Peningkatan Hasil Belajar Seni Budaya

Materi Konsep Batik Melalui Metode Demonstrasi

dengan Media Audio Visual Pada Peserta Didik Kelas VIII.G SMP Negeri 1 Guntur Kabupaten Demak Semester 1

Tahun Pelajaran 2015/2016

 

Yahya S. Budi Sulistiyawan

SMPN 1 Guntur Demak Jawa Tengah

 

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini menjawab tentang rendahnya motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran senibudaya. Mata pelajaran ini dianggap remeh oleh sebagian siswa. Oleh karena itu penulis sebagai guru mempunyai tanggungjawab untuk mengupayakan terhadap prestasi siswa dalam pembelajaran.  Rumusan masalah dalam penelitian ini Seberapa besar hasil peningkatan prestasi belajar Seni Budaya materi Konsep Batik melalui Metode Demonstrasi dengan media audio visual pada peserta didik Kelas VIII.G SMP Negeri 1 Guntur Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016.  Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dimulai pada bulan September 2015 hingga Oktober 2015. Hasil pembelajaran dengan berdasar nilai yang diperoleh siswa dalam melakukan kegiatan dan aktifitasnya terlihat sangat banyak berbeda. Terlihat adanya peningkatan keaktifian siswa yang pada kondisi awal (prasiklus) sebanyak 12 siswa yang aktif 52,17%, meningkat pada siklus I sebanyak 20 siswa (86,96%) dan 22 siswa aktif (95,65%) pada siklus II. Sedangkan hasil prestasi juga meningkat terbukti pada kondisi awal nilai rata-rata hanya mencapai 68,30, meningkat menjadi 74,39 pada siklus I dan pada siklus II meningkat mencapai 87,04.

Kata kunci: hasil belajar, metode demonstrasi, media audio visual

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumber daya manusia merupakan potensi yang harus digali sebagai asset nasional, modal dasar pembangunan bangsa. Potensi hanya dapat digali, dikembangkan dan dipupuk secara efektif melalui strategi dalam pendidikan, pembelajaran secara terarah dan terpadu dengan pengelolaan secara proposional, serasi, seimbang dalam mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Bab IV pasal 10 menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak mengarahkan, membimbing dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kurikulum sebagai salah satu subtansi pendidikan perlu didesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan demikian sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran. Sebagian besar kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standart Nasional Pendidikan dilaksanakan sekolah atau daerah.

Sekolah harus menyusun kurikulum tingkat satuan pendidkan (KTSP) yang terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, stuktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan dan silabus dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaiuan Standart isi yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2016 dan Standar Kompetensi Lulusan yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 23 Tahun 2016. Kelompok Mata pelajaran estetika yang mencakup Mata Pelajaran Seni Budaya dan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada aspek sastra khususnya teater memiliki karakteristik pembelajaran yang khas dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Dalam mata pelajaran seni budaya sendiri aspek budaya dibahas secara terintegrasi dengan seni. Pendidikan seni budaya diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/ kreasi dan berapresiasi.

Pendidikan seni budaya bersifat multilingual, multidimensional dan multikultural. Multi lingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi pengetahuan, pemahaman, analisis dan evaluasi.

Apresiasi dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika dan etika. Sifat multi kultural mengandung makna pendidikan seni menumbuh kembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam seni budaya Nusantara dan Mancanegara. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis. Dan Cara yang diyakini akan mampu meningkatkan potensi sumber daya manusia secara utuh bagi perserta didik dengan kurikulum berbasis kompetensi di sekolah, dengan upaya dilakukan secara berkesimambungan, dimulai dari konsep, pengembangan pedoman, sosisalisasi dan penerapan kurikulum.

Pendidikan seni budaya memiliki peran dalam pembentukan kepribadian perserta didik yang harmonis dan membantu siswa dalam usaha membandingkan dengan bangsa lain yang masih banyak mengalami hambatan kebudayaan dalam usaha mengetahui kepribadian bangsa dan kemampuan mengenali SDM yang dimiliki bangsa tersebut.

Pembelajaran di SMP Negeri 1 Guntur Demak melalui pembelajaran berdasar strategi pendekatan proses dalam keterampilan demonstrasi dalam berkarya seni rupa yang selama ini mengharapkan aktifitas siswa dalam mendalami materi dirasa sangat kurang, terutama dalam usaha membaca literature yang ada di perpustakaan, usaha belajar kelompok dan siskusi kelompok ternyata masih sangat kurang. Usaha-usaha meningkatkan dan mengoptimalkan pembelajaran hasil kegiatan siswa. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut diatas maka judul penelitian ini adalah “Peningkatan Hasil Belajar Seni Budaya Materi Konsep Batik Melalui Metode Demonstrasi dengan Media Audio Visual Pada Peserta Didik Kelas VIII.G SMP Negeri 1 Guntur Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016 ”

Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1). Bagaimana proses upaya peningkatan hasil belajar Seni Budaya materi Konsep Batik melalui Metode Demonstrasi dengan media audio visual pada peserta didik Kelas VIII.G SMP Negeri 1 Guntur Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016 ? (2). Seberapa besar hasil peningkatan prestasi belajar Seni Budaya materi Konsep Batik melalui Metode Demonstrasi dengan media audio visual pada peserta didik Kelas VIII.G SMP Negeri 1 Guntur Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016 ? (3). Bagaimana pengaruh media audio visual terhadap peningkatan hasil belajar Seni Budaya materi Konsep Batik melalui Metode Demonstrasi pada peserta didik Kelas VIII.G SMP Negeri 1 Guntur Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016 ?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: (1). Mendeskripsikan proses upaya peningkatan hasil belajar Seni Budaya materi Konsep Batik melalui Metode Demonstrasi dengan media audio visual pada peserta didik Kelas VIII.G SMP Negeri 1 Guntur Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016 , (2). Mengetahui seberapa besar hasil peningkatan prestasi belajar Seni Budaya materi Konsep Batik melalui Metode Demonstrasi dengan media audio visual pada peserta didik Kelas VIII.G SMP Negeri 1 Guntur Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016, (3). Mendeskripsikan pengaruh media audio visual terhadap peningkatan hasil belajar Seni Budaya materi Konsep Batik melalui Metode Demonstrasi pada peserta didik Kelas VIII.G SMP Negeri 1 Guntur Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016

 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1.    Bagi Siswa

a). Tercipta suasana belajar yang lebih menyenangkan dan kreatif.

a)    Pengalaman belajar mengajar yang sangat bervariasi.

b)    Siswa yang kurang dapat mencari cara belajar lebih menyenangkan.

c)     Demonstrasi merupakan cara belajar yang selalu penuh dengan model bagi siswa yang ingin belajar.

2. Bagi Guru

a). Meningkatkan profesionalisme guru dalam pendidikan.

b). Bahan yang dapat menjadi informasi dalam usaha meningkatkan prestasi siswa , setelah mengetahui hasil pembelajarannya.

c). Guru dapat terbantu dalam usaha penguatan hasil pembelajaran siswa.

d)    Memberikan motivasi untuk guru dalam melakukan penelitian.

3.     Bagi Pengembangan Kurikulum

a)    Memberikan alternatif model-model metode pembelajaran.

b)    Sebagai bahan yang dapat dijadikan informasi dan pertimbangan dalam penelitian lebih lanjut tentang model-model metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran.

 

4.     Bagi Pengembangan Sekolah

a)    Ketuntasan belajar dapat dengan mudah tercapai.

b)    Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dan hasil pendidikan siswa.

c)     Memberikan inovasi untuk guru dalam melakukan penelitian.

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Hasil Belajar Belajar

Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), Hasil Belajar belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini Hasil Belajar belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa Hasil Belajar belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Sejalan dengan Hasil Belajar belajar, maka dapt diartikan bahwa Hasil Belajar belajar SBK adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar SBK

Metode Demonstrasi

Yang dimaksud metode demonstrasi adalah salah satu cara mengajar, di mana guru melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Dalam metode pembelajaran ini, siswa tidak melakukan percobaan, hanya melihat saja apa yang dikerjakan oleh guru. Jadi demonstrasi adalah cara mengajar di mana seorang instruktur/atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses misalnya cara melego ke suatu perusahaan atau instansi, sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut.

Dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperlihatkan pada apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.

Adapun penggunan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu misalnya mendirikan perusahaan, cara mengelola suatu perussahaan, dengan demonstrasi siswa dapat mengamati bagian-bagian dari suatu perusahaan juga cara pengelolaan perusahaan itu sendiri seperti cara memenejemen perusahaan tersebut. Dengan demikian siswa akan mengerti cara-cara tepat mengatur , memenej suatu perusahaan baik kecil atau pun besar, sehingga mereka dapat memilih dan memperbandingkan cara yang terbaik, juga mereka akan mengetahui kebenaran dari sesuatu teori di dalam praktek.

Kerangka Berpikir

Dari deskripsi teori didapatkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dengan bantuan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik sehingga berpengaruh positif terhadap prestasi belajar seni budaya materi konsep batik peserta didik. Dengan media audio visual maka peserta didik menjadi lebih memahami konsep batik sehingga dapat demonstrasi berbagai jenis batik dengan baik yang pada gilirannya akan meningkatkan prestasi dalam seni budaya.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa metode demonstrasi dengan menggunakan media audio visual diduga dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar peserta didik kelas VIII.G SMPN 2 Guntur Kabupaten Demak Semester 1 Tahun 2015/2016 .

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

1.    Tempat Pelaksanaan Penelitian.

Penelitian tindaka kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Guntur kabupaten Demak.

2.     Karakteristik dan Komposisi siswa.

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII.G SMP Negeri 1 Guntur Kabupaten Demak berjumlah 23 siswa.

SMP Negeri 1 Guntur Demak terletak di desa Bogosari kecamatan Guntur kabupaten Demak dengan berbagai macam karakteristik masyarakat di sekitarnya. SMP Negeri 1 Guntur merupakan sekolah yang cukup besar yang ada di kecamatan Guntur kabupaten Demak.

Persiapan Penelitian

Dalam penelitian ini guru perlu mempersiapkan:

1)    Soal yang berkaitan dengan pembelajaran diberikan sesuai kompetensi dasar.

2)    Daftar nama dan daftar nilai siswa.

3)    Dukumen proses.

Siklus Penelitian

Pembuatan Instrumen

Instrumen yang digunakan berupa daftar nilai, blangko pengamatan dan soal tes dan tugas berdasar pembagian kelompok dalam menyelesaikannya .

 

 

Analisis dan Refleksi

Dalam penelitian diperoleh hasil pengamatan mengenai keaktifan siswa dalam diskusi dan dalam mengerjakan tugas, nilai siswa hasil tes dan tugas-tugas kelompoknya. Dalam penilaian masing-masing siswa dalam satu kelompok, baik siswa yang pandai maupun yang tidak pandai memperoleh nilai yang sama. Sehingga siswa yang merasa lebih pandai akan merasa kurang puas dengan nilai yang diperolehnya karena nilai yang dirata-ratakan. Diharapan siswa yang pandai akan berusaha keras untuk menjelaskan pemecahan masalah dan membantu siswa yang kurang pandai. Dalam mengerjakan tugas dari guru dengan harapan tes berikutnya dan siswa yang kurang pandai dalam mengerjakan tugas dalam kelompok memperoleh nilai yang lebih baik.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Prasiklus ( Kondisi Awal )

Perencanaan

Dari hasil tersebut tampak bahwa keaktifan siswa dalam kondisi kurang, siswa masih bersifat individualistis dan beberapa siswa ada yang tidak mengikuti diskusi, hasil tes dan kuis rendah. Ada beberapa nilai yang sangat menyolok dalam satu kelompok, sehingga siswa yang mempunyai nilainya baik akan dirugikan oleh siswa lain dalam kelompoknya yang mempunyai nilainya kurang.

