PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SPLDV

DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN PTK

BAGI SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 2 NGAWEN

 

Lanjar Widada

Guru Matematika SMP Negeri 2 Ngawen Blora

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi SPLDV (sistem persamaan linier dua variabel), bagi siswa kelas VIII D pada semester I tahun 2015/2016. Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa yaitu melalui penerapan strategi pembelajaran PTK (partisipatif true false dan karya pajangan), dimana dalam kegiatan belajar mengajar dikelas siswa diberi ruang dan waktu yang lebih luas untuk menerima dan memproses materi ajar yang diterimannya, menggunakan daftar pernyataan yang setengah benar dan setengah salah dan setiap karya siswa dipajang diruang kelas. Masing-masing siswa dapat membaca dan memberikan pendapatnya kemudian ditanggapi oleh siswa lain. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2015 di kelas VIII D. Kegiatan pengumpulan data penelitian dengan melakukan tindakan kelas dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 sebanyak dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada pada tanggal 5 sampai dengan tanggal 17 Oktober 2015. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 19 sampai dengan 31 Oktober 2015. Analisa data yang digunakan adalah analisa diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes ulangan harian pada kondisi awal, siklus I dan siklus II. Dari analisa data pada kondisi awal ke siklus I terjadi peningkatan hasil belajar 15,8%. Persentase ketuntasan belajar meningkat 23,3%. Berdasarkan angket menunjukkan 86,7% siswa menyatakan bahwa model pembelajaran seperti ini sangat menyenangkan dan 76,7% siswa menyatakan tertarik jika guru mengajar dengan strategi pembelajaran PTK. Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan hasil belajar 3,3%. Persentase ketuntasan belajar meningkat 10%. Dari kondisi awal ke kondisi akhir (siklus II) terjadi peningkatan hasil belajar 19,7%. Persentase ketuntasan belajar meningkat 33,3%. Dari lembar pengamatan diperoleh data bahwa keaktifan siswa selama proses pembelajaran mengalami peningkatan. Berdasarkan angket menunjukkan 90% siswa menyatakan bahwa model pembelajaran seperti ini sangat menyenangkan dan 93,3% siswa menyatakan tertarik jika guru mengajar dengan strategi pembelajaran PTK.

Kata Kunci: hasil belajar matematika, strategi pembelajaran PTK, keaktifan siswa

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam pembelajaran, setiap guru memiliki tujuan akhir agar setelah proses pembelajaran yang dilaksanakan konsep dapat terkuasai dengan baik serta hasil belajar yang dicapai siswa memuaskan. Namun hal tersebut masih belum dapat dicapai di SMP Negeri 2 Ngawen khususnya kelas VIII D. Berdasarkan hasil refleksi terhadap pembelajaran matematika yang telah dilakukan, banyak siswa yang kurang semangat mengikuti pelajaran, siswa cenderung diam, pasif, dan hanya mendengarkan ceramah guru. Siswa yang aktif mengikuti pelajaran kurang dari 40%. Selain itu ketuntasan belajar siswa pada tiap ulangan harian kurang dari 50%. Hasil ulangan harian kelas VIII D sebelum diadakan penelitian tertinggi 80 terendah 30 dengan rata-rata 57 (Data Ulangan Harian Kondisi Awal). Persentase ketuntasan belajarnya yaitu 36,7% dari nilai KKM 70..

Rendahnya hasil belajar matematika dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah factor guru berhubungan dengan penggunaan model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran yang tepat maupun hal yang berhubungan dengan pengelolaan kelas. Dalam kegiatan belajar mengajar dikelas guru belum menggunakan strategi pembelajaran PTK sehingga pemahaman siswa terhadap mata pelajaran matematika kurang. Guru dalam kegiatan belajar mengajar kurang ada interaksi antara siswa dengan siswa atau antara siswa dengan guru. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah disertai sedikit tanya jawab, memberikan beberapa contoh soal dan kemudian mengerjakan soal latihan. Dengan menerapkan pola semacam ini dalam pembelajaran mengakibatkan aktifitas dan hasil belajar siswa kurang maksimal.

