Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Eksperimen
PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MUATAN IPA
- 3. 7. MATERI PERUBAHAN WUJUD DI BENDA
PADA ASPEK PENGETAHUAN MELALUI METODE EKSPERIMEN
PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 NGESREP
SEMESTER GENAP TAHUN 2019/2020
Sri Purwanti Rahayu
SD Negeri 1 Ngesrep
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui aktivitas guru dengan menggunakan metode eksperimen, (2) Untuk mengetahui aktivitas siswa dengan menggunakan metode eksperimen, (3) Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 1 Ngesrep. Penelitian ini menggunakan penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek siswa kelas V SD Negeri 1 Ngesrep tahun ajaran 2019/2020 yang terdiri dari 15 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi (guru dan siswa) dan soal tes hasil belajar dengan menggunakan analisis rumus persentase. Berdasarkan hasil analisis data penelitian didapatkan bahwa (1) Aktivitas guru pada siklus I sebesar 73% berada pada (kategori baik), dan meningkat pada siklus II sebesar 82% (kategori baik sekali), (2) Aktivitas siswa pada siklus I sebesar 70% berada pada (kategori baik),dan meningkat pada siklus II sebesar 83% (kategori baik sekali), (3) Hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 73% (kategori baik), dan meningkat pada siklus II sebesar 87% (kategori baik sekali). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode eksperimen pada pelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Ngesrep sudah tercapai.
Kata kunci: Hasil Belajar, Metode Eksperimen, IPA
PENDAHULUAN
IPA merupakan salah satu mata pelajaran utama dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, mulai jenjang sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah. Prospek pengembangan pendidikan IPA juga diterapkan lebih lanjut dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi diri agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Agustiana dan Tika, 2017:287-288). IPA adalah pengetahuan khusus yang diperoleh dengan cara khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimen, observasi, dan seterusnya saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya (Aly dan Rahma, 2009: 18-19). Berdasarkan uraian di atas IPA merupakan ilmu yang sistematis yang berhubungan dengan gejala-gejala alam, kebendaan dan didasarkan pengamatan dan eksperimen.
Keberhasilan pembelajaran IPA sangat berpengaruh pada kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Seorang guru dalam mengajar selain menguasai bahan juga dituntut dapat mengajar dengan menggunakan metode, model, dan media pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan. Kesalahan dalam pemilihan metode, model, dan media pembelajaran akan mengakibatkan tidak maksimalnya pemahaman siswa yang berimbas pada tidak maksimalnya pencapaian materi dan tujuan. Metode pembelajaran yang tepat sangat menentukan terhadap efektivitas belajar-mengajar di dalam kelas. Berbagai metode dapat dipilih oleh guru untuk melangsungkan proses belajar-mengajar bersama para siswa dengan lebih efisien dan mengena. Pemilihan dan penerapan metode yang kurang tepat akan berdampak pada hasil belajar siswa sehingga akan menimbulkan masalah pada proses belajar selanjutnya. Semakin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar, maka semakin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran.
Terlepas dari metode mana yang akan digunakan, terdapat suatu prinsip yang harus dipertimbangkan, yaitu bahwa metode tersebut hendaknya tidak hanya terfokus pada aktivitas guru, melainkan juga pada aktivitas siswa Kurikulum 2013 menekankan pada pengalaman lapangan untuk mengakrabkan hubungan antara guru dengan siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan yatu dengan eksperimen. Eksperimen adalah sebuah metode dalam pembelajaran dimana siswa melakukan percobaan secara langsung baik secara perseorangan maupun kelompok untuk menemuan atau membuktikan sebuah teori (Roestiyah, 2012: 80; Putra, 2013: 132 Hamdayama, 2015: 125). Melalui kegiatan eksperimen siswa dilatih untuk berfikir kritis dan dapat membuktikan kebenaran dari teori yang sedang dipelajari secara nyata, sehingga dengan demikian siswa akan mencapai hasil belajar yang maksimal.
