PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

MELALUI MODEL MAKE A MATCH

 

Syafi’i

SD Negeri Weton

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar PAI siswa kelas VI SD Negeri Weton dengan model kooperatif tipe make a match. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan rekan sejawat. Subyek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri Weton yang terdiri dari 18 orang yang terdiri dari 9 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki, dengan kemampuan yang heterogen. Penelitian dilakukan dalam tiga siklus, tiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan. Teknik pengumpulan datanya dilakukan melalui observasi, pendokumentasian dan tes hasil belajar.Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar PAI siswa kelas VI SD Negeri Weton setelah diadakan tindakan berupa pembelajaran dengan model kooperatif tipe make a match. Pembelajaran meliputi kegiatan persiapan guru dan siswa dalam memulai pembelajaran, pengelompokkan, pembahasan materi, permainan “mencari pasangan”, persentasi dan pembahasan hasil permainan, penghargaan kelompok, penyimpulan materi dan penugasan serta persiapan pada materi berikutnya. Kartu dalam permainan “mencari pasangan” berisi soal dan jawaban dari kartu yang lain. Hasil observasi menunjukkan banyaknya siswa yang termotivasi pada siklus I diperoleh data 12 siswa atau 66,7%, siklus II 14 siswa atau 77,8% dan siklus III 16 atau 88,9%. Sedangkan dari data hasil belajar siswa pada siklus I dicapai tingkat ketuntasan sebesar 61% atau 11 siswa mencapai ketuntasan, siklus II 78% atu 14 siswa dan siklus III 89% atau 16 siswa.Dari data di atas, diketahui bahwa indikator keberhasilan telah tercapai, sehingga peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Weton tahun pelajaran 2015/2016.

Kata Kunci: Motivasi Belajar, Hasil Belajar, Make A Match

 

PENDAHULUAN

Proses pendidikan dimaksudkan untuk mengangkat derajat dan kemuliaan manusia, Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk penciptaan. Ilmu pengetahuan merupakan kebutuhan dan untuk kepentingan kehidupan manusia. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan manusia perlu berusaha dengan kegiatan belajar. Pengetahuan akan menjadikan manusia mengetahui berbagai hal tentang berbagai aspek kehidupan serta menghayati nilai-nilai kehidupan. Pengetahuan juga untuk memperoleh pengalaman dan informasi yang kaya dengan ilmu dan teknologi sehingga seseorang individu dapat meningkatkan motivasinya untuk belajar lebih giat dan kreatif lagi. Sehubungan dengan hal tersebut, Darajat (1992) mengatakan: “Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui manusia melalui pengalaman, informasi, perasaan atau melalui intuisi. Ilmu pengetahuan merupahan hasil pengolahan akal (berpikir) dan perasaan tentang sesuatu yang diketahui itu”.

Di dalam Al-Qur’an, Allah menyuruh kita untuk selalu membaca dan belajar, sebagaimana Firman Allah Swt dalam Surat al-Alaq ayat 1 yang artinya bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan kamu. Belajar adalah suatu kegiatan yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku seseorang. Seperti dikatakan oleh Nana Sudjana: Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang (Sudjana, 1995).

Dengan demikian belajar akan mempengaruhi seseorang yaitu terjadinya perubahan baik perubahan pengetahuan, keterampilan maupun perubahan pada aspek sikap, nilai dan perilaku ke arah yang lebih baik.

Di SDN Weton Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang sebagai guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam telah berupaya untuk meningkatkan motivasi siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran iman kepada Qada dan Qadar melalui metode ceramah dan tanya jawab pada Kelas VI SD Negeri Weton Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang, seperti:1) Membuat perencanaan pembelajaran, 2) Dalam pembelajaran telah memotivasi siswa, 3) Telah memberikan kesempatan bertanya kepada siswa

Namun motivasi siswa dalam pembelajaran masih kurang, keadaan ini dapat dilihat pada gejala-gejala sebagai berikut: 1) Siswa sering meribut saat proses pembelajaran berlangsung, 2) Siswa sering mengobrol dengan teman-temannya sewaktu proses pembelajaran berlangsung, 3) Siswa melihat kiri dan ke kanan sewaktu proses pembelajaran berlangsung, 4) Siswa mengganggu teman lain dalam belajar

Berdasarkan analisa sementara, bahwa gejala-gejala tersebut di atas, terjadi karena kurangnya sebagai guru dalam pembelajaran belum menggunakan metode pembelajaran yang variatif, sehingga kurang menarik perhatian dan motivasi siswa. Pada dasarnya banyak metode dan teknik yang bisa dipilih dan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk memotivasi belajar siswa, diantaranya adalah melalui model pembelajaran active learning tipe make a match.

