Peningkatan Hasil Belajar Dengan Penggunaan Metode Pelangi Jigsaw
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA
DENGAN PENGGUNAAN METODE PELANGI JIGSAW
Ma’rifah
Guru SD Negeri 1 Jatiluhur
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui bahwa penggunaan Metode Pelangi Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V semester genap, SD Negeri 1 Jatiluhur Karanganyar tahun ajaran 2016/2017; (2) Mendeskripsikan kendala yang ditemui pada penerapan penggunaan Metode Pelangi Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V semester genap SD Negeri 1 Jatiluhur Karanganyar tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan metode siklus yang dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus dua kali pertemuan dengan setiap pertemuan terdiri dari empat tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Jatiluhur Karanganyar dengan subyek penelitian yaitu siswa kelas V pada semester genap tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 17 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif yang meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan terhadap data yang diperoleh dari hasil observasi, dokumentasi, maupun hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Penggunaan Metode Pelangi Jigsaw dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa Kelas V semester genap, SD Negeri 1 Jatiluhur Karanganyar tahun ajaran 2016/2017. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa. Dari data nilai awal, diperoleh hasil rata-rata siswa 73,00 ketuntasan siswa hanya 58,82% dengan siswa yang tidak tuntas sebanyak 41,18%. Terdapat kesenjangan tinggi antara siswa yang memperoleh nilai tinggi dengan siswa yang memperoleh nilai rendah. Dengan metode Pelangi Jigsaw diperoleh rata-rata hasil belajar siklus I adalah 85,71 dengan ketuntasan belajar 94,12%. Sedangkan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa adalah 88,76 dengan ketuntasan belajar 100,00% dengan indikator kinerja keberhasilan penelitian yaitu semua siswa mendapatkan > 70 sebagai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan nilai rata-rata kelas >75. 2) Kendala yang ditemui pada penerapan penggunaan metode Pelangi Jigsaw dalam pembelajaran IPA yaitu membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengkondisikan siswa jika metode ini baru pertama kali dilaksanakan, jika kegiatan monoton maka siswa akan jenuh sehingga guru harus lebih kreatif dengan melengkapi media pembelajaran dan kegiatan tertentu salah satunya dengan menambah yel-yel kelompok.
Kata Kunci: Hasil belajar, Metode Pelangi Jigsaw
PENDAHULUAN
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Seiring kemajuan zaman, guru dituntut lebih kreatif, inovatif, dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang setiap waktu mengalami perubahan sehingga sangat membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang menyenangkan, karena selain belajar menambah pengetahuan juga dapat mengetahui keadaan alam sekitar yang dapat diterapkan untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan.
Berdasarkan pengamatan pembelajaran IPA di kelas V semester genap, SD Negeri 1 Jatiluhur Karanganyar tahun ajaran 2016/2017, guru sudah berusaha untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik, menguasai materi yang disampaikan, dan sudah menggunakan media sebagai alat bantu. Namun siswa belum menguasai konsep sepenuhnya salah satunya tentang pesawat sederhana. Tingkat semangat untuk memahami bagian-bagian dalam pesawat sederhana juga terlihat biasa. Apalagi jika diberikan tugas untuk mengerjakan soal dari jenis pesawat sederhana yang jenisnya bervariasi, sebagian besar siswa cenderung menghindar dan kurang antusias. Berdasarkan nilai awal siswa kelas V semester genap SD Negeri 1 Jatiluhur Karanganyar tahun ajaran 2016/2017, dengan jumlah 17 siswa, diperoleh data sebagai berikut: (1) siswa yang memperoleh nilai dengan rentang 40-69 yaitu 7 siswa atau 41,18% (2) siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas yaitu 10 siswa atau 58,82% dengan rata-rata kelas 73,00. Meskipun rata-rata keseluruhan nilai siswa cukup tinggi, namun untuk persentase siswa yang tuntas KKM hanya dicapai oleh 10 anak atau sebesar 58,82%. Setelah guru memperoleh analisis data awal, terlihat adanya kesenjangan yang signifikan antara nilai yang rendah dengan nilai tinggi. Sebagian siswa nilainya sangat rendah sedangkan sebagian yang lain nilainya sangat tinggi
Dengan kondisi tersebut, mendorong guru untuk memperbaiki hasil belajar siswa kelasV dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam pembelajaran IPA khususnya tentang pesawat sederhana dengan penggunaan metode belajar yang menarik dan menyenangkan untuk memudahkan siswa memahami materi pembelajara nyaitu dengan penggunaan metode Pelangi Jigsaw.
