UPAYA MENINGKATKAN SOPAN SANTUN ANAK

MELALUI “TOMAT” (TOLONG, MAAF, TERIMA KASIH)

DI TK MARSUDIRINI SANG TIMUR SALATIGA USIA 5-6 TAHUN

 

Martha Hermina Kudmasa

Lanny Wijayaningsih

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini yaitu, untuk meningkatkan sopan santun pada anak usia dini di TK Marsudirini Sang Timur Salatiga, jenjang TK B1 melalui “TOMAT” (tolong, maaf, terima kasih). Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di TK Marsudirini Sang Timur Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa TK B1 dengan jumlah 20 anak. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan dokumentasi. Dari hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan kemampuan sopan santun anak melalui penggunaan “TOMAT” (tolong, maaf, terima kasih). Pada pra siklus kemampuan sopan santun anak sebesar 5%, pada siklus I pertemuan pertama meningkat menjadi 25%, pada siklus I pertemuan kedua meningkat lagi menjadi 57%. Dan pada siklus II sopan santun anak meningkat menjadi 75%. Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan yang mengalami peningkatan pada setiap pelaksanaan siklus, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan “TOMAT” (tolong, maaf, terima kasih) dapat meningkatkan sopan santun anak di TK Marsudirini Sang Timur Salatiga TK B1.

Kata Kunci: Sopan Santun, pengunaan kata tolong, maaf, terima kasih (tomat)

 

PENDAHULUAN

Perilaku sopan santun merupakan budaya Indonesia yang masih sering dilupakan oleh sebagian orang. Perilaku sopan santun sangat menjunjung tinggi nilai-nilai hormat yaitu menghormati sesama baik itu yang mudah atau yang lebih tua mulai berkurang dalam kehidupan yang serba modern. Hilangnya perilaku sopan santun merupakan salah satu dari penyebab kurang terbentuknya karakter anak. Sebagian orang tua di Indonesia sering melupakan bahwa karakter anak harus dibentuk sejak usia dini, dimana nilai-nilai hormat harus ditanamkan sejak awal. Para orang tua lebih mengkhawatirkan jika anaknya yang berada di jenjang TK belum bisa membaca dan menulis. Orang tua akan mencari jalan agar anaknya bisa membaca dan menulis dengan cara mencari guru les, tetapi orang tua tidak mengkhawatirkan jika karakter anaknya buruk, padahal nilai karakter anak merupakan hal yang penting diperhatikan.

Menurut Suyanto dalam waskitamandiribk.wordpress.com karakter adalah cara berpikir dan berperilaku setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik itu dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter adalah individu yang mampu berperilaku dan bertanggung jawab dalam setiap akibat dari keputusan yang dibuat. Serta Pendidikan karakter adalah suatu penanaman nilai-nilai karakter yang diantaranya terdapat pengetahuan dan kesadaran atau kemauan dalam diri serta tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Salah satu dari nilai-nilai tersebut adalah berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun dengan orang-orang yang berada di sekitar kita (Widyati & Yani, 2010).

Menurut Cowley (2008),perilaku sopan santun adalah bagian dari perilaku diri yang terekspresi dari moral. Sopan santun merupakan ekspresi dari sikap rendah hati dan merupakan sesuatu yang dihasilkan dari hati nurani, yang diekspresikan dalam perilaku dan cara berpikir dalam integritas pribadi dalam konsistensi perilaku. Sopan santun dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, misalnya sopan santun yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak ada tata tertib, individu yang tidak pernah mengenal pentingnya kepribadian, kurangnya pengenalan sikap sopan santun anak oleh orang tua. Sedangkan sopan santun yang baik dapat dipengaruhi oleh latar belakang diri sendiri. seperti pendidikan yang cukup, pembawaan diri yang baik terhadap situasi apapun, dan tutur kata yang baik dan sopan santun dalam berbicara (Direktorat Pembinaan PAUD, 2012) dan menurut Melati (2012) sikap sopan santun dapat diterapkan kepada anak usia dini. Karena dangan sopan santun anak menjadi tahu apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam berbagai kesempatan. Mengajarkan sopan santun harus disesuaikan dengan usia anak, karena sikap sopan santun untuk anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Contoh sederhana yang harus dilakukan saat anak membutuhkan sesuatu anak diminta untuk selalu menggunakan kata “tolong” untuk meminta bantuan kepada orang lain, selain itu pada saat anak membuat kesalahan anak diarahkan untuk meminta maaf, dan bahkan kalau sudah dibantu oleh orang lain anak diminta mengucapkan “terima kasih”. Dengan demikian, hal-hal yang harus dimiliki oleh anak agar memiliki sopan santun dalam berbicara adalah “tolong”, “maaf”, dan “terima kasih”.

