi. Data dianalisis menggunakanmetode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan capaian indikator KPS untuk Pra-Siklus, Siklus I dan Siklus II berturut-turut pada setiap aspek adalah: aspek menggunakan alat (38,58%, 78,57%, 78,57%); aspek merumuskan masalah (40%, 80%, 88,57%); aspek merumuskan hipotesis (37,14%, 70%, 80%); serta aspek merencanakan percobaan (39,53%, 69,71%,78,86%). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan Guided Inquiry Laboratory dalam pembelajaran biologi dapat meningkatkan KPS peserta didik kelas XI MIA 3 semester 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo.

Kata kunci: guided inquiry laboratory, Ketrampilan Proses Sains, Sistem Eksresi

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kurikulum 2013 memiliki ciri adanya pendekatan saintifik yang mengandung adanya 5M (mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan) melalui implementasi berbagai jenis model seperti: discovery, inquiry, problem based learning,dan project based learning.Pembelajaran sains idealnya memungkinkan peserta didik untuk memecahkan masalah yang bersifat kontekstual sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pemecahan masalah dalam pembelajaran sains memerlukan adanya pengembangan KPS (Suciati, 2014).

Rendahnya Hasil Belajar dan Ketrampilan Proses Sains peserta didik tidak lepas dari bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan guru. Pembelajaran cenderung bersifat teaching center learning, peserta didik jarang dilibatkan dalam proses belajar aktif untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran. Peserta didik tidak diajak pada belajar penemuan atau pengamatan langsung di lapangan. Penyelesaian masalah rendahnya KPS peserta didik adalah dengan menerapkan pembelajaran yang berpotensi untuk mengembangkan KPS. Alternatif pembelajaran yang dapat melatihkan KPS adalah model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri menyediakan kegiatan yang membantu peserta didik mengembangkan ketrampilasn proses sains (Wenning, 2011). Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran inkuiri tidak tergantung dari hasil pencapaian, namun berdasarkan pengalaman personal dan keterlibatan individu yang dalam pelaksanaannya individu diberi kesempatan untuk mengaplikasikan kemampuannya begitu pula KPS (Anitah, 2009). Hasil penelitian Schlenker menunjukan peningkatan pemahaman sains, berpikir kreatif, dan keterampilan dalam memperoleh dan menganalisis informasi dangan penerapan inkuiri (Joyce dan Weil, 2000).

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang menjadi pokok penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

Apakah penerapan model Guided Inquiry Laboratory dalam pembelajaran biologi dapat meningkatkan hasil belajar sistem Eksresi dan keterampilan proses sains peserta didik kelas XI MIA 3 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015.

Tujuan Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan KPS peserta didik kelas XI MIA 3Semester 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui penerapan modelGuided Inquiry Laboratory dengan target pada akhir siklus minimal meningkat sebesar 20%.

KAJIAN TEORI

Belajar dan Pembelajaran Biologi

a.      Belajar Biologi

Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan manusia sepanjang hidupnya secara terus menerus. Menurut Reber, belajar adalah sebuah proses untuk mendapat pengetahuan. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan konsep dan kebiasaan berpikir yang menimbulkan tingkah laku yang berbeda pada individu. Perubahan yang terjadi disebabkan karena adanya interaksi antara individu dengan individu lain atau dengan lingkungannya.Belajar juga merupakan proses mental dan berfikir dengan memanfaatkan secara optimal potensi setiap individu untuk memperoleh pengetahuan. Aktivitas belajar dapat menghasilkan perubahan secara afektif, kognitif, maupun psikomotor. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, pengertian-pengertian, sikap-sikap, appresiasi, dan keterampilan. Hal ini serupa dengan pemikiran Gagne dan Bloom yang menyebutkan bahwa hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor (Thobroni& Mustofa, 2011).

b.      Pembelajaran Biologi

Pembelajaran menurut Kimble dan Garmezy adalah suatu perubahan tingkah laku yang berasal dari hasil praktik yang diulang-ulang, disadari, dan bersifat tetap. Rombepaung (1988) berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu proses perolehan keterampilan baik melalui pelajaran, pengalaman maupun pengajaran (Thobroni& Mustofa, 2011). Pembelajaran membutuhkan suatu proses yang disadari dan bersifat permanen yang dapat mengubah perilaku. Proses dalam pembelajaran mengalami perolehan informasi yang kemudian disimpan menjadi organisasi kognitif. Kemudian, informasi tersebut diwujudkan secara praktis berupa keterampilan dan bereaksi terhadap lingkungannya dalam bentuk sikap (Thobroni& Mustofa, 2011).