Metode Pelangi Jigsaw merupakan modifikasi dari model pembelajaran kooperatif Jigsaw. Dengan metode ini diharapkan siswa lebih aktif dan percaya diri sehingga materi dapat tersampaikan dengan lebih jelas dan konkrit. Dengan mengefektifkan penggunaan metode Pelangi Jigsaw ini diharapkan penguasaan siswa terhadap konsep materi tentang pesawat sederhana bertambah sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA, siswa kelas V semester genap, SD Negeri 1 Jatiluhur Karanganyar, tahun ajaran 2016/2017.
Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 10), bahwa masa usia sekolah dasar (sekitar 6-12 tahun) merupakan tahapan perkembangan yang penting dan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, guru tidak boleh mengabaikan kehadiran dan kepentingan mereka. Guru dituntut untuk dapat memahami karakteristik anak, memahami arti belajar dan tujuan belajar bagi mereka di sekolah dasar. Menurut Basset, Jacka, dan Logan (dalam Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001: 11), karakteristik anak usia sekolah dasar secara umum yaitu: (1) mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik dengan dunia sekitar, (2) mereka senang bermain dan lebih suka bergembira, (3) mereka suka mengatur diri untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi situasi dan mencobakan usaha baru, (4) mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan, (5) mereka akan belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi, (6) mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lain.
Berdasarkan uraian tentang karakteristik siswa sekolah dasar di atas, diperoleh hal penting bahwa siswa usia SD memiliki sifat ingin tahu yang sangat kuat terhadap lingkungan sekitar, mereka senang bermain dan bergembira serta belajar hal-hal baru dalam situasi yang mereka senangi. Guru harus dapat memahami hal itu. Hal ini selaras dengan pendapat Dimyati dan Moedjiono (2006: 3) bahwa hasil belajar merupakan hasil interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2016: 25), peneliti memilih aspek dalam ruang lingkup IPA tentang energi dan perubahannya, meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. Indikator meliputi (1) mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana misal pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda (2) menggolongkan berbagai alat rumah tangga sebagai pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda (3) mengidentifikasi kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana. Menurut Patta Bundu (2006: 18), hasil belajar Sains adalah segenap perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa dalam bidang Sains sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran Sains.
Sedangkan beberapa pengertian pelangi dalam kbbi.web.id yaitu “…warna yang beraneka macam; kain atau selendang yang bermacam-macam warnanya;..â€
Menurut Ridwan Abdullah Sani (2016: 136), model Jigsaw merupakan suatu model pembelajaran di mana guru memberikan permasalahan pada kelompok asal, kemudian peserta didik dipecah ke dalam kelompok ahli untuk memahami materi yang didiskusikan agar dapat mennjelaskan materi tersebut saat kembali ke kelompok asal. Tiap anggota tim memiliki tanggung jawab mempelajari bahan ajar. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang dapat terdiri dari 4-6 orang yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Penggunaan metode Pelangi Jigsaw merupakan bentuk modifikasi dari model pembelajaran kooperatif Jigsaw yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok dan bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar serta mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya dengan memakai selempang warna-warni menyerupai pelangi yang bertujuan untuk membangkitkan kepercayaan diri, semangat, dan rasa tanggung jawab. Metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan diri, bakat, maupun minat sehingga rasa percaya diri dalam diri siswa meningkat.
Selempang yang dipakai dengan warna yang menarik memberi kesan tersendiri ketika siswa memakainya. Hal ini dikarenakan selempang dalam kehidupan sehari-hari memiliki kesan positif yang dipakai dalam kegiatan resmi seperti pelantikan, kejuaraan, dan sebagainya. Dengan memakai selendang ini, siswa akan lebih percaya diri, bangga, dan merasa senang. Seiring dengan meningkatnya rasa percaya diri maka siswa akan berusaha secara maksimal menyampaikan materi kepada teman-teman.
