PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA 2 SMAN 1 TEMBILAHAN KOTA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA KONSEP JARINGAN TUMBUHAN

 

Hasnah

SMA Negeri 1 Tembilahan

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran biologi pada konsep jaringan tumbuhan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team-Achievement Division (STAD). Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Tembilahan Kota Tahun Ajaran 2017/2018. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 yang berjumlah 28 orang, yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar yang berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team-Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Rata-rata hasil belajar biologi siswa pada siklus 1 sebesar 72,75 menjadi 82,29 pada siklus 2. Dari 28 siswa, pencapaian KKM mengalami peningkatan yaitu pada siklus 1 sebanyak 21 siswa (75%) menjadi 28 siswa (100%) pada siklus 2. Hal ini jelas menunjukkan bahwa hasil belajar biologi siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Dengan demikian, siklus 2 sudah memenuhi indikator pencapaian hasil (IPH), karena persentase kelas telah mencapai 100%.

Kata Kunci:    Student Team-Achievement Division (STAD), Hasil Belajar Biologi, Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu pondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Secara umum tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan. Adapun tujuan pendidikan di Indonesia adalah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 yang berbunyi: pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan membenahi keseluruhan proses belajar mengajar. Dalam keseluruhan proses belajar mengajar tersebut terjadi interaksi antara berbagai komponen pendidikan. Dalam proses belajar mengajar yang terselenggara di suatu lembaga formal (sekolah), sering terjadi perbedaan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan adanya perbedaan individual antara siswa yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Secara global, ada tiga macam faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu: (1) faktor internal diantaranya aspek jasmani dan rohani, (2) faktor eksternal (3) faktor pendekatan belajar siswa (approach to learning). Faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan yang lain.

Cara-cara yang dapat ditempuh seorang guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya adalah menjalin keakraban dengan siswa, menyajikan materi dengan menyenangkan agar mudah dipahami siswa, menggunakan media sebagai alat bantu dalam pembelajaran, dan menggunakan variasi model pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti didapatkan bahwa banyak siswa yang terlihat tidak memperhatikan penjelasan guru pada saat materi biologi diterangkan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di kelas XI IPA 2 diperoleh hasil, bahwa siswa menganggap pelajaran biologi adalah pelajaran yang umumnya dirasa sukar untuk dipelajari karena terdapat banyak hapalan sehingga siswa akan merasa malas dan bosan untuk mempelajari materi tersebut, belum lagi materi-materi biologi banyak yang menggunakan bahasa ilmiah sehingga siswa sulit untuk memahaminya, dan konsep jaringan tumbuhan adalah konsep yang membutuhkan pemahaman yang mendalam sehingga pada konsep ini banyak siswa yang setiap tahunnya mendapatkan hasil belajar yang kurang dari KKM yang telah ditentukan, ini terlihat dari hasil ulangan siswa kelas XI IPA tahun lalu yaitu pada tahun ajaran 2015/2017 pada konsep jaringan tumbuhan belum sepenuhnya mencapai KKM yang ditetapkan yakni 62, hanya 47,8% dari 23 siswa yang mampu lulus di atas KKM. Selain itu, model pembelajaran yang selalu diterapkan bersifat konvensional, karena apabila diterapkannya model-model pembelajaran terlalu rumit dan banyak menyita waktu, sehingga guru tidak pernah menggunakan variasi model dalam pembelajaran. Terdapat banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas dan dianggap sangat inovatif untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Model pembelajaran apapun dapat diterapkan, yang paling penting adalah bagaimana model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Dengan melihat masalah-masalah yang terjadi pada saat dilakukkannya observasi dan wawancara maka salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa adalah model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD). STAD ini masih mengadopsi pengajaran secara konvensional yaitu dengan guru diberikan waktu presentasi yang lebih banyak untuk menjelaskan materi di dalam kelas, hanya bedanya pada presentasi kelas guru lebih berfokus pada unit STAD dibandingkan dengan pengajaran biasa (konvensional). Dan STAD merupakan salah satu metode kooperatif yang paling sederhana. Keunggulan STAD adalah model pembelajaran, dimana terdapat interaksi yang baik diantara siswa. Karena dengan ini, siswa dibentuk kelompok kecil dan siswa diajarkan untuk mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama.