Model Pembelajaran Inkuiri

a.      Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri

Kualitas pembelajaran, baik dalam proses maupun hasil belajar, dapat ditingkatkan menggunakan berbagai cara, salah satunya dengan melakukan inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan model pembelajaran berdasarkan konsep yang sudah ada dan disesuaikan dengan keadaan setempat. Inovasi dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu adopsi (menggunakan secara utuh model yang sudah ada), adaptasi (menggunakan model yang sudah ada dengan mempertimbangkan keadaan setempat), dan kreasi (menggunakan model yang benar-benar baru) (Mulyasa, 2013).

Model pembelajaran adalah suatu pola pedoman untuk merancang pembelajaran yang membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran (Joyce, 2000). Pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam suatu pembelajaran disesuaikan dengan sifat materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran dan tingkat kemampuan peserta didik. Setiap model pembelajaran memiliki sintaks (tahapan-tahapan) yang berbeda antara satu sintaks dengan sintaks yang lain terutama pada bagian pembuka dan penutup (Trianto, 2014).

b.      Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri memiliki kelebihan dan kekurangan pada berbagai aspek pembelajarannya. Kelebihan pembelajaran inkuiri antara lain: menekankan pada tiga aspek pembelajaran secara seimbang (aspek afektif, kognitif dan psikomotor); memberikan kesempatan peserta didik untuk menggunakan gaya belajarnya sendiri; sesuai dengan perkembangan belajar modern yaitu belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman; pelaksanaannya tidak merugikan peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi maupun rendah; membangun pemahaman konsep dan gagasan; meningkatkan daya ingat pada pembelajaran yang dilakukan; dan mendorong peserta didik untuk berpikir dan bekerja. Sedangkan kekurangan pembelajaran inkuiri antara lain: sulit mengontrol kegiatan peserta didik; sulit dalam mendesain pembelajaran agar dapat diminati peserta didik; dan waktu yang digunakan terlalu lama (Hamruni, 2012; Hosnan, 2014).

Menurut Bruce dan Well, model inkuiri memiliki tujuan untuk mengatur pengetahuan peserta didik berdasarkan konsep metode ilmiah. Model inkuiri mengajarkan berbagai keterampilan dan bahasa ilmiah. Model inkuiri menekankan pada konsep pemecahan masalah dan menemukan konsep, hal tersebut dapat melatih pengetahuan sains, kemampuan berpikir, keterampilan dan analisis data. Penerapan model inkuiri dapat meningkatkan berbagai kemampuan peserta didik, antara lain: (1) keterampilan proses seperti mengamati, mengumpulkan, mengorganisasikan data, mngidentifikasi dan mengontrol variabel, merumuskan dan menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan; (2) keaktifan peserta didik; (3) keterampilan berpendapat; (4) toleransi terhadap perbedaan pendapat; (5) logika berpikir; dan (6) pengetahuan tentatif (Hosnan, 2014).

Keterampilan Proses Sains (KPS)

a.      Pengertian KPS

Tujuan dilatihkannya KPS pada peserta didik adalah diperolehnya keberhasilan belajar peserta didik yang optimal. Pembelajaran yang optimal dapat membuat materi pembelajaran menjadi lebih mudah dipelajari, dipahami, dihayati dan diingat karena peserta didik memperoleh pengalaman langsung dari proses belajarnya melalui pengamatan atau eksperimen. Menurut Muhammad, tujuan melatihkan keterampilan pada peserta didik adalah untuk: meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik, menuntaskan hasil belajar secara keseluruhan baik proses ataupun produk, peserta didik menemukan dan membangun konepnya sendiri, sehingga mengurangi terjadinya miskonsepsi, dan sebagai persiapan hidup di masyarakat (Trianto, 2014).

