PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

 

Samadi

SD Negeri Gedangan Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang

 

ABSTRAK

Pembelajaran matematika di kelas VI SD N Gedangan, guru masih menggunakan pembelajaran konvensional. Kualitas dan proses pembelajaran masih rendah. Guru hanya mengembangkan pembelajaran individual, siswa bekerja sendiri-sendiri dalam menyelesaikan tugas belajarnya. Hasil tes untuk Kompetensi Dasar Operasi Perkalian Pecahan dari 21 siswa rata-ratanya 54,76. 19 siswa (85,7%) mendapat nilai di bawah KKM yaitu 70.Untuk membahas permasalahan di atas dilakukan penelitian tindakan kelas berjudul “Meningkatkan Pembelajaran Matematika Pada Operasi Perkalian Pecahan Melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD)Kelas VI SD Negeri Gedangan Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2015/2016” Permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini yaitu, Apakah aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran operasi perkalian pecahan kelas VI SD Negeri Gedangan Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang dapat meningkat setelah diterapkannya model pembelajaran cooperative learning tipe STAD? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi aktivitas siswa, dan meningkatkan hasil belajar matematika dengan model cooperative learning tipe STAD. Penelitian dilakukan di kelas VI SD Negeri Gedangan Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Penelitian ini dilaksanakan tiga siklus, setiap siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan tes dan nontes. Data non tes dianalisis menggunakan deskripsi kualitatif, sedangkan data tes dianalisis dengan menggunakan teknik kuantitatif.Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kinerja guru, hal ini dapat dilihat pada hasil observasi dengan perolehan skor 67dengan kriteria baik pada siklus I dan perolehan skor 73 dengan kriteria amat baik pada siklus II dan perolehan skor 80 pada siklus III dengan kategori amat baik. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada hasil tes dengan nilai rata-rata 61 pada tes awal, 66 pada siklus I, dan 70,5 pada siklus II dan 76,2 pada siklus III. Ketuntasan belajar individu sebesar 14% pada tes awal, 57% pada siklus I, 71% pada siklus II dan 90,50% pada siklus III dengan nilai ≥ 70.Simpulan dalam penelitian ini adalah (1) Aktivitas siswa meningkat dengan kriteria amat baik (2) Hasil belajar siswa meningkat dengan nilai rata-rata kelas 76,2 pada akhir penelitaian, ketuntasan belajar klasikal sebesar 90,50% dengan nilai ≥ 70.Saran penelitian kepada guru untuk dapat menerapkan pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) sebagai alternatif dalam memecahkan masalah pembelajaran di kelas yang menjadi tanggungjawabnya.

Kata kunci: Student Teams Achievement Division (STAD) dan Hasil Belajar

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Permendiknas RI No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (Depdiknas, 2006) menjelaskan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Hasil identifikasi guru mata pelajaran matematika mengenai ondisi pembelajaran matematika kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Gedangan Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang, menunjukkan bahwa (1) Pembelajaran matematika masih berpusat pada guru (teacher centered). (2) Guru kurang mendorong siswa untuk menemukan sendiri (inkuiri) dalam menyelesaikan suatu masalah, mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan kelas yang kondusif dan kompetitif. (3) Guru kurang mengembangkan bahan pembelajaran yang mengangkat permasalahan keseharian. (4) Guru hanya mengembangkan pembelajaran individual, siswa bekerja sendiri-sendiri dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. (5) Guru kurang mengembangkan model pembelajaran kooperatif.

Dalam pembelajaran matematika yang masih berpusat pada guru (teacher centered) sebagian besar siswa tidak merasa tertarik dengan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, diantara mereka banyak yang berbicara tanpa arah, bermain-main, suasana belajarnya gaduh tidak terkendali. Siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan guru hanya sebagian kecil saja. Mereka cepat merasa bosan dan takut dengan pembelajaran matematika.