Refleksi

Dalam siklus berikutnya diharapkan siswa yang mampu berusaha untuk membantu siswa yang kurang mampu, sehingga diskusi dan tugas akan menjadi lebih aktif. Guru perlu memberikan penekanan pentingnya kerja sama kelompok dalam menyelesaikan tugas-tugas untuk meningkatkan nilai kelompok. Kelas yang belajar dengan bimbingan guru dalam metode demonstrasi dan kelas yang belajar dengan cara demonstrasi obyek melalui pengamatan langsung.

Dari hasil penilaian tersebut tampak bahwa keaktifan siswa dalam diskusi mengalami peningkatan yang cukup baik, dengan metode demonstrasi dalam melakukan tugas selalu dengan senang, tetapi belum maksimal dan hasil tes / kuis dan pekerjaan tugasnya sudah cukup tinggi.

Refleksi

Dalam siklus berikutnya diharapkan diskusi dalam kelompok dapat lebih baik.

Siklus II

Tampak keaktifan siswa dalam diskusi semakin meningkat dan nilai hasil kuis dan tes sangat menggembiraakan tetapi belum keseluruhan memuaskan dengan hasil yang makin mendekati sempurna dalam mengerjakan tugasnya.

Refleksi

Dalam siklus selanjutnya diharapkan seluruh siswa aktif dalam diskusi dan bekerja kelompok diharapkan makin aktif , karena masih ada siswa yang tidak aktif dalam melakukan diskusi dan kerjasama antar siswa dalam kelompok diharapkan semakin kompak dalam kerja kelompok. Sampai dengan siklus III masih juga ada siswa yang acuh terhadap kerja kelompok dan diskusi.

Keaktifan Siswa dalam Diskusi dan Tugas

Melihat persentasi pengamatan dalam keaktifan diskusi nampak ada peningkatan. Dan yang paling jauh selisihnya pada prasiklus dan siklus I dengan selisih 34,79% dan meningkat pada siklus II menjadi 95,65%.

Ketidakaktifan Siswa dalam Diskusi dan Tugas

Melihat persentasi pengamatan tentang ketidakaktifan siswa dalam diskusi dan melaksanakan tugas nampak ada penurunan dengan demikian menunjukkan pembelajaran ada peningkatan.

Pembahasan

Hasil pengamatan dari nilai tugas dengan metode demonstrasi dan metode demonstrasi pada kondisi awal hanya mempunyai rata-rata 68,30 dan nilai rata-rata siswa kelas 74,39 pada Siklus I. Dan pada siklus II nilai rata-ratanya cukup tinggi dan signifikan yaitu 87,04, ada kemungkinan siswa senang demonstrasi gambar atau lukisan yang mereka lihat dari mereka yang mempergunakan metode demonstrasi karena mereka memerlukan daya pikir dan nalar. Pada siklus II kembali nilai rata-rata mereka meningkat menjadi 87,04 tetapi secara umum metode demonstrasi pada siswa lebih baik dan lebih meningkat.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa dalam diskusi dan menyelesaikan tugas-tugasnya nilai kuis pada penelitian tindakan kelas atau action research pada SMP Negeri 1 Guntur Demak tampak bahwa metode demonstrasi belajar mandiri dalam mengerjakan tugas-tugas demonstrasi di kelas lebih menyenangkan dan lebih menggairahkan keinginan siswa dalam melakukan diskusi dan mengamati hasil pembelajaran dan tugas di kelas atau ruang seni rupa mereka. Melihat hasil pembelajaran dengan berdasar nilai yang diperoleh siswa dalam melakukan kegiatan dan aktifitasnya terlihat sangat banyak berbeda. Terlihat adanya peningkatan keaktifian siswa yang pada kondisi awal (prasiklus) sebanyak 12 siswa yang aktif 52,17%, meningkat pada siklus I sebanyak 20 siswa (86,96%) dan 22 siswa aktif (95,65%) pada siklus II.

