PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA

MATERI MENDESKRIPSIKAN ALUR NOVEL REMAJA TERJEMAHAN MELALUI Penerapan Metode Pembelajaran Imajinatif

Pada Siswa Kelas VIII.D SMP Negeri 2 DEMPET

Kabupaten Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017

 

Sri Wanti

SMP Negeri 2 Dempet Kabupaten Demak

 

ABSTRAK

Penelitian berdasarkan permasalahan, (a) Seberapa jauh peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode pembelajaran imajinatif dalam belajar bahasa Indonesia pada siswa Kelas VIII.D SMP Negeri 2 Dempet Tahun Pelajaran 2016/2017 ? (b) Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran imajinatif terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia pada siswa Kelas VIII.D SMP Negeri 2 Dempet Tahun Pelajaran 2016/2017 ?Tujuan penelitian tindakan ini adalah: (a) Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran imajinatif pada siswa Kelas VIII.D SMP Negeri 2 Dempet Tahun Pelajaran 2016/2017 . (b) Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran imajinatif dalam belajar bahasa Indonesia pada siswa Kelas VIII.D SMP Negeri 2 Dempet Tahun Pelajaran 2016/2017 Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Dempet Demak Data yang diperoleh berupa hasil tes tanya jawab, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari prasiklus sampai siklus II yaitu, prasiklus (70,58%), siklus I (79,41%), siklus II (85,30%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah merode pembelajaran imajinatif dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa SMP Negeri 2 Dempet Demak, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan” bahasa Indonesia.

Kata kunci:….. mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan”, prestasi belajar,  metode pembelajaran imajinatif

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pelajaran “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan”sebenarnya sangat penting diberikan kepada siswa untuk melatih menggunakan bahasa secara aktif. Di samping itu, pengajaran “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan” di dalamnya secara otomatis mencakup banyak unsur kebahsaan termasuk kosa kata dan keterampilan penggunaan bahasa itu sendiri dalam bentuk bahasa tulis. Akan tetapi dalam hal ini guru bahasa Indonesia dihadapkan pada dua masalah yang sangat dilematis. Di satu sisi guru bahasa harus dapat menyelesaikan target kurikulum yang harus dicapai dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Sementara di sisi lain porsi waktu yang disediakan untuk pelajaran “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan”relatif terbatas, padahal untuk pelajaran “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan” seharusnya dibutuhkan waktu yang cukup panjang, karena diperlukan latihan-latihan yang cukup untuk memberikan siswa dalam karang-”mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan”.Dari dua persoalan tersebut kiranya dibutuhkan kreaivitas guru untuk mengatur sedemikian rupa sehingga materi pelajaran “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan”dapat diberikan semaksimal mungkin dengan tidak mengesampingkan materi yang lain.

Sekolah kita pada umumnya agak mengabaikan pelajaran “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan”. Ada beberapa faktor penyebabnya yaitu, (1) sistem ujian yang biasanya menjabarkan soal-soal yang sebagian besar besifat teoritis, (2) kelas yang terlalu besar dengan jumlah siswa berkisar antara empat puluh sampai lima puluh orang.

Materi ujian yang bersifat teoritis dapat menimbulkan motivasi guru bahasa mengajarkan materi “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan” hanya untuk dapat menjawab soal-soal ujian, sementara aspek keterampilan diabaikan. Sedangkan dengan kelas yang besar konsekuensi biasanya guru enggan memberikan pelajaran “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan”, karena guru harus memeriksa deskripsi alur siswa-siswanya yang berjumlah mencapai empat puluh sampai lima puluh lembar, kadang hal itu masih harus berhadapan dengan tulisan-tulisan siswa yang notabene sulit dibaca. Belum lagi ia harus mengajar lebih dari satu kelas atau mengajar di sekolah lain, berarti yang harus diperiksa empat puluh kali sekian lembar deskripsi alur . Oleh karena itu, tidak jarang guru yang menyuruh siswanya “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan” hanya sebulan sekali atau bahkan sampai berbulan-bulan.

Disamping hal-hal tersebut, ada asumsi sebagian guru yang menganggap tugas “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan” yang diberikan kepada siswa terlalu memberatkan atau tugas itu terlalu berat untuk siswa, sehingga ia merasa kasihan memberikan beban berat tersebut kepada siswanya. Ia terlalu pesimis dengan kemampuan siswanya. Asumsi tersebut tidak bisa dibenarkan, karena justru dengan seringnya latihan-latihan yang diberikan akan membuat siswa terbiasa dengan hal itu. Kita tahu bahwa ketermpilan berbahasa akan dapat dicapai dengan baik bila dibiasakan. Kalau guru selalu dihantui oleh perasaan ini dan itu, bagaimana siswanya akan terbiasa menggunakan bahasa dengan sebaik-baiknya?

Berdasarkan paparan tersebut, maka dalam penelitian ini diberi judul “Metode Pembelajaran Imajinatif dalam Meningkatkan Prestasi Belajar “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan” Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas VIII.D SMP Negeri 2 Dempet Kabupaten Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut: (1). Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode pembelajaran imajinatif dalam belajar bahasa Indonesia pada siswa Kelas VIII.D SMP Negeri 2 Dempet Kabupaten Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017 ? (2). Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran imajinatif terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia pada siswa Kelas VIII.D SMP Negeri 2 Dempet Kabupaten Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017 ?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: (1). Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran imajinatif pada siswa Kelas VIII.D SMP Negeri 2 Dempet Kabupaten Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017, (2). Untuk mengetahui motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran imajinatif dalam belajar bahasa Indonesia pada siswa Kelas VIII.D SMP Negeri 2 Dempet Kabupaten Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017

Manfaat Penelitian

Penelitain ini dapat memberikan manfaat bagi: (1). Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia.(2). Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa. (3). Siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar dan melatih sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar.

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Strategi Kognitif

Tujuan pengajaran yang dilaksanakan di dalam kelas menurut Mager adalah menitik beratkan pada perilaku siswa atau perbuatan (performance) sebagai suatu jenis out put yang terdapat pada siswa dan teramati serta menunjukan bahwa siswa tersebut telah melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Pengajar mengemban tugas utamanya adalah mendidik dan membimbing siswa-siswa untuk belajar serta mengembangkan dirinya. Di dalam tugasnya seorang guru diharapkan dapat membantu siswa dalam memberi pengalaman-pengalaman lain untuk membentuk kehidupan sebagai individu yang dapat hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat modern.

Penilaian taksonomi B.S. Bloom (dalam Yamin, 2005:2) tentang ranah kognitif terbagi dalam tiga kelompok, kelompok pengetahuan rendah, menengah dan tinggi. Aplikasi pada tingkat sekolah lanjutan sudah dimulai pengemblengan secara matang pada masing-masing tingkat, misalnya siswa kelas I SLTP mereka telah memiliki kemampuan pengetahuan dan merupakan tujuan tersebut, siswa-siswa harus mampu memindahkan pengetahuan ke dalam dirinya dan merupakan transfer of knowledge, maka hal demikian dapat disebut strategi kognitif.

Kemampuan kognisi tertinggi menurut Gagne (dalam Yamin, 2005:2) adalah strategi kognisi, atau analisis, sintesis dan evaluasi juga kemampuan kognisi tertinggi menurut Bloom. Strategi kognitif ini dapat dipelajari oleh siswa-siswa dengan guru, kemampuan ini lebih banyak mengajak siswa berpikir dengan memberi bahan atau materi pelajaran yang mana siswa dapat memecahkannya, baik di dalam kelas maupun di dalam kehidupan sehari-hari di luar sekolah. Guru yang berhasil memberi materi terhadap siswa adalah guru yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswanya.

Pemberian materi pelajaran di dalam kelas sebatas memberi informasi, akan tetapi merupakan cikal bakal mereka untuk mengembangkan diri, dan menindak lanjuti apa-apa yang telah mereka perdapat dari informasi awal di dalam kelas.

Mendapatkan pengalaman di luar kelas merupakan bagain strategi kognitif di mana seseorang dapat belajar dari pengalaman dirinya dan pengalaman orang lain. Pengalaman yang didapat oleh siswa di luar kelas akan tercatat dalam benaknya dalam bentuk gagasan dan tanggapan-tanggapan. Gagasan-gagasan dan tanggapan-tanggapan ini akan tertuang dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.

Dengan demikian pengalaman siswa akan dapat dipresentasikannya dalam bentuk kata-kata dan orang lain akan mengerti apa yang dimaksudnya. Sehingga orang yang mendengar cerita terbawa ke suatu pengalaman yang pernah dialaminya, seperti; seseorang telah berkunjung ke Taman Safari Bogor dan menceritakan pengalamannya tentang binatang kepada teman-temannya, dan teman-temannya tertarik mendengar cerita tersebut. Pengalaman itu akan menciptakan gagasan dan tanggapan yang bersifat mental, di mana dapat menghadirkan sesuatu yang tidak tampak, cerita itu akan menciptakan komunikasi dua arah, seolah-olah ia ikut merasakan, melihat, mengamati, dan menikmati secara mental.

Kemampuan kognitif manusia dapat menghadirkan realitas dunia ke dalam dirinya, mulai dari hal-hal yang berisfat material dan non material seperti memperagakan seekor gajah yang cerdik dengan suasana penonton yang gembira. Oleh sebab itu semakin banyak tanggapan dan gagasan yang dimiliki seseorang, semakin kaya dan luaslah alam internal kognitif orang itu. Kemampuan kognitif itu harus dikembangkan melalui belajar.

Metode Pembelajaran Imajinatif

1.      Uraian Singkat

       Melalui imaji visual, siswa dapat menciptakan gagasan mereka sendiri. Imaji cukup efektif sebagai suplemen kreatif dalam proses belajar bersama. Cara ini juga bisa berfungsi sebagai papan loncat menuju proyek atau tugas independen yang pada awalnya mungkin tampak membuat siswa kewalahan.

2.      Prosedur

       Perkenalkan topik yang akan dibahas. Jelaskan kepada siswa bahwa mata pelajaran ini menuntut kreativitas dan bahwa penggunaan imaji visual dapat membantu upaya mereka.

a.     Perintahkan siswa untuk menutup mata. Perkenalkan latihan relaksasi yang akan membersihkan pikiran-pikiran yang ada sekarang dari benar siswa. Gunakan musik latar, lampu temaran, dan pernafasan untuk bisa mencapai hasil.

b.     Lakukan latihan pemanasan untuk membukan “mata batin” mereka. Perintahkan siswa, dengan mata mereka tertutup, untuk berupaya menggambarkan apa yang terlihat dan apa yang terdengar, misalnya ruang tidur mereka, lampu lalulintas sewaktu berubah warna, dan rintik hujan.

c.     Ketika para siswa merasa rileks dan terpanaskan (setelah latihan pemanasan), berikanlah sebuah imaji untuk mereka bentuk. Saran-sarannya meliputi: Pengalaman masa depan, Suasana yang asing, Persoalan untuk dipecahkan, Sebuah proyek yang menanti untuk dikerjakan.   Sebabai contoh. Seorang guru membantu siswa wawancara kerja. Siswa diberi pertanyaan berikut: Apa yang kamu kenakan?, Jam berapa sekarang?, Seperti apa sih kantor itu?, Kursi seperti apakah kantor itu?, Di manakah posisi duduk si pewawancara?, Seperti apakah si pewawancara itu?, Apa yang kamu rasakan?, Apa yang ditanyakan pewawancara kepada kamu?, Bagaimana menajawabnya?

d.     Sewaktu menggambarkan imajinya, berikan selang waktu hening secara regular agar siswa dapat membangun imaji visual mereka sendiri. Buatlah pertanyaan yang mendorong penggunaan semua indera, semisal: Seperti apakah rupanya?, Siapa yang kamu lihat? Apakah yang mereka lakukan? Apa yang kamu rasakan?

e.     Akhiri pengarahan imaji dan instruksikan siswa untuk mengingat imaji mereka. Akhiri latihan itu dengan perlahan.

f.      Perintahkan siswa untuk membentuk kelompok-kelompok kecil dan berbagi pengalaman imaji mereka. Perintahkan mereka untuk menjelaskan imaji mereka satu sama lain dengan menggunaan sebanyak mungkin penginderaan. Atau perintahkan mereka imajinasikan

3.   Variasi

a.     Setelah siswa mengingat kembali bagaimana mereka akan bertindak dalam situasi tertentu, perintahkan mereka untuk merencanakan bagaimana mereka akan benar-benar bertindak berdasarkan apa yang mereka pikirkan.

b.     Lakukan latihan imaji di mana siswa mengalami kegagalan. Selanjutnya perintahkan mereka untuk membayangkan atau mengimajinasikan sebuah keberhasilan.

Kerangka Teori Berpikir

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) definisi strategi kognitif, (2) pengertian kalimat langsung dan tak langsung, (3) metode pembelajaran imajinatif.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Rancangan Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direfisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

(1). Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.

(2). Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pengajaran berbasis tugas proyek.

(3). Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

(4). Rancangan/rencana yang direfisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rangcangan yang direfisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahasa satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 2 Dempet Kabupaten Demak Semester 2 tahun Pelajaran 2016/2017. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 .

Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VIII.D SMP Negeri 2 Dempet Kabupaten Demak Semester 2 tahun Pelajaran 2016/2017 pokok bahasan “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan” .

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap penyelesaian.

Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian. Dalam kegiatan ini diharapkan pelaksanaan penelitian akan berjalan lancer dan mencapai tujuan yang diinginkan. Kegiatan persiapan ini meliputi: (1) kajian pustaka, (2) penyusunan rancangan penelitian, (3) orientasi lapangan, dan (4) penyusunan instrumen penelitian.

Tahap Pelaksanaan   

Pada tahap pelaksanaan penelitian ini, kegiatan yang dilakukan meliputi: (1) pengumpulan data melalui tes dan pengamatan yang dilakukan persiklus, (2) diskusi dengan pengamat untuk memecahkan kekurangan dan kelemahan selama proses belajar mengajar persiklus, (3) menganalisi data hasil penelitian persiklus, (4) menafsirkan hasil analisis data, dan (5) bersama-sama dengan pengamat menentukan langkah perbaikan untuk siklus berikutnya.

Tahap Penyelesaian

Dalam tahap penyelesaian, kegiatan yang dilakukan meliputi: (1) menyusun draf laporan penelitian, (2) mengkonsultasikan draf laporan penelitian, (3) merefisi draf laporan penelitian, (4) menyusun naskah laporan penelitian, dan (5) menggandakan laporan penelitian.

 

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: Silabus, Rencana Pelajaran (RP), Tugas “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan”

Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa tugas mengajang pada setiap akhir putaran.

Untuk mempermudah evaluasi terhadap tingkat kemampuan siswa, perlu dirumuskan kriteria penilaian sebagai berikut: (1).Kategori benar semua.(2).Kategori benar sebagian. (3).Kategori salah semua.(4).Katageri tanpa percakapan.

Prosentase dan jumlah kategori 1 dan 2 menunjukkan tingkat keberhasilan pembelajaran. Kriteria ini diberikan karena pertimbangan bahwa penulisa kalimat langsung merupakan pekerjaan yang sulit dicapai kesempurnaannya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Prasiklus

Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, tugas “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan” dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan belajar aktif.

Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk prasiklus dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2017 di Kelas VIII.D dengan jumlah siswa 34 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tugas “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan” dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Tingkat keberhasilan pada prasiklus adalah 41,18% + 29,04% = 70,58%. Siswa yang membuat deskripsi alur tanpa percakapan sebanyak 5 siswa dan yang membuat deskripsi alur dengan percakapan tapi salah cara membuat kutipannya sebanyak 5 orang. Hal ini menunjukkan siswa kurang memahami penjelasan guru. Hasil observasi masih kurang memuaskan, karena perhatian siswa diperoleh secara paksa. Meskipun hanya tahab awal. Perhatian tidak tumbuh secara alamiah.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada prasiklus secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memahami mata pelajaran “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan”hanya sebesar 70,58% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan model belajar aktif.

Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (1). Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, (2). Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu, (3). Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung

Refisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada prasiklus ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. (1). Memperbaiki segala kelemahan yang terjadi pada prasiklus.(2). Memberi pengarahan pada siswa yang masih mengalami kesulitan. (3). Memberi bimbingan pada siswa yang masih belum mengerti tentang kalimat langsung dan kalimat tidak langsung.

Siklus I

Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, tugas I “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan” dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan belajar aktif dan lembar observasi guru dan siswa.

Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2017 di Kelas VIII.D dengan jumlah siswa 34 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada Prasiklus, sehingga kesalahan atau kekurangan pada prasiklus tidak terulang lagi pada siklus I. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tugas I“mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan” dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tugas I “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan”.

Tingkat keberhasilan pada siklus I adalah 44,12% + 35,29%=79,41%. Siswa yang membuat deskripsi alur tanpa percakapan sebanyak 4 siswa dan yang membuat deskripsi dengan percakapan tapi salah cara membuat kutipannya sebanyak 3 orang. Hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mencapai 79,41% atau ada 27 siswa yang tuntas belajar.

Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus I ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari prasiklus. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan model belajar aktif.

Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:(1).Memotivasi siswa (2).Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep (2). Pengelolaan waktu

Refisi Rancangan

Pelaksanaan kegiatan belelajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya refisi untuk dilaksanakan pada siklus I antara lain: (1). Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.(2).Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.(3)Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.(4). Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.(5). Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.

Siklus II

Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, tugas “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan” II dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan cara belajar aktif model penajaran terarah dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2017 di Kelas VIII.D dengan jumlah siswa 34 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tugas II“mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan” dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tugas II “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan”.

Tingkat keberhasilan pada siklus II adalah 44,12% + 41,18% = 85,30%. Siswa yang membuat deskripsi alur tanpa percakapan 2 siswa dan yang membuat deskripsi alur dengan percakapan tapi salah cara membuat kutipannya sebanyak 3 orang. Hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mencapai 85,30% atau ada 29 siswa yang tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaeruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan belajar aktif sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan belajar aktif. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: (1).Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.(2).Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.(3).Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.(4).Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan.

Refisi Pelaksanaan

Pada siklus II guru telah menerapkan belajar aktif dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan refisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mepertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan belajar aktif dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pembahasan

Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa cara belajar aktif model pengajaran imajinatif memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari Prasiklus, Siklus I, dan II) yaitu masing-masing 70,58%, 79,41%, dan 85,30%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar aktif dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

PENUTUP

Simpulan        

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1).Pembelajaran dengan cara belajar aktif model pengajaran imajinatif memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu Prasiklus (70,58%), siklus I (79,41%), siklus II (85,30%). (2).Penerapan cara belajar aktif model pengajaran imajinatif mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan model belajar aktif sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Bahasa Indonesia lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut;(1).Untuk melaksanakan belajar aktif memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan cara belajar aktif model pengajaran imajinatif dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.(2).Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.(3). Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SMP Negeri 2 Dempet Demak, (4).Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ambary, Abdullah, dkk. 1999. Penuntun Terampil berbahasa Indonesia dan Petunjuk Guru. Bandung: Trigenda Karya.

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineksa Cipta.

Badudu, J.S. 1988. Cakrawala Bahasa Indonesia. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.

Hadi, Sutrisno. 1984. Metodologi Research. Jilid I. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Harisiati, Titik. 1999. Penelitian Tindakan Sebagai Aplikasi Metode Ilmiah dan Pemecahan Masalah Pembelajaran Bahasa. Dalam Seminar FPBS IKIP Malang.

Mariskan, A. 1982. Ikthisar Bahasa Indonesia untuk SMP. Jakarta.Edumedia

Melvin. L. Silberman. 2007. Active Learning. 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa dan Nusamedia.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitian Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Nurkancana, Wayan. 1986. Evalusi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Poerwadarminta, WJS. 1979. ABC Karang “mendeskripsikan alur novel remaja terjemahan” . Yokyakarta. UP.

Poerwadarminta. W.J.S. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumardi & Nur Anggraeni. 2005. Terampil Berbahasa Indonesia Untuk SMP. Jakarta: Erlangga.