Pada pembelajaran matematika kelas VI SD Negeri Gedangan Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang bulan Januari 2016 diketahui bahwa siswa kelas VI mempunyai kesulitan dalam mempelajari operasi perkalian pecahan. Hasil tes belajar untuk Kompetensi Dasar Operasi perkalian pecahan dari 21 siswa, menunjukkan 5 siswa mendapat nilai 40 (23,8% ), 8 siswa mendapat nilai 50 (38%), 5 siswa mendapat nilai 60 (23,8%), 3 siswa mendapat nilai ≥70 (14,3%). Rata-rata 54,76 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran matematika kelas VI KTSP SD Negeri Gedangan Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang adalah 70.

Di dalam mempelajari operasi perkalian pecahan walaupun siswa sudah dijelaskan ternyata masih banyak yang belum memahami dengan benar konsep operasi perkalian pecahan. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami konsep operasi perkalian pecahan diduga disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama ada kemungkinan model pembelajaran yang digunakan guru belum tepat. Kedua dari faktor murid, bahwa siswa kelas VI sekolah dasar masih belum dapat berpikir abstrak sehingga belajar operasi perkalian pecahan tanpa alat peraga atau media manipulatif akan mengalami kesulitan, hal ini berkaitan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa kelas VI. Anak pada usia itu masih belum dapat berpikir abstrak. Oleh karena itu dalam pembelajaran operasi perkalian pecahan guru harus menggunakan benda-benda kongkrit.

Kesulitan siswa dalam mempelajari operasi perkalian pecahan jika dibiarkan berlarut-larut akan berdampak buruk bagi pembelajaran selanjutnya. Pembelajaran operasi pembagian pecahan mempersyaratkan pesrta didik untuk mengusai operasi perkalian pecahan.

Demikian halnya dalam pembelajaran statistik, hitung keuangan, geometri, dan pengukuran (pengukuran panjang, pengukuran luas, pengukuran isi, pengukuran berat, pengukuran waktu, pengukuran jarak, dan pengukuran berskala) yang ada hubungan dengan operasi perkalian pecahan akan lebih mudah bila siswa menguasai konsep operasi perkalian pecahan.

Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam operasi perkalian pecahan, diperlukan adanya upaya guru dalam menggunakan model dan media pembelajaran yang dapat memberdayakan siswa. Guru dituntut untuk menggunakan metode yang bervariasi tidak hanya ceramah saja, tetapi juga menggunakan metode-metode lainnya seperti metode pembelajaran yang lebih menekankan pada pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Selain itu juga guru dituntut untuk menggunakan media pembelajaran yang kongkrit.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran operasi perkalian pecahan adalah dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams-Achievement Division (STAD). Pembelajaran cooperative learning tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dari Universitas John Hopkin USA. STAD merupakan pembelajaran cooperative learning tipe yang paling sederhana. Esensial dari cooperative learning tipe STAD adalah adanya kerjasama anggota kelompok dan kompetisi antar kelompok.

Rumusan Masalah

Menurut latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran operasi perkalian pecahan kelas VI SD Negeri Gedangan Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang dapat meningkat setelah diterapkannya model pembelajaran cooperative learning tipe STAD?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: Untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian pecahan dengan model cooperative learning tipe STAD kelas VI SD Negeri Gedangan Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.

LANDASAN TEORI

Student Teams-Achievment Division (STAD).

Model STAD (Student Teams Achievement Divisions) ini merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti dan juga sangat mudah diadaptasi, (Rusman, 2012).

Dalam menerapkan model pembelajaran tipe STAD ini guru harus memperhatikan gambaran secara baik tentang langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD, agar tujuan yang dinginkan dapat tercapai. Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut (Rusman, 2012): a) Penyampaian tujuan dan motivasi, b) Pembagian kelompok, c) Presentasi dari guru, e) Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim), h) Kuis (evaluasi), i) Penghargaan prestasi tim, j) Menghitung skor individu, k) Menghitung skor kelompok.

