Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Demonstrasi dan Pembelajaran Inkuiri
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI
DAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA KOMPETENSI DASAR MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB BENDA BERGERAK
(BATERAI, PER/PEGAS, DORONGAN TANGAN, DAN MAGNET)
MATA PELAJARAN IPA DI KELAS 1 SEMESTER I
SD NEGERI 3 TUKO KECAMATAN PULOKULON
KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Sri Jumiasih
SDN 3 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan
ABSTRAK
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Demonstrasi dan Model Pembelajaran Inkuiri Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Penyebab Benda Bergerak (Baterai, Per/Pegas, Dorongan tangan, dan magnet) Mata Pelajaran IPA di Kelas 1 Semester I SD Negeri 3 Tuko,Kecamatan Pulokulon,Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2016 / 2017. Hasil perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dalam 2 siklus, dapat disimpulkan bahwa: “Penerapan Metode Demonstrasi dan Model Pembelajaran Inkuiri Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Penyebab Benda Bergerak (Baterai, Per/Pegas, Dorongan tangan, dan magnet) Mata Pelajaran IPA di Kelas 1 Semester I SD Negeri 3 Tuko,Kecamatan Pulokulon,Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2016 / 2017“. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan prosentase ketuntasan siswa pada pra siklus dan siklus 1 yaitu 37,5 % meningkat menjadi 62,5 %. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 prosentasenya meningkat lagi dari 62,5 % dan akhirnya menjadi 93,75 %. Untuk rata – rata hasil belajar pada pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 berturut – turut 60, 70, dan 80.
Kata kunci: Penerapan Metode Demonstrasi dan Model Pembelajaran Inkuiri, Kompetensi
PENDAHULUAN
Ketidaktuntasan secara klasikal dalam pembelajaran juga dialami oleh siswa kelas I SDN 3 Tuko, Kec. Pulokulon, Kab. Grobogan tempat sehari-hari peneliti mengajar. Pada saat tes formatif mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, kompetensi dasar mengidentifikasi penyebab benda bergerak (baterai, per/pegas, dorongan tangan, dan magnet), masih banyak siswa yang belum mencapai nilai ≥ kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dari 16 siswa, baru sebanyak 6 siswa yang memperoleh nilai tuntas atau nilai ≥ KKM (70) atau tingkat tuntas klasikal hanya mencapai 37,5 %.
Melihat kenyataan di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA pada kompetensi dasar mengidentifikasi penyebab benda bergerak (baterai, per/pegas, dorongan tangan, dan magnet),belum mencapai ketuntasan secara klasikal. Dengan demikian diperlukan penelitian tindakan kelas agar dapat diidentifikasi permasalahan dan mencari yang melatarbelakangi ketidaktuntasan proses pembelajaran tersebut sehingga dapat mengambil tindakan untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran..
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Dengan mempelajari IPA diharapkan siswa dapat mengenal diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan dalam Depdiknas, 2006:484, yaitu bahwa pembelajaran IPA bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetap juga merupakan suatu proses penemuan karena dalam pembelajaran IPA dibutuhkan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis melalui kegiatan ilmiah. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya secara aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Hasil Belajar
Gagne (dalam Dinn Wahyudin, dkk, 2007:3.31) berpendapat bahwa belajar merupakan proses dari sederhana ke yang kompleks. Hasilnya berupa kapabilitas, baik berupa pengetahuan, sikap, ataupun keterampilan tertentu.
Ada lima hasil belajar yang berupa kapabilitas yang diterima siswa Gagne (dalam Dinn Wahyudin, dkk, 2007:3.32) yaitu:
- Informasi ferbal.
- Keterampilan intelektual.
- Strategi kognitif.
- Keterampilan motorik
- Sikap.
Metode Pembelajaran
Menurut Prasetyo (2002:29), bahwa metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “metha†dan “hodosâ€. Metha berarti melalui dan hodos berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pengajaran. Menurut Gerlach dan Ely, (dalam Prasetyo, 2002:29), metode mengajar adalah rencana sistematis dalam mengkaji informasi.Metode mengajar adalah merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya metode mengajar ini merupakan cara atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.Menurut Asep Herry Hermawan, (dalam Winataputra 1997:5.8), ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode mengajar, prinsip tersebut terutama berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran.
2. Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah.
3. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar mandiri.
4. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk bekerja sama.
Ada berbagai macam metode pembelajaran yang dapat dipilih guru, antara lain metode tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, demonstrasi dan penyelidikan. Dalam penelitian ini, metode yang peneliti terapkan sebagai alternatif pemecahan masalah adalah metode demonstrasi.
Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran IPA di SD
Moedjiono dan Moh. Dimyati (dalam Prasetyo 2002:63), hal-hal yang perlu diperhatikan, sebelum, selama dan sesudah demonstrasi dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan sebelum demonstrasi di selenggarakan. Periksalah dengan teliti apakah alat-alat yang telah tersedia sudah lengkap dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Pelajarilah dengan seksama, apakah letak dan sistem penempatan alat-alat yang akan didemonstrasikan dapat dilihat seluruh kelas.
3. Perhatikan juga kondisi-kondisi lain yang dapat mempengaruhi jalannya demonstrasi seperti: faktor tempat atau ruangan, banyaknya cahaya yang masuk dan lain-lain.
4. Tulislah langkah-langkah demonstrasi dalam garis besarnya dipapan tulis, agar anak-anak lebih mudah mengikuti jalannya demonstrasi.
5. Tujuan demonstrasi hendaknya dijelaskan pada anak-anak, sehingga perhatian mereka dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dipandang penting.
6. Selama demonstrasi berlangsung hendaknya guru memperlihatkan hal-hal sebagai berikut :
a. Apakah demonstrasi dapat dilihat dan diikuti oleh setiap anak.
b. Apakah demonstrasi berpegang pada garis-garis besar yang telah ditetapkan (tidak menyimpang).
c. Apakah tiap-tiap langkah yang telah ditempuh sudah dipahami oleh anak.
d. Apakah keterangan-keterangan guru dapat didengar dan dipahami anak.
e. Apakah anak-anak mendapat kesempatan untuk bertanya.
f. Apakah kepada anak-anak telah diberikan petunjuk mengenai hal-hal yang perlu dicatat.
g. Apakah waktu yang tersedia dapat dipergunakan secara efektif dan efisien.
7. Jika demonstrasi telah selesai hendaknya diikuti dengan tindak lanjut. Tindak lanjut dapat berupa diskusi atau anak-anak melatih atau melakukan sendiri kegiatan-kegiatan sebagaimana yang diperlihatkan dalam demonstrasi. Jika demonstrasi akan dilaksanakan murid, guru menyiapkan Lembar Tugas dan Lembar Pengamatan.(Depdikbud, 1994: 27)
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA di SD
Dalam penelitian ini peneliti memilih model inkuiri karena peneliti berharap dengan menggunakan model ini dapat mengaktifkan siswa dan meningkatkan hasil yang dicapai siswa.Menurut Dewey, (dalam Prasetyo 2002:57), “inquiry†artinya penemuan dan “discovery†adalah penyelidikan, karena pada dasarnya keduanya ini saling terkait satu dengan yang lain. Melalui penyelidikan yang dilakukannya, siswa dapat memperoleh suatu penemuan.Pada dasarnya siswa memiliki potensi berupa dorongan untuk mencari dan menemukan sendiri (sense of inquiry), baik fakta maupun data atau informasi yang kemudian akan dikembangkannya dalam bentuk cerita atau menyampaikannya pada siswa lain, setelah melalui proses pemahaman. Dengan demikian berilah siswa kesempatan siswa untuk menemukan informasi yang ada kaitanya dengan materi pelajaran.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas untuk perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas I semester 1 SD Negeri 3 Tuko , Kecamatan Pulokulon , Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2016/2017.
Waktu Pelaksanaan Penelitian
a. Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 15 September 2016, pukul 07.00– 08.10 WIB dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (1 x Pertemuan).
b. Siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 29 September 2016, pukul 07.00– 08.10 WIB dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (1 x Pertemuan).
Karakteristik Siswa
Berkaitan dengan karakteristik siswa dapat dikemukakan sebagai berikut, jumlah siswa 16, yaitu laki-laki sebanyak 11 siswa dan perempuan sebanyak 5 siswa. Tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran sehari-hari dapat peneliti kemukakan, yaitu sebanyak 2 siswa mempunyai tingkat kemampuan di atas rata-rata, sebanyak 4 siswa mempunyai tingkat kemampuan rata-rata dan sebanyak 10 siswa mempunyai tingkat kemampuan di bawah rata-rata.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil evaluasi dari siswa kelas I semester 1 yang berjumlah 16 siswa, siswa yang mendapat nilai 50 – 59 sebanyak 9 siswa, nilai 60 – 69 sebanyak 1 siswa, nilai 70-79 – sebanyak 5 siswa, nilai 80 – 89 sebanyak 1 siswa, nilai 90 – 100 sebanyak – siswa. Serta diperoleh nilai rata-rata 60.