Sesuai latar belakang permasalahan, maka rumusan masalah: Apakah model Make A Match dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAI materi Qada dan Qadar pada siswa kelas Kelas VI SD Negeri Weton?

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI materi Qada dan Qadar siswa kelas VI SD Negeri Weton dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match.

LANDASAN TEORI

Motivasi Belajar

Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat pada diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (Jaali, 2008).

Sementara Sardiman (2006) mengatakan: motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan emosi untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik menurut (Kusuma, 1995) adalah: a) Adanya kebutuhan, b) Adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendiri dan c) Adanya aspirasi atau cita-cita. Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhinya motivasi ekstrinsik menurut Ali (1988) adalah: a) Situasi lembaga (sekolah ) , b) Pengajar (guru ), c) Teman dan d) Program yang ditempuh

Hasil Belajar

Proses belajar yang dilakukan siswa akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar. Agus Suprijono (2012) berpendapat bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Selanjutnya dijelaskan oleh Gagne, bahwa hasil belajar dapat berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Dimyati dan Mudjiono (2010) menjelaskan bahwa hasil dari interaksi tindak belajar dan tindak mengajar biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Lebih dalam lagi, Nana Sudjana (2011) memberikan pengertian bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang mengacu pada perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.

Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match

Make a match dikembangkan oleh Larno Current (1994) dalam Isjoni (2007). Make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yangdapat diterapkan kepada siswa. Make a match (mencari pasangan) adalah salah satu dari model-model pembelajaran cooperatif learning yang efektif diterapkan dalam pembelajaran. Model pembelajaran cooperative learning (MPCL), beranjak dari dasar pemikiran getting better together. Yang menekankan pada pemberiaan kesempatan yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat.

Hal-hal yang perlu disiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make a match adalah kartu-kartu, kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas kecil menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai. Aturlah posisi kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan. Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu. Berilah kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi. Setelah mereka berdiskusi alangkah baiknya jika diberi musik yang mengiringi aktivitas belajar mereka. Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban. Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Setelah itu kelompok membacakan pertanyaan-jawaban yang telah dinilai oleh tim penilai. Setelah penilaian dilakukan, aturlah sedemikian rupa kelompok kedua bersatu kemudian memposisikan dirinya menjadi kelompok penilai. Sementara, kelompok penilai pada sesi pertama tersebut di atas dipecahkan menjadi dua, sebagian anggota memegang kartu pertanyaan, sebagian lainya memegang kartu jawaban. Posisikan mereka dalam bentuk huruf U. Guru kembali membunyikan peluitnya menandai kelompok pemegang kartu pertanyaan dan jawaban bergerak untuk mencari, mencocokkan dan mendiskusikan pertanyaan-jawaban. Berikutnya adalah masing-masing pasangan pertanyaan-jawaban menunjukkan hasil kerjanya kepada penilai.

Langkah-langkah strategi make a match adalah sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2) Setiap siswa mendapatkan satu kartu. 3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. 4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyi kartu yang cocok dengan kartunya (soal/jawaban). 5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapatkan kartu yang berbeda. 7) Demikian seterusnya. 8) Kesimpulan atau penutup.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan di SD Negeri Weton Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang dengan subyek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri Weton Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang berjumlah 18 orang siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

Data yang diperlukan meliputi data keterlaksanaan pembelajaran, motivasi belajar dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PAI dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Data diperoleh dari hasil observasi, pendokumentasian dan tes hasil belajar.

Analisis data observasi dianalisis secara deskriptif untuk perbaikan dalam pembelajaran berikutnya. Data hasil observasi motivasi belajar siswa dianalisis sebagai berikut: 1) Menghitung banyaknya siswa dalam kelas yang termotivasi (melaksanakan keenam aspek motivasi yang diamati) pada saat pembelajaran berlangsung, 2) Kemudian jumlah siswa yang termotivasi dipersentasekan.

Data dari lembar observasi yang telah diperoleh dianalisis dengan cara: a) Masing-masing butir observasi dikelompokan sesuai dengan indikator yang diamati yaitu: komitmen dalam menghadapai tugas, tekun dalam belajar, ulet tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan, senang mencari dan menyelesaikan masalah (soal-soal), dapat mempertahankan pendapat serta mampu mengalokasikan waktu untuk belajar, b) Menghitung jumlah skor masing-masing siswa pada tiap-tiap aspek motivasi sesuai deskriptor berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, c) Hasil skor yang diperoleh setiap siswa pada tiap-tiap aspek dipersentasekan dan dikualifikasi untuk membuat kesimpulan mengenai motivasi belajar PAI siswa setelah mengikuti pembelajaran PAI dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a-match.

Analisis data tes hasil belajar. Hasil tes dianalisis sebagai berikut: a) Menentukan nilai tes masing-masing siswa. b) Rata-rata kelas.

Ketuntasan belajar klasikal, nilai evaluasi diperoleh setelah dilakukan tindakan kelas, kemudian dianalisis untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar.

 

 

Prosedur Penelitian

Penelitian dapat dilaksanakan melalui empat langkah utama yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Empat langkah utama yang saling berkaitan itu disebut sebagai satu siklus. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam siklus ini, adalah sebagai berikut:

Perencanaan

Dalam tahap perencanaan, peneliti membuat dan menyusun: a) Perangkat pembelajaran RPP, LKS, kartu permainan, b) Instrumen penelitian meliputi: pedoman observasi, observasi, alat dokumentasi dan evaluasi berupa tes hasil belajar disertai dengan kunci jawaban dan panduan penskoran.

Pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini, guru melaksanakan tindakan berupa pembelajaran PAI dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match sesuai dengan RPP yang telah direncanakan dan disusun pada tahap perencanaan, sementara itu pengamat mengamati aktivitas dan perilaku siswa pada saat pembelajaran di kelas. Tindakan yang dilakukan bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.

Observasi

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung untuk memperoleh data penelitian. Observasi dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman observasi dan alat dokumentasi. Dalam tahap ini dilakukan observasi terhadap semua proses tindakan, hasil tindakan, situasi tempat tindakan dan kendala-kendala tindakan.

Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan mengemukakan dan mengkaji kembali terhadap proses yang dilakukan. Diadakan diskusi antara pengamat dan guru sehingga dapat diketahui kendala dari tindakan yang telah dilaksanakan dalam siklusnya. sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus-siklus berikutnya.

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah: a) Banyaknya siswa yang termotivasi dalam pembelajaran belajar telah mencapai ≥ 80%. b) Adanya peningkatan rata-rata hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan banyaknya siswa yang tuntas (nilai ≥ KKM yaitu75) telah mencapai ≥ 80%.

HASIL PENELITIAN

Siklus I

a)    Hasil observasi siklus I

Hasil analisis lembar observasi motivasi belajar PAI diperoleh 12 siswa atau 66,7% telah melaksanakan keenam aspek motivasi yang diamati.

 

 

 

b)    Data Hasil Tes

Dari hasil tes siklus I, diperoleh rata-rata kelasnya adalah 62 dengan siswa yang tuntas (≥ KKM = 75) adalah 11 siswa atau 61%. Batas ketuntasan yaitu ≥ 75 sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang digunakan di SD N Weton.

Siklus II

a)    Hasil observasi siklus II

Hasil analisis lembar observasi motivasi belajar PAI diperoleh 14 siswa atau 77,8% telah melaksanakan keenam aspek motivasi yang diamati.

b)    Data Hasil Tes

Hasil tes siklus II, diperoleh rata-rata kelasnya adalah 71,5 dengan siswa yang tuntas (≥ KKM = 75) adalah 14 siswa atau 78%. Batas ketuntasan yaitu ≥ 75 sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang digunakan di SD N Weton.

Siklus III

a)    Hasil observasi siklus III

Dari hasil observasi tersebut diketahui sebanyak 16 siswa atau 88,9% telah mampu memenuhi semua aspek penilaian motivasi pembelajaran.

b)    Data Hasil Tes

Dari hasil tes siklus III, diperoleh rata-rata kelasnya adalah 77 dengan siswa yang tuntas (≥ KKM = 75) adalah 16 siswa atau 89%. Batas ketuntasan yaitu ≥ 75 sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang digunakan di SD N Weton.

Pembahasan

Berdasarkan analisis data hasil observasi, motivasi belajar siswa kelas VI SD N Weton mengalami peningkatan. Dari hasil analisis lembar observasi motivasi belajar, menunjukkan untuk data observasi motivasi siswa pada siklus I diperoleh data 12 siswa atau 66,7%, siklus II 14 siswa atau 77,8% dan siklus III 16 atau 88,9%. Sedangkan dari data hasil belajar siswa pada siklus I dicapai tingkat ketuntasan sebesar 61% atau 11 siswa mencapai ketuntasan, siklus II 78% atu 14 siswa dan siklus III 89% atau 16 siswa.