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang melalui proses belajar, sedangkan perubahan tersebut harus dapat digunakan untukmeningkatkan penampilan diri dalam kehidupan (Sudjana, 1999). Hasil belajar yang diharapkan saat ini meliputi tiga aspek kehidupan yaitu: 1) Aspek kognitif meliputi tingkatan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan evaluasi penilaian. 2) Aspek afektif meliputi memberi respon, memberi nilai/menikmati, dan menerapkan atau mempraktekkan. 3) Aspek psikomotorik, pada aspek ini siswa dapat mempersepsikan, membuat, menyesuaikan pola gerak dan menciptakan gerak-gerik baru.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Rancangan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart. Dalam satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).

a.     Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini peneliti membuat perencanaan sebagai berikut: a) Menelaah materi pembelajaran, b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), c) Menyiapkan alat peraga yang akan digunakan, d) Menyiapkan Lembar Kerja, e) Menyiapkan Lembar Evaluasi dan f) Menyiapkan Lembar Observasi.

b.     Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan dengan melaksanakan perencanaanyang telah dibuat sebelumnya yakni melaksanakan pembelajaran dengan penerapan model cooperative learning tipe STAD. Pelaksanaan tindakan penelitian ini direncanakan dalam tiga siklus. Siklus pertama dilaksanakan pembelajaran operasi perkalian pecahan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siklus kedua dilaksanakan untuk memperbaiki segala sesuatu yang belum tercapai pada siklus pertama dengan memperhaatikan hasil observasi pada siklus I. Siklus ketiga dilaksanakan untuk memperbaiki segala sesuatu yang belum tercapai pada siklus pertama dengan memperhaatikan hasil observasi pada siklus II dan siklus III.

c.     Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru pengamat untuk mengamati kinerja siswa ketika mengikuti pembelajaran yang menerapkan model cooperative learning tipe STAD.

d.     Refleksi

Setelah mengkaji proses pembelajaran matematika tentang operasi perkalian pecahan dan hasil pengamatan kinerja dan, serta menyesuaikan dengan ketercapaian indikator kinerja maka peneliti melakukan perbaikan pada siklus ke dua agar pelaksanaannya lebih efektif. Peneliti juga melihat apakah indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya sudah tercapai. Bila belum tercapai maka peneliti tetap melanjutkan siklus berikutnya, dan seterusnya sampai mencapai indikator kerja.

 

 

Subyek Penelitian

Subjek Penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VI SD Negeri Gedangan Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Jumlah siswa sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 10 laki-laki dan 11 perempuan.

Data Penelitian

Data penelitian terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatifData kuantitatif diwujudka n dengan nilai hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian pecahan dengan penerapan model cooperative learning tipe STAD. Data kualitatif diperoleh dari lembar pengamatan aktivitas siswa dengan penerapan model cooperative learning tipe STAD. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah: observasi dan tes

Teknik Analisis Data

Data berupa hasil belajar Matematika yang dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan mean atau rerata. Adapun penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk presentase.

Adapun data kualitatif dipaparkan dalam kalimat yang disesuaikan dengan katagori amat baik, baik, cukup, dan kurang untuk memperoleh kesimpulan.

Penerapan model cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika kelas VI SD Negeri Gedangan dengan indikator sebagai berikut: 1) Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika perkalian pecahan dengan penerapan model cooperative learning tipe STAD meningkat dengan kriteria sekurang-kurangnya baik. 2) 80% siswa kelas VI SD Negeri Gedangan mengalami ketuntasan belajar klasikal dengan ketuntasan belajar individu dengan nilai ≥ 70 dalam pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian pecahan.