Berdasarkan hasil observasi yang telah penulis laksanakan di SD Negeri 1 Ngesrep Ngemplak Boyolali Ngemplak Boyolali ditemukan bahwa guru telah mengajar dengan semaksimal mungkin. Namun, masih terdapat penggunaan metode mengajar ceramah atau teacher center dimana guru hanya memaparkan materi di depan kelas dan metode mengajar mengarah pada hafalan. Para guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif dan kreatif dalam melibatkan siswa, serta belum menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran dan metode pembelajaran yang bervariasi berdasarkan karakter materi pelajaran.
Permasalahan yang datang dari guru yaitu: kurangnya penguasaan konsep materi pembelajaran serta kurangnya penguasaan metode, pendekatan maupun strategi yang guru gunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar sehingga berimbas pada hasil belajar kurang maksimal yang siswa capai. Guru mengajar masih menggunakan metode konvensional yaitu cermah dan pemberian tugas serta mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal (3DCH), sehingga pembelajaran berpusat pada pengetahuan yang dimiliki guru sehingga guru sebagai pusat informasi pembelajaran (teacher centered)dan ini berakibat siswa akan menjadi lebih pasif dalam proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di kelas.
Adapun permasalahan yang datang dari siswa itu sendiri, yaitu siswa kurang mampu menguasai materi pembelajaran dikarenakan pembelajaran cenderung berupa hafalan (mind on),dan jarang sekali siswa ikut terlibat berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa karena keterbatasan kesempatan yang diberikan guru kepada siswa untuk bereksperimen dan berpendapat tentang suatu materi pelajaran dan ini akan membatasi pengetahuan siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar seharusnya siswa sebagai pusat dari kegiatan belajar sehingga siswa diharapkan ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dan siswa dilibatkan secara langsung dalam proses KBM, sehingga siswa lebih antusias dan bersemangat untuk mengikuti kegiatan belajar. Pada proses pembelajaran, seorang guru bertugas menyiapkan situasi yang menggiring siswa untuk memahami apa yang sedangdipelajari dengan memberikan fakta, data serta konsep. Ketika mengajar, seorang guru kerap mengabaikan metode ilmiah keilmuan yaitu dengan tidak memberikan konsep kepada siswanya. Hal ini terbuktidengan seringnya digunakan metode ceramah yang membuat siswa tidak mengerti dengan apa yang disampaikan oleh guru. Untuk meningkatkan hasil belajar mengenai topik perubahan wujud benda, diperlukan adanya sebuah inovesi untuk menarik perhatian dan konsentrasi dalam menyerap pembelajaran.
Selain itu berdasarkan pengamatan terlihat juga bahwa dalam proses belajar mengajar di SD Negeri 1 Ngesrep Ngemplak Boyolali Ngemplak Boyolali, sering di temukan permasalahan di antaranya; siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, tidak terjadi pembelajaran yang menyenangkan, pembelajaran kurang kreatif, kurang motivasi belajar untuk siswa, kurang pemberian kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berpendapat, kurangnya penggunaan alat peraga yang kongkrit dalam pembelajaran, sering tidak menggunakan percobaan sederhana, sehingga siswa tidak dapat membuktikan konsep dengan nyata, kesulitan siswa dalam mengingat materi yang telah dipelajari, sebagian besar siswa harus mengikuti remedial ujian ulangan, kecil kemungkinan siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Serangkaian permasalahan tersebut, menyebabkan hasil belajar siswa tidak maksimal. Berdasarkan hal tersebut, dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa SD Negeri 1 Ngesrep Ngemplak Boyolali Ngemplak Boyolali, maka peneliti menerapkan metode eksperimen untuk membantu meningkatkan hasil belajar IPA pada kelas V SD Negeri 1 Ngesrep Ngemplak Boyolali Ngemplak Boyolali Metode eksperimen merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA. Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada siswa, baik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Penggunaan metode ini bertujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Dengan melakukan eksperimen siswa dilatih untuk berfikir kritis dan dapat membuktikan kebenaran dari teori yang sedang dipelajari secara nyata, sehingga dengan demikian siswa akan mencapai hasil belajar yang maksimal.
Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan berkenaan dengan metode eksperimen, di antaranya oleh Rauzatul Lia menunjukkan bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selanjutnya hasil penelitian Mahlianurrahman menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen. Sedangkan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Evi Asmawira Menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat dengan memanfaatkan metode eksperimen.
Berdasarkan landasan teoritis dan empiris di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Tematik Muatan IPA KD. 3. 7. Materi Perubahan Wujud di Benda pada Aspek Pengetahuan Melalui Metode Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Ngesrep Semester Genap Tahun 2019/2020”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah hasil belajar siswa Aspek Pengetahuan dengan menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA KD. 3. 7. Materi Perubahan Wujud di Benda pada di kelas V SD Negeri 1 Ngesrep Ngemplak Boyolali?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui aktivitas guru dengan menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran kelas V di SD N 1 Ngesrep Ngemplak Boyolali. (2) Untuk mengetahui aktivitas siswa dengan menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 1 Ngesrep Ngemplak Boyolali. (3) Untuk mengetahui hasil belajar siswa aspek pengetahuan dengan menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 1 Ngesrep Ngemplak Boyolali.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
Hakikat Hasil Belajar Tematik Muatan IPA pada Aspek Pengetahuan dan Sikap
Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2008: 5). Menurut Purwanto (2011: 34) hasil belajar yaitu perubahan perilaku sikap siswa akibat proses belajar. Sedangkan menurut Umar (2012: 12) hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Pembelajaran IPA sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain. Pembelajaran IPA sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut (Samawoto, 2011: 1).
Hakikat Metode Eksperimen
Menurut Sagala (2005:220), metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Pelaksanaan eksperimen bisa dilakukan di dalam laboratorium maupun di luar laboratorium. Metode eksperimen (Djamarah, 2006: 84) merupakan cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Kegiatan eksperimen berbentuk praktik dengan menggunakan alat-alat tertentu. Eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif, karena dapat membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar (Trianto, 2011: 143).
Kerangka Berpikir
Hasil belajar IPA di Kelas V SD Negeri 1 Ngesrep Ngemplak Boyolali Semester 2 mengenai sifat-sifat wujud benda merupakan salah satu materi yang harus dikuasai oleh siswa. Hasil belajar IPA dapat menentukan prestasi belajar siswa. Secara sadar maupun tidak sadar materi sifat-sifat wujud benda sudah melakukan bahkan mengetahui peristiwa tersebut dalam kehidupan sekitar kita.
Permasalahan uang dihadapi yaitu siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, tidak terjadi pembelajaran yang menyenangkan, pembelajaran kurang kreatif, kurang motivasi belajar untuk siswa, kurang pemberian kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berpendapat, kurangnya penggunaan alat peraga yang kongkrit dalam pembelajaran, sering tidak menggunakan percobaan sederhana, sehingga siswa tidak dapat membuktikan konsep dengan nyata, kesulitan siswa dalam mengingat materi yang telah dipelajari, sebagian besar siswa harus mengikuti remedial ujian ulangan, kecil kemungkinan siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Serangkaian permasalahan tersebut, menyebabkan hasil belajar siswa tidak maksimal. Pembelajaran IPA berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan senuah proses penemuan (Agustiana & Tika, 2017:287-288). Metode eksperimen dalah sebuah variasi dari banyaknya metode pembelajaran, yautu dengan melakukan percobaa untuk membuktikan sebuah pernyataan atau sebuah teori Sagala (2005:220). Melaui percobaan diharapkan pengalaman siswa akan terus bertambah serta ilmu yang didapat lebih bertahan lama. Diyakini hasil belajar siswa meningkat melalui pengggunaan metode eksperimen.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Ngresep tahun pelajaran 2019/2020 pada kelas V. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada bulan Januari sampai Februari, yang meliputi tapan perencanaan hingga pelaksanaan tahun ajaran 2019/2020.
Pendekatan Penelitian
Jenis penelitin dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), berkaitan dengan pengertian penelitian tindakan kelas itu sendiri. (Ekawarna, 2013: 110) PTK merupakan penelitian tindakan yang dilakukan oleh seorang guru di dalam kelas. PTK merupakan jenis penelitian kualitatif. PTK bertujuan lebih memperbaiki kinerja. PTK dilaksanakan dengan prosedur tertentu yakni model siklus. Setiap siklus PTK memiliki 4 kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian tindakan kelas dari penelitian ini adalah siswa dan guru kelas V SD Negeri 1 Ngresep Ngemplak Boyolali tahun pelajaran 2018/2019. Jumlah siswa dengan jumlah 15 orang, dengan siswa laki-laki 9 orang dan siswa perempuan berjumlah 6 orang, serta guru kelas V kelas IV SD Negeri 1 Ngresep tahun pelajaran 2019/2020
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya Sugiyono (2014: 224-225). Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penulis tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Teknik Uji Validitas Data
Validitas (Sugiyono, 2009:363) merupakan sebuah derajad ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang diperoleh peneliti. Sebuah data dalam penelitian harus diperiksa tingkat validitasnya, sehingga dapat dipertanggunggawabkan keabsahannya dan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam menarik sebuah kesimpulan. Peneliti menggunakan menggunakan jenis validitas isi dan teknik triangulasi yang meliuti triangulasi sumber data dan teknik triangulasi teknik.
Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2014: 244).
Indikator Kinerja Penelitian
Indikator kinerja merupakan rumusan keberhasilan yang dilakukan. Rumusan ketercapaian kinerja pada penelitian tindakan kelas ini dalah meningkatnya hasil belajar IPA materi sifat-sifat wujud benda menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas V SD Negeri 1 Ngresep. Penelitian akan berakhir apabila memenuhi indikator kinerja 80%. Nilai tes kemampuan mengelompokkan konsep siswa telah mencapai ≥ 70 dan jumlah siswa yang lulus mencapai 80%.
Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan. Mekanisme kerja penelitian ini diwujudkan dalam bentuk siklus yang mencakup empat kegiatan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), obsrvasi dan evaluasi tindakan (observation and evaluation) dan refleksi tindakan (reflecting).
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Berdasarkan analisis data, walaupun sudah baik tetapi masih ada juga kekurangan ketika proses pembelajaran berlangsung masih ada siswa yang kurang memahami sehingga tidak dapat menjawab soal dengan benar. Hal ini terlihat dari aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen pada kegiatan ini 73% termasuk pada kategori baik dan aktivitas siswa yang didapat setelah diolah data adalah 70% termasuk pada kategori baik juga. Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA untuk siklus I sudah baik yaitu 73%. Namun hasil belajar ketuntasan klasikal belum terpenuhi yaitu 85%.
Siklus II
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I dan siklus II, persentase pengamatan pada aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen diperoleh sebesar 82% (Baik sekali). Aktivitas siswa yang diamati telah berhasil yaitu mampu melakukan percobaan dan mengamatinya, sehingga dapat membuktikan hasil percobaan yang guru demonstrasikan, siswa dapat menjawab LKPD dan post tes, mendengarkan penguatan dari guru dan mendengar motivasi dan pesan moral dengan persentase 83% (Baik sekali). Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan menjadi 87% termasuk baik sekali. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk melaksanakan penelitian sampai siklus II.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis observasi, aktivitas peserta didik, dan tes evaluasi kemampuan analisis menggunakan metode eksperimmen dapat meningkatkan kemampuan analisis konsep perubahan wujud benda pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Ngesrep Ngemplak Boyolali tahun ajaran 2018/2019. Peningkatan terlihat berdasarkan hasil tindakan pada siklus I dan siklus II. Setiap siklusnya terdiri dari 2 pertemuan. Setelah penelitian terlaksana pada siklus I hingga siklus II, pemahamantentang perubahan wujud benda siswa terjadi peningkatan.
Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat dari nilai jawaban soal post test yang telah diberikan kepada siswa setelah proses belajar mengajar yang berupa soal pilihan ganda. Kemudian hasil test siswa diolah dalam tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus persentase. Data diperoleh dari hasil test yang diberikan pada setiap siklus yang terdiri dari dua siklus. Hasil test yang dicapai pada tiap-tiap test dianalisis ketuntasan belajarnya, baik secara individual maupun klasikal. Nilai ketuntasan kriteria minimal (KKM) untuk materi berbagai perubahan wujud benda subtema wujud benda dan cirinya yang telah ditentukan yaitu 70. Apabila nilai atau skor yang diperoleh secara individual mencapai nilai <70 atau secara klasikal 80% siswa di kelas lulus maka pembelajaran tersebut dikategorikan tuntas.
Pembelajaran menggunakan metode eksperimen yaitu dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Pembelajaran enggunakan eksperimen lebih menenangkan dan dapat terserap secara optimal pada para siswa, karena mengalami sendiri peristiwa yang akan diamati. Proses pembelajaran eksperime yaitu, siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru.
Berdasarkan data yang terkumpul dan hasil analisis yang diperoleh dari soal tes menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan ketuntasan klasikal siswa dalam belajar telah mencapai 87%. Peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II yaitu 14%. Sesuai dengan teori belajar tuntas, maka seorang siswa dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 70% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan (Mulyasa, 2004: 99) keberhasilan kelas dapat dilihat dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai sekurang-kurangnya 80% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut
Jadi, berdasarkan gambaran tersebut maka penggunaan metode eksperimen sudah tuntas, karena secara keseluruhan dari jumlah siswa sudah mampu menyelesaikan soal- soal, mencapai indikator dan tujuan pembelajaran pada materi berbagai perubahan wujud benda subtema wujud benda dan cirinya. Hasil ini juga relevan degan penelitian yang dilakukan Evi Asmawira menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat dengan memanfaatkan metode eksperimen. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode eksperimen sangat berpengaruh untuk peningkatan hasil belajar siswa pada materi berbagai perubahan wujud benda subtema wujud benda dan cirinya.
Oleh karena itu siklus selanjutnya dihentikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti bahwa hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Ngesrep Ngemplak Boyolali dengan menggunakan metode eksperimen subtema wujud benda dan cirinya meningkat.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data, penulis dapat menyimpulkan bahwa: Aktivitas guru selama proses belajar mengajar dengan menggunakan metode eksperimen pada subtema wujud benda dan cirinya pada siklus I sebesar 73% (Baik), dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 82% (Baik sekali). Aktivitas belajar siswa yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode eksperimen pada subtema wujud benda dan cirinya pada siklus I sebesar 70% (Baik), dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 83% (Baik sekali).
Hasil belajar siswa dengan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen pada subtema wujud benda dan cirinya persentase pada siklus I sebesar 73% (Baik) namun secara klasikal belum tuntas, dan pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 87% (Baik sekali) sudah memenuhi ketuntasan klasikal.
Saran
Hasil penelitian yang diperoleh, agar proses pembelajaran efektif dan lebih memberikan hasil belajar yang maksimal bagi siswa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen pada tema benda- benda di lingkungan sekitar subtema wujud benda dan cirinya dapat membawa dampak positif terhadap aktivitas mengajar guru yang membawa pada baiknya aktifitas siswasehingga menghasilkan siswa yang berkualitas.
- Pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, diharapkan guru dapat menggunakan metode eksperimen upaya meningkatkan mutu kualitas pendidikan khususnya dalam pembelajaran IPA.
- Guru diharapkan dapat menggunakan berbagai macam metode atau model pembelajaran yang sesuai dengan materi pada pembelajaran IPA, sehingga hasil belajar siswadapat meningkat.
- Diharapkan kepada pembaca agar hasil penelitian ini menjadi bahan masukan dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiana, I. G. A. T. , & Tika, I. N. (2017). Konsep Dasar IPA. Yogyakarta: Ombak
Aly, Abdullah dan Eny Rahma. 2009. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri, 2010, Guru dan Anak Didik dalam Interaktif: Suatu
Ekawarna. 2013. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta selatan: Referensi (GP press. Group).
Hamdayama, J. 2015. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.
Husein Umar. 2012. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta: Rajawali
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putra, S. R. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: Diva Press.
Roestiyah. 2012 Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta
Sagala, S. 2005. Konsep Dan Makna Pembelajaran Untuk membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Samatowo, Usman, 2011, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Cet. 2, Jakarta: Indeks.
Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Cet. 20,Bandung: ALFABETA.
Trianto, 2013, Model Pembelajaran Terpadu, Ed. 1, Cet. 5, Jakarta: Bumi Aksara.