“TOMAT” (tolong, maaf, terima kasih)

“TOMAT” Merupakan singkatan dari kata “tolong, maaf, terima kasih”. Pengertian kata “tolong” menurut Anggraini (2017), Kata “tolong” diajarkan agar anak tahu cara menghargai orang lain. Maaf menurut Rachmaniar dalam Anggraini (2017) mengucapkan kata “maaf” ditujukan agar anak memahami jika ia baru saja melakukan kesalahan. “Terima kasih” menurut Anggraini (2017) adalah setelah meminta bantuan kepada orang lain, jangan lupa untuk mengucapkan terima kasih. Kata tersebut diucapkan sebagai bentuk penghargaan karena sudah membantu. Penggunaan “TOMAT” dapat diterapkan pada saat anak sedang belajar dikelas, pada saat anak makan, dan pada saat anak bermain dikelas atau diluar kelas.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada 20 anak di TK Marsudirini Sang Timur Salatiga, jenjang TK B1 menunjukkan bahwa pada saat anak-anak meminta bantuan kepada orang lain seperti guru-guru atau teman sekelasnya, mereka tidak menggunakan kata “tolong”, saat anak-anak membutuhkan sesuatu, misalnya meminta bantuan untuk membuka bekal makanan, mereka terbiasa berkata “buka bekal makananku” dan setelah dibantu membuka, mereka tidak mengucapkan terima kasih, dan tidak terbiasa meminta maaf pada saat melakukan kesalahan, Sebagian besar dari anak-anak tidak menggunakan kata “tolong, maaf, dan terima kasih”.

Dengan demikian berdasarkan permasalahan yang diamati di TK Marsudirini Sang Timur Salatiga, jenjang TK B1, peneliti tertarik untuk menciptakan suatu kegiatan baru yang belum pernah dilakukan di TK Marsudirini Sang Timur Salatiga jenjang TK B1, kegiatan tersebut adalah “TOMAT” untuk mengembangkan sopan santun anak Dengan mempertimbangkan usia anak yang masih kanak-kanak, maka “TOMAT” dipakai untuk meningkatkan sopan santun anak dimulai dari hal-hal kecil, seperti pada saat meminta bantuan dari orang lain anak sebaiknya menggunakan kata “tolong” dan setelah dibantu anak harus menggucapkan “terima kasih” dan ketika anak membuat kesalahan anak sebaiknya meminta “maaf”

METODE

Jenis penelitian adalah adalah penelitian tindakan kelas (PTK). penelitian tindakan kelas menurut Tampubolon (2014) menyatakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh pendidik didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri. Penelitian ini di laksanakan di TK Marsudirini Sang Timur Salatiga, Jenjang TK B1. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Adapun kisi-kisi diambil dari Permendikbud Nomor 137 tahun 2014 Lampiran 1 tentang tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun sebagai berikut:

Tabel 4.1 Kisi-kisi sopan santun melalui “tomat” anak jenjang B1

No

Aspek yang diamati

Ya

Tidak

1

Berperilaku penolong, sopan dan hormat:

a.     Anak mengucapkan kata “tolong” pada saat meminta bantuan.

b.     Anak mengucapkan kata “maaf” pada saat membuat kesalahan.

c.      Anak mengucapkan “terima kasih” pada saat sudah dibantu.

 

 

 2

Bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan diri sendiri:

a.     Anak bersedia untuk menolong temannya yang meminta bantuan

b.     Anak bersedia memaafkan temannya yang membuat kesalahan kepadanya yang sedang meminta maaf

c.      Anak bisa mengatakan kata “iya” pada saat temannya berterima kasih, karena sudah membantu temannya yang meminta bantuan kepadanya.