HASIL PENELITIAN

a.     Deskripsi Hasil Belajar

Daftar Tabel Hasil Belajar Tes Awal

Nilai

Jml. Siswa

Frekwensi Relatif

Ketuntasan

100

90

2

9,52%

Tuntas

80

2

9,52%

Tuntas

70

3

14,23%

Tuntas

60

4

19,04%

Tidak Tuntas

50

9

42,86%

Tidak Tuntas

40

1

4,76%

Tidak Tuntas

Jumlah

21

100

 

Rata-Rata

60,95

 

 

Nilai Tertinggi

90

 

 

Nilai Terndah

40

 

 

Jumlah Ketuntasan

7

 

 

Jumlah Ketidaktuntasan

14

 

 

Prosentase Ketuntasan

33,3%

 

 

Prosentase Ketidaktuntasan

67,7%

 

 

KKM

70

 

 

 

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil dari tes awal menujukkan bahwa 14 anak atau 67,7% dibawah ketuntasan, nilai rata-rata 60,95 dan prosentase ketuntasan hanya 33,3% atau 7 anak.

Menurut data di atas menunjukkan perolehan hasil belajar bahwa dari 21 siswa mengalami ketuntasan belajar sebanyak 57%, sedangkan 43% siswa belum tuntas dalam belajar, hal ini menunjukkan bahwa 12 siswa mengalami ketuntasan belajar, dan 9 siswa belum tuntas. Rerata 66, nilai tertinggi 100, dan nilai terendah 50.

Hasil belajar siswa siklus II sebagai berikut:

Hasil Belajar Siswa Tes Siklus II

Jumlah

1480

Rata-Rata

70,5

Nilai Tertinggi

100

Nilai Terndah

50

Jumlah Ketuntasan

15

Jumlah Ketidaktuntasan

6

Prosentase Ketuntasan

71%

Prosentase Ketidaktuntasan

29%

KKM

70

 

Menurut data di atas menunjukkan perolehan hasil belajar bahwa dari 21 siswa mengalami ketuntasan belajar sebanyak 71%, sedangkan 29% siswa belum tuntas dalam belajar, hal ini menunjukkan bahwa 15 siswa mengalami ketuntasan belajar dan 6 siswa belum tuntas. Rerata 70,5, nilai tertinggi 100, dan nilai terendah 50.

Berdasarkan data hasil penelitian pada siklus III mengenai hasil belajar matematika diperoleh data sebagai berikut:

Hasil Belajar Siswa Tes Siklus III

Jumlah

1600

Rata-Rata

76,2

Nilai Tertinggi

100

Nilai Terndah

50

Jumlah Ketuntasan

19

Jumlah Ketidaktuntasan

2

Prosentase Ketuntasan

90,50%

Prosentase Ketidaktuntasan

9,50%

KKM

70

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Tabel Hasil Belajar Siklus III

Nilai

Banyaknya Siswa

Frekwensi Relatif

Ketuntasan

100

2

9,52%

Tuntas

90

2

9,52%

Tuntas

80

6

28,57%

Tuntas

70

9

42,86%

Tuntas

60

1

4,56%

Tidak Tuntas

50

1

4,76%

Tidak Tuntas

Jumlah

1600

100

 

Rata-Rata

76,2

 

 

Nilai Tertinggi

100

 

 

Nilai Terndah

50

 

 

Jumlah Ketuntasan

19

 

 

Jumlah Ketidaktuntasan

2

 

 

Prosentase Ketuntasan

90,50%

 

 

Prosentase Ketidaktuntasan

9,50%

 

 

KKM

70

 

 

 

Data tabel di atas menunjukkan perolehan hasil belajar matematika bahwa dari 21 siswa mengalami ketuntasan belajar sebanyak 90,5%, sedangkan 9,5% siswa belum tuntas dalam belajar, hal ini menunjukkan bahwa 19 siswa mengalami ketuntasan belajar dan 2 siswa belum tuntas. Rerata 76,2, nilai tertinggi 100, dan nilai terendah 50. Ketutasan belajar Matematika tersebut sudah mencapai target yang diinginkan seperti pada indikator keberhasilan yaitu 80% siswa mengalami ketuntasan belajar individu dengan nilai ≥ 70.

