Peningkatan Hasil Belajar Dengan Model Pembelajaran Probing Prompting
PENINGKATAN HASIL BELAJAR Matematika
TENTANG “LINGKARAN†DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING DI KELAS VI SDN Tambangan 02 MIJEN
KOTA SEMARANG SEMESTER 1 tahun 2017/2018
Sri Hartini
SDN Tambangan 02
ABSTRAK
Identifikasi masalah yang tampak dalam proses belajar mengajar Matematika di kelas VI SDN Tambangan 02 Mijen Kota Semarang pada kompetensi dasar “Lingkaranâ€, dari:22 siswa, yang mendapatkan nilai ≥ 65 ada 9 siswa:(40,91%) dan 13 siswa (59,09%) mendapatkan nilai di bawah 65. Nilai tersebut belum sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Matematika yaitu 65. Pemecahan masalah yang dilakukan guru yaitu dengan melakukan pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Probing Prompting. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas). Penelitian dilakukan di SD Tambangan 02 Mijen Kota Semarang pada bulan Oktober -November 2017. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VI yang berjumlah 22 siswa. Hasil penelitian sebagai berikut: (1) Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Probing Prompting dapat meningkatan hasil belajar Matematika siswa kelas VI SDN Tambangan 02 Mijen Kota Semarang. Pada kondisi awal rata-rata hasil belajar 60,91. Pada pembelajaran siklus I diperoleh nilai rata-rata 65,91. Kenaikan rata-rata nilai sebesar 5,00. Pada siklus II, nilai rata-rata 73,18. Rata-rata nilai mengalami kenaikan sebesar 7,27; (2) Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Probing Prompting dapat meningkatan ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas VI SDN Tambangan 02 Mijen Kota Semarang. Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal adalah 40,91%. Setelah pembelajaran siklus I meningkat menjadi 68,18%. Peningkatan ketuntasan siswa rata-rata sebesar 27,27%. Pembelajaran siklus II meningkat menjadi 86,36%. Peningkatan ketuntasan siswa rata-rata sebesar 18,18%.
Kata kunci: Model Pembelajaran Probing Prompting, ketuntasan belajar, hasil belajar
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang harus dicapai dalam proses pelaksanaan pendidikan di sekolah. Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi harus didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Apabila sumber daya manusia tidak berkualitas maka pembangunan nasional pun tidak akan dapat berjalan dengan baik. Karena pendidikan merupakan salah satu kunci utama keberhasilan dalam suatu pembangunan. Sejak manusia ada sampai kapan pun berada selalu terlibat dalam soal pendidikan.
Peningkatan prestasi, hasil belajar, aktivitas maupun motivasi sangat diperlukan dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak, sehingga prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai aktivitas dalam hasil belajar. Salah satu pembelajaran yang harus dikembangkan di sekolah dasar adalah pembelajaran Matematika. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar (2006), dijelaskan bahwa salah satu bidang yang diajarkan adalah Matematika.
Matematika merupakan ilmu yang memiliki kecenderungan deduktif, aksiomatik, dan abstrak (fakta, konsep dan prinsip). Karakteristik matematika inilah yang menyebabkan matematika menjadi suatu pelajaran yang sulit dan menjadi momok bagi siswa. Oleh sebab itu pembelajaran matematika khususnya pada sekolah dasar membutuhkan perhatian yang sungguh-sungguh dari siswa, guru dan instansi pendidikan yang terkait. Dalam hal ini perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang menyenangkan sehingga proses pembelajaran matematika dapat menjadi kegiatan yang diminati siswa.
Di samping sebagai suatu pengetahuan dasar, matematika juga berfungsi sebagai alat hitung dan bahasa ilmu pengetahuan. Dalam pada itu penyusunan kurikulum matematika sekolah dasar khususnya kelas I perlu ditekankan pada operasi perkalian dan pembagian. Dalam menyampaikan konsep perkalian dan pembagian, para guru banyak yang menggunakan cara konvensional yaitu dengan memaksa anak untuk menghafal secara congak. Hal ini tentu saja selain mematikan kreatifitas anak juga menghilangkan unsur belajar bermakna. Menyampaikan materi dalam matematika memang sebaiknya berangkat dari hal-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak.
Meskipun matematika sudah diberikan sejak dini, tetapi hasil dari pembelajaran tersebut belum bisa maksimal dengan hasil yang sangat memuaskan. Keanekaragaman kemampuan yang ada pada siswa adalah salah satu hal yang mengakibatkan mereka kesulitan belajar sehingga tingkat penguasaan belajar berbeda antara siswa satu dengan yang lainnya. Adanya tingkat penguasaan materi yang berbeda, maka akan berbeda pula dalam ketuntasan belajar mereka. Sehingga baik siswa yang cepat belajarnya maupun yang lambat dalam belajarnya akan mengalami kesulitan belajar. Selain hal tersebut di atas, terlalu banyaknya materi atau jam pelajaran yang diberikan juga bisa menyebabkan kejenuhan para siswa.
Kondisi nyata dalam penelitian ini, berdasarkan perolehan tes Matematika materi “Lingkaran†dari 22 orang siswa, yang mendapat nilai ≥ 65 adalah 9 orang siswa atau 40,91% siswa tuntas. Rendahnya nilai Matematika oleh faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa antara lain adalah kesiapan peserta didik menerima pelajaran, kecerdasan, bakat, minat dan motivasi belajar siswa. Adapun faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa antara lain adalah kesiapan peserta didik menerima pelajaran, kecerdasan bakat, minat dan motivasi belajar siswa. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa antara lain adalah meliputi kurikulum, guru, metode dan media pembelajaran serta lingkungan siswa tinggal.
Berdasarkan hasil pengalaman guru kelas VI di SD Negeri Tambangan 02 Mijen Kota Semarang, bahwa pembelajaran Matematika masih kurang optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pembelajaran Matematika adalah melalui Model Pembelajaran Probing Prompting, agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa adalah penerapan model pembelajaran ProbingPrompting. Suyatno (2009:63) menyatakan bahwa ’’model pembelajaran ProbingPrompting merupakan suatu model pembelajaran dengan menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari, digunakan agar dapat membantu siswa mengingat apa yang telah mereka baca.
Terdapat dua aktivitas siswa yang saling berhubungan dalam pembelajaran Probing Prompting, yaitu aktivitas siswa yang meliputi, aktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang berusaha membangun pengetahuannya, serta aktivitas guru yang berusaha membimbing siswa dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran tingkat rendah sampai pemikiran tingkat tinggi (Suherman, 2001:55).
Model pembelajaran Probing Prompting diharapkan mampu meningkatkan prestasi dan menarik perhatian siswa, karena Model pembelajaran Probing Prompting merupakan sebuah kegiatan pembelajaran yang menyajikan serangkaian pertanyaan yang bersifat menggali dan menuntun sehingga akan terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan yang telah dipelajari dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
Dari kenyataan tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam meningkatkan ketuntasan dan hasil belajar Matematika dengan Model Pembelajaran Probing Prompting pada siswa kelas VI SDN Tambangan 02 Mijen Kota Semarang.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apakah dengan Model Pembelajaran Probing Prompting dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang “Lingkaran†siswa kelas VI SDN Tambangan 02 Mijen Kota Semarang ?
2. Apakah dengan Model Pembelajaran Probing Prompting dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada pelajaran Matematika tentang “Lingkaran†kelas VI SDN Tambangan 02 Mijen Kota Semarang ?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai berikut
1. Meningkatkan hasil belajar Matematika tentang “Lingkaran†dengan Model Pembelajaran Probing Prompting di kelas VI SDN Tambangan 02 Mijen Kota Semarang.
2. Meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada pelajaran Matematika tentang “Lingkaran†dengan Model Pembelajaran Probing Prompting di kelas VI SDN Tambangan 02 Mijen Kota Semarang.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini bermanfaat memperkuat teori tentang Model Pembelajaran Probing Prompting untuk penelitian tindakan kelas oleh guru guna meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan ketuntasan siswa dalam pembelajaran Matematika.
2) Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi “Lingkaranâ€.
3) Memudahkan penguasaan konsep “Lingkaranâ€.
4) Meningkatkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah dalam kelompok.
5) Menumbuhkan sikap bertanggungjawab dan berani mengemukakan pendapat.
6) Memperoleh suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan.
b. Bagi Guru
1) Memberikan alternatif bagi guru untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran Matematika.
2) Mengembangkan kemampuan guru dalam merancang metode pembelajaran yang menyenangkan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran lain.
c. Bagi Sekolah
1) Memberikan sumbangan pemikiran sebagai alternatif meningkatkan kualitas pengajaran sekolah.
2) Mengoptimalkan penggunaan metode dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
LANDASAN TEORI:DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Landasan Teori
Hasil Belajar
Rusyan Tabrani (2008:7) menyatakan menjelaskan makna belajar yaitu memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, yang meliputi suatu proses, suatu kegiatan /ketuntasan, dan bukan hasil atu tujuan. Dengan demikian, belajar kelas adalah kegiatan belajar yang dilakukan di dalam kelas maupun luar kelas.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (http://id.wikipedia.org). Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik (Winataputra, 2007:18).
Dalam proses pembelajaran, dalam periode waktu tertentu dilakukan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam menyerap pelajaran. Menurut Gagne, hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan kepada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema-skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori (Purwanto, 2009: 42).
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami ketuntasan belajar (Catharina, 2009: 4). Aspek-aspek yang diperoleh sebagai perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang telah dipelajari.
Dari beberapa pendapat di atas, hasil belajar dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk perubahan perilaku yang meliputi 3 aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik yang disebabkan karena telah menguasai bahan yang diajarkan:sesuai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar dan dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian. Tes ini disusun dan dikembangkan dari pengetahuan, pemahaman, atau aplikasi suatu konsep yang dipelajari oleh siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
Model Pembelajaran Probing Prompting
Model pembelajaran Probing Prompting merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Berdasarkan asal katanya, Probing artinya penyelidikan, pemeriksaan sedangkan Prompting artinya mendorong atau menuntun. Penyelidikan atau pemeriksaan disini bertujuan untuk memperoleh sejumlah informasi yang telah ada pada diri siswa agar dapat digunakan untuk memahami pengetahuan atau konsep baru.
Model pembelajaran Probing Prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari (Suherman, 2008:6).
Pembelajaran Probing Prompting sangat erat kaitannya dengan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada saat pembelajaran ini disebut Probing question. Probing question adalah pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari siswa yang bermaksud untuk mengembangkan kualitas jawaban, sehingga jawaban berikutnya lebih jelas, akurat serta beralasan (Suherman dkk, 2001:160). Probing question ini dapat memotivasi siswa untuk memahami lebih mendalam suatu masalah hingga mencapai suatu jawaban yang dituju. Proses pencarian dan penemuan jawaban atas masalah tersebut peserta didik berusaha menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya dengan pertanyaan yang akan dijawabnya.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya memberi serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, dan nada yang lembut. Ada canda, senyum dan tertawa sehingga menjadi nyaman, menyenangkan dan ceria. Perlu diingat bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah ciri siswa sedang belajar dan telah berpartisipasi.
Terdapat dua aktivitas siswa yang saling berhubungan dalam pembelajaran Probing Prompting, yaitu aktivitas siswa yang meliputi aktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang berusaha membangun pengetahuannya, serta aktivitas guru yang berusaha membimbing siswa dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran tingkat rendah sampai pemikiran tingkat tinggi (Suherman, 2001:55).
Kerangka Berfikir
Pemahaman siswa akan mata pelajaran Matematika materi “Lingkaran†yang rendah menyebabkan rendahnya tingkat pencapaian hasil belajar. Dengan Model Pembelajaran Probing Prompting diharapkan dapat meningkatkan:pemahaman materi “Lingkaran†dengan mudah, mengembangkan kemampuan akademik, kecakapan pribadi dan sosial, siswa dapat bekerjasama, saling membantu antara teman terutama yang mengalami kesulitan belajar, dan saling bertanggungjawab antar anggota kelompok. Selain itu guru kelas juga bertambah pengetahuan dan kreativitas dalam merancang pembelajaran materi “Lingkaran†sesuai karakteristik siswa.
Identifikasi masalah yang tampak dalam proses belajar mengajar Matematika di SDN Tambangan 02 Mijen Kota Semarang pada kompetensi dasar “Lingkaranâ€, dari 22 siswa, yang mendapatkan nilai ≥ 65 ada 9 siswa:(40,91%) dan 13 siswa (59,09%) mendapatkan nilai di bawah 65. Nilai tersebut belum sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Matematika yaitu 65. Hasil belajar rendah tersebut karena siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep dan kurang akitf dalam belajar.
MetodE PENelitian
Setting Penelitian
Tempat penelitian ini terletak di Sekolah Dasar Negeri Tambangan 02 Mijen Kota Semarang.:Waktu penelitian yaitu semester 1 tahun ajaran 2017/2018 pada bulan Oktober hingga November 2017.
Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VI SD Negeri Tambangan 02 Mijen Kota Semarang: yang terdiri dari 22 siswa.
Sumber Data
Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas-petugasnya) dari sumber pertanyaan (Sumadi Suryabrata, 2008:84) Dalam penelitian ini, data primer yang diperoleh oleh peneliti adalah: hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri Tambangan 02, Guru kelas, dan Siswa Kelas VI.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diterbitkan oleh organisasi yang bukan merupakan pengolahan peneliti, data tersebut biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, misalnya data mengenai keadaan demografis suatu daerah, data mengenai produktivitas suatu sekolahan tersebut atau perguruan tinggi, dan sebagainya (Sumadi Suryabrata, 2008:85). Data sekunder ini digunakan sebagai data pendukung dari data primer, misal data tentang siswa, nilai mata pelajaran siswa, dan data-data lain.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi dan tes.
Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi. Dokumen:yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kerja siswa, daftar kelompok siswa dan daftar nilai siswa. Untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan kelompok siswa dan menggambarkan suasana kelas ketika ketuntasan belajar berlangsung digunakan dokumentasi foto.
Tes
Tes digunakan untuk mengukur pencapaian atau prestasi belajar. Tes diberikan kepada siswa untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa. Tes ini berupa soal isian yang yang dikerjakan secara individual setelah mempelajari suatu materi.
Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang:digunakan:untuk:memperoleh data dalam penelitian ini adalah lembar observasi lembar kerja siswa. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang proses pelaksanaan tindakan kelas. Adapun dalam penelitian ini digunakan tes tertulis untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar Matematika kompetensi dasar “Lingkaranâ€.
HASIL PENELITIAN DAN PEMMATEMATIKAN
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil Belajar
Kondisi awal hasil belajar Matematika tentang “Lingkaran†dilaksanakan belum menggunakan Model Pembelajaran Probing Prompting, yaitu guru hanya memberi contoh cara menghitung luas lingkaran dengan membacakan di depan kelas.
Pada awalnya rerata nilai yang diperoleh yaitu 60,91, siswa yang mencapai ketuntasan belajar hanya 9 siswa (40,91%) dan masih ada 13 siswa (59,09%) belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 65.
Deskripsi Siklus:1
Refleksi dari hasil penelitian, bahwa pada awalnya rerata nilai yang diperoleh 65,91, siswa yang mencapai ketuntasan belajar baru 40,91%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Probing Prompting ada peningkatan yaitu diperoleh nilai rata-rata siklus I adalah 65,91 dengan ketuntasan belajar klasikal 68,18% (15 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 65, dan masih ada 7 siswa belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 65. Rata-rata nilai mengalami kenaikan sebesar 5,00 dan ketuntasan meningkat sebesar 27,27%.
Deskripsi Siklus:2
Refleksi hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pada nilai rata-rata siklus I adalah 65,91 dengan ketuntasan belajar klasikal 68,18% (15 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 65. Setelah dilakukan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Probing Prompting ada peningkatan yaitu diperoleh nilai rata-rata siklus II adalah 73,18 dengan ketuntasan belajar klasikal 86,36% (19 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 65. Rata-rata nilai mengalami kenaikan sebesar 7,27 dan ketuntasan meningkat sebesar 18,18%.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antarsiklus
Pembahasan didasarkan pada hasil refleksi pada setiap siklus dari kegiatan pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Probing Prompting.
Siklus I
Berdasarkan nilai hasil belajar pada siklus I, nilai rata-rata kondisi awal (prasiklus) diperoleh 60,91, siswa yang mencapai ketuntasan belajar 40,91%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Probing Prompting ada peningkatan yaitu diperoleh nilai rata-rata siklus I adalah 65,05 dengan ketuntasan belajar klasikal 68,42% (13 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 65. Rata-rata nilai mengalami kenaikan sebesar 5,00 dan ketuntasan meningkat sebesar 27,27%. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil tes pada prasiklus dan siklus I.
Indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 65 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 75%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus I ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal 65,91% belum mencapai 75%.
Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian, nilai rata-rata siklus I adalah 65,91 dengan ketuntasan belajar klasikal 68,18% (15 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 65. Setelah dilakukan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Probing Prompting ada peningkatan yaitu diperoleh nilai rata-rata siklus II adalah 73,18 dengan ketuntasan belajar klasikal 86,36% (19 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 65. Rata-rata nilai mengalami kenaikan sebesar 7,27 dan ketuntasan meningkat sebesar 18,18%. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil tes pada siklus I dan siklus II.
Indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 65 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 75%. Nilai hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal 86,36% sudah mencapai dan lebih dari 75%.
Peningkatan Hasil Belajar
Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran prasiklus I, Siklus I:dan Siklus II dapat dilihat pada daftar skor hasil tes. Dan berikut ini, disajikan grafik.
Grafik:4.5 Tingkat Ketuntasan Klasikal Pembelajaran Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa dengan menggunakan Model Pembelajaran Probing Prompting dapat meningkatkan ketuntasan dan hasil belajar Matematika tentang “Lingkaran†pada siswa kelas VI SDN Tambangan 02 Mijen Kota Semarang.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Probing Prompting dapat meningkatan hasil belajar Matematika siswa kelas VI SDN Tambangan 02 Mijen Kota Semarang. Pada kondisi awal rata-rata hasil belajar 60,91. Pada pembelajaran siklus I diperoleh nilai rata-rata 65,91. Kenaikan rata-rata nilai sebesar 5,00. Pada siklus II, nilai rata-rata 73,18. Rata-rata nilai mengalami kenaikan sebesar 7,27.
2. Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Probing Prompting dapat meningkatan ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas VI SDN Tambangan 02 Mijen Kota Semarang. Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal adalah 40,91%. Setelah pembelajaran siklus I meningkat menjadi 68,18%. Peningkatan ketuntasan siswa rata-rata sebesar 27,27%. Pembelajaran siklus II meningkat menjadi 86,36%. Peningkatan ketuntasan siswa rata-rata sebesar 18,18%.
Saran
Menurut hasil:kesimpulan di atas, maka disarankan:
1. Model Pembelajaran Probing Prompting dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan siswa dalam pembelajaran Matematika. Maka metode tersebut bisa menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran.
2. Dengan menggunakan Model Pembelajaran Probing Prompting, akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran guru perlu membuat metode pembelajaran yang inovatif, salah satunya adalah Model Pembelajaran Probing Prompting dengan menyusun berbagai pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Maka guru harus mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang membangkitkan proses berpikir siswa.
3. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas guru dapat memilih dan menerapkan Model Pembelajaran Probing Prompting sebagai salah satu alternative dalam menyampaikan materi pelajaran Matematika untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Mengingat pentingnya peran guru dalam memilih metode pembelajaran yang ada, maka sebaiknya metode pembelajaran ini dapat digunakan juga pada mata pelajaran lain sesuai kebutuhan masing-masing.
Daftar Pustaka
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widiya.
Catharina, Tri Anni & Achmad:Rifa’i. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang::UNNES.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Erman, Suherman. 2008. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswaâ€. http://pkab.wordpress.com/2008/04/29/. Diakses pada 4:November 2015.
Fauziyah, Masrotul. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting Terhadap Hasil Belajar Pada Tema 8 (Ekosistem) Siswa Kelas V SDN Wiyung I Surabaya. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar. http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/19752
Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hendrawan, Teguh. 2015. Penerapan Probing-Prompting Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Sekolah Dasar. http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/15632
Hernawan, A.H. dkk. 2007. Belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.
Huda, Miftahul. 2014. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Indihadi, D. dkk. 2009. Pembinaan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Bandung: UPI PRESS.
Kurniasih, Imas. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Kata Pena. Jakarta.
Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Puspitasari, Samidi Tri. 2008. Bahasa Indonesia: SD/MI kelas 6. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Resmini, N. dkk. 2009. Pembinaan dan pengembangan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS.
Ridwan, Iwan. 2015. Model Pembelajaran Probing Promting. https://iwanlukman.blogspot.com/
Rosnawati. R. 2008.:Berpikir Lateral dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal UNY. Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.
Sardiman A. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV Rajawali Pers.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Surabaya.
Suryabrata, Sumadi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Tabrani, Rusyan, et.al. 2008. Penerapan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Remaja Karya.
Uno, Hamzah B. 2014. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Bumi Aksara. Jakarta.