b.      Jenis-jenis KPS

Keterampilan proses melibatkan berbagai keterampilan baik kognitif, manual maupun sosial. Rustaman, dkk (2005) menjelaskan keterampilan proses meliputi berbagai aspek keterampilan yang saling berkaitan. Aspek keterampilan yang termasuk dalam KPS antara lain: melakukan Pengamatan (Observasi), Menafsirkan,klasifikasi, melamalkan, Komonikasi,hepotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep, dan mengajukan pertanyaan

c.      Penilaian KPS

Penilaian KPS dapat dilakukan pada saat melakukan eksperimen atau aktivitas yang dapat teramati. Penilaian dapat berupa observation checklist, yaitu penilaian berisi konten tentang data keterampilan dan proses yang dilakukan peserta didik dalam menyelesaikan masalah (Carin, 1997). Tes hasil belajar psikomotor juga dapat menjadi alat penilaian untuk mengetahui keterampilan peserta didik dalam melaksanakan eksperimen. Tes dibuat berdasarkan kompetensi dasar dan dijabarkan menjadi indikator yang kemudian menjadi kisi-kisi penulisan butir soal (Trianto, 2014).

Kerangka Berpikir

Hasil Belajar dalam Ketrampilan Proses Sains peserta didik kelas XI MIA 3 Semester 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo dalam proses pembelajaran biologi masih tergolong kurang. Hasil observasi terhadap proses pembelajaran biologi kelas XI MIA 3 Semester 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo menunjukkan bahwa peserta didik yang cenderung pasif, yaitu 72% peserta didik memperhatikan penjelasan dari guru, 60% peserta didik aktif menjawab pertanyaan yang diajukan guru, 87,3% peserta didik menggunakan buku paket saat pembelajaran, dan tidak ada peserta didik yang mengajukan pertanyaan. Pada kegiatan praktikum diperoleh hasil yaitu 80% peserta didik tidak dapat menggunakan alat untuk praktikum, 60% peserta didik kesulitan dalam menuliskan data hasil pengamatan, 80% peserta didik kurang tepat dalam menarik kesimpulan, 50% peserta didik mengkomunikasikan hasil praktikum yang kurang sesuai dengan topik pembelajaran, dan 90% peserta didik membuat hasil laporan yang tidak terkait antar komponennya.Hasil observesi lanjutan menunjukan rendahnya KPS yang dimiliki oleh peserta didik di kelas XI MIA 3 Semester 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo terutama pada beberapa aspek yaitu kemampuan menggunakan alat 38,58%, kemampuan merumuskan masalah 40%, kemampuan merumuskan hipotesis 37,14% dan kemampuan merencanakan percobaan 39,53%. Menurut Kale (2013) KPS peserta didik dianggap rendah atau tidak baik ketika memiliki presentase di bawah atau sama dengan 40%.

 

 

Hipotesis

Hipotesis penelitian yaitu “Penerapan Model Guided Inquiry Laboratory Dapat Meningkatkan hasil belajar dalam Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Kelas XI MIA 3 Semester 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015”.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry Laboratorydilaksanakan di kelas XI MIA 3 Semester 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. SMA Negeri 1 Sukoharjo beralamat di Jalan Pemuda 38 Sukoharjo.

Waktu Penelitian

Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Guided Inkuiry Laboratory dilaksanakan pada Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penerapan model pembelajaran Guided Inquiry Laboratoryadalah peserta didik kelas XI MIA 3 Semester 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Semester II yang berjumlah 35 peserta didik.

Data dan Sumber Data

Data Penelitian

Data yang dikumpulkan pada penelitian penerapan model Guided Inquiry Laboratory berupa informasi mengenai KPS peserta didik. Aspek KPS yang diukur meliputi keterampilan menggunakan alat, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis dan merancang percobaan. Data yang digunakan berasal dari data observasi selama pembelajaran dan data tes KPS yang dilakukan setelah siklus berakhir, didukung dengan data wawancara guru dan peserta didik, lembar observasi dan dokumentasi.

Sumber Data

Data penelitian pada penerapan model pembelajaran Guided Inquiry Laboratory didapatkan dari berbagai sumber meliputi:

a.     Nilai tes KPS berupa tes pilihan ganda

b.      Nilai psikomotor dan afektif peserta didik berupa analisis lembar observasi

c.     Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara guru dan peserta didik

d.     Dokumentasi kegiatan pembelajaran

Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penerapan model pembelajaranGuided Inquiry Laboratory meliputi teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes berupa tes KPS. Teknik non tes berupa wawancara, observasi dan dokumentasi.