Dari keunggulan model STAD diatas dapat dilihat bahwa model STAD diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi. Guna membuktikan hal tersebut, maka diperlukan studi penelitian lebih lanjut, untuk itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai model STAD dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa dengan mengangkatnya ke dalam judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu “Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA 2 SMAN 1 Tembilahan Kota Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan fokus penelitian, maka perumusan masalah penelitian pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

“Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada konsep jaringan tumbuhan di kelas XI IPA 2 SMAN 1 Tembilahan Kota Tahun Ajaran 2017/2018?”

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk “Meningkatkan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran biologi pada konsep jaringan tumbuhan dengan model pembelajaran kooperatif

Manfaat

a.     Bagi Para Siswa

1.     Dengan menggunakan model STAD, keaktifan siswa dalam belajar dan mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok lebih baik dan meningkat.

2.     Keberanian siswa dalam bertanya dan mengungkapkan pendapat, ide dan saran meningkat.

3.     Siswa lebih mudah dalam menerima mata pelajaran biologi.

4.     Partisispasi siswa dalam proses pembelajaran biologi dapat ditingkatkan.

5.     Siswa mendapat hasil akhir yang memuaskan dalam konsep jaringan tumbuhan.

b.     Bagi Guru

1.     Proses belajar mengajar pada mata pelajaran biologi tidak lagi berjalan secara monoton.

2.     Ditemukannya model pembelajaran yang tepat.

3.     Model yang digunakan tidak lagi bersifat konvensional, tetapi lebih bersifat variatif dan inovatif.

4.     Dapat memberikan informasi yang bisa dijadikan referensi untuk meningkatkan hasil belajar biologi melalui pendekatan kooperatif.

5.     Kualitas pembelajaran biologi meningkat.

c.     Bagi Sekolah

Diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik dan berguna bagi sekolah itu sendiri dalam rangka pembelajaran biologi pada khususnya.

d.     Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu dasar dan masukan dalam mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya.

KAJIAN TEORI

Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif yaitu strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil dengan keahlian heterogen, dan di dalam kelompok kecil tersebut siswa sama-sama belajar dan bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Ada beberapa jenis pembelajaran kooperatif yang berhasil dikembangkan para peneliti pendidikan di Universitas John Hopkins, diantaranya adalah STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana untuk dipraktekkan, terdiri dari 4-5 orang yang berbeda baik dalam kemampuan dan jenis kelamin. JIGSAW memiliki lima tahapan, diantaranya siswa membaca dan mengkaji bahan ajar, diskusi ahli dari masing-masing tim, diskusi dalam satu tim, tes, dan penguatan dari guru. TGT (Team Games Tournament), hampir sama dengan STAD, hanya berbeda pada saat kuis.. CIRC (Cooperative Integrated Reading & Composition), merupakan teknik yang sejenis dengan TAI, tetapi CIRC lebih ditekankan pada pengajaran membaca, menulis, dan tata bahasa.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

STAD pertama kali dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan rekan-rekannya di Universitas John Hopkins. STAD merupakan suatu tim pembantu pelaksanaan pelajaran bagi guru untuk belajar berkelompok. Dalam prakteknya, STAD terdiri dari 4-5 orang siswa yang masing-masing memiliki kemampuan berbeda, sehingga dalam satu kelompok terdapat satu siswa yang berkemampuan tinggi, dua siswa berkemampuan sedang dan dua siswa lagi berkemampuan rendah. Slavin menyatakan bahwa, “Gagasan utama dari STAD bertujuan dalam memotivasi siswa di dalam kelompoknya agar masing-masing kelompok dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang disajikan, serta memberikan kesadaran kepada para siswa bahwa belajar itu penting, bermakna dan menyenangkan.” Menurut Balfakih, ada 4 alasan mengapa STAD menjadi sebuah metode alternatif dalam pembelajaran. Pertama, STAD merupakan fasilitas interaksi antara siswa di dalam kelas. Kedua, STAD merupakan variasi sikap, rasa harga diri, dan hubungan interpersonal. Ketiga, STAD merupakan tambahan dan pengetahuan ekstra dari pembelajaran dalam kelompok.. Keempat, STAD melatih siswa masuk ke dalam masyarakat modern dari pembelajarannya untuk bekerja secara efektif dan efisien di dalam kelasnya.

