Peningkatan Hasil Belajar dan Ketrampilan Sains Melalui Metode Inkuiri Terbimbing
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KETRAMPILAN SAINS MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING
PADA MATERI PROTISTA KELAS X MIA.6 SEMESTER 1
SMA NEGERI 1 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Siti Giyartutik
SMA Negeri 1 Sukoharjo, Jawa Tengah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains (KPS), meliputi aspek: menggunakan alat, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis dan merancang percobaan melalui penerapan modelGuided Inquiri Terbimbing pada materi protista pada pembelajaran biologi peserta didik kelas X MIA 6 Semester 1 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan target peningkatan di akhir siklus minimal 20%. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah 38 peserta didik di kelas X MIA 6 SMA Negeri 1 Sukoharjo. Pengumpulan data menggunakan teknik tes (tes KPS) dan teknik non tes (observasi, wawancara dan dokumentasi). Validitas data menggunakan metode triangulasi. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif.Hasil penelitian menunjukan capaian indikator KPS untuk Pra-Siklus, Siklus I dan Siklus II berturut-turut pada setiap aspek adalah: aspek menggunakan alat (38,58%, 78,57%, 78,57%); aspek merumuskan masalah (40%, 80%, 88,57%); aspek merumuskan hipotesis (37,14%, 70%, 80%); serta aspek merencanakan percobaan (39,53%, 69,71%,78,86%). keterampilan proses sains yang hendak ditingkatkan sebagai berikut: 1) Mengukur (41,20%, 55,60%, 84,36%) meningkat sebesar 43,16%; 2) Merumuskan masalah (43,12%, 74,86%, 95,12%, meningkat sebesar 52%; 3) Merumuskan Hipotesis (44,50%, 79,57%, 91,45%) meningkat sebesar 46,95%; 4) Merencanakan percobaan (30,15%, 70,12%, 81,56%) meningkat sebesar 51,41%.Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan Inquiry Terbimbing dalam pembelajaran biologi dapat meningkatkan hasil belajar dan Ketrampilan Proses Sains peserta didik kelas X MIA 6 semester 1 SMA Negeri 1 Sukoharjo.
Kata kunci: metode inkuiri terbimbing, sains
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan observasi proses pembelajaran pada tanggal 4 dan 8 Agustus 2014 di kelas X MIA 6 SMA Negeri 1 Sukoharjo yang berjumlah 38 peserta didik didapatkan hasil data sebagai berikut: 74% peserta didik memperhatikan penjelasan guru, 60% membaca buku biologi sebelum pembelajaran dan 55% menjawab pertanyaan guru. Kelas X MIA 6 memiliki permasalahan dalam pembelajaran yang kompleks dibandingkan dengan kelas yang lain. Pelaksanaan pembelajaran masih berpusat pada guru, dimana kegiatan guru yaitu menyampaikan materi di depan kelas dengan menggunakan bantuan slide presentasi dan kegiatan peserta didik yaitu mendengarkan dan menulis materi yang disampaikan oleh guru. Keadaan tersebut menyebabkan peserta didik bosan dan cenderung pasif ketika pembelajaran berlangsung. Terlihat ketika guru menyampaikan materi, banyak siswa yang tidak memperhatikan dan mengantuk, banyak peserta didik yang tidak berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi masalah-masalah yang ada sebagai berikut:
a. Secara umum pembelajaran biologi bersifat teacher center cenderung membuat siswa kurang berpartisipasi dalam pembelajaran dan menyebabkan siswa hanya mampu meniru apa yang dikerjakan guru.
b. Siswa tidak mampu menggunakan buku teks secara efektif, siswa cenderung mencatat kembali konsep-konsep yang sudah ada dalam buku teks, sehingga menghabiskan banyak waktu dan pembelajaran menjadi tidak efisien dan efektif.
c. Siswa cenderung tidak menunjukkan minat yang baik terhadap pelajaran biologi
d. Keterampilan proses sains siswa rendah dilihat dari proses pembelajaran yang berlangsung yaitu guru belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertindak, berkreasi, dan berpikir kritis sesuai dengan perkembangannya.
e. Proses pembelajaran yang hanya melatih siswa menghafal dan mengerjakan soal tertulis hanya meningkatkan kemampuan hafalan dan mengerjakan ujian tertulis, tetapi tidak mampu melatih siswa untuk dapat mengaplikasikan ilmunya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang menjadi pokok penelitian yaitu: Apakah penerapan metode inkuiri terbimbing pada pembelajaran biologi dapat meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik kelas X MIA 6 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015?