Teknik tes

Tes Hasil Belajar

Tes yang diberikan berupa tesKPSyang digunakan untuk mengukur KPS peserta didik. Tes berbentuk pilihan ganda yang komprehensif, sehingga dapat menggambarkan rana keterampilan peserta didik. Soal dibuat berdasarkan indikator KPS milik Rustaman. Aspek yang dimuat dalam tes meliputi aspek yang akan ditingkatkan dalam penelitian, yaitu meliputi aspek menggunakan alat, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis dan merencanakan percobaan.

Tes diberikan sebanyak 4 kali, yaitu pada tahap pra siklus dan pada setiap akhir siklus pembelajaran. Soal dibuat dengan adaptasi terhadap materi biologi yang diajarkan pada setiap siklus, yaitu mengenai sistem ekskresi. Pengukuran tes peserta didik berpedoman pada rubrik penilaian dengan jumlah butir soal 20 dan skor masing masing 1 poin.

Teknik non tes

Observasi

Observasi dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung, menggunakan lembar observasi untuk menilai kegiatan peserta didik yang menunjukan perilaku psikomotor dan afektif peserta didik. Observasi jugadilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan tapan penerapan model pembelajaran Guided Inquiry Laboratory.Tujuan dilakukan observasi adalah untuk mengumpulkan data/informasi suatu fenomena dan untuk mengukur perilaku, tindakan dan proses yang dapat teramati (Arifin, 2012).

Wawancara

Wawancara dilaksanakan pada setiap siklus setelah proses pembelajaran penerapan model Guided Inquiry Laboratory berlangsung. Narasumber pada wawancara yang dilakukan adalah peserta didik dan guru biologi di kelas XI MIA 3 SMA Negeri 1 Sukoharjo. Isi wawancara difokuskan pada pelaksanaan aspek KPS yang akan ditingkatkan dengan pembelajaran penerapan model Guided Inquiry Laboratory.

Dokumentasi

Dokumentasi yang dilakukan berupa pengambilan foto dan vidio selama proses pembelajaran penerapan model Guided Inquiry Laboratory sehingga kegiatan peserta didik yang berkaitan dengan pelaksanaan model dan KPS dapat terekam dengan jelas. Dokumentasi juga dapat berupa arsip yang digunakan selama pembelajaran, seperti silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), daftar hadir, buku pelajaran. Menurut Lincoln dan Guba (1985) alasan penggunaan dokumentasi dalam penelitian terutama karena efisiensinya (mudah didapat), informasi yang diperoleh juga mantap, resmi dan kaya data (Arifin, 2012).

Uji Validitas Data

Teknik yang digunakan dalam memeriksa validitas data yang digunakan selama penelitian penerapan model Guided Inquiry Laboratory adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data, dengan jalan pengumpulan berbagai data untuk keprluan pengecekan atau perbandingan (Moleong, 2004).

Analisis Data

Analisis data dalam penelitian dimulai sejak awal sampai pengumpulan data. Menurut Miles dan Huberman (1984) kegiatan analisis data dilakukan secara interaktif dan terus menerus hingga tuntas dan data jenuh. Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Teknis analisis yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus.

Indikator Kinerja Penelitian

Suatu penelitian dapat dihentikan apabila capaian indikator yang diukur telah mencapai target yang diharapkan. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus dan pada keseluruhan siklus diharapkan terjadi peningkatan keterampilan poses sains pada setiap aspek yang diharapkan sebanyak 20%. Aspek KPS terdiri atas beberapa keterampilan, diantaranya keterampilanmelakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi), mengelompokan (klasifikasi), meramalkan (prediksi), mengkomunikasikan, membuat hipotesis, merencanakan percobaan atau penyelidikan, menerapkan konsep, dan mengajukan pertanyaan (Rustaman, 2005). Penelitian ini menekankan pada 4 aspek KPS yang dianggap rendah, yaitu keterampilan menggunakan alat, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis dan merencanakan percobaan.

Prosedur Penelitian

Penelitian tidakan kelas menurut Kemmis dan McTaggart (1988) memiliki 4 komponen penting yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang membentuk suatu siklus yang saling terikat satu sama lain (Sukardi, 2013).