Berdasarkan uraian, bahwa model pembelajaran STAD adalah salah satu model pembelajaran yang sederhana tetapi dapat membuat para siswa lebih mudah dalam menguasai materi-materi yang sulit karena materi-materi yang sulit tersebut telah dipersiapkan guru dalam bentuk lembar kerja atau perangkat pembelajaran lain, dan para siswa akan mendapat kesempatan untuk belajar bersama dalam menguasai materi yang diajarkan. Tahapan langkah-langkah pembelajaran STAD yaitu:

a.     Penyajian (Presentasi) Kelas

b.     Kegiatan Kelompok (Tim)

c.     Tes Individual (Kuis)

d.     Memberikan Skor Peningkatan (Kemajuan) Individual

Setelah beberapa tahapan telah terlaksana ada tahapan terakhir yang bisa dikatakan unik dalam STAD yaitu sebuah pengakuan atas usaha dan prestasi siswa berupa penghargaan atau rekognisi tim. Adanya rekognisi atau penghargaan tim berfungsi untuk meningkatkan motivasi anggota tim. Harjono mengemukakan bahwa sebagai bagian dari skenario pembelajaran kooperatif STAD, penghargaan kelompok mampu meningkatkan motivasi para siswa untuk terus berusaha meningkatkan skor pencapaian tertinggi untuk kelompoknya. Oleh karena itu adanya motivasi untuk mendapatkan skor tertinggi merupakan bukti dari keberhasilan pembelajaran STAD. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran STAD, diantaranya adanya hubungan yang baik antar kelompok walaupun dalam lintas-rasial yang berbeda, adanya pemberian penghargaan dalam pembelajaran STAD yang dapat meningkatkan motivasi siswa, adanya interaksi verbal, serta penampilan yang diberikan oleh masing-masing individu untuk kelompoknya. Dalam proses pembelajaran, bisa dikatakan pembelajaran berhasil atau tidak maka perlu diadakan evaluasi pembelajaran. evaluasi dalam pembelajaran STAD adalah salah satu alat untuk dapat mengetahui hasil belajar siswa yang telah dicapai setelah proses pembelajaran. Evaluasi yang digunakan harus sesuai dengan kompetensi yang telah diajarkan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Harjono, ada 6 aspek yang dilihat dan dievaluasi selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, evaluasi yang digunakan berupa:

a.     Perencanaan pembelajaran

b.     Evaluasi penyajian materi pelajaran

c.     Evaluasi terhadap pengelolaan kelas

d.     Interaksi dan fungsi fasilitator guru

Sekitar 88% fakta yang dikemukakan oleh siswa-siswi menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan teknik STAD memiliki dampak positif seperti pembelajaran dikelas lebih menyenangkan dan membuat pelajaran menjadi lebih mudah untuk dipahami.

Belajar

James O. Wittaker dalam Soemanto belajar merupakan suatu proses di mana tingkah laku seseorang ditimbulkan dan dirubah dengan cara latihan atau pengalaman. Cronbach dalam Riyanto menyatakan bahwa belajar dapat dilihat dari berubahnya perilaku akibat pengalaman yang didapat. Skinner yang dikutip Barlow dalam Syah berpendapat bahwa belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku individu yang dilakukan secara progresif. Menurut skinner proses adaptasi yang dilakukan dengan memberi penguat (reinforcer)akan mendatangkan hasil yang maksimal.

Berdasarkan beberapa definisi belajar yang diutarakan oleh beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan tahapan perubahan tingkah laku seseorang yang terjadi akibat dari pengalaman yang dapat membuat perubahan dalam diri individu. Perubahan yang terjadi dikarenakan hasil yang diperoleh selama mengikuti kegiatan belajar.

Hasil Belajar

Sukmadinata berpendapat bahwa hasil belajar atau achievement adalah realisasi dari pengembangan kemampuan yang dimiliki oleh para siswa. Sementara itu, Menurut Bloom dalam Sudijono hasil belajar terdiri dari 3 ranah dan salah satunya adalah ranah kognitif yang diklasifikasikan dalam enam jenjang kemampuan, yaitu pengetahuan/hafalan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan penilaian (evaluation). Berdasarkan definisi hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan salah satu faktor terpenting dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar menentukan tingkat keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Guru berusaha semaksimal mungkin agar input salah satu mata pelajaran yang disampaikan dapat diproses di dalam kelas dengan pola-pola tertentu, sehingga outputnya adalah peserta didik mendapatkan pemahaman, pengertian dan kemampuan dalam pemecahan masalah terutama pada mata pelajaran biologi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pemilihan pendekatan belajar. Faktor internal terbagi menjadi 2 aspek yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis. Faktor eksternal ini terdiri atas dua macam yaitulLingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Faktor pendekatan belajar merupakan strategi serta metode yang digunakan siswa untuk mempelajari materi-materi pelajaran. Dalam hal ini, siswa yang terbiasa menggunakan pendekatan belajar deep, yakni memaksimalkan pemahaman dengan berpikir, banyak membaca dan diskusi, sangat mungkin memiliki peluang untuk meraih prestasi belajar yang lebih baik, bila dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface, yakni tidak memaksimalkan belajar dan minat belajar hanya datang dari luar.

