Peningkatan Hasil Belajar Dengan Model Pembelajaran Lesson Study
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LESSON STUDY MATERI NILAI-NILAI JUANG
DALAM PROSES PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA PADA SISWA KELAS VI SDN 1 KALIMARO KECAMATAN KEDUNGJATI
SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Wiyono
SDN1 Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan
ABSTRAK
Penelitian dilaksanakan di SDN 1 Kalimaro Kedungjati pada Semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. Pelaksanaan penelitian melalui dua siklus dan tiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes, observasi dan dokumen. Analisis data menggunakan teknik deskriptif komperatif yaitu membandingkan hasil belajar ataupun ketuntasan hasil belajar siswa dari kegitan prasiklus, siklus 1 dan siklus 2. Simpulan penelitian bahwa hasil belajar siswa, terbukti dari siswa yang tuntas belajar dari 27% pada pra siklus menjadi 53% pada siklus I dan 87% pada siklus II
Kata Kunci: Metode Lesson Study, Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara, Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan.
Latar Belakang Masalah
Dibutuhkan upaya untuk menumbuhkembangkan profesionalitas guru selalu berkesinambungan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam menghadapi era sekarang ini. Dengan harapan guru yang berkompetensi dan profesional dapat mengorganisasikan kelas dalam berinteraksi dengan siswa mampu untuk meningkatkan mutu pendidikan yang diharapkan. Melalui berbagai metode dan media pembelajaran guru diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang baik, berpotensi, mandiri, bersikap kritis dalam menghadapi segala perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dimasa yang akan datang dengan penuh bijaksana dan berakhlak mulia.
Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia, guru atau pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan penelitian serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan demikian guru dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dalam bidang pengajaran yang diajarkan dengan kemampuan metodologis secara professional. Dengan kemampuan dan ketrampilan dalam memilih, menentukan dan memutuskan bagi proses pengajaran yang dihadapi dalam melakukan tugas secara profesional.
Untuk itu dalam melaksanakan tugas di lapangan peneliti sebagai guru kelas sekolah dasar masih banyak menemui berbagai kendala. Masih banyak mata pelajaran yang belum sepenuhnya dikuasai siswa sesuai dengan standar kompetensi yang diharapkan, SD Negeri 1 Kalimaro UPTD Pendidikan Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan di Kelas VI terutama dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang Nilai-nilai Juang dalam Proses Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dengan penguasaan materi masih rendah, hal ini dapat dilihat dari rata-rata pencapaian nilai ketuntasan dengan tingkat ketuntasan 75%. Dari jumlah 20 siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 hanya 5 siswa.
Untuk itu perlu mendapat penanganan dan perhatian peneliti. Selain rendahnya prestasi belajar siswa, adanya sikap masa bodoh siswa terhadap materi dalam pembelajaran diabaikan.
Landasan Teori
Metode Diskusi
Metode diskusi sering digunakan dalam pembelajaran kelompok, umpamanya kalau menggunakan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan keterampilan proses dalam pembelajaran metode diskusi cenderung akan digunakan.Metode mengajar diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama.
Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar, secara historik, guru selalu mengetahui kapan siswa perlu dimotivasi selama proses belajar, sehingga aktivitas belajar berlangsung lebih menyenangkan, arus komunikasi lebih lancar, menurunkan kecemasan siswa, meningkatkan kreativitas dan aktivitas belajar.
Pengertian Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2016:33) hasil belajar dalam kelas harus dapat dilaksanakanp ke dalam situasi-situasi di luar sekolah. Dengan kata lain, murid dapat mentransferkan hasil belajar itu ke dalam situasi-situasi yang sesungguhnya di masyarakat. Sekarang kita bahas tentang pengertian hasil belajar. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Menurut Gagne dan Berliner (1983:312) menyatakan bahwa belajar merupakan proses di mana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman (Chatarina, 2004:2).
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu, apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi (Gerlach dan Ely, 1980).
Penerapan Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan kepada sesuatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkanbersama.
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses belajarp mengajar terjadi interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar-pendengar saja (Djamarah, 2014:87-88). Pembelajaran secara diskusi merupakan pembelajaran yang dalam proses belajarnya siswa dikelompokkan pada beberapa kelompok sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar. Belajar kelompok terutama ditujukan untuk mengembangkan konsep pokok/sub pokok bahasan yang sekaligus mengembangkan aktivitas sosial, sikap dan nilai (Depdikbud, 1990: 39).
Kesempatan siswa untuk membina rasa tanggung jawab, rasa toleransi mempunyai peluang yang lebih besar untuk dikembangkan melalui kegiatan belajar kelompok (diskusi). Melalui diskusi lebih jauh siswa akan memahami aspek materi pelajaran yang bersifat problematis berdasarkan pokok bahasan maupun berdasarkan aspek sosial nyata. Secara langsung siswa akan belajar memberikan alternatif pemecahannya melalui kesepakatan kelompok (Winataputra, 2004:3.29).