PENUTUP

Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VI SD N Weton pada mata pelajaran PAI adalah sebagai berikut:

a.     Persiapan guru dan siswa dalam memulai pembelajaran

Sebelum memulai pembelajaran siswa maupun guru mempersiapkan media/alat yang akan digunakan dalam pembelajaran serta adanya penyampaian tujuan pembelajaran. Sebelum memulai materi pokok guru melakukan apersepsi, untuk mengingatkan kembali tentang materi yang diperlukan sebagai dasar untuk mempelajari materi pokok tersebut.

b.     Pengelompokan

Siswa dikelompokan menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 orang siswa. Pengelompokkan dilakukan secara heterogen berdasarkan prestasi siswa

c.     Pembahasan materi

Pembahasan materi dilakukan melalui diskusi LKS. LKS dibagikan kepada setiap kelompok. Dilanjutkan dengan pembahasan hasil diskusi. Beberapa kelompok diberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi.

d.     Permainan mencari pasangan

Guru menyampaikan aturan permainan dan siswa diberikan aturan permainannya dalam bentuk tertulis serta diberikan waktu untuk memahami aturan permainannya. Permainan mencari pasangan meliputi tata cara sebagai berkut:

a)    Siswa memperoleh kartu yang berisi soal dan jawaban

b)   Siswa mengerjakan soal pada kartu masing-masing dalam waktu 2 menit

c)    Jika sebelum 2 menit sudah selesai mengerjakan soal, siswa tidak diperkenankan mencari pasangnnya terlebih dahulu sebelum ada instruksi

d)    Siswa mencari pasangan kartu mereka di dalam kelompok besar (gabungan tiga kelompok berurutan) yang telah ditentukan dalam waktu 2 menit

e)    Setelah menemukan pasangan, siswa meneriakan kata “sukses” untuk dicatat dan dicek kebenaran jawaban oleh pengamat

f)     Setelah menemukan pasangannnya, siswa duduk berdekatan dengan pasangannya untuk mendiskusikan jawaban dari soal dalam kartunya

g)    Siswa yang dapat menemukan pasangannya akan memperoleh poin untuk penghargaan kelompok yaitu 10 poin

h)    Siswa tidak diperbolehkan mengganggu teman lain yang masih mencaripasangan

e.     Presentasi dan pembahasan hasil permainan

Setelah permainan menemukan pasangan, diadakan presentasi hasil permainan dari beberapa pasangan serta pemberian kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi, siswa yang mampu menjawab pertanyaan, akan diberikan poin untuk kelompoknya. Pembahasan hasil permainan dilakukan siswa bersama-sama dengan guru.

f.      Penghargaan kelompok

Penghargaan kelompok diberikan setelah satu siklus tindakan. Penghargaan kelompok berdasarkan hasil pekerjaan LKS dan permainan, namun dalam setiap pembelajaran juga diinformasikan kelompok teraktif dimaksudkan untuk memotivasi siswa dalam setiap pembelajaran.

g.     Penyimpulan materi

Pada akhir rangkaian pembelajaran teknik make a-match, guru bersamasama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari serta guru memberikan penguatan tentang kesimpulan tersebut

h.     Penugasan dan persiapan pada materi berikutnya

i.      Pembelajaran diakhiri dengan penugasan dan pemberian informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

Hasil pekerjaan siswa mengenai penyelesaian soal dalam kartu dikumpulkan kepada guru. Kartu permainan yang digunakan dalam penelitian ini berisi soal dan jawaban dari kartu lain. Setiap kartu berisi soal dan jawaban yang berbeda.

Hasil observasi motivasi siswa pada siklus I diperoleh data 12 siswa atau 66,7%, siklus II 14 siswa atau 77,8% dan siklus III 16 atau 88,9%. Sedangkan dari data hasil belajar siswa pada siklus I dicapai tingkat ketuntasan sebesar 61% atau 11 siswa mencapai ketuntasan, siklus II 78% atu 14 siswa dan siklus III 89% atau 16 siswa.

Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan peneliti berdasarkan penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1.     Untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe make a match, guru harus tegas mengenai aturan permainan sehingga tidak terjadi kekacauan pada saat pelaksanaan.

2.     Pada kegiatan diskusi kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe make a match, guru harus tegas dalam menentukan waktu lamanya siswa diskusi sehingga siswa lebih disiplin waktu dalam menyelesaikan LKS.

3.     Pada penelitian ini, kegiatan permainan “mencari pasangan” hanya dilaksanakan satu putaran, untuk penelitian selanjutnya kegiatan permainan “mencari pasangan” dapat dikembangkan lebih dari satu putaran, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan lebih dari satu persolan.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. (2012). Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Ali,Mohammad dan dkk, 1998.Bimbingan Belajar , Sinar Baru, Bandung

Daradjat, Zakiah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta.

Djaali, 2008. Psikologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta

Kusuma, Amir Daien Indra , 1995.Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya.

Sudjana, Nana.1995. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sardiman, 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta Raja Grafindo Persada.