Hasil belajar biologi merupakan hasil belajar siswa berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperoleh siswa setelah mempelajari konsep biologi. Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi biologi di sekolah dapat diukur dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, ini nantinya dapat digunakan untuk menilai hasil proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Pemberian tes dilakukan dengan mengacu pada indikator dan keterampilan berpikir tertentu.

Hipotesis

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan, maka dirumuskan hipotesis terhadap tindakan penelitian. Adapun yang menjadi hipotesis tindakan, yaitu: “STAD dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada konsep jaringan tumbuhan pada kelas XI IPA 2 SMAN 1 Tembilahan Kota Tahun Ajaran 2017/2018.”

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas XI IPA 2 SMAN 1 Tembilahan Kota yang berlokasi di Jalan Pendidikan Tembilahan Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau. Penelitian tindakan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018, atau lebih tepatnya pada bulan Agustus s/d Oktober 2017.

Subjek Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMAN 1 Tembilahan Kota yang berjumlah 28 siswa (terdiri atas 7 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan).

Metode Penelitian Dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis dan McTaggart. Pelaksanaan penelitian tindakan ini mencakup empat langkah, yakni: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Data Dan Sumber Data

Sumber data diperoleh berdasarkan pengisian instrumen yang digunakan. Jenis data dan instrumen penelitian yang digunakan disajikan dalam tabel 1.

 

 

Data dan Sumber Data

No

Jenis Data

Instrumen yang Digunakan

Sumber Data

1

Analisis kebutuhan proses pembelajaran

Lembar wawancara analisis kebutuhan (wawancara semi terstruktur)

Siswa

2

Proses pembelajaran

Lembar observasi

Siswa

Jurnal (Catatan) Harian

Siswa

3

Hasil belajar

Tes hasil belajar

Siswa

 

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi proses belajar siswa, Jurnal (Catatan) harian yang diisi oleh siswa pada setiap akhir pertemuan, dokumentasi berupa foto-foto yang dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil belajar biologi, instrumen tes hasil belajar yang terdiri dari 22 soal untuk siklus 1 dan 20 soal untuk siklus 2.

Analisis Data Dan Interpretasi Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti memiliki tujuan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah tersebut. Oleh karena itu untuk menghitung ada tidaknya peningkatan setelah dilaksanakan penelitian, maka peneliti hanya menggunakan rumus N-gain (Normalized-gain). Meltzer dalam artikelnya yang berjudul, “The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “hidden variable” in Diagnostic Pretest Scores”, menyebutkan bahwa untuk mengetahui penguasaan konsep pada siswa, maka digunakan instrument tes yang diberikan sebelum materi diajarkan (pretest) dan sesudah materi diajarkan (posttest). Peningkatan pemahaman konsep diperoleh dari N-gain.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan di kelas XI IPA 2 SMAN 1 Tembilahan Kota Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau tahun ajaran 2017/2018 sebanyak 2 siklus, yakni siklus 1 sebanyak 2 kali pertemuan dan siklus 2 sebanyak 2 kali pertemuan. Sebelum peneliti melakukan tindakan pada siklus I dan siklus II, peneliti melakukan penelitian awal pada kelas XI IPA 2 SMAN 1 Tembilahan. Pada saat melakukan penelitian awal terlihat ketika guru menerangkan materi biologi sedikit sekali siswa yang mau bertanya dan pada saat guru memberikan test berupa ulangan harian masih banyaknya siswa yang tidak percaya diri dalam mengerjakan soal-soal dengan sendiri. Selain itu didapat hasil pengamatan dan wawancara siswa kelas XI IPA 2 SMAN 1 Tembilahan Kota Tahun Ajaran 2017/2018, bahwa siswa menganggap pelajaran biologi adalah pelajaran yang umumnya dirasa sukar untuk dipelajari karena terdapat banyak hapalan sehingga siswa akan merasa malas dan bosan untuk mempelajari materi tersebut, belum lagi materi-materi di dalam biologi banyak yang menggunakan bahasa ilmiah sehingga siswa sulit untuk memahaminya. Hal ini dikarenakan karena model pembelajaran yang selalu diterapkan guru bersifat konvensional. Oleh karena itu, untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa, peneliti menerapakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses belajar mengajar. Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep jaringan tumbuhan.