Dengan demikian peneliti memilih metode diskusi pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan materi Proses Perumusan Pancasila sehingga siswa dapat memahami aspek materi pelajaran yang bersifat problematis secara kelompok.
Pengertian Lesson Study
Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekolompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan.(Akhmad Sudrajat:2: 2008)
Lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengÂkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip kolegialitas dan mutual learning. Lesson study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu plan (merencanakan), do (melaksanakan), dan see (merefleksikan) yang secara bersiklus dan berkelanjutan. Lesson study merupakan salah satu wujud pengembangan komunitas belajar (learning community). (BBM LessonStudy:13:2009)
Metode Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VI SDN 1 Kalimaro, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019, yaitu pada bulan Juli – November 2018
Subjek Penelitian
Siswa mampu memahami proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan memakai metode diskusi dengan pendekatan model pembelajaran leason study di kelas VI SD Negeri 1 Kalimaro UPTD Pendidikan Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2018/2019. Jumlah siswa 15.
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir. Penelitian ini dalaksanakan 2 siklus setiap siklus melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Teknik dan Analisis Data
Ada empat teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data secara lengkap dan akurat sehubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu Pengamatan, observasi, dokumentasi dan tes.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dikaji kemudian membuat rangkuman untuk setiap pertemuan atau tindakan kelas. Berdasarkan rangkuman yang telah dibuat, kemudian peneliti melaksanakan reduksi data.
Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian, dalam hal ini penelitian mengumpulkan data melalui observasi dan hasil tes siswa. Dalam proses reduksi data peneliti menyeleksi data-data yang relevan dengan masalah peningkatan kemampuan menyimak cerita.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum Perbaikan Pembelajaran
Pada pembelajaran prasiklus mata pelajaan Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VI Semester 1 di SD Negeri 1 Kalimaro UPTD Pendidikan Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan tahun 2018/2019 dengan materi Proses Perumusan Pancasila hasilnya kurang memuaskan. Ada 4 siswa yang mendapat nilai 60 ke atas dan ada 11 siswa nilainya di bawah 60.
Hasil evaluasi sebelum perbaikan pembelajaran, bahwa dari 15 siswa yang mendapat nilai 31 sampai dengan 40 sebanyak 0 siswa, 41 sampai dengan 50 sebanyak 0 siswa, nilai 51 sampai dengan 60 sebanyak 4 siswa, nilai 61 sampai dengan 70 sebanyak 11 siswa, nilai 71 sampai dengan 80 sebanyak 0 siswa, dan 0 orang mendapat nilai 100.
Apabila hasil evaluasi prasiklus sebelum perbaikan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan materi Proses Perumusan Pancasila Kelas VI Semester 1 di SD Negeri 1 Kalimaro UPTD Pendidikan Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan.
Dari analisis hasil tes formatif prasiklus dan gambar diagram di atas dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang materi Proses Perumusan Pancasila nilai rata-rata kelas 60,00.
Siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran sebanyak 11 siswa, yang tuntas hanya 4 siswa dengan prosentase ketuntasan belajar adalah 27%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah dalam penguasaan materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Maka peneliti perlu segera mengambil langkah untuk memperbaiki pembelajaran tersebut, agar siswa dapat memahami materi pembelajaran.
Siklus I
Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 27 Agustus 2018.
Pada tabel 4.5 menunjukkan ada 7 siswa yang mendapat nilai 60 ke atas dan 8 siswa nilainya di bawah 60.
Hasil evaluasi perbaikan pembelajaran siklus I, bahwa dari 15 siswa tidak seorangpun yang mendapat nilai antara 31 sampai 40, nilai 41 sampai dengan 50 sebanyak 3 siswa, nilai 51 sampai dengan 60 sebanyak 3 siswa, nilai 61 sampai dengan 70 sebanyak 3 siswa, nilai 71 sampai dengan 80 sebanyak 5 siswa, nilai 81 sampai dengan 90 sebanyak 0 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 100 ada 0 siswa.
Apabila hasil evaluasi perbaikan pembelajaran siklus I mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan materi Proses Perumusan Pancasila Kelas VI Semester 1 di SD Negeri 1 Kalimaro UPTD Pendidikan Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan.
Dari analisis hasil tes formatif siklus I dan gambar grafik di atas dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang Proses Perumusan Pancasila nilai rata-rata kelas 67. Siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran sebanyak 7 siswa (53%), dan yang tuntas ada 8 siswa dengan prosentase ketuntasan belajar baru mencapai 47%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil prestasi siswa sudah ada kemajuan atau peningkatan prestasi siswa, akan tetapi masih perlu ditingkatkan agar siswa dapat menguasai materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang Proses Perumusan Pancasila yang diajarkan oleh guru. Maka peneliti masih perlu segera mengambil langkah untuk memperbaiki pembelajaran tersebut, agar siswa dapat memahami materi sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran.
Siklus II
Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 10 September 2018 dengan objek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Kalimaro UPTD Pendidikan Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan. Dengan dibantu teman sejawat yang bertindak sebagai observer / peneliti pelaksanaan sesuai dengan rencana. Skenario pembelajaran berlangsung dengan baik. Pada akhir pembelajaran, peneliti mengadakan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui tingkat keberhasilan.
Dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II. Pada akhirnya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan materi Proses Perumusan Pancasila di Kelas VI Semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 di SD Negeri 1 Kalimaro UPTD Pendidikan Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan dapat berhasil dengan memuaskan, ada 2 siswa belum tuntas belajar dengan nilai 65. Setelah melalui kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II maka hasil tes formatif mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada akhir siklus II mengalami peningkatan yang signifikan.
Hasil evaluasi perbaikan pembelajaran siklus II, bahwa dari 15 siswa yang mendapat nilai 51 sampai dengan 60 ,jumlah 0 siswa, 61 sampai dengan 70 ,jumlah 4 siswa, nilai 71 sampai dengan 80 sebanyak 9 siswa, nilai 81 sampai dengan 90 sebanyak 0 siswa, nilai 90 sampai dengan 100 sebanyak 2 siswa.
Apabila hasil evaluasi perbaikan pembelajaran siklus II mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan materi Proses Perumusan Pancasila kelas VI semeter 1 di SD Negeri 1 Kalimaro UPTD Pendidikan Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan pada akhir kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II.
Dari analisis hasil tes formatif siklus II dan gambar diagram di atas dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang Proses Perumusan Pancasila nilai rata-rata kelas 78,00. Siswa yang tuntas 20 siswa dengan prosentase ketuntasan belajar 86,67%. Hal ini menunjukkan bahwa yang dilakukan oleh guru sudah berhasil meningkatkan prestasi siswa sesuai dengan hasil yang diharapkan dalam menguasai materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang Proses Perumusan Pancasila.
Setelah kedua siklus perbaikan pembelajaran dilaksanakan terdapat kemajuan yang semakin meningkat, tingkat kemajuan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini.
Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar dan Nilai Rata-rata
NO. |
Kriteria |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
|||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
||
1. |
Tuntas |
4 |
27% |
7 |
46,67% |
13 |
86,67% |
2. |
Belum Tuntas |
11 |
73% |
8 |
53,33% |
2 |
13,33% |
3. |
Nilai Rata-rata |
60,00 |
67,33 |
78,33 |
Dari tabel di atas siswa yang nilainya 60 ke atas pada evaluasi sebelum perbaikan pembelajaran ada 11 siswa dari 15 siswa atau 27%. Pada perbaikan pembelajaran siklus I terjadi peningkatan. Siswa yang mendapat nilai 60 ke atas menjadi 7 siswa atau 67,33% dan pada perbaikan pembelajaran siklus II yang mendapat nilai 60 ke atas menjadi 13 siswa atau 78,33%. Pada nilai rata-rata juga mengalami peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata sebelum siklus adalah 60,00 ,nilai rata-rata pada siklus I yaitu 67,33.sedangkan pada siklus II nilai rata-ratanya adalah 78,33 dan pada siklus II tidak diadakan perbaikan atau dilanjutkan ke siklus III karena semua siswa sudah tuntas.
Peningkatan nilai rata-rata dari sebelum perbaikan atau prasiklus sampai siklus II, jika disajikan dalam bentuk diagram batang dapat dilihat sebagai berikut.
Peningkatan rata-rata nilai hasil evaluasi dari pra siklus, siklus I dan siklus II mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VI Semester 1 SD Negeri 1 Kalimaro UPTD Pendidikan Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan dengan materi Proses Perumusan Pancasila. Sebelum perbaikan pembelajaran (pra siklus) nilai rata-ratanya 60,00. Pada siklus I nilai rata-ratanya 67,33 dan siklus II nilai rata-ratanya 78,33. Kenaikan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II yaitu 4,5.
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Sebelum Perbaikan Pembelajaran
Sebelum perbaikan pembelajaran dari 15 siswa yang tuntas belajar hanya 4 siswa atau 27% dan 11 siswa atau 73% belum tuntas. Hal ini menunjukkan kegagalan dalam pembelajaran. Setelah peneliti merefleksi ternyata kegagalan itu disebabkan berikut ini:
a. Metode yang digunakan guru kurang tepat.
b. Konsep yang dijelaskan guru kepada siswa bersifat abstrak.
c. Guru tidak memanfaatkan media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswa.
Karena kegagalan dalam pembelajaran tersebut di atas, maka peneliti melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I.
Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Pada perbaikan pembelajaran siklus I menggunakan metode diskusi yang setiap kelompok terdiri dari 6-7 siswa. Hasil evaluasi yang diperoleh dari 15 siswa ada 7 siswa yang mendapat nilai 60 ke atas atau 46,67% siswa tuntas belajar, sedangkan 8 siswa atau 53% siswa masih belum tuntas belajar. Nilai rata-rata yang diperoleh pada perbaikan pembelajaran siklus I dibanding dengan sebelum perbaikan pembelajaran ada peningkatan, dari 67,33 menjadi 78,00 atau ada kenaikan nilai sebesar 9,00.
Peneliti merefleksi sebab-sebab kegagalan dalam perbaikan pembelajaran siklus I, ternyata dapat disimpulkan sebagai berikut.
d. Jumlah kelompok diskusi terlalu banyak.
e. Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa.
Pada metode diskusi, siswa yang pasif tidak peduli pada pembelajaran, ada siswa yang bermain-main sendiri atau memperhatikan sesuatu di luar kelas sehingga berakibat kegagalan dalam pembelajaran. Dengan masih adanya siswa yang gagal dalam perbaikan pembelajaran siklus I maka peneliti masih perlu melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II.
Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan (Hamalik, 1994: 36). Pada siklus II peneliti menggunakan metode diskusi dengan jumlah tiap kelompok diskusi adalah 5 siswa. Digunakan pula media pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli tentang penggunaan media pembelajaran atau alat peraga dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran.
Alat peraga adalah alat bantu untuk menunjukkan kreatifitas guru maupun siswa, sehingga dengan menggunakan alat peraga diharapkan dapat memperlancar serta meningkatkan proses belajar mengajar (Depdikbud, 1997:11).
Peneliti memperoleh hasil pada perbaikan pembelajaran siklus II. Dari 15 siswa ada 2 siswa belum tuntas belajar, dengan nilai 60 ke atas, dan nilai rata-ratanya adalah 78,33. Melihat hasil yang telah diperoleh maka peneliti tidak melakukan perbaikan pembelajaran siklus III pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VI dengan materi Proses Perumusan Pancasila di SD Negeri 1 Kalimaro UPTD Pendidikan Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan.
PENUTUP
Simpulan
Setelah peneliti melaksanakan proses perbaikan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui perbaikan pembelajaran siklus I dan perbaikan pembelajaran siklus II dengan materi Proses Perumusan Pancasila di kelas VI SD Negeri 1 Kalimaro UPTD Pendidikan Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan dapat disimpulkan seperti berikut.
a. Metode diskusi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena siswa terlibat langsung dalam pembelajaran, hal ini dapat dilihat dari keantusiasan siswa dalam diskusi.
b. Metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terbukti dari siswa yang tuntas belajar dari 27% pada pra siklus menjadi 46,67% pada siklus I dan 86,67% pada siklus II.
c. Penggunaan media pembelajaran akan membuat kegiatan belajar mengajar lebih menarik. Sehingga akan mendorong minat siswa untuk belajar sehingga dapat meningkatkan penguasaan materi pelajaran.
d. Prosentase ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat signifikan setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru untuk meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam pembelajaran sebagai tugas profesional. Saran yang diberikan peneliti seperti berikut.
a. Gunakan alat peraga sebagai media dalam setiap pembelajaran.
b. Pilihlah media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran.
c. Pilihlah metode yang sesuai dengan materi pembelajaran.
d. Biasakan melakukan perbaikan pembelajaran apabila siswa belum tuntas dalam menguasai materi pembelajaran.
e. Guru seyogyanya memperdalam alat peraga agar pembelajaran tidak verbalisme, membosankan dan mudah dipahami oleh siswa.
f. Guru hendaknya menciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran sehingga siswa dapat belajar dengan optimal.
g. Laporan ini dapat dijadikan bahan kajian dan diskusi dalam forum KKG.
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi, dkk. 2005. Tes dan Asesment di SD. Jakarta: UT.
Chatarina. 2004. Psikologi Belajar dan Pembelajaran. Semarang: UNNES.
Depdiknas. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dinn. 2004. Pengantar Pendidikan. Jakarta: UT.
Djamarah.2014. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
_______. 2016. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ibrahim, dkk. 1993. Materi Pokok Pengembangan Inovasi dan Kurikulum. Jakarta: Universitas Terbuka.
Populair Sains Group. 2001. Buku Pintar Sekolah Dasar Kelas IV, V, VI. Bandung: Penabur Ilmu.
Roosilawati, Erwin. 2006. Workshop Pengembangan Media Pembelajaran Sekolah Dasar. Semarang: LPMP.
Sadiman, Arif, S. 1997. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali dan Pustekom.