Hasil evaluasi dari siswa kelas I semester 1 yang berjumlah 16 siswa, siswa yang mendapat nilai 50 – 59 sebanyak 2 siswa, nilai 60 – 69 sebanyak 3 siswa, nilai 70-79 – sebanyak 4 siswa, nilai 80 – 89 sebanyak 6 siswa, nilai 90 – 100 sebanyak 1 siswa.
Dari analisis hasil evaluasi belajar yang dicapai siswa sebelum diadakan perbaikan pembelajaran dapat kemukakan bahwa nilai terendah 50, nilai tertinggi 80 dan nilai rata-rata kelas 60 dengan tingkat ketuntasan klasikal mencapai 37,5 %. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I, diketahui bahwa nilai yang dicapai siswa yaitu, nilai terendah 50, nilai tertinggi 90, nilai rata-rata kelas 60 dan tingkat ketuntasan klasikal mencapai 68,75%.
Hasil evaluasi dari siswa kelas I semester 2 yang berjumlah 16 siswa, siswa yang mendapat nilai 50 – 59 sebanyak 1 siswa, nilai 60 – 69 sebanyak – siswa, nilai 70-79 – sebanyak 5 siswa, nilai 80 – 89 sebanyak 4 siswa, nilai 90 – 100 sebanyak 6 siswa. Dari analisis hasil evaluasi belajar yang dicapai siswa pada perbaikan pembelajaran siklus II, diketahui bahwa nilai yang dicapai siswa yaitu, nilai terendah 50, nilai tertinggi 100, nilai rata-rata kelas 80 dan tingkat ketuntasan klasikal mencapai 93,75%.
Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri, hasil yang dicapai siswa meningkat. Kalau pada perbaikan pembelajaran siklus I nilai rata-rata hasil evaluasi belajar siswa yang dicapai siswa sebesar 60, pada perbaikan pembelajaran siklus II meningkat menjadi 80. Demikian pula tingkat ketuntasan klasikal juga meningkat. Dengan asumsi bahwa siswa yang tuntas adalah siswa yang memiliki nilai ≥ KKM (70), dapat diketahui bahwa terjadi suatu peningkatan ketuntasan hasil belajar yang sangat besar setelah perbaikan pembelajaran siklus II. Kalau pada perbaikan pembelajaran siklus I jumlah siswa yang tuntas sebanyak 11 orang dari 16 siswa atau 68,75%, setelah perbaikan pembelajaran siklus II jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 15 siswa atau 93,75%.
PENUTUP
Simpulan
Tingkat ketuntasan klasikal hanya mencapai 6 siswa atau jika diprosentasi 37,5 % dengan nilai rata-rata 60 karena selama pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah. Dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I tingkat ketuntasan menjadi 11 siswa atau mencapai 68,75 %, ketidaktuntasan masih ada 5 siswa atau 32,25 %. dengan nilai rata-rata 70 . Dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II tingkat ketuntasan dapat meningkat dari 15 siswa tuntas menjadi 16 atau jika diprosentasi 93,75 %,dengan rata-rata kelas 80. Berdasarkan perolehan hasil evaluasi belajar siswa yang selalu meningkat tersebut, dapat disimpulkan bahwa: †Dengan menerapkan metode demonstrasi dan model pembelajaran inkuiri pemahaman siswa pada pembelajaran IPA kompetensi dasar mengidentifikasi penyebab benda bergerak (baterai, per/pegas, dorongan tangan, dan magnet) di kelas I SD Negeri 3 Tuko dapat meningkat.â€
Saran
1. Seyogyanya guru kelas I dalam pembelajaran dapat menerapkan metode demonstrasi dan model pembelajaran inkuiri.
2. Saat berlangsungnya proses pembelajaran, hendaknya siswa memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika guru atau siswa lain mendemonstrasikan suatu proses dan terlibat aktif dalam proses inkuiri (menemukan) melalui percobaan.
3. Sebaiknya sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melakukan proses pembelajaran seperti alat peraga dan media yang mendukung lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani [et. Al]. 2007. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan
Depdikbud. 1994. Didaktik / Metodik Umum. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikdasmen, Ditjen Dikdas, PPM SD, TK dan SLB
Depdiknas. 2006. Standar Isi KTSP. Jakarta: Kemendiknas
Murwadi, Wido. 2004. Pendekatan, Strategi, dan Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Cab. Din. Pendidikan Kec. Sidorejo, Salatiga:
Prasetyo. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Salatiga: Widyasari Press
Sutarno, Nono. 2006. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Wardani, I.G.A.K. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka
Winataputra. 2005. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka