Peningkatan Hasil Belajar Dengan Teknik Taksiran Cermat Melalui Metode Latihan
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
DALAM MENENTUKAN AKAR PANGKAT TIGA BILANGAN KUBIK DENGAN TEKNIK TAKSIRAN CERMAT (TTC) MELALUI METODE LATIHAN DI KELAS VI SDK ILI KABUPATEN SIKKA
Martha Septua
Guru di SDK Ili, Sikka-Flores-NTT
ABSTRAKSI
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat mengembangkan bakat, minat, dan keterampilan yang ada pada dirinya. Peningkatan proses pembelajaran berkaitan dengan cara guru meramu dan menerapkan teknik-teknik pembelajaran yang memudahkan peserta didik untuk belajar dan mencintai semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran Matematika. Berdasarkan pengalaman mengajar di kelas VI SDK Ili, ditemukan bahwa masih terdapat banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Matematika, khususnya materi akar pangkat tiga bilangan kubik. Hal ini disebabkan sebagian peserta didik masih belum menguasai konsep-konsep matematika seperti perkalian dan perpangkatan dan juga dalam menyajikan materi, guru hanya mengacu pada teknik dan cara yang terdapat dalam buku sumber yang ada. Oleh karena itu, peneliti berinovasi dengan menerapkan TTC melalui metode latihan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. TTC merupakan suatu cara alternatif yang dikembangkan peneliti untuk memudahkan peserta didik dalam pembelajaran Matematika, khususnya materi akar pangkat tiga bilangan kubik. Pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Dengan setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis data, pada siklus I hasil observasi aktivitas guru berada pada kategori Baik dengan rata-rata nilai 84,45%. Sedangkan pada siklus II hasil observasi aktivitas guru menunjukkan adanya peningkatan dengan nilai 93,83% (Sangat baik). Peningkatan ini dipengaruhi oleh penggunaan TTC melaui metode latiihan, dimana pada siklus I merupakan hal yang baru bagi guru maupun peserta didik sehingga guru kurang menguasai penerapan TTC dalam proses pembelajaran. Hasil evaluasi akhir siklus I menunjukkan daya serap peserta didik berdasarkan hasil evaluasi hasil belajar peserta didik adalah 75,78% dan daya serap ketuntasan belajar klasikal peserta didik adalah 72,22%. Sementara hasil evaluasi akhir siklus II menunjukkan daya serap peserta didik berdasarkan hasil evaluasi hasil belajar peserta didik adalah 89,51% dan daya serap ketuntasan belajar klasikal peserta didik adalah 94,44%. Dengan demikian pembelajaran menggunakan TTC melalui metode latihan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika.
Kata Kunci: Hasil Belajar Peserta Didik, Akar Pangkat Tiga Bilangan Kubik, Teknik Taksiran Cermat (TTC), Metode Latihan.
PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sesuai amanat yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar (UUD) 1945 alinea ke-IV, sangat jelas diatur tentang tujuan negara Indonesia, di antaranya berupaya “mencerdaskan kehidupan bangsaâ€. Upaya pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa secara nyata dengan membangun sekolah-sekolah di seluruh pelosok tanah air dan menerapkan sistem pendidikan yang mumpuni. Dengan bersekolah kemajuan bangsa Indonesia bisa teruji dan dapat menguasai dunia. Dengan pendidikan pula seseorang dapat mengembangkan bakat, minat dan ketrampilan yang ada dalam dirinya.
Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Untuk itu, guru mempunyai peran penting dalam peningkatan sumber daya manusia tersebut. Efektifitas pembelajaran oleh guru yang profesional adalah faktor utama dalam peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan proses pembelajaran berkaitan erat dengan bagaimana cara guru meramu atau menciptakan teknik-teknik pembelajaran yang memudahkan siswa untuk belajar dan mencintai semua mata pelajaran, termasuk dalam penerapan mata pelajaran Matematika.
Pembelajaran Matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual peserta didik dibimbing secara bertahap untuk menguasai konsep Matematika. Sejalan dengan itu, Muhsetyo, dkk (2011:1.6) menyatakan bahwa, “dalam proses pembelajaran Matematika pendidik perlu menyadari bahwa pembelajaran dengan latihan dan pengerjaan (drill and practice instruction) akan membuat peserta didik terbiasa terhadap penerapan konsep sehingga konsep-konsep itu akan dipahami dan tertanam dengan baik dalam pikiran peserta didikâ€.