Siklus I

Siklus I dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan. Pelaksanaan model pembelajaran STAD dengan menggunakan LKS pada pertemuan ke-1 menunjukkan bahwa siswa terlihat tidak bekerjasama dengan baik dan saling mengandalkan satu sama lain dalam mengerjakan LKS sehingga pada saat tes individu masih banyak siswa yang mencontek dengan teman sebelahnya. Sedangkan penggunaan LKS pada pertemuan ke-2, siswa sudah saling membantu dalam mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru, walaupun ada beberapa siswa dalam kelompoknya yang masih menguasai jalannya diskusi. Hasil yang dicapai setiap individu pada pertemuan ke-2 lebih baik dari pada pertemuan ke-1. Berdasarkan hasil observasi siklus 1 pada pertemuan ke-1 dan ke-2 terlihat banyak perbedaan. Pada pertemuan ke-1, ketika guru menjelaskan materi terlihat masih banyak siswa yang belum memperhatikan dengan baik dan hanya beberapa siswa yang mencatat materi pada saat guru menerangkan, berbeda pada pertemuan ke-2, terlihat siswa mulai antusias dalam mengikuti pelajaran yang guru sampaikan. Temuan lain yang dapat dilihat adalah pada saat diskusi kelompok berlangsung, pada pertemuan ke-1 masih terlihat banyak kelompok yang protes terhadap cara pembagian kelompok yang dilakukan oleh guru.

Pada siklus 1 pertemuan ke-1 terlihat bahwa pembelajaran dengan model Student Team Achievement Division dinilai sukar oleh sebagian besar siswa karena sebagian besar siswa belum mengetahui apa itu STAD dan bagaimana STAD digunakan dalam pembelajaran, oleh karena itu terlihat beberapa siswa yang kurang atau tidak tertarik dengan model pembelajaran tersebut. Pada pertemuan ke-2 terlihat beberapa siswa mulai memahami dan tidak mengalami kesulitan dengan penggunaaan model STAD dan hampir seluruh siswa tertarik dengan menggunakan model tersebut sebagai pembelajarannya.

Dari hasil di atas terlihat bahwa hasil belajar pada siklus 1 mengalami peningkatan nilai posttest. Dapat dilihat dari nilai rata-rata pretest yakni sebesar 53,93 dengan modusnya 55,9 menjadi bernilai rata-rata sebesar 72,75 dengan modusnya 81,39 setelah melakukan posttest siklus 1. Berdasarkan uji Gain, bahwa N-gain kategori tinggi sebanyak 14,29% siswa, sedang sebanyak 53,57% siswa dan rendah sebanyak 32,14% siswa. Adapun pada siklus 1, siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 7 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan perlakuan tindakan pembelajaran cooperative learning model STAD pada konsep jaringan tumbuhan masih tergolong kurang maksimal. Ketuntasan belajar pada siklus 1, terdapat 21 siswa (75%) yang sudah tuntas dan 7 siswa (25%) yang belum tuntas. Berdasarkan hasil refleksi siklus 1 diperoleh bahwa hasil belajar siswa pada konsep jaringan tumbuhan belum mencapai hasil yang diharapkan peneliti. Oleh karena itu, dilaksanakan perbaikan tindakan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus 1 sehingga perlu dilanjutkan ke tindakan pembelajaran pada siklus 2 yaitu dengan menggunakan teknik pembelajaran model STAD yang diintegrasikan dengan pemberian hanya satu copy lembar LKS dan kuis individu yang lebih tertib.

Siklus II

Siklus 2 dilakukan 2 kali pertemuan, pertemuan ke-1 membahas tentang organ tumbuhan (akar dan batang), sedangkan pertemuan ke-2 membahas tentang organ tumbuhan (daun). Pada siklus II, pembagian kelompok dilakukan secara acak dengan berdasarkan tingkat kognitif siswa, yang terdiri dari siswa dengan berkemampuan tinggi, berkemampuan sedang atas, berkemampuan sedang bawah dan berkemampuan rendah. Berdasarkan hasil observasi siklus 2, baik pada pertemuan ke-1 dan ke-2 memiliki kesamaan proses belajar, ke-2nya memiliki hasil proses belajar yang baik dimana pada saat penyajian materi sampai kuis individu. Pada siklus 2 pertemuan ke-1 terlihat hampir seluruh siswa telah memahami dan sebagian besar siswa tidak merasakan kesulitan dalam pembelajaran dengan model Student Team Achievement Division, sedangkan pada pertemuan ke-2 terlihat seluruh siswa telah memahami dan tidak mengalami kesulitan dengan pembelajaran model tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh, hasil belajar siswa pada siklus 2 meningkat dengan nilai rata-rata pretest 60,29 serta modusya yaitu 66,77 dan nilai posttest sebesar 82,29 serta modusnya 79,5. Untuk mengukur peningkatan hasil belajar setelah pembelajaran yang dilakukan oleh guru maka dilakukan uji N-gain. Berdasarkan uji Gain, hasil N-gain siklus 2 diperoleh nilai N-gain kategori tinggi sebanyak 32,14% siswa, sedang sebanyak 57,14% siswa dan rendah sebanyak 10,72% siswa. Rata-rata nilai posttest yang dilaksanakan sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM≥65).

Pada siklus 2 pertemuan ke-1 dan ke-2 permasalahan di atas sudah banyak berkurang terutama pada peran aktif siswa dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas serta dalam hal presentasi di depan kelas dan dalam hal menyumbangkan nilai untuk masing-masing kelompoknya. Selama berlangsungnya pembelajaran pada pertemuan ke-1 dan ke-2 antusias siswa dalam belajar sangat besar dan mereka sangat tertarik dengan pembelajaran menggunakan model STAD, karena mereka merasa dengan menggunakan model tersebut seakan membuat belajar mereka lebih semangat karena ada penghargaan yang diberikan untuk mereka yang memiliki poin terbesar diakhir pembelajaran ini.

Rata-rata nilai N-gain secara keseluruhan dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan yaitu, dari 0,43 menjadi 0,55. Dengan demikian, model pembelajaran STAD memberikan banyak manfaat bagi siswa, di antaranya mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan, materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa serta mampu meningkatkan hasil belajar.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas di kelas XI IPA 2 SMAN 1 Tembilahan Kota Tahun Ajaran 2017/2018, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa, dengan pencapaian KKM siklus 1 sebesar 75% mengalami peningkatan pada siklus 2 menjadi 100%.

Saran

a.   Guru disarankan untuk menggunakan Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa, selain itu untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, yang menjadikan siswa aktif di dalam kelas.

b.   Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan pada pengembangan Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

 

DAFTAR PUSTAKA

Airasian, Peter W., and Michael K. Russell. Classroom Assessment: Concepts and Aplications. New York: McGraw-Hill, 2008.

Armstrong, Scott. Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude. Journal of Social Studies Research. 2008.

Ghony, Djunaidi. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UIN Malang Press, Cet. I, 2008.

Harjanto. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Harjono. “Meningkatkan Kompetensi Siswa Dalam Pembelajaran Kimia Melalui Pembelajaran Kooperatif STAD”. Jurnal Penelitian Pendidikan. 27, 2010.

Huda, Miftahul. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I, 2011.

Khan, Gul Nazir. Effect of Student’s Team Achievement Division (STAD) on Academic Achievement of Students. Canadian Center of Science and Education. 7, 2011.

Majoka, Muhammad Iqbal., Malik Hukam Dad., and Tariq Mahmood. Student Team Achievement Division (STAD) As An Active Learning Strategy: Empirical Evidence From Mathematics Classroom. Journal of Education and Sociology. 2010.

Nurfaidah, Rahmawati, dan Nurhayati. “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)”. Jurnal PTK. Vol Khusus, 2011.

Purwanto, Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. XV, 2009.

Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana, Cet. I, 2009.

Slavin, E. Robert. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, Terj.dari Cooperative Learning: Theory, Research and Practice oleh Nurulita Yusron. Bandung: Nusa Media, Cet. I, 2008.

Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. V, 2006.

Sofyan, Ahmad., Tonih Feronika., dan Burhanudin Milama. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. I, 2006.

Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, Cet. XI, 2011.

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. XIV, 2009.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, Cet. X, 2010.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. IV, 2007.