b.     Deskripsi Observasi Proses Pembelajaran

Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

No

Indikator

Tingkat Kemampuan

Total

Jumlah skor

1

2

3

4

PENDAHULUAN

 

 

 

 

 

1

Menunjukan sikap siap mengikuti proses pembelajaran

 

 

√

 

 

2

Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan dgn materi pembelajaran

 

 

 

√

 

3

Memperhatikan dan mencermati tujuan pembelajaran

 

 

 

√

 

4

Memperhatikan dan mencermati cakupan materi dan uraian kegiatan

 

 

√

 

 

JUMLAH

 

 

 

 

14

INTI

 

 

 

 

 

     1.         

Memperhatikan dan mencermati penjelasan materi pembelajaran

 

 

 

√

 

     2.         

Berusaha mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

 

 

√

 

 

     3.         

Belajar untuk mencapai tujuan

 

 

√

 

 

     4.         

Memperhatikan dan merespon penggunaan media

 

 

√

 

 

     5.         

Siswa memanfaatkan media

 

 

√

 

 

     6.         

Menjawab pertanyaan

 

 

√

 

 

     7.         

Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen

 

 

 

√

 

     8.         

Menerima tugas, mencermati tugas dan menyelesaikan tugas untuk penguatan materi

 

 

 

√

 

     9.         

Menerima bimbingan diskusi kelompok

 

 

 

√

 

   10.         

Melakukan presentasi / menanggapi

 

 

√

 

 

   11.         

Menerima dan mencermati umpan balik

 

 

√

 

 

   12.         

Menerima Penghargaan secara individu/kelompok

 

 

 

√

 

JUMLAH

 

 

 

 

41

PENUTUP

 

 

 

 

 

     1.         

Membuat Rangkuman/simpulan pelajaran

 

 

√

 

 

     2.         

Melakukan refleksi pembelajaran

 

 

√

 

 

     3.         

Menyelesaikan tes

 

 

√

 

 

     4.         

Menerima, melaksanakan tindak lanjut

 

 

√

 

 

JUMLAH

 

 

 

 

12

JUMLAH TOTAL

 

 

 

 

67

Hasil Observasi yang dilakukan observer selama proses pembelajaran menunjukkan bahwa kinerja siswa memperoleh skor 67 dengan kriteria baik.

Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

No

Indikator

Tingkat Kemampuan

Total

Jumlah skor

1

2

3

4

PENDAHULUAN

 

 

 

 

 

1

Menunjukan sikap siap mengikuti proses pembelajaran

 

 

√

 

 

2

Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan dgn materi pembelajaran

 

 

 

√

 

3

Memperhatikan dan mencermati tujuan pembelajaran

 

 

 

√

 

4

Memperhatikan dan mencermati cakupan materi dan uraian kegiatan

 

 

 

√

 

JUMLAH

 

 

 

 

15

INTI

 

 

 

 

 

1

Memperhatikan dan mencermati penjelasan materi pembelajaran

 

 

 

√

 

2

Berusaha mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

 

 

√

 

 

3

Belajar untuk mencapai tujuan

 

 

√

 

 

4

Memperhatikan dan merespon penggunaan media

 

 

√

 

 

5

Siswa memanfaatkan media

 

 

 

√

 

6

Menjawab pertanyaan

 

 

 

√

 

7

Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen

 

 

 

√

 

8

Menerima tugas, mencermati tugas dan menyelesaikan tugas untuk penguatan materi

 

 

 

√

 

9

Menerima bimbingan diskusi kelompok

 

 

 

√

 

10

Melakukan presentasi / menanggapi

 

 

√

 

 

11

Menerima dan mencermati umpan balik

 

 

√

 

 

12

Menerima Penghargaan secara individu/kelompok

 

 

 

√

 

JUMLAH

 

 

 

 

43

PENUTUP

 

 

 

 

 

1

Membuat Rangkuman/simpulan pelajaran

 

 

 

√

 

2

Melakukan refleksi pembelajaran

 

 

√

 

 

3

Menyelesaikan tes

 

 

 

√

 

4

Menerima, melaksanakan tindak lanjut

 

 

√

 

 

JUMLAH

 

 

 

 

14

JUMLAH TOTAL

 

 

 

 

73

 Hasil Observasi yang dilakukan observer selama proses pembelajaran menunjukkan bahwa kinerja siswa memperoleh skor 73 dengan kriteria amat baik.

Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus III

No

Indikator

Tingkat Kemampuan

Total

Jumlah skor

1

2

3

4

PENDAHULUAN

 

 

 

 

 

1

Menunjukan sikap siap mengikuti proses pembelajaran

 

 

√

 

 

2

Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan dgn materi pembelajaran

 

 

 

√

 

3

Memperhatikan dan mencermati tujuan pembelajaran

 

 

 

√

 

4

Memperhatikan dan mencermati cakupan materi dan uraian kegiatan

 

 

 

√

 

JUMLAH

 

 

 

 

15

INTI

 

 

 

 

 

1

Memperhatikan dan mencermati penjelasan materi pembelajaran

 

 

 

√

 

2

Berusaha mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

 

 

 

√

 

3

Belajar untuk mencapai tujuan

 

 

 

√

 

4

Memperhatikan dan merespon penggunaan media

 

 

 

√

 

5

Siswa memanfaatkan media

 

 

 

√

 

6

Menjawab pertanyaan

 

 

 

√

 

7

Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen

 

 

 

√

 

8

Menerima tugas, mencermati tugas dan menyelesaikan tugas untuk penguatan materi

 

 

 

√

 

9

Menerima bimbingan diskusi kelompok

 

 

 

√

 

10

Melakukan presentasi / menanggapi

 

 

 

√

 

11

Menerima dan mencermati umpan balik

 

 

 

√

 

12

Menerima Penghargaan secara individu/kelompok

 

 

 

√

 

JUMLAH

 

 

 

 

48

PENUTUP

 

 

 

 

 

1

Membuat Rangkuman/simpulan pelajaran

 

 

 

√

 

2

Melakukan refleksi pembelajaran

 

 

 

√

 

3

Menyelesaikan tes

 

 

 

√

 

4

Menerima, melaksanakan tindak lanjut

 

 

√

 

 

JUMLAH

 

 

 

 

15

JUMLAH TOTAL

 

 

 

 

80

 

Hasil Observasi yang dilakukan observer selama proses pembelajaran, menunjukkan bahwa kinerja siswa memperoleh skor 80 dengan kriteria amat baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Meningkatkan Pembelajaran Matematika Pada Operasi Perkalian Pecahan Melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) Kelas VI SD Negeri Gedangan tahun 2015/2016 dapat disimpulkan sebagai berikut.: 1) Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika perkalian pecahan dengan penerapan model cooperative learning tipe STAD meningkat dengan skor pada akhir siklus 80 dengan kriteria amat baik. 2) Hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika perkalian pecahan dengan penerapan model cooperative learning tipe STAD meningkat dengan nilai rata-rata kelas 76,2 pada akhir penelitaian, ketuntasan belajar individu sebesar 90,5% dengan nilai ≥ 70.

Saran

Berdasarkan pengamatan peneliti selama melaksanakan penelitian tindakan kelas pada kelas VI SD Negeri Gedangan Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang, peneliti memberikan saran sebagai berikut. 1) Guru perlu tanggap dan kreatif di dalam menghadapi kesulitan belajar siswa-siswanya, sehingga akan tepat memilih model pembelajaran bagi siswanya. 2) Guru dapat menerapkan pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) sebagai alternative dalam memecahkan masalah pembelajaran di kelas yang menjadi tanggungjawabnya. 3) Pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) perlu dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran mata pelajaran yang lain dan pada pokok bahasan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Sataun Pendidikan Dasar dan Menengah.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sudjana. 1999. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda