UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI WUDHU DENGAN MENERAPKAN METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI BERPASANGAN KELAS II SEMESTER 1

SDN SIDOMULYO 01 KEC. UNGARAN BARAT KAB. SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Atikah

Kepala SDN Sidomulyo 01 Ungaran Barat

 

ABSTRAK

Hasil belajar mengajar kondisi awal Pendidikan Agama Islam Kelas I di SDN Sidomulyo 01 Ungaran Barat, Kabupaten Semarang pada kompetensi dasar Wudhu, dari 28 siswa, yang mendapatkan nilai ≥ 75 ada 6 siswa (21,43%) dan 22 siswa mendapatkan nilai di bawah KKM 75. Metode pembelajaran demonstrasi berpasangan merupakan alternatif metode yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam melalui penerapan metode pembelajaran demonstrasi berpasangan pada siswa Kelas II di SDN Sidomulyo 01 Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian tindakan ini sebagai berikut: (1) Pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran demonstrasi berpasangan dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa Kelas II di SDN Sidomulyo 01 Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu pada prasiklus ratar-ata 66,07; siklus I rata-rata 77,50 dan siklus II 87,50; (2) Pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran demonstrasi berpasangan dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar secara klasikal Pendidikan Agama Islam siswa Kelas I di SDN Sidomulyo 01 Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu ; 21,43% ; 64,29%; 96,43%.

Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa, Pendidikan Agama Islam, Demonstrasi berpasangan.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Guru perlu menggali potensi siswa agar selalu kreatif dan berkembang dengan baik perlu diterapkan pembelajaran yang bermakna untuk memberikan pengalaman belajar yang mengesankan. Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan, yang banyak melibatkan aktivitas siswa dan aktivitas guru. Untuk mencapai tuuan pembelajaran diperlukan alternatif metode mengajar yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam prosesnya pembelajaran guru perlu menggunakan metode mengajar secara bervariasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan sebelumnya (Winataputra, dkk. 2005: 4.3).

Seorang guru harus mengubah model pembelajaran tersebut dengan model pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan bukan sekedar mentransferkan pengetahuan dari pendidik ke siswa. Dalam proses pembelajaran harus lebih kreatif dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran guru yang cocok dengan materi yang akan disampaikan. Selain itu, guru juga harus mempersiapkan materi pembelajaran dengan baik serta mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan dalam menyampaikan pembelajaran tersebut, sehingga proses pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan.

Dengan demikian guru harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum proses belajar mengajar. Perencanaan pembelajaran merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui perencanaan pembelajaran yang baik,guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Perencanaan pembelajaran dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, sekolah dan mata pelajaran.

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada semua jenjang. Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelejaran tentang agama yang lebih banyak membahas materi yang ada kaitannya dengan ibadah. Di antara masalah ibadah yang berkaitan dengan masyarakat Islam adalah masalah wudhu.

Dalam masalah wudhu, siswa tidak semata-mata menyiramkan air ke bagian-bagian tubuh. Tetapi perlu juga untuk memahami berbagai permasalahan yang berkaitan dengan orang yang wajib berwudhu, sunah wudhu, yang membatalkan wudhu, dan doa. Siswa kelas II SD dalam mempelajarai masalah wudhu membutuhkan pengalaman langsung agar bisa pratik wudhu dengan benar.

Dalam tes tentang wudhu ini, pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas II SDN Sidomulyo 01 Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang hasil belajar siswa masih rendah. Dari 28 siswa, yang mencapai nilai KKM 75 ada 6 siswa (21,43%) dan masih ada 22 siswa (78,57%) yang belum mencapai KKM. Sehingga perlu dilakukan perbaikan melalui suatu penelitian tindakan kelas sebagai upaya perbaikan pembelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan guru dalam menerangkan materi wudhu kurang menarik perhatian siswa. Di samping itu penggunaan metode pengajaran yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan. Sehingga siswa dalam memahami dan menguasai materi masih kurang dan nilai yang diperoleh siswa cenderung rendah.

Berdasarkan observasi di kelas kelemahan belajar Pendidikan Agama Islam di Kelas II SDN Sidomulyo 01 Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang adalah siswa kelas II banyak yang belum bisa berwudhu dan siswa kurang memperhatikan materi yang diberikan guru.

Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam tentang wudhu adalah melalui metode pembelajaran demonstrasi berpasangan. Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008:210). Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan” (Muhibbin Syah, 2000:22).

Penerapan metode demonstrasi berpasangan diharapkan membuat siswa lebih terampil dalam praktik wudhu. Metode demonstrasi berpasangan juga akan membantu pemahaman siswa karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa juga dapat melatih kemampuan wudhu dengan dibantu pasangan praktik ketika belajar wudhu. Maka diharapkan metode demonstrasi berpasangan dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Oleh karena itu penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Metode pembelajaran Demonstrasi berpasangan Kelas II Semester 1 SDN Sidomulyo 01 Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.     Apakah pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran demonstrasi berpasangan dapat meningkatkan hasil belajar secara klasikal Pendidikan Agama Islam siswa Kelas II di SDN Sidomulyo 01 Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang Tahun pelajaran 2017/2018?

2.     Apakah pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran demonstrasi berpasangan dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar secara klasikal Pendidikan Agama Islam siswa Kelas II di SDN Sidomulyo 01 Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang Tahun pelajaran 2017/2018?

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ;

1.     Peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam melalui penerapan metode pembelajaran demonstrasi berpasangan pada siswa Kelas II di SDN Sidomulyo 01 Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/2018.

2.     Peningkatan ketuntasan hasil belajar Pendidikan Agama Islam melalui penerapan metode pembelajaran demonstrasi berpasangan pada siswa Kelas II di SDN Sidomulyo 01 Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/2018.

Manfaat Penelitian

Sebagai penelitian tindakan kelas, penelitian ini memberikan manfaat konseptual utamanya pada pembelajaran, disamping itu juga kepada penelitian hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Manfaat Teoritis

Secara umum hasil penelitian diharapkan secara teoritis dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, utamanya pada peningkatan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran demonstrasi berpasangan.

Manfaat Praktis

Pada manfaat praktis, penelitian ini memberikan sumbangan bagi guru Pendidikan Agama Islam dan siswa.

Bagi guru Pendidikan Agama Islam, metode pembelajaran demonstrasi berpasangan dapat digunakan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang inovatif dan kreatif.

Bagi siswa, proses pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

 

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Landasan Teori

Hasil Belajar Siswa

Menurut Chaplin (2012: 159), pengertian hasil belajar atau hasil belajar adalah: “Hasil belajar merupakan suatu tingkatan khusus yang diperoleh sebagai hasil dari kecakapan kepandaian, keahlian dan kemampuan di dalam karya akademik yang dinilai oleh guru atau melalui tes prestasi”. Pendapat Chaplin di atas mengandung pengertian bahwa prestasi itu hakikatnya berupa perubahan perilaku pada individu di sekolah, perubahan itu terjadi setelah individu yang bersangkutan mengalami proses belajar mengajar tertentu.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia ingin menerima pengalaman belajar atau yang optimal yang dapat dicapai dari kegiatan belajar di sekolah untuk pelajaran. Hasil belajar seperti yang dijelaskan oleh Poerwadarminta (2013: 768) adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan). Pengertian hasil belajar menurut pendapat Mochtar Buchari (2006: 94) adalah hasil yang dicapai atau ditonjolkan oleh anak sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu.

Nasution (2012:45) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan anak didik berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti program belajar secara periodik. Dengan selesainya proses belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan adanya suatu evaluasi. Dimana evaluasi ini mengandung maksud untuk mengetahui kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi yang diberikan oleh guru.

Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Dengan demikian hasil belajar merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar dari aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif sebagai perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap menurut kemampuan anak dalam perubahan baru. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah utama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang diprogramkan didalam kurikulum.

Metode pembelajaran Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Metode ini dapat digunakan pada semua mata pelajaran, disesuaikan dengan topic dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam Sri Anita, (2007:5.25). Dalam metode demonstrasi cenderung bahan dan situasi yang digunakan adalah objek yang sebenarnya.

Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Djamarah, 2008:210). Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan” (Muhibbin Syah, 2006:22).

Sementara itu, menurut Djamarah, (2008:2) bahwa “metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran”.

Menurut Djamarah (2008:210) metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.

Djamarah (2008: 77) mengemukakan bahwa “Metode demontrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan”. Sebagai metode penyajian, Demontrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demontrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demontrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka metode demonstrasi adalah metode yang mengajarkan suatu materi melalui gerakan-gerakan atau suatu proses sehingga siswa dapat mengamati secara langsung. Metode ini dapat membantu siswa dalam menemukan pemahaman yang jelas mengenai suatu materi.

Kerangka Berpikir

Pemahaman siswa akan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Wudhu yang rendah menyebabkan rendahnya tingkat pencapaian hasil belajar. Identifikasi masalah yang tampak dalam hasil belajar mengajar kondisi awal Pendidikan Agama Islam Kelas II di SDN Sidomulyo 01 Ungaran Barat, Kabupaten Semarang pada kompetensi dasar Wudhu, dari 28 siswa, yang mendapatkan nilai ≥ 75 ada 6 siswa (21,43%) dan 22 siswa mendapatkan nilai di bawah 75. Nilai tersebut belum sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu 75. Hasil belajar rendah tersebut karena siswa mengalami kesulitan dalam masalah Wudhu.

Dengan metode pembelajaran demonstrasi berpasangan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman materi Wudhu. Pertama kali guru mendemonstrasikan tata cara berwudhu di depan anak-anak di halaman sekolah. Setelah itu, guru membagi siswa secara berpasangan setipa pasang dua-anak untuk praktik berwudhu. Anak pertama memegang gayung berisi air, menuangkan air pelan-pelan. Anak kedua melakukan praktik wudhu dimulai dari membasuh kedua telapan tangan hingga membasuh kaki. Setelah anak yang satu selesai berwudhu, anak yang lain berperan memegang gayung berisi air. Anak yang telah berwdhu menuangkan air pelan-pelan. Anak pertama melakukan praktik wudhu dimulai dari membasuh kedua telapan tangan hingga membasuh kaki.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Tempat penelitian ini terletak di Sekolah Dasar Negeri Sidomulyo 01 Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Waktu penelitian yaitu semester I tahun pelajaran 2017/2018. Berikut disajikan jadwal kegiatan penelitian yang dilaksanakan mulai tanggal, 08 Oktober 2017 – 12 November 2017 (6 Minggu efektif).

Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas II SDN Sidomulyo 01 Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/2018 berjumlah 28 anak. Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan bahwa Kelas II hasil belajarnya dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam masih sangat rendah. Siswa masih belum memahami materi pelajaran sehingga harus dilakukan secara praktik menggunakan metode demontrasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal kemampuan siswa dalam wudhu belum menerapkan metode pembelajaran demonstrasi berpasangan. Pembelajaran masih menggunakan metode ceramah dan melihat gambar buku serta guru mempraktikan di depan kelas II SDN Sidomulyo 01 Kec. Ungaran Barat.

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran, LKS, soal tes formatif dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolaan pembelajaran.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk prasiklus dilaksanakan pada tanggal 09 s.d 10 Oktober 2017 di SDN Sidomulyo 01 Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang, tahun pelajaran 2017/2018, dengan jumlah siswa 28 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Dapat dijelaskan bahwa sebelum penerapan metode pembelajaran demonstrasi berpasangan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 66,07 Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 21,43% atau ada 6 orang siswa dari 28 orang siswa telah tuntas dalam belajar, hasil ini tentu lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 80%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan penerapan metode pembelajaran demonstrasi berpasangan.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, (2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu, (3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada prasiklus ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus I. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Di mana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.

Pembahasan Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Siklus 1

Berdasarkan nilai hasil belajar pada prasiklus, nilai rata-rata adalah 66,07 dengan ketuntasan belajar klasikal 21,43% dengan mendapatkan nilai ³ 75. Pada siklus I, nilai rata-rata adalah 77,50 dengan ketuntasan belajar klasikal 64,29% (18 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 75. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil tes pada prasiklus dan siklus I.

Indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 75 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus I ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal 64,29% belum mencapai 80%. Peningkatan rata-rata nilai 11,43 dan peningkatan ketuntasan belajar klasikal 42,9%.

Siklus 2

Berdasarkan nilai hasil belajar pada siklus II, nilai rata-rata adalah 87,50 dengan ketuntasan belajar klasikal 96,43% (27 siswa) dengan mendapatkan nilai ³75, dan tidak ada siswa yang belum tuntas dengan mendapatkan nilai <75. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil tes pada siklus I dan siklus II.

Indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 75 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal 96,43% sudah mencapai dan lebih dari 80%. Peningkatan rata-rata nilai 10,0 dan peningkatan ketuntasan belajar klasikal 32,1%.

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran demonstrasi berpasangan memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya hasil belajar siswa terhadap materi yang disampaikan guru (hasil belajar meningkat dari prasikus, siklus I, dan II) yaitu masing-masing untuk pelajaran Pendidikan Agama Islam ; 66,07% ; 77,50% ; 87,50%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai sebesar 96,43%.

P E N U T U P

Simpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran demonstrasi berpasangan dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa Kelas II di SDN Sidomulyo 01 Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu pada prasiklus ratar-ata 66,07; siklus I rata-rata 77,50 dan siklus II 87,50.
  2. Pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran demonstrasi berpasangan dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar secara klasikal Pendidikan Agama Islam siswa Kelas II di SDN Sidomulyo 01 Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu ; 21,43% ; 64,29% ; 96,43%.

Impllikasi

Pembelajaran dengan metode pembelajaran demonstrasi berpasangan ini perlu dikembangkan secara khusus untuk meningkatkan proses pembelajaran siswa. Metode pembelajaran demonstrasi berpasangan mempunyai beberapa kelebihan yang akan berdampak positif dan berimplikasi dalam pembelajaran di antaranya adalah (1) meningkatkan kemampuan indidvidu dalam menyelesaikan soal (demonstrasi berpasangan) (2) mengembangkan pengertian dan prepestik yang lebih baik atau dapat mengembangkan konsep individu (3) membantu mengurangi rasa cemas dalam pembelajaran dan meningkatkan kemandirian dan motivasi intrinsik.

Saran-Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

  1. Untuk melaksanakan pembelajaran memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode pembelajaran demonstrasi berpasangan agar diperoleh hasil yang optimal.
  2. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang sederhana, di mana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
  3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SDN Sidomulyo 01 Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/2018.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zaenal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prossedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Kegunaan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Buchari, Mochtar. 2006. Dasar-Dasar Kependidikan, Bandung: Tarsito

Chaplin, JP.2012. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Pustaka Jaya.

Elizar. 2006. Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Fartati. 2014. Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hsil Belajar Siswa Pada Materi Penyebab Benda Bergerak Di Kelas II SD No. 1 Polanto Jaya. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 4. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.