 

 

 

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukan proses yang memberikan pemaknaan secara kontekstual dan mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian yaitu tentang meningkatkan sopan santun anak usia 5-6 tahun di TK Marsudirini Sang Timur Salatiga, jenjang B1. Data aktivitas anak diperoleh dari hasil observasi dan dianalisis menggunakan rumus:

Hasil observasi dan dianalisis menggunakan rumus: NA= x 100%

Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil belajar siswa setiap siklusnya. Analisis kuantitatif dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

a.     Nilai hasil sopan santun anak dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

b.     Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus:

 

 

Hasil dan Pembahasan

Penelitian tindakan kelas dilakukan di sekolah TK Marsudirini Sang Timur Salatiga yang berlokasi di Jln. Seruni 115 Salatiga. Lokasi sekolah cukup strategis, karena berada dekat dengan lingkungan masyarakat, berada tepat depan jalan raya dan berdekatan dengan sekolah lainnya yaitu sekolah SD. St. Theresia Marsudirini 77. TK Marsudirini Sang Timur Salatiga mempunyai dua kelas TK B yaitu B1 dan B2. Penelitian dilakukan pada kelas TK B1 yang berjumlah 20 anak, terdiri dari 9 laki-laki dan 11 perempuan.

Deskripsi Data Prasiklus

Pada tanggal 08 Oktober 2018, sebelum melakukan siklus 1 untuk anak-anak, peneliti terlebih dahulu mengambil data awal tentang sopan santun di kelas TK B1. Pengambilan data sopan santun anak yaitu dilakukan dengan mengunakan lembar observasi yang telah disusun oleh peneliti. Dan kemudian peneliti melakukan proses mengajar dengan anak yang menggunakan tema tumbuhan dan sub tema buah. kemudian peneliti mengikuti semua aktivitas anak pada saat belajar, bermain dan makan. Dari 20 anak di kelas TK B1 hanya 2 anak yang pada saat membutuhkan bantuan mereka menggunakan kata tolong dan kemudian sudah di bantu mereka mengucapkan terima kasih. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa sopan santun anak mencapai 5%. Dari data di atas dapat dikatakan bahwa status pencapaian untuk 20 anak belum tercapai dikarenakan masih berada dibawah 75%. Berdasarkan hasil diskusi, peneliti membuat beberapa perencanaan untuk mengambil langkah selanjutnya untuk meningkatkan sopan santun anak. Peneliti memutuskan untuk melaksanakan tindakan Siklus I pada 15 Oktober 2018 dan 22 Oktober 2018.

Tindakan siklus I

Tahap-tahap pada penelitian tindakan kelas ini adalah tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Perencanaan tindakan mencakup (1) membuat rencana program pembelajaran harian (RPPH), (2) membuat alat perga (APE), (3) menyusun lembar observasi tentang kegiatan sopan santun anak melalui “TOMAT” berisi aspek-aspek penilaian yang meliputi anak dapat menggunakan kata tolong pada saat meminta bantuan, anak dapat menggunakan kata maaf pada saat membuat kesalahan, anak dapat mengucapkan kata terima kasih pada saat sudah di bantu, anak bersedia membantu temannya pada saat temannya meminta tolong, anak bersedia memafkan temannya pada saat temannya sudah meminta maaf dan anak mengatakan iya atau sama-sama pada saat temannya mengucapkan terima kasih (4) Menyiapkan lembar catatan lapangan yang akan digunakan untuk mencatat setiap data atau kejadian yang terjadi yang tidak tercantum dalam lembar observasi, sehingga penulis dapat memperoleh data secara objektif.

Pertemuan pertama dalam siklus satu dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2018 dengan mengunakan role playing dengan tema pekerjaan dan sub tema pelayan restoran, yang bertujuan untuk meningkatkan sopan santun anak. Adapun beberapa kegiatan yang peneliti lakukan dengan anak-anak pada saat belajar yaitu bernyanyi lagu sopan santun, menonton video empat kata ajaib (permisi, tolong, maaf, terima kasih) dan melakukan kegiatan role playing yang bertema pelayan restoran. Sebelum proses pembelajaran berlangsung peneliti men-setting kelas menjadi sebuah restoran, yang memiliki tempat parkir, tempat kasir, meja beserta nomor meja dan dapur. Adapun alat peraga yang peneliti siapkan untuk anak-anak yaitu plastisin, tusuk sate, celemek, uang mainan, saji, gelas, sedotan, dan alat masak. Dalam melaksanakan kegiatan “TOMAT” peneliti terlibat sebagai fasilitator agar peneliti dapat mengontrol kondisi kelas.