Penggunaan aturan selempang yaitu selempang warna merah untuk subtopik pengungkit. Selempang warna ungu untuk subtopik bidang miring. Selempang warna hijau untuk subtopik katrol. Sedangkan selempang warna biru untuk subtopik roda berporos. Sedangkan koordinator tim yang sudah dipilih oleh guru memakai selempang warna orange.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode Pelangi Jigsaw adalah sebagai berikut:
a) Guru membagi siswa dalam empat kelompok dengan empat bagian/subtopik yaitu pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda berporos.
b) Siswa memakai selempang warna sesuai subtopik yang diberikan
c) Siswa dengan selempang warna yang sama berkumpul membentuk tim ahli.
d) Anggota dari tim yang ditugaskan mempelajari bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli atau tim ahli).
e) Guru bersama koordinator tim mengecek pekerjaan siswa dan membantu jika terdapat kesulitan.
f) Tim ahli dari tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu kelompok asal mereka tentang subbab yang mereka kuasai.
Dengan menerapkan motede Pelangi Jigsaw diharapkan hasil belajar IPA tentang pesawat sederhana siswa kelas V semester genap, SD Negeri 1 Jatiluhur Karanganyar, tahun ajaran 2016/2017 meningkat.
METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Jatiluhur, yang berlokasi di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Kebumen selama 4 bulan mulai dari bulan Februari sampai dengan Mei 2017. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Jatiluhur Karanganyar, semester genap, tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah 17 siswa, yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Sumber data diperoleh dari siswa, observer, dokumen, dan peneliti. Teknik dan alat pengumpulan data menggunakan teknik tes dengan lembar evaluasi, teknik observasi berupa lembar observasi dan panca indra serta teknik dokumentasi berupa daftar nilai dan kamera. Validitas data dilakukan dengan triangulasi sumber data dan triangulasi waktu, untuk menjamin dan memperoleh kesahihan data. Teknik Analisis data dengan analisis deskriptif yang meliputi reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah semua siswa mendapat nilai > 70 sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dalam penelitian ini dan nilai rata-rata kelas >75. Adapun Prosedur Penelitian menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Model penelitian yang digunakan yaitu PTK Model John Elliot yang meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari perolehan nilai rata-rata kondisi awal yaitu 73,00 namun siswa yang tuntas KKM hanya 58,82% dengan rentang nilai antara 90-99 mencapai 41,18%. Sedangkan siswa yang belum tuntas mencapai 41,18% dengan nilai antara 40-49 mencapai 23,53%. Meskipun rata-rata kelas cukup tinggi namun ketuntasan rendah. Terlihat adanya kesenjangan antara siswa yang memperoleh nilai tinggi dengan siswa yang memperoleh nilai rendah. Hal ini mendorong guru untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.
Deskripsi Siklus I
Dalam kegiatan siklus I peneliti bersama observer menyusun rencana kegiatan meliputi tujuan kegiatan, penyusun, rancangan langkah-langkah, rencana refleksi seperti menyiapkan RPP, menyiapkan lembar observasi, menyiapkan alat evaluasi. Sedangkan dalam kegiatan pelaksanaan guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode Pelangi Jigsaw. Hasil belajar siswa tentang pesawat sederhana dengan metode Pelangi Jigsaw meningkat signifikan dan siswa sangat senang. Siswa terlihat aktif mengikuti kegiatan pembelajaran baik dalam kegiatan sebagai tim ahli maupun diskusi kelompok. Siswa bersemangat dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Sikap ingin tahu siswa juga tinggi. Nilai rata-rata penguasaan konsep yang diperoleh pada siklus I yaitu 85,71 dengan ketuntasan belajar siswa 94,12%, yang belum tuntas sebesar 5,88%. Sedangkan rata-rata keterampilan proses diperoleh rata-rata 81,67 dan nilai rata-rata sikap ilmiah yaitu 81,92. Namun hasil ini belum memenuhi salah satu indikator keberhasilan penelitian yaitu semua siswa dapat menguasai konsep pembelajaran dengan mendapat nilai > 70. Selain itu, penggunaan selempang ini juga pengalaman pertama bagi siswa sehingga membutuhkan waktu cukup lama dalam persiapan. Beberapa siswa juga masih terlihat terus memegangi selempang sehingga mengurangi konsentrasi sebagai tim ahli. Jika kegiatan monoton, beberapa anak terlihat jenuh.