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN HASIL TINDAKAN ANTAR SIKLUS

Pembahasan

Siklus II didapatkan hasil yang lebih baik dibanding Siklus I, sehingga dapat disimpulkan terjadinya peningkatan dari Siklus I ke Siklus II. Hal ini dikarenakan diterapkannya refleksi yang diperoleh dari Siklus I, yaitu dengan memberikan penjelasan tentang cara penggunaan alat sebelum pelaksanaan praktikum. Peningkatan keterampilan menggunakan alat pada penerapan model Guided Inquiry Laboratory sesuai dengan hasil penelitian Susanti (2014) yang menunjukan adanya peningkatan keterampilan menggunakan alat setelah diterapkan model inkuiri terbimbing.

Siklus II didapatkan hasil yang lebih baik dibanding Siklus I, sehingga dapat disimpulkan terjadi peningkatan dari Siklus I ke Siklus II. Perumusan masalah pada Siklus II menjadi lebih sistematis dan sesuai dengan materi yang akan dipraktikumkan. Hal ini dikarenakan peserta didik sudah mulai terbiasa dengan merumuskan masalah.

Pada Siklus II peserta didik bisa menyusunnya menjadi lebih sistematis, hal ini dikarenakan peserta didik sudah mempersiapkan dan memiliki sumber belajar yang bervariasi. Hal ini dikarenakan peserta didik sudah mulai terbiasa menyusun hipotesis dan mengaitkannya dengan rumusan masalah pada tahap sebelumnya. Hal tersebut berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme (dalam Trianto, 2014), yaitu jika dalam proses belajar peserta didik mengalami kesulitan dalam mengolah pesan, maka ada kendala pembelajaran yang dihadapi dan kemungkinan peserta didik akan mengalami kendala pula pada proses selanjutnya.

Hasil penelitian pada Siklus II menunjukan aspek merencanakan percobaan sudah berjalan cukup lancar dibuktikan dengan peserta didik yang sudah terampil dalam merencanakan percobaan. Peningkatan tersebut terjadi dikarenakan peserta didik sudah mulai terbiasa dengan penerapan Guided Inquiry Laboratory.Peserta didik menerapkan pengetahuannya tentang merancang percobaan pada pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran hari ini. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme yang dikemukakan oleh Dahar (2011), pembelajaran ditekankan pada pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik untuk dikaitkan dengan pengetahuan yang akan diterimanya.

Hasil analisis data yang diperoleh pada akhir siklus pembelajaran juga didukung oleh meningkatnya aspek-aspek pembelajaran, seperti aspek kognitif, psikomotor dan afektif yang diukur menggunakan lembar observasi dan tes tertulis. Hasil belajar peserta didik ranah kognitif berdasarkan hasil tes tertulis didapatkan bahwa pada Siklus I hasil belajar dan ketuntasan belajar peserta didik sudah cukup baik. Hasil Siklus II menunjukan bahwa ketuntasan belajar peserta didik semakin meningkat. Hal ini menunjukan adanya peningkatan hasil belajar kognitif dari Siklus I ke Siklus II pada penerapan model Guided Inquiry Laboratory.

Hasil belajar peserta didik ranah psikomotor berdasarkan hasil lembar observasi didapatkan bahwa pada Siklus I hasil belajar psikomotor peserta didik sudah cukup baik pada seluruh aspek, yaitu: mengamati, mengkomunikasikan tertulis, dan mengkomunikasikan lisan. Hasil Siklus II menunjukan bahwa hasil belajar psikomotor peserta didik semakin meningkat pada seluruh aspek yang diukur. Hal ini menunjukan adanya peningkatan hasil belajar psikomotor dari Siklus I ke Siklus II pada penerapan model Guided Inquiry Laboratory. Hal ini relevan dengan hasil penelitian Yuniastuti (2013) yang menunjukan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik dengan penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing.

Hasil belajar peserta didik ranah afektif berdasarkan hasil lembar observasi didapatkan bahwa pada Siklus I hasil belajar afektif peserta didik sudah cukup baik pada beberapa indikator yaitu bekerjasama dan disiplin. Hasil Siklus II menunjukan bahwa hasil belajar psikomotor peserta didik semakin meningkat pada seluruh indikator yang diukur, namun masih terdapat satu indikator yang masih memiliki hasil belajar yang rendah, yaitu pada indikator aktif. Berdasarkan hasil analisis data secara keseluruhan, didapatkan kesimpulan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar afektif dari Siklus I ke Siklus II pada penerapan model Guided Inquiry Laboratory.