Maka dari itu guru perlu menggunakan strategi mengajar dengan system yang mampu membentuk siswa menjadi aktif, kreatif dan senang untuk belajar matematika. Guru perlu menggunakan media pembelajaran agar siswa lebih tertarik untuk belajar. Dengan demikian guru perlu melakukan dan mengembangkan strategi pembelajaran PTK (partisipatif true false dan karya pajangan), dimana dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk berdiskusi, berinteraksi dengan siswa lain atau berinteraksi dengan gurrunya dengan menggunakan media kartu yang berisi pernyataan yang setengahnya benar dan setengahnya salah serta setiap hasil karya siswa dipajang diruang kelas, supaya siswa termotivasi untuk belajar sehingga hasil belajar matematika dapat meningkat.

Rumusan Masalah

 Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “Bagaimana strategi pembelajaran PTK dapat meningkatkan hasil belajar matematika SPLDV bagi siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Ngawen pada semester I tahun 2015/ 2016?”

Tujuan Penelitian

 Penelitaian tindakan kelas ini mempunyai tujuan: meningkatkan hasil belajar matematika SPLDV melalui strategi pembelajaran PTK bagi siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Ngawen pada semester I tahun 2015/2016.

Manfaat Penelitian

 Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika. Bagi guru, sebagai tambahan alternatif strategi pembelajaran sehingga dapat digunakan sebagai variasi dalam kegiatan belajar mengajar. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai salah satu upaya guna peningkatan kualitas pendidikan. Bagi perpustakaan, dapat dimanfaatkan untuk menambah referensi buku perpustakaan dan untuk tambahan wawasan bagi yang membacanya.

LANDASAN TEORI

Hakekat Matematika

 Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai matematika (Djalinus Syah, 1993: 110). Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari (Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, 2003). Di Indonesia setelah penjajahan Belanda dan Jepang digunakan istilah “ilmu pasti” untuk matematika, dan menimbulkan kesan bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran tentang perhitungan-perhitungan yang memberikan hasil yang “pasti” dan “tunggal”. Padahal hal ini tidak sepenuhnya benar, karena hasil pada matematika dapat saja tidak tunggal dan kemungkinan ketidaktunggalan itu dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran matematika untuk mengaktifkan siswa.

 Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.

 Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian, cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari matematika. Penerapan cara kerja matematika diharapkan dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur dan komunikatif pada siswa.

 Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel.

Hakekat Belajar Matematika

 Mohamad Surya mengatakan: “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan (Tim Pengembangan MKDK, 1989: 3)”.

 Nana Sudjana (1989: 5) berpendapat: “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar”.

 Belajar matematika sebenarnya merupakan suatu kegiatan mental, yaitu proses penyesuaian susunan pengetahuan yang telah ada pada otak siswa, yang digoncangkan oleh masuknya informasi baru. Kegiatan mental tersebut terjadi karena dipicu oleh kegiatan fisik siswa berinteraksi dengan sumber belajar yang memuat berbagai informasi. Dengan demikian untuk dapat belajar matematika secara efektif siswa harus mengalami cukup banyak pengalaman yang sejenis dan cukup waktu untuk mengasimilasikan dan mengakomodasikan. Hal ini dikarenakan dalam belajar matematika penguasaan konsep harus matang sebelum menguasai konsep berikutnya.

SPLDV (Sistem Persamaan Linier Dua Variabel)

 Sistem persamaan linier dua variabel adalah suatu persamaan yang tepat mempunyai dua variabel dan masing-masing variabelnya berpangkat satu. Terdapat tiga metode untuk menentukan penyelesaian dari sistem persamaan linier dua variabel, yaitu: (1) Metode grafik dilakukan dengan membuat grafik persamaan linier yang dimaksud, dengan cara menentukan titik potong grafik dengan sumbu x maupun sumbu y. (2) Metode substitusi dilakukan dengan cara mengganti salah satu variabel dengan variabel lainnya. (3) Metode eliminasi dilakukan dengan menghilangkan salah satu variabel. (Cholik Adinawan Sugijono, 2007:134).

 Maman Abdurahman (2002: 241) berpendapat bahwa sistem persamaan linier dengan dua variabel yaitu ada dua persamaan linier dengan dua peubah yang dicari pengganti-pengganti x dan y yang memenuhi kedua persamaan itu.

Hasil Belajar Matematika SPLDV

 Hasil adalah sesuatu yang diadakan oleh usaha (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995: 343). Sehingga hasil belajar adalah suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam interaksinya antara pengalaman dengan lingkungannya. Hasil belajar yang merupakan perubahan tingkah laku yang telah diperoleh melalui kegiatan belajar secara aktif otomatis akan tersimpan dengan baik dalam ingatan siswa.