Deskripsi Siklus II
Pada kegiatan siklus II guru menyusun dan menerapakan rencana pembelajaran berdasarkan refleksi siklusi I. Inti Skenario pembelajaran dalam siklus II sama seperti dalam siklus I namun dalam siklus II ini, siswa memakai warna selempang yang berbeda dengan warna selempang dalam siklus I atau pergantian subtopik yang berbeda. Selain itu, guru meminta siswa untuk menambah kegiatan kreatif yaitu dengan menyampaikan yel-yel gubahan lagu anak-anak berisi materi subtopik. Pada tindakan siklus II, rasa percaya diri siswa terus meningkat. Siswa yang biasanya pemalu, dengan metode ini terlihat antusias menyampaikan materi. Suasana kelas menyenangkan dengan terlihatnya sikap saling menghargai antara satu teman dengan teman yang lain. Teman yang biasanya usil terlihat menghargai teman lain yang sedang menyampaikan materi. Penampilan yel-yel tim ahli berisi tentang subtopik yang dipelajari menambah antusias siswa. Kegiatan pembelajaran yang menantang, menarik dan menyenangkan bagi siswa sangat berpengaruh terhadap penguasaan konsep dan sikap ilmiah. Dari hasil evaluasi, diperoleh rekapitulasi nilai penguasaan konsep Siklus II dengan rata-rata 88,76. Ketuntasan mencapai siswa 100%. Sedangkan rata-rata keterampilan proses diperoleh rata-rata 84,69 dan nilai rata-rata sikap ilmiah yaitu 83,33. Berdasarkan observasi yang dilaksanakan oleh observer dan peneliti didapatkan data bahwa pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II mengalami peningkatan artinya pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II lebih baik dibandingkan pelaksanaan tindakan siklus I.
Adapun peningkatan nilai rata-rata penguasaan konsep, ketuntasan belajar, maupun peningkatan dalam keterampilan proses dan sikap ilmiah dapat dilihat dalam diagram batang di bawah ini:
Gambar 2. Peningkatan Nilai Rata-rata Penguasaan Konsep
Gambar 3. Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa
Gambar 4. Peningkatan Hasil Pengamatan Ketrampilan Proses, Sikap Ilmiah dan Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas V SD Negeri 1 Jatiluhur Karanganyar
Dari uraian di atas, adanya peningkatan rata-rata nilai yang terjadi dalam setiap siklus yang menunjukan bahwa penggunaan metode Pelangi Jigsaw sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Jatiluhur Karanganyar tahun ajaran 2016/2017.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penggunaan metode Pelangi Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA khususnya tentang pesawat sederhana. Dengan memakai selempang Pelangi Jigsaw, siswa merasa senang, lebih percaya diri, bangga, dan merasa bertanggung jawab. Selain itu, kepercayaan diri siswa terus meningkat dengan adanya pemberian kesempatan menyampaikan materi kepada teman sebaya. Kreatifitas guru dalam menerapkan metode ini sangat dibutuhkan agar siswa tetap semangat. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata penguasaan konsep dari data awal 73,00 dengan persentase tuntas 58,82% dan yang tidak tuntas 41,18% setelah menggunakan metode ini pada siklus I diperoleh rata-rata 85,71 dengan persentase ketuntasan 94,12% dan yang belum tuntas 5,88%. Pada siklus II diperoleh rata-rata penguasaan konsep 88,76 dengan persentase ketuntasan mencapai 100,00% dan yang tidak tuntas 0,00%
Saran
1. Penggunaan metode Pelangi Jigsaw semakin efektif jika siswa sudah mengetahui langkah-langkah kegiatan sehingga tidak membutuhkan waktu lama.
2. Penggunaan metode Pelangi Jigsaw dilakukan secara rutin dalam pembelajaran dapat meningkatkan kepercayaan diri, semangat, dan tanggung jawab.
3. Guru harus kreatif dan inovatif menambahkan kegiatan menarik bagi siswa sehingga penggunaan metode Pelangi Jigsaw tidak membosankan.
4. Kelengkapan media pembelajaran sangat membantu dalam penggunaan metode Pelangi Jigsaw.
5. Perlu diadakan penelitian selanjutnya untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode Pelangi Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu.
6. Guru hendaknya dapat memanfaatkan penggunaan media dalam pembelajaran secara optimal.
7. Bagi pimpinan instansi, perlu diadakan kegiatan yang mendorong guru untuk selalu belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: BP. Dharma Bhakti.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Mulyani Sumantri dan Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana.
Patta Bundu. 2006. Penilaian Ketrampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.
Ridwan Abdullah Sani. 2016. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Penyusun KTSP. 2016. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar Negeri 1 Jatiluhur Kecamatan Karanganyar Kabupaten Kebumen. Jawa Tengah.
http://kbbi.web.id/pelangi.Diakses7 Mei 2017