Berdasarkan pengalaman mengajar di kelas VI SDK Ili, ditemukan bahwa masih terdapat banyak peseerta didik yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Matematika, khususnya akar pangkat tiga bilangan kubik. Berdasarkan hasil belajar siswa diketahui bahwa yang mencapai ketuntasan yaitu 3 orang (27,27%) dan peserta didik yang tidak mencapai ketuntasan sesuai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu sebanyak 8 orang (72,72%). Adapun KKM matematika yaitu 65. Hal ini disebabkan sebagian peserta didik masih belum menghafal perkalian dan perpangkatan. Selain peserta didik, dalam menyajikan materi akar pangkat tiga, guru hanya mengacu pada teknik dan cara yang terdapat dalam buku sumber yang ada. Guru tidak berinovasi untuk menerapkan teknik pembelajaran yang mampu mempercepat dan memudahkan siswa dalam menentukan hasil akar pangkat tiga bilangan kubik.
Tugas seorang guru bukan hanya sekedar menyampaikan pembelajaran akan tetapi seorang guru yang profesional dituntut harus mempunyai kemampuan agar dapat menciptakan suasana pembelajaran siswa yang kondusif, meguasai materi pembelajaran Matematika, memahami bagaimana anak-anak belajar, dan mempunyai kepribadian yang dinamis dalam membuat keputusan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Mengajar yang sukses tidak hanya dilakukan dengan satu cara atau pola tertentu tetapi harus menggunakan berbagai cara.
Tuntutan terhadap kreativitas dan inovasi guru dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif tidak lepas dari upaya mengaplikasikan tujuan Pendidikan Nasional. Menurut Undang Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 4 Bab II tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi: “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap serta mandiri, dan merasa tanggung jawab kebangsaan dan kemasyarakatan.â€
Oleh karena itu untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik , peneliti menerapkan teknik pembelajaran yang memudahkan peserta didik dalam menentukan akar pangkat tiga bilangan kubik yaitu Teknik Taksiran Cermat (TTC) melalui metode latihan. TTC adalah metode atau cara mengerjakan soal-soal melalui hitungan kasar dengan teliti. Metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan, dengan demikian peserta didik terbiasa terhadap penerapan konsep sehingga konsep-konsep itu tertanam dengan baik dalam pikiran peserta didik.
RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan di atas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan TTC melalui metode latihan dalam pembelajaran akar pangkat tiga bilangan kubik pada peserta didik kelas VI di SDK Ili; (2) Bagaimana hasil belajar setelah penerapan TTC melalui metode latihan dalam pembelajaran akar pangkat tiga bilangan kubik pada peserta didik kelas VI di SDK Ili. Dengan rumusan masalah ini, maka penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk dapat mengetahui penerapan TTC melalui metode latihan dalam pembelajaran akar pangkat tiga bilangan kubik pada peserta didik kelas VI di SDK Ili; dan (2) Untuk dapat mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dalam menyelesaikan soal tentang akar pangkat tiga bilangan kubik setelah diterapkan TTC melalui metode latihan pada peserta didik kelas VI di SDK Ili.
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
Belajar dan Hasil Belajar
Belajar merupakan proses penting dalam perubahan perilaku manusia. Sutikno (dalam Fathurrohman, 2010:5) mengartikan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan yang baru sebagai hasil interaksi dengan lingkungannyaâ€. Jadi perubahan perilaku adalah hasil belajar. Artinya seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Dengan kata lain, seorang anak dikatakan belajar, jika ada hasil atau prestasi yang diperolehnya atau ada perubahan tingkah laku. Sifat perubahan perilaku dalam belajar menurut Kimble & Garmezy (dalam Sumiati, 2009:38) relatif bersifat permanen. Dengan demikian hasil belajar dapat diidentifikasi dari adanya kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama. Kita dapat membedakan antara perubahan perilaku hasil belajar dengan yang terjadi secara kebetulan. Orang yang secara kebetulan dapat melakukan sesuatu, tentu tidak dapat mengulangi perbuatan itu dengan hasil yang sama. Sedangkan orang yang dapat melakukan sesuatu karena hasil belajar dapat melakukannya secara berulang-ulang dengan hasil yang sama.
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dimiliki siswa sebagai akibat kegiatan belajar yang dilakukannya (Juliah dalam Jihad dan Haris, 2013:15). Menurut Hamalik (dalam Jihad dan Haris, 2013:15), “hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitasâ€. Setelah melalui proses belajar maka siswa diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut sebagai hasil belajar yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah mencapai proses belajar. Sedangkan menurut Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2010:201):
“Hasil belajar dikategorikan ke dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif, terdiri dari enam jenis perilaku (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi), ranah afektif terdiri dari lima jenis perilaku (penerimaan, sambutan, penilaian, organisasi, karakterisasi) dan ranah psikomotor terdiri dari tujuh perilaku (persepsi, persiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas).â€
Untuk mencapai hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar peserta didik tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar peserta didik mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
Teknik Taksiran Cermat
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Taksiran Cermat (TTC). TTC merupakan teknik menentukan akar pangkat tiga bilangan kubik, yang dikembangkan peneliti di kelas VI SDK Ili, sebagai cara alternatif untuk membantu mempermudah peserta didik menentukan hasil akar pangkat tiga bilangan kubik dalam waktu singkat dengan cepat dan tepat. Berdasarkan pengalaman, anak sulit menentukan akar pangkat tiga bilangan kubik dengan cara faktorisasi prima seperti yang ada dalam buku paket siswa, apalagi dengan menggunakan bilangan yang besar. Maka TTC merupakan salah satu alternatif penyelesaiannya. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, teknik adalah metode atau sistem mengerjakan sesuatu. Taksiran adalah hitungan kasar. Cermat adalah teliti. Jadi, yang dimaksudkan dengan TTC adalah metode atau sistem mengerjakan soal-soal akar pangkat tiga bilangan kubik melalui hitungan kasar dengan teliti.
Metode Latihan
Metode merupakan cara untuk mengantarkan bahan pelajaran dalam upaya mencapai tujuan. Oleh karena itu, bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru harus tepat dalam memilih metode mengajar. Berdasarkan uraian di atas, maka metode yang cocok untuk mengimplementasikan cara menentukan akar pangkat tiga bilangan kubik dengan TTC adalah metode latihan (Sagala, 2013:217-218). Metode latihan (drill) atau metode training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan ketrampilan. Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang dipelajari. Sejalan dengan itu, Muhsetyo, dkk (2011:1.6) menyatakan bahwa, “dalam proses pembelajaran matematika, pendidik perlu menyadari bahwa pembelajaran dengan latihan dan pengerjaan (drill and practice instruction) akan membuat peserta didik terbiasa terhadap penerapan konsep sehingga konsep-konsep itu akan dipahami dan tertanam dengan baik dalam pikiran peserta didikâ€.
Metode latihan mempunyai kelebihan, antara lain: (1) pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan mempergunakan metode ini akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan, (2) pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak konsentrasi dalam pelaksanaannya, dan (3) pembentukan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit menjadi otomatis.
Adapun kelemahan-kelemahan metode ini antara lain: (1) metode ini dapat menghambat bakat dan inisiatif murid, karena murid lebih banyak dibawa kepada konformitasi dan diarahkan kepada uniformitas; (2) kadang-kadang latihan yang dilaksanakan berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan; (3) membentuk kebiasaan yang kaku, karena murid lebih banyak ditujukan untuk mendapatkan kecakapan memberikan respons secara otomatis, tanpa menggunakan intelegensia; dan (4) dapat memberikan verbalisme karena murid-murid lebih banyak dilatih menghafal soal-soal dan menjawabnya secara otomatis.
Ada bermacam-macam usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode ini yaitu antara lain: (1) latihan hanya untuk bahan yang atau tindakan yang bersifat otomatis; (2) latihan harus memiliki arti yang luas, karenanya: (a) jelaskan lebih dahulu tujuan latihan tersebut; (b) agar murid dapat memahami manfaat latihan itu bagi kehidupan siswa; dan (c) murid perlu mempunyai sikap bahwa latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar; (3) masa latihan relatif harus singkat, tetapi harus sering dilakukan pada waktu-waktu tertentu; (4) latihan harus menarik, gembira dan tidak membosankan.
Materi Akar Pangkat Tiga
Operasi perpangkatan adalah perkalian berulang dengan unsur yang sama. Hal ini berlaku juga pada bilangan berpangkat tiga. Bilangan pangkat tiga adalah bilangan yang diperoleh dari perkalian suatu bilangan “tiga kali berturut-turutâ€. Bilangan yang merupakan hasil pangkat tiga dari suatu bilangan disebut bilangan kubik. Jadi, m3 = m x m x m, dibaca m pangkat tiga.
Jika m = 2, maka 23 = 2 x 2 x 2 = 8. Pada bilangan 23, angka 2 adalah bilangan pokok, angka 3 adalah pangkat dan angka 8 adalah bilangan hasil. Kebalikan dari pangkat tiga yaitu akar pangkat tiga. Lambang dari akar pangkat tiga yaitu
Contoh: = 2, dibaca akar pangkat tiga dari 8 adalah 2.
a3 = b, sama artinya dengan = a
Ada banyak cara untuk menentukan hasil akar pangkat tiga bilangan kubik. Disini, peneliti hanya membahas cara menentukan hasil akar pangkat tiga bilangan kubik dari 0-1.000.000 dengan TTC. TTC merupakan cara alternatif untuk memudahkan peserta didik menentukan hasil akar pangkat tiga secara cepat dan tepat. Untuk itu pertama anak harus menghafal bilangan kubik dasar dan bilangan akar pangkat tiga.
Kerangka Konsep
Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan daya pikir manusia. Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan konsep masalah yang sesuai dengan situasi. Dalam mempelajari matematika, siswa perlu menghubungkan suatu konsep matematika dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki.
Masalah hasil belajar, menjadi masalah yang cukup penting dalam proses belajar mengajar. Karena hasil belajar dijadikan tolok ukur indikator keberhasilan suatu proses belajar. Dalam mencapai hasil belajar yang optimal, banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Untuk meningkatkan hasil belajar tersebut banyak cara dan teknik yang dapat digunakan. Dalam penelitian ini dipilih teknik taksiran cermat. Bahwa pengunaan TTC dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi akar pangkat tiga bilangan kubik.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Classroom Action Research adalah action research yang dilakukan di kelas. Model penelitian yang digunakan adalah model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Menurut Arikunto (dalam Suyadi, 2013:17-18), menjelaskan pengertian PTK secara lebih sistematis, sebagai berikut:
a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati.
b. Tindakan adalah gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu. Dalam PTK, gerakan ini dikenal dengan siklus-siklus kegiatan untuk peserta didik.
c. Kelas adalah tempat dimana terdapat sekelompok peserta didik yang dalam waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang sama.
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa “PTK adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaanâ€. Dalam penelitian ini menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil pembelajaran yang diiginkan dapat tercapai. Menurut Kurt Lewin, terdapat empat langkah dalam melakukan PTK yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Lokasi dan Subyek Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SDK Ili, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka. Pertimbangan peneliti memilih tempat di SDK Ili karena peneliti menemukan masalah dalam pembelajaran Matematika, khususnya pada materi akar pangkat tiga bilangan kubik dimana hasil belajar peserta didik sangat rendah. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2017. Dalam rentang waktu selama 3 bulan, peneliti mengadakan persiapan-persiapan menyusun instrument, mengadakan pelaksanaan penelitian dengan mengadakan pembelajaran disertai observasi dan mengadakan refleksi.
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas VI SDK Ili, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka yang berjumlah 11 orang, dengan jumlah peserta didik laki-laki sebanyak 5 orang dan peserta didik perempuan sebanyak 6 orang.
Pengumpulan Data dan Anlisis Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui Tes, Observasi dan Dokumentasi. Sedangkan analisis data secara kualitatif terhadap hasil observasi aktivitas guru dan siswa dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:
Persentase Nilai rata-rata:
PNR = x 100%
dengan kriteria penilaian dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 1. Kriteria Taraf Keberhasilan
SKOR |
KATEGORI |
85% < NR 100% |
Sangat Baik (A) |
75% < NR 84% |
Baik (B) |
65% < NR 74% |
Cukup (C) |
50% < NR 64% |
Kurang (K) |
0% < NR 49% |
Sangat Kurang (D) |
Sumber: Suhendra, dkk; dalam Sutarno, 2014
Tindakan dianggap berhasil jika persentase aktivitas kategori minimal baik.
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data kuantitatif untuk menentukan persentase ketuntasan belajar siswa menurut Sugiyono (dalam Suhendro, dkk. 121), yaitu: (1) Daya Serap Individu dan (2) Ketuntasan belajar secara klasikal. Adapun Daya Serap Individu dapat diketahui dengan rumus Daya Serap Individual = x 100%; dengan asumsi bahwa suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara individu jika persentase daya serap individu sekurang-kurangnya 65%. Kriteria daya serap individu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Kriteria Daya Serap Siswa
SKOR |
KATEGORI |
65-100 |
Tuntas |
< 65 |
Tidak tuntas |
Sedangkan perhitungan hasil belajar siswa secara klasikal menggunakan rumus berikut:
Ketuntasan Belajar Klasikal = x 100%, dengan asumsi bahwa suatu kelas dikatakan tuntas belajar klasikal, jika persentase klasikal yang dicapai 75%. Kriteria ketuntasan belajar klasikal dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal
SKOR |
KATEGORI |
75-100 |
Tuntas |
< 75 |
Tidak Tuntas |
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis data, pada siklus I hasil observasi aktivitas guru berada pada kategori Baik dengan rata-rata nilai 84,45%. Sedangkan pada siklus II hasil observasi aktivitas guru menunjukkan adanya peningkatan dengan nilai 93,83% (Sangat baik). Peningkatan ini dipengaruhi oleh penggunaan TTC melaui metode latiihan, dimana pada siklus I merupakan hal yang baru bagi guru maupun peserta didik sehingga guru kurang menguasai penerapan TTC dalam proses pembelajaran. Selain guru, peserta didik juga mengalami kesulitan dari penggunaan TTC ini. Peserta didik belum sepenuhnya menguasai langkah-langkah menentukan hasil akar pangkat tiga bilangan kubik dengan TTC. Berbeda dengan aktivitas guru dan peserta didik pada siklus II. Guru dan peserta didik sama-sama telah menguasai langkah-langkah dalam TTC. Selain itu guru juga telah memberikan bimbingan yang lebih maksimal dengan penambahan latihan-latihan.
Hal ini sejalan dengan pendapatnya Muhsetyo, dkk (2011:16) yang menyatakan bahwa, “dalam proses pembelajaran matematika, pendidik perlu menyadari bahwa pembelajaran dengan latihan dan pengerjaan (drill and practice instruction) akan membuat peserta didik terbiasa terhadap penerapan konsep sehingga konsep-konsep itu akan dipahami dan tertanam baik dalam pikiran peserta didikâ€. Selain itu Sagala (2913:217-218) menambahkan bahwa, “metode latihan (drill) merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang dipelajarinyaâ€.
TTC dengan metode latihan juga berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar ini didukung dengan adanya peningkatan nilai peserta didik dari setiap siklus baik daya serap individu dan ketuntasan belajar klasikal. Hasil evaluasi akhir siklus I menunjukkan daya serap peserta didik berdasarkan hasil evaluasi hasil belajar peserta didik adalah 75,78% dan daya serap ketuntasan belajar klasikal peserta didik adalah 72,22%. Sementara hasil evaluasi akhir siklus II menunjukkan daya serap peserta didik berdasarkan hasil evaluasi hasil belajar peserta didik adalah 89,51% dan daya serap ketuntasan belajar klasikal peserta didik adalah 94,44%.
Peningkatan ini dipengaruhi oleh penggunaan TTC melalui metode latihan, dimana pada siklus I merupakan hal yang baru bagi guru maupun peserta didik sehingga guru kurang menguasai penerapan TTC dalam proses pembelajaran. Selain guru, peserta didik juga mengalami kesulitan dari penggunaan TTC ini. Peserta didik belum sepenuhnya menguasai langkah-langkah menentukan hasil akar pangkat tiga bilangan kubik dengan TTC. Juga peserta didik kurang menguasai perkalian. Berbeda dengan aktivitas guru dan peserta didik pada siklus II. Guru dan peserta didik sama-sama telah menguasai langkah-langkah dalam TTC. Selain itu guru juga telah memberikan bimbingan yang lebih maksimal dengan penambahan latihan-latihan, baik dikerjakan secara induvidu maupun dalam kelompok.
Hal ini sejalan dengan pendapatnya Rahman dan Amri (2014: 31-33), menyatakan bahwa hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik adalah faktor fisiologis, baik yang bersifat bawaan atau yang diperoleh dengan mendengar, melihat dan malalui latihan. Latihan biasanya berlangsung dengan cara mengulang-ulang suatu konsep sehingga terbentuk kemampuan atau kecakapan yang diharapkan. Dengan demikian kecakapan yang diharapkan dimiliki peserta didik dapat benar-benar dimiliki. Selain itu faktor eksternal juga dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik, adalah faktor lingkungan diantaranya lingkungan sekolah dalam hal ini penggunaan metode pembelajaran. Apabila guru menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran maka hasil belajar peserta didik akan meningkat. Hal ini terbukti dari hasil yang diperoleh peserta didik setelah guru menerapkan pembelajaran menggunakan TTC melalui metode latihan untuk materi akar pangkat tiga bilangan kubik menunjukkan bahwa hasil evaluasi yang diperoleh peserta didik baik ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik mengalami peningkatan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik kelas VI SDK Ili, Kabupaten Sikka pada materi akar pangkat tiga bilangan kubik dengan menggunakan TTC melalui metode latihan mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar peserta didik pada setiap siklusnya. Dari hasil evaluasi ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata ketuntasan belajar klasikal dan daya serap individu setiap peserta didik meningkat pada setiap siklusnya.
Peningkatan hasil belajar tersebut juga didukung dengan adanya aktivitas guru dan aktivitas peserta didik. Aktivitas guru dalam pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan pada setiap siklusnya. Sedangkan observasi terhadap keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran juga mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari persentase dari semua aspek meningkat pada tiap siklusnya.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti mempunyai beberapa saran sebagai berikut: (1) Bagi sekolah; sebaiknya Kepala Sekolah memberikan motivasi kepada gurunya, agar selalu berinovasi dan kreatif dalam menerapkan teknik-teknik baru dalam pembelajaran dengan demikian dapat memudahkan peserta didik untuk belajar; (2) Bagi guru; sebaiknya lebih berinovasi dalam menyajikan pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dengan menerapkan teknik-teknik baru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, guru sebaiknya memberikan penekanan terhadap konsep-konsep pembelajaran dengan selalu memberikan latihan kepada peserta didik sehingga memperoleh suatu ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang dipelajarinya, dan guru sebaiknya memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai karakteristik materi yang akan diajarkan; (3) Bagi peserta didik; sebaiknya peserta didik harus menguasai perkalian-perkalian dasar dengan terus berlatih agar dapat memiliki ketangkasan sehingga memudahkan untuk mempelajari materi berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Mudjiono. Belajar & Pembelajaran. Cetakan Keempat. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Edisi 1. Bandung: PT Refika Aditama, 2010.
Jihad, Asep dan Haris, Abdul. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo, 2012
Muhsetyo, Gatot dkk. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka, 2011.
Rahman, Muhammat dan Amri, Sofan. Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessmet, Saatisfaction) Terintegratif Dalam Teori dan Praktik Untuk Menunjang Penerapan Kurikulum 2013. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2014.
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Mengajar. Cetakan 11. Bandung: Alfabeta, 2013.
Suhendra, dkk, 2015. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA (Bagian-Bagian Tumbuhan) dengan Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Kelas IV SDK Padat Karya. Jurnal Universitas Tadulako, Vol. 4 No.5, hal.121-122.
Sumiati, Asra, Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima, 2009.
Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan XI. Jogjakarta: Diva Press, 2013.