Berdasarkan hasil tindakan siklus I pertemuan pertama terjadi peningkatan tetapi belum memenuhi target keberhasilan yang ditetapkan dikarenakan terdapat banyak kendala yang memicu pelaksanaan tindakan menjadi kurang maksimal sehingga peningkatan yang diharapkan tidak terjadi. Hasil data yang diperoleh ketika pelaksanan tindakan siklus I pertemuan pertama pada peningkatan sopan santun anak melalui “TOMAT” secara keseluruhan terdapat 4 anak yang mampu mengucapkan kata tolong, 8 anak yang mampu menggucapkan kata maaf, 7 anak yang mampu mengucapkan kata terima kasih dan 3 anak yang bersedia menolong teman jika membutuhkan bantuan, 2 anak yang bersedia memafkan temannya jika meminta maaf, kemudian 6 anak yang mengucapkan kata iya atau sama-sama pada saat temannya mengucapkan terima kasih, dan total skor adalah 30 serta presentase keberhasilan mencapai 25%. Berdasarkan pembahasan diatas setelah pelaksanaan tindakan siklus I pertemun pertama dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh belum mencapai indikator yang di tetapkan yaitu 75%. Peningkatan sopan santun anak di TK Marsudirini Sang Timur Salatiga, jenjang B1 melalui “TOMAT” setelah pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama telah meningkat tetapi belum memenuhi target indikator keberhasilan yang ditetapkan. Dengan adanya peningkatan sopan santun anak melalui “TOMAT” yang belum memenuhi target indikator yang ditetapkan maka peneliti melakukan perbaikan tindakan pada siklus I pertemuan kedua yaitu dengan menggunakan “TOMAT” dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut: (1) anak-anak mendengarkan dan menyanyikan lagu sopan santun (tolong, maaf, terima kasih); (2) anak-anak menonton video sopan santun (tolong, maaf, terima kasih); (3) bercerita melalui power point tentang sopan santun (gambar tolong, maaf, terima kasih); dan (4) menulis kata tolong, maaf dan terima kasih kemudian menarik garis sesuai dengan gambar tolong, maaf dan terima kasih. menggunakan bahasa atau kalimat yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh anak, serta media yang digunakan diubah dari tindakan siklus I pertemuan pertama. Selain itu, peneliti juga memotivasi dan memberikan semangat untuk semua anak-anak serta pemberian hadiah berupa reward sebagai apresiasi untuk anak dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik.

Setelah perbaikan tindakan yang dilakukan pada pertemuan kedua siklus I terdapat hasil yang belum memuaskan, dimana meningkatkan sopan santun pada anak di TK Marsudirini Sang Timur Salatiga jenjang B1 melalui “TOMAT” telah meningkat tetapi belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Adapun hasil kemampuan sopan santun anak secara keseluruhan yang diperoleh setelah melaksanakan siklus I pertemuan II adalah 11 anak mengucapkan kata tolong, 11 anak mengucapkan kata maaf, 11 anak atau mengucapkan kata terima kasih, dan 12 anak atau bersedia membantu teman yang meminta bantuan, 12 anak bersedia memaafkan temannya yang meminta maaf, dan 12 anak mengatakan kata iya atau sama-sama pada saat temannya berterima kasih. Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa masing-masing kriteria sopan santun anak meningkat 57% namun belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75%, sehingga di lanjutkan tindakan pada siklus ke II.

 

 

Tindakan siklus II

Pada tahap perencanaan pada siklus II, peneliti melakukan kegiatan perencanaan pelaksanaan pembelajaran. Adapun tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: (1) Menyusun program pembelajaran harian (RPPH) yang menjadi acuan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian, (2) Peneliti mempersiapkan media atau alat peraga yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran (3) Menyusun lembar observasi tentang sopan santun berupa ceklis yang berisi aspek-aspek penilaian yang meliputi anak dapat menggunakan kata tolong pada saat membutuhkan bantuan, meminta maaf pada saat membuat kesalahan, mengucapkan terima kasih sesudah di bantu atau di tolong, bersedia menolong teman yang meminta bantuan, bersedia memaafkan teman yang sudah meminta maaf dan mengatakan iya atau sama-sama pada teman yang sudah mengucapkan terima kasih.

siklus II dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2018 dengan menggunakan tema diriku dan sub tema sopan santun, yang bertujuan untuk meningkatkan sopan santun anak. dalam pembelajarannya terdapat kegiatan sebagai berikut: (1) mendengarkan dan menyanyikan lagu sopan santun (tolong, maaf, terima kasih); (2) nonton video sopan santun (tolong, maaf, terima kasih); (3) anak-anak mencari kata atau tulisan “tolong, Maaf, terima kasih” yang berada didalam kardus atau kotak kemudian menempelkan kata tersebut digambar yang belum memiliki keterangan, setelahnya anak mempraktekan sesuai dengan kata tersebut yang mereka dapat dengan salah satu temannya; dan (4) anak melengkapi kata “tolong, maaf, terima kasih”.