Peningkatan aspek pembelajaran lain menunjukan bahwa model pembelajaran Guided Inquiry Laboratory dapat meningkatkan KPS. Hasil tersebut relevan dengan hasil penelitian beberapa ahli yang menunjukan bahwa peningkatan KPS peserta didik dapat meningkatkan rata-rata prestasi belajar kognitif, psikomotor dan afektif. Peserta didik dengan KPS tinggi cenderung lebih terampil dalam melakukan percobaan dan berdampak pada hasil belajar psikomotor. Peserta didik yang dapat melakukan percobaan dengan baik akan lebih mudah dalam memahami materi dan berdampak pada prestasi kognitif. KPS juga berdampak pada prestasi belajar afektif peserta didik, karena peserta didik yang terampil melakukan percobaan cenderung rajin dan disiplin (Aktamis, H dan Ergin, O., 2008; Brickman, Peggy, et.al., 2009; Deta, U.A. dkk., 2013).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh selama penelitian menunjukan adanya kesesuaian hasil yang didapat, hal ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Guided Inquiry Laboratoryterbukti dapat meningkatkan KPSpeserta didik kelas XI MIA 3 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaranGuided Inquiry Laboratory terhadap peningkatan KPSdapat disimpulkan bahwa:

Penerapan model pembelajaran Guided Inquiry Laboratory pada pembelajaran Biologi materi Sistem Ekskresi dapat meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik kelas XI MIA 3 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015.

Implikasi

ImplikasiTeoretis

Hasilpenelitiansecarateoretis dapatdigunakansebagai bahan kajian dan referensi padapenelitiansejenis mengenai model pembelajaran Guided Inquiry Laboratory dan KPS.

Implikasi Praktis

Hasil penelitian secara praktis dapat digunakan sebagai pertimbangan alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan KPS peserta didik, terutama jika karakteristik peserta didik serupa dengan yang terdapat pada kelas XI MIA 3 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015.

Saran

Guru

a.      Guru matapelajaranbiologidisarankan untuk menerapkan modelpembelajaranGuided Inquiry Laboratory untuk dapat meningkatkan KPS peserta didik sehingga target hasilbelajarbiologidapattercapaidanpeserta didikmampumemaknaimateripelajaranbiologi.

b.      Guru mata pelajaran Biologi disarankan melatihkan sintaks model pembelajaran Guided Inquiry Laboratory sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan baik.

1.   Sekolah

a.     Sekolah disarankan untuk mengembangkan fasilitas sarana dan prasarana pembelajaran terutama untuk praktikum guna menunjang pelaksanaan model pembelajaran Guided Inquiry Laboratory.

b.     Sekolah disarankan untuk mengalokasikan waktu tambahan pada pembelajaran Biologi terutama pada materi yang memerlukan adanya praktikum.

 

DAFTAR PUSTAKA

Aktamis, H. dan Ergin, O. (2008). The Effect of Scientific Process Skills Education on Students’ Scientific Creativity, Science Attitudes and Academic Archievements. Asia Pacific Forum on Science Learning and Teaching. Vol 9 (1). Article 4.

Anitah, Sri. (2009). Teknologi Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.

Arifin, Zainal. (2012). Penelitian Pendidikan Metode dan Paragdigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Basuki, Ismet dan Hariyanto. (2014). Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Brickman, Peggy,. dkk. (2009). Effect of Inquiry Based Learning on Students’ Science Literacy Skills and Confidence. International Journal of The Scholarship of Teaching and Learning. Vol 3 (2).

Carin, Arthur A. (1997). Teaching Modern Science 7th ed. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.

Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Ergul, Remziye,. et.al. (2011). The Effect of Inquiry Based Science Teaching on Elementary School Students’ Science Process Skills and Science Attitudes. Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP). Vol 5 (1).

Erminingsih. (2012). Pembelajaran Biologi Model PBM Menggunakan Lembar Kerja Terbimbing dan Lembar Kerja Bebas Termodifikasi Ditinjau dari Ketrampilan Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Analitis. Tesis Tidak Dipublikasikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.

Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.