KAJIAN TEORI
Belajar Biologi
Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun dalam suatu kelompok. Sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari merupakan kegiatan belajar. Belajar merupakan suatu proses menggali potensi yang ada pada diri setiap individu, dengan belajar akan mendapatkan suatu pengetahuan yang baru sehingga dari yang tidak tahu menjadi tahu dan mengubah perilaku berdasarkan pengetahuan yang didapatkan menuju ke arah yang lebih baik. Aunurrahman (2009) menyatakan bahwa belajar merupakan proses internal (seluruh mental) yang kompleks meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar dapat terjadi secara mandiri melalui latihan-latihan dengan sengaja untuk memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajari, bukan mengetahuinya secara langsung.
Pembelajaran Biologi
Pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar. Pembelajaran adalah suatu kombinasi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sistem pembelajaran melibatkan siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di laboratorium, dan di luar kelas (Hamalik, 2010).
Kelebihan dan Kekurangan Inkuiri Terbimbing
Ada beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri menurut Suryobroto (2002:201), yaitu 1) membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa; 2) membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan; 3) memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan; 4) membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan; 5) siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar; 6) strategi ini berpusat pada anak, misalkan memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya belum diketahui.
Kelemahan inkuiri menurut Suryobroto (2002:201) adalah sebagai berikut: 1) dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini; 2) pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu; 3) harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.
Keterampilan Proses Sains
Pengertian Keterampilan Proses Sains
Dengan dikuasainya keterampilan proses sains oleh siswa akan mendorong siswa terbiasa bekerja secara logis, sistematis, serta terpupuknya sikap ilmiah dalam diri siswa. Penguasaan keterampilan proses sains oleh siswa akan mengembangkan kemampuan belajar mandiri siswa dalam melihat dan mengeksplorasi dunia, memecahkan masalah, dan mencari pemahaman baru.
Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains (KPS)
Keterampilan proses terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu sama lain tak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam masing-masing keterampilan proses tersebut. Menurut Nuryani Rustaman dkk (2003: 249-251) KPS meliputi keterampilan-keterampilan: mengobservasi, menggunakan alat, mengklasifikasi, menginterpretasi, mengkomunikasikan, memprediksi, berhipotesis, dan merencanakan penyelidikan.
Penilaian KPS
Penilaian KPS dapat dilakukan pada saat melakukan eksperimen atau aktivitas yang dapat teramati. Penilaian dapat berupa observation checklist, yaitu penilaian berisi konten tentang data keterampilan dan proses yang dilakukan peserta didik dalam menyelesaikan masalah (Carin, 1997).
Kerangka Berpikir
Keterampilan proses sains meliputi KPS dasar dan KPS terpadu. KPS dasar terdiri dari keterampilan mengamati, menggolongkan, berkomunikasi, mengukur, memperkirakan, meramalkan, dan menduga sementara KPS terpadu terdiri dari mengidentifikasi dan mengendalikan variabel, mendefinisi operasionalkan variabel, mengajukan hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, membuat grafik, membuat model, dan membuat inferensi.
Terdapat enam tahap kegiatan dalam inkuiri terbimbing yaitu: (1) Fase identifikasi dan penetapan ruang lingkup masalah, (2) Fase perumusan hipotesis, (3) Fase pengumpulan data, (4) Fase interpretasi data, (5) Fase pengembangan kesimpulan, dan (6) Fase pengulangan.
Hipotesis
Hipotesis penelitian yaitu “Penerapan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik kelas X MIA 6 Semester 1 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015â€.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukoharjo pada kelas X MIA 6 semester satu tahun pelajaran 2014/2015, alamat Jln. Pemuda No. 38 Sukoharjo.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan secara bertahap yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap penelitian, tahap penyelesaian. Ketiga tahap tersebut disusun dalam Gantt Chart.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penerapan Inquiry Terbimbing adalah peserta didik kelas X MIA 6 Semester 1 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Semester I yang berjumlah 38 peserta didik.
Data dan Sumber Data
Data Penelitian
Data yang dikumpulkan pada penelitian penerapan Inquiry Terbimbing berupa informasi mengenai KPS peserta didik. Aspek KPS yang diukur meliputi keterampilan menggunakan alat, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis dan merancang percobaan. Data yang digunakan berasal dari data observasi selama pembelajaran dan data tes KPS yang dilakukan setelah siklus berakhir, didukung dengan data wawancara guru dan peserta didik, lembar observasi dan dokumentasi.
Sumber Data
Data penelitian pada penerapan model pembelajaran Inquiry Terbimbing didapatkan dari berbagai sumber meliputi:
a. Nilai tes KPS berupa tes pilihan ganda
b. Nilai psikomotor dan afektif peserta didik berupa analisis lembar observasi
a. Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara guru dan peserta didik
b. Dokumentasi kegiatan pembelajaran
Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penerapan Inquiry Terbimbing meliputi teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes berupa tes KPS. Teknik non tes berupa wawancara, observasi dan dokumentasi.
Tes KPS
Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Penelitian dilaksanakan dengan berkolaborasi bersama guru Biologi. Permasalahan kelas pada penelitian ditangani dengan tindakan berupa penerapan inkuiri terbimbing
Teknik non tes
Lembar observasi
Lembar observasi digunakan ketika observasi proses pembelajaran biologi di kelas X MIA 6 SMA Negeri 1 Sukoharjo. Observasi dilakukan terhadap siswa beserta proses pembelajaran yang dilaksanakan. Kegiatan observasi dilakukan dalam rangka mengevaluasi peningkatan partisipasi dan keterampilan proses sains siswa dengan dilakukannya tindakan pada setiap siklus.
Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan berupa pengambilan foto dan vidio selama proses pembelajaran penerapan model Inquiry Terbimbing sehingga kegiatan peserta didik yang berkaitan dengan pelaksanaan model dan KPS dapat terekam dengan jelas. Dokumentasi juga dapat berupa arsip yang digunakan selama pembelajaran, seperti silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), daftar hadir, buku pelajaran. Menurut Lincoln dan Guba (1985) alasan penggunaan dokumentasi dalam penelitian terutama karena efisiensinya (mudah didapat), informasi yang diperoleh juga mantap, resmi dan kaya data (Arifin, 2012).
Uji Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk menjaga kevalidan data dalam penelitian ini yaitu triangulasi metode.
Analisis Data
Teknik analisis mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (1992: 16-19) yang dilakukan dalam 3 komponen: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi sebagai berikut: Reduksi, Penyajian Data dan Penarikan kesimpulan
Indikator Kinerja Penelitian
Suatu penelitian dapat dihentikan apabila capaian indikator yang diukur telah mencapai target yang diharapkan. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus dan pada keseluruhan siklus diharapkan terjadi peningkatan keterampilan poses sains pada setiap aspek yang diharapkan sebanyak 20%. Aspek KPS terdiri atas beberapa keterampilan, diantaranya keterampilanmelakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi), mengelompokan (klasifikasi), meramalkan (prediksi), mengkomunikasikan, membuat hipotesis, merencanakan percobaan atau penyelidikan, menerapkan konsep, dan mengajukan pertanyaan (Rustaman, 2005). Penelitian ini menekankan pada 4 aspek KPS yang dianggap rendah, yaitu keterampilan menggunakan alat, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis dan merencanakan percobaan.
Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (1997) dalam Supardi (2009: 104-105) yang berupa model spiral yaitu dalam satu siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pra-Tindakan
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Sukoharjo yang beralamat di Jalan Pemuda 38 Sukoharjo. Kelas yang digunakan adalah kelas X MIA 6 dengan jumlah peserta didik sebanyak 38 peserta didik. Kelas secara umum terlihat rapi dengan sarana dan media belajar yang sudah cukup lengkap. Hal ini terbukti dengan terdapatnya LCD, white board, meja, kursi, spidol dan alat-alat lainnya pada kelas X MIA 6.
Persentase Hasil Observasi Pembelajaran Peserta Didik Pra-Tindakan
No |
Keadaan Peserta Didik |
Persentase |
1 |
Peserta didik memperhatikan penjelasan guru |
74% |
2 |
Peserta didik mencatat penjelasan guru |
60% |
3 |
Peserta didik menjawab pertanyaan guru |
55% |
Persentase Hasil Observasi Praktikum Peserta Didik Pra-Tindakan
No |
Keterampilan Praktikum Peserta Didik |
Persentase |
1 |
Menggunakan alat |
20% |
2 |
Menuliskan data hasil pengamatan |
50% |
3 |
Menarik kesimpulan |
35% |
4 |
Mengkomunikasikan data |
60% |
5 |
Membuat laporan hasil praktikum |
30% |
Persentase Rata-rata Capaian KPS Peserta Didik Pada Pra-Tindakan Berdasarkan Tes KPS
No |
Aspek KPS Peserta Didik |
Rata-rata Capaian |
1 |
Mengamati |
55,57% |
2 |
Menafsirkan |
58,12% |
3 |
Mengklasifikasikan |
54,28% |
4 |
Meramalkan |
62,43% |
5 |
Mengkomunikasikan |
56,20% |
6 |
Menggunakan alat |
41,25% |
7 |
Merumuskan masalah |
59,86% |
8 |
Merumuskan hipotesis |
35,50% |
9 |
Merencanakan percobaan |
39,53% |
10 |
Menerapkan konsep |
60,00% |
11 |
Mengajukan pertanyaan |
61,25% |
Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Siklus I
Tahap pelaksanaan Siklus I meliputi: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
Persentase Rata-rata Capaian KPS Peserta Didik Pada Siklus I Berdasarkan Tes KPS
No |
Aspek KPS Peserta Didik |
Rata-rata Capaian |
Peningkatan dari Pra-Siklus |
|
11 1 |
Menggunakan alat |
55,60% |
14,40% |
|
2 2 |
Merumuskan masalah |
74,85% |
31,73% |
|
3 3 |
Merumuskan hipotesis |
79,57% |
35,07% |
|
4 |
Merencanakan percobaan |
70,12% |
39,97% |
|
Persentase Ketuntasan Belajar Kognitif Siklus I
Kriteria |
Frekuensi |
Persentase |
Tuntas |
31 |
81,57% |
Belum tuntas |
7 |
18,42 |
Jumlah |
38 |
100% |
Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa peserta didik yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal/ KKM (76) adalah 81,57% dan sebesar 18,42% peserta didik tidak lulus KKM. Nilai rata-rata hasil belajar kognitif kelas sebesar 80,80%.
Hasil Belajar Psikomotor
Hasil belajar psikomotor peserta didikdiperoleh dari hasil pengamatan lembar observasi psikomotor yang di dalamnya terdapat aspek KPS. Persentase rata-rata capaianhasil belajar psikomotor disajikan pada Tabel 4.12.
Persentase Rata-rata Capaian Hasil Belajar Psikomotor Siklus I
No |
Aspek Psikomotor |
Rata-rata Capaian |
1 |
Mengamati |
60,10% |
2 |
Mengkomunikasikan tertulis |
88,45% |
3 |
Mengkomunikasikan lisan |
72,10% |
4 |
Menggunakan alat |
85,45% |
5 |
Merumuskan masalah |
76,80% |
6 |
Merumuskan hipotesis |
87% |
7 |
Merencanakan percobaan |
66% |
a) Hasil Belajar Afektif
Hasil belajar afektif peserta didik diperoleh dari hasil pengamatan lembar observasi mengenai ketelitian, kerjasama, kedisiplinan dan keaktifan peserta didik selama pembelajaran. Persentase rata-rata capaian hasil belajar afektif disajikan pada Tabel 4.13.
PersentaseRata-rata Capaian Hasil Belajar Afektif Siklus I
No |
Aspek Afektif |
Rata-rata Capaian |
|
||
1 |
Teliti |
70,26% |
|||
2 |
Bekerjasama |
80,50% |
|||
3 |
Disiplin |
61,57% |
|||
4 |
Aktif |
20,25% |
|||
Siklus II
Perencanaan (Planning)
Berdasarkan hasil refleksi Siklus I ditemukan adanya kekurangan dalam penerapan model Inkuiri Terbimbing ,sehingga perlu ada perbaikan pada Siklus II. Dalam rangka mengatasi masalah yang ada di Siklus I, peneliti bersama guru melakukan langkah-langkah perbaikan melalui perencanaan tindakan Siklus II pada materi Protista mirip tumbuhan dan jamur
Persentase Rata-rata Capaian KPS Peserta Didik Pada Siklus II Berdasarkan Tes KPS
No |
Aspek KPS Peserta Didik |
Rata-rata Capaian |
Peningkatan dari Pra-Siklus |
1 |
Menggunakan alat |
84,36% |
39,99% |
2 |
Merumuskan masalah |
95,12% |
48,57% |
3 |
Merumuskan hipotesis |
91,45% |
42,86% |
4 |
Merencanakan percobaan |
81,56% |
51,41% |
Persentase Ketuntasan Belajar Kognitif Siklus II
Kriteria |
Frekuensi |
Persentase |
Tuntas |
35 |
92,21% |
Belum tuntas |
3 |
7,89% |
Jumlah |
35 |
100% |
Persentase Rata-rata Capaian Hasil Belajar Psikomotor Siklus II
No |
Aspek Psikomotor |
Rata-rata Capaian |
Peningkatan dari Siklus I |
1 |
Mengamati |
60,10% |
8,4% |
2 |
Mengkomunikasikan tertulis |
88,45% |
4,75% |
3 |
Mengkomunikasikan lisan |
78,15% |
12,3% |
4 |
Menggunakan alat |
81,15% |
9,0% |
5 |
Merumuskan masalah |
93,25% |
7,8% |
6 |
Merumuskan hipotesis |
97,66% |
20,86% |
7 |
Merencanakan percobaan |
94,10% |
2,65% |
Persentase Rata-rata Capaian Hasil Belajar Afektif Siklus II
No |
Aspek Afektif |
Rata-rata Capaian |
Peningkatan dari Siklus I |
1 |
Teliti |
81,45% |
11,19% |
2 |
Bekerjasama |
86,71% |
6,21% |
3 |
Disiplin |
94,11% |
32,54% |
4 |
Aktif |
60,40% |
40.15% |
PENUTUPSimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap peningkatan KPS dapat disimpulkan bahwa:
Penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada pembelajaran Biologi materi Protista dapat meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik kelas X MIA 6 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015.
Saran
Guru
Guru mata pelajaran biologi disarankan untuk menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk dapat meningkatkan KPS peserta didik sehingga target hasil belajar biologi dapat tercapai dan peserta didik mampu memaknai materi pelajaran biologi.
Guru mata pelajaran Biologi disarankan melatihkan sintaks model pembelajaran Inkuiri Terbimbing sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan baik.
Sekolah
Sekolah disarankan untuk mengembangkan fasilitas sarana dan prasarana pembelajaran terutama untuk praktikum guna menunjang pelaksanaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
Mengoptimalkan penggunaan fasilitas TIK kepada siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anggareni, N.W., Ristiati, N.P. & Widiyanti, N.L.P.M. 2013. Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep IPA Siswa SMP. E-Jurnal Program Pascasarjana Universits Pendidikan Ganesha. Vol 3.
Kale, M., Astutik, S., & Dina, R. (2013). Penerapan Keterampilan Proses Sains melalui Model Think Pair Share Pada Pembelajaran Fisika di SMA. Jurnal Pendidikan Fisika. 2(2). 233-237.
Kemmis, S & Mctaggart, R. (2005). Participatory Action Research: Handbook of Qualitative Research.
Nopitasari, A. (2012). Pengaruh Metode Student Created Case Studies Disertai Media Gambar Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban Sukoharjo. Jurnal Pendidikan Biologi, 1-12.
Ongowo, R.O & Indoshi, F.C. (2013). Science Process Skill in kenya Certificate of Secondary Education Biology Practical Examination. Journal of Scientific Research, 4(11), 713-717.
Osman, K., Iksan, H. Z., & Halim, L. (2007). Sikap Terhadap Sains dan Sikap Saintifik di Kalangan Pelajar Sains. Jurnal Pendidikan, 32, 39-60.
Paizaludin & Ermalinda. (2014). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Panduan Teoritis dan Praktis. Bandung: Alfabeta.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 41 Tahun 2007. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Diperoleh 13 April 2015. http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/standar-proses-_permen-41-2007_.pdf.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 415 Tahun 2010. Kriteria Kelulusan Peserta Didik. Diperoleh 2 Agustus 2015.
Purwanto, dkk. 2013. Analisis Kemampuan Inkuiri dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Model Pembelajaran berbasis Model Hierarki Of Inquiry. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013. ISSN: 0853-0823.
Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Susilo. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.