Adapun hasil kemampuan sopan santun anak secara keseluruhan pada siklus II adalah sebagai berikut: 15 anak mengucapkan kata tolong, 15 anak mengucapkan kata maaf, 15 anak mengucapakan terima kasih, dan 15 anak bersedia untuk menolong teman, 15 anak bersedia memaafkan teman, dan 15 anak mengatakan kata iya atau sama-sama pada saat temannya mengucapkan terima kasih, dan persentase keberhasilan mencapai 75%. Dari hasil data yang telah diperoleh dapat dilihat bahwa kemampuan sopan santun anak meningkat dan telah sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Penerapan “TOMAT” pada saat pembelajaran, makan dan bermain didalam kelas atau luar kelas untuk meningkatkan kemampuan sopan santun anak di TK Marsudirini Sang Timur Salatiga, jenjang B1 melalui dua siklus telah berhasil dilakukan dan menunjukan hasil yang memuaskan bagi peneliti, guru kelas dan juga anak-anak. Hal ini sejalan dengan pengertian sopan santun Menurut Melati (2012) sikap sopan santun dapat diterapkan kepada anak usia dini. Karena dangan sopan santun anak menjadi tahu apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam berbagai kesempatan. Mengajarkan sopan santun harus disesuaikan dengan usia anak, karena sikap sopan santun untuk anak sangat berbeda dengan orang dewasa.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa “TOMAT” dapat meningkatkan sopan santun anak di TK Marsudirini Sang Timur Salatiga, jenjang B1. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningakatan sopan santun anak yang telah dicapai, dimana pada saat pra tindakan diperoleh hasil 5%, lalu pada siklus I pertemuan pertama meningkat menjadi 25%, kemudian pada siklus I pertemuan kedua meningkat menjadi 57% dan pada siklus II menjadi 75%. “TOMAT” yang peneliti lakukan untuk meningkatkan kemampuan sopan santun pada anak adalah dilakukan melalui kebiasaan dan hanya bersifat stimulasi.

Adapun beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagi guru “TOMAT” dapat digunakan sebagai salah satu kegiatan untuk meningkatkan kemampuan sopan santun anak. Diharapkan guru lebih kreatif dalam menciptakan pembelajaran untuk anak dan juga menyusun kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan sopan santun anak. Pembelajaran sopan santun untuk anak lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh anak dengan cara menggunakan media pembelajaran yang lebih menarik, dibandingkan hanya berbicara atau ceramah di depan anak karena anak akan bosan dan mungkin cepat melupakan apa yang dipelajari; (2) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat membuat rencana dan media pembelajaran yang lebih menarik lagi untuk kegiatan pembelajaran, selain itu menggunakan kalimat sederhana yang mudah dipahami anak dan menggunakan penjelasan secara singkat dan jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Alfianita, d. (2016, 05 01). Implementasi pendidikan karakter 5s (senyum, salam, sapa, sopan, santun) di sma negeri 3 sidoarjo. Manajemen pendidikan.

Anggraini, s. (2017, 01 27). Perancangan aplikasi buku cerita anak interaktif mengenai etika terimakasih, tolong, maaf, dalam kehidupan sehari-hari untuk anak usia 7-8 tahun. Desain produk industri.

Faridah, fadilla, & halida. (n.d.). Peningkatan perilaku sopan santun pada anak usia 5-6 tahun di taman kanak-kanak pgri ketapang.

Kurniawati, w., marmawi, & desni. (n.d.). Peranan guru dalam menanamkan perilaku sopan santun pada anak usia 5-6 tahun di tk. Pendidikan guru pendidikan anak usia dini.

Lickona, t. (2012). Pendidikan karakter panduan lengkap mendidik siswa menjadi pintar dan baik. Nusamedia.

Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia no 137 tahun 2014 tentang standard nasional pendidikan anak usia dini. (n.d.).

Rachmaniar, a. (2016, oktober 24). Retrieved from http://www.isigood.com/inspirasi/membiasakan-anak-dengan-tiga-kata-sakti/

Saptono, m. (2011). Dimensi-dimensi pendidikan karakter. Jakarta: esensi.

Suyadi. (2013). Buku pembelajaran nilai-nilai karakter. Yogyakarta: remaja rosdakarya.

Suyanto. (n.d.). Urgensi pendidik karakter di indonesia. Jakarta: erlangga.

Tampubolon, s. (2014). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: penerbit erlangga.