Siswa yang belum mengerti takut untuk bertanya karena mereka diberi tugas dalam belajar. Berbeda dengan siswa yang melakukan kegiatan dengan metode demonstrasi terlihat mereka sangat kebingungan dalam kegiatan mengerjakan tugas dengan metode demonstrasi tidak begitu senang biar selalu diawasi dan dibantu guru yang mengajar, mungkin karena mereka langsung berpikir dalam metode demonstrasi dari tugas yang mereka kerjakan. Siswa mempergunakan metode mencontoh minat mereka dalam mengamati perkembangan tugas mereka setelah melihat dari hasil tugas mereka, bila melihat nilai juga cukup meningkat. Terbukti pada kondisi awal nilai rata-rata hanya mencapai 68,30, meningkat menjadi 74,39 pada siklus I dan pada siklus II meningkat mencapai 87,04.

Dalam mengikuti pembelajaran secara demonstrasi siswa lebih senang dan menarik karena mereka harus tanpa berpikir lebih dahulu baru dapat mengerjakan tugas dan seperti dengan rela untuk mengerjakan tugas dalam menyimak yang secara teori kurang mereka mengerti. Kerja secara kelompok sungguh mengembirakan dan dapat memacu keinginan siswa dalam belajar karena langsung menghadapi secara nyata dan tugas demonstrasi terlihat lebih meringankan siswa yang berlangsung terus menerus selama siklus dilaksanakan.

Hasil angket yang diberikan untuk siswa kelas VIII.G SMP Negeri 1 Guntur Demak lebih banyak yang menyukai metode demonstrasi pada tugas-tugas yang mereka lakukan, merasa senang karena mereka harus belajar tanpa berpikir dahulu.

Saran

Berdasar hasil laporan penelitian yang penulis peroleh maka saran-saran yang peneliti harapkan agar pembelajaran memperoleh hasil yang lebih baik perlu mengadakan perlakuan pembelajaran yang berfariasi:

Untuk Guru Seni Budaya

Sering-sering mengadakan pembelajaran dengan memberikan tugas demonstrasi yang dapat menyelesaikan tugas lebih baik dari siklus-siklus terdahulu dan penelitian agar siswa tidak bosan dan lebih menyenangkan dengan metode yang berfariasi dan mandiri. Dalam membandingkan dua metode mana yang lebih berhasil dilakukan dan mana yang lebih menyenangkan untuk belajar dan kemauan praktek langsung dari buku yang dapat mereka tiru, bila dengan metode demonstrasi dapat diminati siswa dapat dengan bergiliran metodenya dapat dirubah-ubah sesuai minat dan keinginan.

Untuk Guru Umum.

Metode ini dapat dilakukan secara bergantian agar siswa dapat berfariasi dalam menyelesaikan tugas ada tugas yang memerlukan pemikiran dan penalaran pada setiap mata pelajaran yang mengandung unsur keterampilan dalam kesenirupaan dan siswa akan selalu berusaha untuk menemukan hasil yang lebih baik dalam berkarya dan berekspresi, mereka memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang berfariasi terutama pada mereka guru – guru seni budaya terutama guru seni rupa.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhammad, 1982, Penelitian Pendidikan Prosedur & Strategi, Bandung: Penerbit Angkasa.

Best John W., 1982, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2004, Panduan Penataran dan Lokakarya Penelitian Tindakan Kelas bagi Dosen LPTK se Indonesia, Solo: Dikti-Diknas.

Elliott, John, 1991, Action Research for Educational Change, Philadelphia: Open University Press.

Garha Oho, 1981, Pendidikan Kesenian Seni Rupa, Dep. P dan K, Jakarta: Gramedia dan Mutiara.

Gegne, Robert M. and Leslie J. Briggs, 1979, Principles of Instructional Design, New York, Rinchart and Winston.

Hadi Sutrisno, 1982, Statistik I,II & III, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

Hadi Sutrisno, 1982, Metodologi Reasearct, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

Lowenfelg Victor and W. Lambert Brittain, 1975, Creative and Mental Growth, New York: Macmillan Publishing Co., Inc.

Mulyasa, 2016, Menjadi Guru Profesional, Dandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Partowisastro, Koestoer, 1986, Dianosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar, Jakarta ; Erlangga.