 Secara garis besar pembelajaran matematika harus mengacu pada standar kompetensi maupun kompetensi dasar matematika. Standar kompetensi matematika merupakan kompetensi matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan siswa pada hasil belajarnya dalam pelajaran matematika (Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika buku 3, 2005: 7).

 Dengan berdasar uraian di atas, maka hasil belajar matematika adalah suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam interaksinya antara pengalaman dengan lingkungannya berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang telah ditetapkan. Standar Kompetensi dari materi sistem persamaan linier dua variabel adalah memahami sistem persamaan linier dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Sedangkan Kompetensi Dasar yang ingin dicapai adalah: (1) Menyelesaikan sistem persamaan linier dua variabel. (2) Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel. (3) Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel dan penafsirannya (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika SMP kelas VIII, 2006: 152).

 Hasil belajar matematika biasanya dinilai dengan menggunakan tes. Maksud tes yang utama adalah mengukur hasil belajar yang dicapai oleh seseorang yang belajar matematika. Disamping itu tes juga dipergunakan untuk menentukan seberapa jauh pemahaman materi yang telah dipelajari. Karena itu tes dapat digunakan sebagai penilaian diaknostik, formatif, sumatif dan penentuan tingkat pencapaian (Herman Hudoyo, 1988:144).

 Dengan demikian hasil belajar matematika SPLDV (sistem persamaan linier dua variabel) merupakan hasil belajar yang dicapai yakni seberapa jauh pemahaman dan penguasaan materi sistem persamaan linier dua variabel sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai melalui tes ulangan harian. Hasil tes ulangan harian berupa nilai tes dalam bentuk angka untuk penentuan tingkat pencapaian.

Pembelajaran Partisipatif

 Pembelajaran Partisipatif merupakan kegiatan pembelajaran yang menekankan bahwa peserta didik memiliki kebutuhan belajar, memahami teknik-teknik belajar dan berperilaku belajar yang dapat menimbulkan interatif edukatif antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru. Unsur kegiatan pembelajaran ditandai dengan adanya upaya disengaja, terencana dan sistematis yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran partisipatif didasarkan atas prinsip prinsip belajar, yaitu: (1) berangkat dari kebutuhan belajar (learning needs based), (2) berorientasi pada tujuan belajar (goals and objective). (3) belajar berdasarkan pengalaman (experiential learning). (4) berpusat pada peserta didik (participant centered). Prinsip pembelajaran partisipatif adalah bertahap dan berkesinambungan, dengan proses pemberdayaan (empowering process) dan berorientasi ke masa depan (Sudjana, 2001:136).

Metode True False

 Secara umum prosedur pembelajaran metode true false adalah sebagai berikut: (1) Guru menyusun sebuah daftar pernyataan terkait dengan materi pelajaran, yang setengahnya benar dan setengahnya salah. Tulis tiap pernyataan pada kartu indeks yang terpisah. Pastikan jumlah kartunya sesui dengan jumlah siswa yang hadir. Jika siswa yang hadir jumlahnya ganjil, pilih satu untuk guru sendiri. (2) Guru membagikan satu kartu untuk satu siswa. Katakan kepada siswa bahwa misi mereka adalah menentukan kartu mana yang benar (berisi pernyataan yang benar) dan mana yang salah. Mereka boleh mengguanakan metode apapun untuk menyelesaikan tugas. Bila para siswa sudah selesai, perintahkan agar setiap kartu dibaca untuk presentasi dan diminta pendapat siswa yang lain tentang benar atau salahkah pernyataan tersebut. (3). Guru perlu memberikan klarifikasi terhadap hasil presentasi dan tanggapan dari para siswa tersebut (Melvin L. Siberman, 2006: 94).

Karya Pajangan

 Karya pajangan yang dimaksud adalah setiap karya siswa pada mata pelajaran matematika untuk ditempel atau dipajang diruang kelas sebagai pajangan kelas. Pajangan kelas yaitu pameran hasil karya siswa yang ditempelkan ditembok atau diletakkan pada rak, diatas meja atau pada tempat-tempat lain yang dapat menarik dan memberikan rangsangan bagi para siswa untuk belajar. Kelas yang baik memiliki banyak pajangan terutama pajangan hasil karya siswa dan hanya meliputi apa yang sedang dipelajari siswa. Pajangan baru bermanfaat jika berhubungan dengan apa yang sedang dipelajari siswa dan merupakan hasil kerja keras siswa sendiri (Conny Semiawan dkk., 1984:91).

 Kegiatan mendengar, melihat, meraba, mencium dan berbuat merupakan bagian dari belajar. Siswa sering menggunakan terlalu banyak waktu untuk mendengar saja. Pajangan yang baik mendorong para siswa untuk menggunakan mata mereka dan untuk belajar dengan membaca dan memanfaatkan pajangan. Kalau setiap hari siswa melihat pajangan hal itu akan memperkuat proses belajar. Kalau mereka sendiri yang membuat pajangan itu, proses belajar itu lebih terhayati oleh masing-masing siswa (Conny Semiawan dkk., 1984:91).

 Sebaiknya semua hasil pekerjaan siswa itu dipajang, sehingga para siswa yang kurang pandai atau kurang berminat dalam belajar akan tergugah dan bersemangat untuk berprestasi lebih baik, setelah melihat hasil pekerjaan teman lain yang dipajangkan (Conny Semiawan dkk., 1984:93).

Strategi Pembelajaran PTK

 Strategi Pembelajaran PTK (partisipatif true false dan karya pajangan) merupakan strategi pembelajaran dimana dalam kegiatan belajar mengajar dikelas siswa diberi ruang dan waktu yang lebih luas untuk menerima dan memproses materi ajar yang diterimannya, menggunakan daftar pernyataan yang setengah benar setengah salah dan setiap karya siswa ditempel/dipajang diruang kelas dalam bentuk karya pajangan. Masing-masing siswa dapat membaca dan memberikan pendapatnya kemudian ditanggapi oleh siswa lain/guru.

Hipotesis Tindakan

 Melalui strategi pembelajaran PTK dapat meningkatkan hasil belajar matematika SPLDV bagi siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Ngawen pada semester I tahun 2015/2016.

METODOLOGI PENELITIAN

 Penelitian ini dilakukan oleh peneliti selama lima bulan yaitu dari bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2015. Dalam penelitian ini peneliti mengambil subyek penelitian siswa kelas VIII D semester I tahun 2015/2016. Jumlah siswa 30 yang terdiri 18 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan dikelas VIII D dengan alasan rata-rata hasil ulangan harian sebelum penelitian masih sangat rendah.

 Dalam penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes dan teknik observasi. Teknik tes digunakan untuk mengukur kemajuan belajar siswa dalam bentuk nilai hasil belajar. Teknik observasi digunakan untuk merekam aktivitas siswa dalam pembelajaran maupun untuk mengetahui kemajuan proses pembelajaran.

 Alat pengumpulan data meliputi butir soal tes dan lembar observasi. Butir soal tes digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam mengukur hasil belajar matematika setelah dilakukan tindakan. Sedangkan lembar observasi dalam penelitian ini berisikan catatan kejadian selama proses pembelajaran berlangsung.

 Validasi data diperlukan untuk memperoleh data hasil penelitian yang akurat. Dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu data primer yang berupa hasil tes dan data sekunder yang berupa hasil observasi. Validasi butir soal tes dalam penefitian ini berupa penyusunan kisi-kisi butir soal sebelum instrumen atau butir soal tes tersebut disusun. Dengan kisi-kisi butir soal maka materi yang akan dibuat butir soalnya tidak mengumpul. Selain itu, indikator pencapaian kompetensi dasar dan standar kompetensinya menjadi jelas. Dengan demikian butir soal yang disusun mengacu pada kisi-kisi butir soal diharapkan akan menjadi instrumen atau alat pengumpulan data yang valid dan akurat. Untuk memperoleh data atau informasi yang akurat dari sumber data sekunder baik dari data hasil observasi peneliti maupun teman sejawat dilakukan validasi triangulasi.

 Data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Analisis data yang pertama merupakan analisis dari data primer. Sumber data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini diambil dari hasil belajar siswa yang berupa nilai dari tes yang telah dikerjakan siswa. Hasil belajar matematika dianalisis dengan diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai data awal tes antar siklus dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya.

 Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Dalam setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu: perencanaan (planing), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Pada akhir setiap siklus siswa diadakan tes hasil belajar yang berupa tes ulangan harian untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa. Selain itu juga siswa diberi angket dan lembar pengamatan untuk mengetahui sejauh mana perasaan siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran PTK (partisipatif true false dan karya pajangan).

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Kondisi Awal

 Hasil ulangan harian kelas VIII D sebelum diadakan penelitian tertinggi 80 terendah 30 dengan rata-rata 57 (Data Ulangan Harian Kondisi Awal). Prosentase ketuntasan belajarnya yaitu 36,7% dari nilai KKM 70.

Deskripsi Hasil Siklus I

 Setelah tindakan siklus I selesai dilaksanakan maka pada pertemuan berikutnya diadakan tes ulangan harian. Hasil tes ulangan harian siklus I diperoleh nilai tertinggi 90 terendah 30 dan rata-rata 66. Sedangkan prosentase ketuntasan belajar 60% dari nilai KKM 70.

 Berdasarkan hasil angket siswa, 86,7% siswa menyatakan bahwa model pembelajaran seperti ini sangat menyenangkan. 73,3% siswa menyatakan lebih mudah memahami materi dengan cara belajar seperti ini. Selain itu 76,7% siswa tertarik jika guru mengajar dengan strategi pembelajaran PTK seperti ini.

Deskripsi Hasil Siklus II

 Setelah tindakan siklus II selesai dilaksanakan maka pada pertemuan berikutnya diadakan tes ulangan harian. Hasil tes ulangan harian siklus II diperoleh nilai tertinggi 90 terendah 30 dan rata-rata 68,2. Sedangkan prosentase ketuntasan belajar 70% dari nilai KKM 70.

 Berdasarkan hasil angket siswa, 90% siswa menyatakan bahwa model pembelajaran seperti ini sangat menyenangkan. 86,7% siswa menyatakan lebih mudah memahami materi dengan cara belajar seperti ini. Selain itu 93,3% siswa tertarik jika guru mengajar dengan strategi pembelajaran PTK seperti ini. Pembahasan Hasil Penelitian

 Secara keseluruhan dari kondisi awal ke kondisi akhir (siklus II) rata-rata kelas mencapai kenaikan sebesar 19,7% yaitu dari 57 menjadi 68,2. Sedangkan ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan dari kondisi awal ke kondisi akhir (siklus II) mencapai peningkatan sebesar 33,3% yaitu dari 36,7% menjadi 70%. Adapun hasil non tes pengamatan proses belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

 

 

PENUTUP

Simpulan

 Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran PTK (partisipatif true false dan karya pajangan) dapat meningkatkan hasil belajar matematika khususnya materi SPLDV yaitu sebesar 19,7%. Selain itu dapat meningkatkan prosentase ketuntasan belajar yaitu sebesar 33,3%. Adapun hasil non tes pengamatan proses belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

Saran

 Berkaitan dengan simpulan hasil penelitian di atas, maka dikemukakan saran bahwa guru hendaknya menerapkan strategi pembelajaran PTK disesuaikan dengan materi yang diajarkan supaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Selain itu penelitian ini perlu ditindak lanjuti karena hasil dari penelitian ini belum maksimal. Dan juga hendaknya perpustakaan menambah referensi buku-buku penunjang untuk penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Maman. 2002. Intisari Matematika SLTP Kelas 1, 2, 3. Bandung: Pustaka Setia

Adinawan, Cholik. 2007. Matematika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga

Depdiknas. 2006. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Media Pusaka

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Matematika SMP/MTs. Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional

Depdiknas. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Mata Pelajaran Matematika: Buku 3. Jakarta.: Departemen Pendidikan Nasional.

Hudoyo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Mtematika. Jakarta: Bina Media

Junaedi, Dedi. 1999. Penuntun Belajar Matematika untuk SLTP Kelas 2. Bandung: Mizan Pustaka

Kasmadi, Hartono. 1990. Taktik Mengajar. Semarang: IKIP Semarang Press

Semiawan Conny dkk. 1984. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta: Grasindo

L. Siberman, Malvin. 2006. Active Learning (Edisi Terjemahan). Bandung: Nusamedia

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Be/ajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana S. 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Syah, Djalinus. 1993. Kamus Pelajar. Jakarta: Rineka Cipta

Tampomas, Husein. 2005. Matematika 2 untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Yudhistira

Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang. 1989.Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka