PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGANALISIS KEUNGGULAN DAN KETERBATASAN RUANG DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN SERTA TEKNOLOGI DAN PENGARUHNYA TERHADAP INTERAKSI ANTARRUANG BAGI KEGIATAN EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA ASEAN

MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BAGI SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 3 NGUTER

PADA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Sri Sukeni

SMP Negeri 3 Nguter

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) Kualitas pembelajaran IPS pada materi “Menganalisis Keunggulan dan Keterbatasan ruang dalam Permintaan dan Penawaran serta Teknologi dan pengaruhnya terhadap Interaksi Antarruang bagi kegiatan Ekonomi,Sosial dan Budaya di Indonesia dan Negara-negara ASEAN “ melalui Metode Problem Based Learning ; (2) Hasil belajar IPS Pada materi “ Menganalisis Keunggulan dan Keterbatasan ruang dalam permintaan dan penawaran serta Teknologi dan pengaruhnya terhadap Interaksi Antarruang bagi kegiatan Ekonomi,Sosial dan Budaya di Indonesia dan Negara-negara ASEAN melalui metode Problem Based Learning.; (3) Perubahan perilaku positif sebagai dampak hasil belajar pada materi “Menganalisis Keunggulan dan Keterbatasan ruang dalam permintaan dan penawaran serta Teknologi dan pengaruhnya terhadap Interaksi Antarruang bagi kegiatan Ekonomi,Sosial dan Budaya di Indonesia dan Negara-negara ASEAN “ melalui Metode Problem Based Learning siswa kelas VIIIB SMP Negeri 3 Nguter Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan di kelas VIII B semester 2 SMP Negeri 3 Nguter tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019, selama 3 bulan. Model tindakan dalam penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan tes. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model alur. Hasil penelitian disimpulkan bahwa: 1) melalui penerapan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan Kualitas siswa dalam pembelajaran IPS pada materi “Menganalisis Keunggulan dan Keterbatasan ruang dalam Permintaan dan Penawaran serta Teknologi dan pengaruhnya terhadap Interaksi Antarruang bagi kegiatan Ekonomi, Sosial dan Budaya di Indonesia dan Negara-negara ASEAN “. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya skor Kualitas siswa pada setiap aspek pengamatan; dan 2) melalui penerapan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII B semester 2 SMP Negeri 3 Nguter tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 70.25 pada kondisi awal, meningkat menjadi sebesar 75.13 pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi sebesar 81.50 pada akhir tindakan Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 18 orang siswa (56.25%) pada kondisi awal, meningkat menjadi sebesar 25 orang siswa (78.13%) pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi sebesar 32 orang siswa (100.00%) pada akhir tindakan Siklus II.

Kata kunci: Hasil belajar IPS, Sikap Belajar, dan Problem Based Learning (PBL).

 

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran yang menyenangkan mendorong peserta didik aktif sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Untuk itu kualitas proses belajar mengajar harus terus diperbaiki, dalam upaya memperbaiki kualitas proses belajar mengajar perlu dilakukan agar diperoleh hasil belajar siswa yang lebih optimal sehingga dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan. Menurut Majid (2009:18)

Perubahan perilaku dalam pembelajaran yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Adapun tujuan proses pembelajaran di sekolah adalah bahwa semua siswa dapat memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Menurut Hamalik (2009:155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.

Berdasarkan temuan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional (2007:5-7) mengenai kajian pelaksanaan kurikulum IPS menyatakan bahwa dalam pembelajaran IPS terdapat berbagai permasalahan diantaranya: (1) pembelajaran lebih menekankan pada pembelajaran konvensional; (2) pembelajaran IPS kurang mengembangkan model yang variatif; (3) pembelajaran kurang menekankan pada aktivitas siswa; (4) pembelajaran IPS cenderung dengan sistem hafalan; (5) kurangnya penggunaan media pembelajaran IPS.

Hal yang sama juga terjadi pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 3 Nguter, khususnya dalam pembelajaran IPS materi “Menganalisis keunggulan dan keterbatasan ruang dalam permintaan dan penawaran serta Teknologi dan pengaruhnya terhadap Interaksi antarruang bagi kegiatan Ekonomi Sosial dan Budaya di Indonesia dan Negara-negara ASEAN”. Berdasarkan hasil pengamatan kasar, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan terkait pembelajaran IPS di kelas VIII B SMP Negeri 3 Nguter. Beberapa diantaranya meliputi: (1) kurang maksimalnya keterampilan guru dalam pembelajaran; (2) siswa kurang motivasi dalam pembelajaran; (3) siswa kurang berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; (4) pemilihan model pembelajaran kurang sesuai dengan materi pembelajaran; (5) kurangnya penggunaan media dalam pembelajaran IPS. Hal-hal tersebut berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar IPS siswa kelas VIII B di SMP Negeri 3 Nguter.

Dari delapan kelas paralel yang ada, jumlah terbanyak siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah di kelas VIII B. Hasil nilai ulangan harian pada materi “Menganalisis Keunggulan dan Keterbatasan ruang dalam permintaan dan penawaran serta Teknologi dan pengaruhnya terhadap Interaksi Antarruang bagi kegiatan Ekonomi,Sosial dan Budaya di Indonesia dan Negara-negara ASEAN” menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa di kelas VIII B pada semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 baru mencapai 56.25%. Hal ini diartikan bahwa dari sebanyak 32 orang siswa yang ada, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 baru mencapai 18 orang siswa. Sedangkan sisanya sebanyak 14 orang siswa atau 43.75% masih memperoleh nilai < 70.00. Nilai rata-rata hasil ulangan harian yang diperoleh siswa adalah sebesar 70.25 atau sedikit di atas KKM yang ditetapkan.

Permasalahan lain yang dianggap menjadi penyebab kurang optimalnya hasil belajar siswa adalah karena sikap siswa dalam pembelajaran yang belum sesuai apa yang diharapkan. Terdapat lima karakter yang diharapkan dari hasil pembelajaran yang dilakukan. Kelima karakter tersebut meliputi: 1) disiplin (discipline); 2) rasa hormat dan perhatian (respect); 3) tekun (diligence); 4); Jujur (fairnes); dan 5) kewarganegaraan (citizenship). Penyebab lain dari kurang optimalnya hasil belajar siswa adalah bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi yaitu ceramah, tanya jawab, dan penugasan, sehingga siswa cenderung kurang aktif dalam dalam pembelajaran dan terlihat bosan dalam mengikuti pelajaran.

Berangkat dari kondisi tersebut, guru perlu melakukan perbaikan pembelajaran dengan fokus mendorong siswa lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran PBL, dianggap unggul untuk pembelajaran afektif dalam pembelajaran IPS.

KAJIAN TEORI

Hasil Belajar IPS

Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-angka seperti yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan.

Slameto dalam Harminingsih (2008: 125) menyatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dalam terdiri dari: (1) jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), (2) psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), (3) dan kelelahan. Faktor luar yaitu: (1) keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), (2) sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), (3) dan masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).

Pembelajaran IPS di SMP Kelas VIII

Berdasarkan kurikulum 2013, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Pada jenjang sekolah menengah pertama mata pelajaran Geografi, Ekonomi dan Sejarah telah disusun secara sistematis, komprehensif, dalam mata pelajaran IPS Terpadu.

Tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya dibutuhkan sebuah pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut (Solihatin & Raharjo, 2008:15).

Sumber bahan IPS Terpadu merupakan Mata pelajaran Geografi,Ekonomi dan Sejarah yang telah tersusun secara Sistimatis dan Komperhansif. Materi pembelajaran IPS di kelas VIII pada semester 2 terdiri dari 2 (dua) Kompetensi Intii, yaitu KI 3 dan 4. Masing-masing KI terbagi ke dalam 2 hingga 4 Kompetensi Dasar (KD).

Kualitas Pembelajaran

Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah (2002: 123) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Walgito (2007: 114) menyatakan bahwa sikap merupakan kecendrungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu.

Pengertian sikap menurut Thurstone (Liliweri, 2005: 195) mengemukakan bahwa sikap merupakan penguatan positif atau negatif terhadap objek yang bersifat psikologis. Kendler (Yusuf, 2006: 169) mengemukakan bahwa sikap merupakan kecenderungan (tendency) untuk mendekati (approach) atau menjauhi (avoid), serta melakukan sesuatu, baik secara positif maupun negatif terhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan atau konsep.

Dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal.

Walgito (2007: 115) lebih lanjut menjelaskan bahwa sikap mengandung tiga komponen. Ketiga komponen sikap tersebut terdiri dari: 1) Kognitif (konseptual); 2) Afektif (emosional); dan 3) Konatif (perilaku atau action component). Secara garis besar komponen sikap kognitif ini berpengaruh terhadap komponen afektif atau komponen emosional, yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap (Walgito, 2007: 116).

Dalam proses pembelajaran guru dapat melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri (self assessment), penilaian “teman sejawat” (peer assessment) oleh peserta didik, dan jurnal (Syah, 2012: 124).

Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam Trianto, 2010: 51).

Model pembelajaran PBL adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan pancapaian pendidikan nilai. PBL berfungsi untuk: a) mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai; b) membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya; c) menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa sebagai milik pribadinya (Sanjaya, 2008: 283).

Peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran PBL merupakan suatu model pembelajaran dengan teknik yang dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam menemukan, mencari, dan menentukan nilai-nilai yang melatarbelakangi sikap, tingkah laku, perbuatan serta pilihan-pilihan yang dibuatnya dalam menghadapi suatu persoalan. PBL menekankan bagaimana sebenarnya seseorang membangun nilai yang menurut anggapannya baik, yang pada gilirannya nilai-nilai tersebut akan mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Taniredja, dkk. (2012: 88) mengemukakan bahwa tujuan penggunaan dari model PBL dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Mengetahui dan mengukur tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai,sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pijak menentukan target nilai yang akan dicapai ; (2) Menanamkan kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimiliki baik tingkat maupun sifat yang positif ataupun negative untuk selanjutnya ditanamkan kearah peningkatan dan pencapaian target nilai. ; (3) Menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang rasional (logis) dan diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik siswa sebagai proses kesadaran moral bukan kewajiban moral; dan (4) M elatih siswa dalam menarima penilaian dirinya dan posisi orang lain menerima serta mengambil keputusan terhadap sesuatu persoalan yang berhubungan dengan pergaulannya dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran VPBL secara umum mencakup tujuh tahap atau aspek yang biasanya digolongkan menjadi tiga tingkat. Menurut Jarolimek (Taniredja, dkk., 2012: 89-90) ketujuh tahap yang dibagi dalam tiga tingkat tersebut adalah sebagai berikut:

  • Tingkat 1: Kebebasan memilih

Pada tingkat ini terdapat 3 tahap, yaitu: a) Memilih dengan bebas; b) Memilih dari berbagai alternatif; dan c) Memilih setelah melakukan analisis pertimbangan konsekuensi yang akan timbul sebagai akibat atas pilihannya itu

  • Tingkat 2: Menghargai

Pada tingkat ini terdiri atas 2 tahap pembelajaran, yaitu: a. Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi pilihannya; dan b. Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di depan umum

  • Tingkat 3: Berbuat

Pada tingkat ini terdiri atas 2 tahap pembelajaran, yaitu: a) Adanya kemauan dan kemampuan untuk mencoba melaksanakannya; dan b) Mau mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya.

KERANGKA BERPIKIR

Berangkat dari kondisi tersebut, guru berupaya melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Melalui model tersebut siswa didorong untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan meningkatnya sikap siswa terhadap pembelajaran maka diharapkan hasil pembelajaran menjadi lebih optimal.

HIPOTESIS TINDAKAN

Hipotesis adalah dugaan awal yang perlu dibuktikan kebenarannya melalui proses penelitian pada materi “Menganalisis Keunggulan dan Keterbatasan ruang dalam permintaan dan penawaran serta Tehnilogi dan pengaruhnya terhadap Interaksi anatarruang bagi kegiatan Ekonomi Sosial dan Budaya di Indonesia dan Negara-negara ASEAN”. Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Melalui penerapan metode Problem Based Learning diduga dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran.
  2. Melalui penerapan metode Problem Based Learning diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII B semester 2 SMP Negeri 3 Nguter tahun pelajaran 2018/2019.

MetodE Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII B semester 2 SMP Negeri 3 Nguter tahun pelajaran 2018/2019. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah: a) Merupakan tempat peneliti mengajar, sehingga mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian; dan 2) siswa kelas VIII B semester 2 memerlukan perbaikan dalam pembelajaran IPS.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu mulai bulan Pebruari 2019 sampai dengan bulan April 2019

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B semester 2 SMP Negeri 3 Nguter tahun pelajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang siswa. Alasan pemilihan subjek dilandasi pada kenyataan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi ”Menganalisis Keunggulan dan keterbatasan ruang dalam Permintaan dan Penawaran serta Teknologi dan pengaruhnya terhadap Interaksi Antarruang bagi kegiatan Ekonomi,Sosial dan Budaya di Indonesia dan negara-negara ASEAN” berada di bawah KKM yang ditetapkan dengan tingkat penguasaan penuh secara klasikal > 80.00%, yaitu baru mencapai 56.25%.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 (dua) siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Setiap siklus tindakan mencakup empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi hasil tindakan.

Indikator kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Siswa dianggap sudah mencapai ketuntasan belajar apabila sudah memperoleh nilai > KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM >00;
  2. Pembelajaran dianggap berhasil apabila nilai rata-rata hasil belajar siswa mencapai KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM >00;
  3. Pembelajaran dianggap berhasil apabila tingkat penguasaan penuh secara klasikal sudah mencapai >00% dari jumlah siswa, atau jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 sudah mencapai > 80.00% dari jumlah siswa;
  4. Pembelajaran dianggap berhasil meningkatkan sikap siswa terhadap pembelajaran apabila jumlah siswa dengan sikap belajar kategori baik dan Cukup baik mencapai >00% dari jumlah siswa.

 

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Kondisi Awal

Kondisi awal tindakan merupakan hasil refleksi terhadap pencarian fakta mengenai pembelajaran IPS pada siswa di kelas VIII B semester 2 SMP Negeri 3 Nguter tahun pelajaran 2018/2019. Data refleksi diperoleh dari hasil tes ulangan harian dan data hasil non tes berupa pengamatan terhadap sikap siswa dalam pembelajaran.

Skoring diberikan dengan rentang antara 1–4 untuk masing-masing aspek. Dengan demikian maka skor yang diperoleh siswa adalah antara 3–12. Hasil skoring tersebut selanjutnya diklasifikasi ke dalam 3 kategori sikap, yaitu kategori Baik (A), Cukup Baik (B), dan Kurang Baik (C).

Hasil tes ulangan harian diperoleh dari 32 orang siswa di kelas VIII B SMP Negeri 3 Nguter pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa dari 32 orang siswa ternyata baru ada 18 orang siswa atau 56.25% yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00. Sisanya sebanyak 14 orang siswa atau 43.75% belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00.

Nilai rata-rata kelas diperoleh sebesar 70.25. Mengingat nilai rata-rata kelas yang diperoleh > KKM yang ditetapkan dengan KKM > 70.00, maka secara klasikal siswa di kelas VIII B SMP Negeri 3 Nguter pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 sudah mencapai ketuntasan belajar.

Data perolehan nilai hasil ulangan harian dapat disajikan pada tabel di bawah ini.

Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal

No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 18 56.25%
2. Belum Tuntas 14 43.75%
  Jumlah 32 100.00%
  Nilai Rata-rata 70.25
  Nilai Tertinggi 88.00
  Nilai Terendah 56.00

 

Tindakan Siklus I

Hasil pengamatan sikap siswa dalam pembelajaran menunjukkan bahwa jumlah siswa dengan sikap kategori baik mencapai 10 orang siswa atau 31.25% dari jumlah siswa. Jumlah siswa dengan sikap kategori cukup baik adalah sebanyak 12 orang siswa atau atau 37.50% dari jumlah siswa. Jumlah siswa dengan sikap kategori kurang baik adalah sebanyak 10 orang siswa atau atau 31.25% dari jumlah siswa.

Hasil pengamatan sikap siswa dalam pembelajaran pada tindakan Siklus I dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini.

 

 

Tabel Data Sikap Siswa dalam Pembelajaran Tindakan Siklus I

No. Kategori Sikap Jumlah %
1. Baik

(Skor 10 – 12)

10 31.25%
2. Cukup Baik

(Skor 7 – 9)

12 37.50%
3. Kurang Baik

(Skor 3 – 6)

10 31.25%
  Jumlah 32 100.00%

 

Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 64.00 dan nilai tertinggi adalah 96.00. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 75.13. Mengingat nilai rata-rata yang diperoleh sudah melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 70.00, maka siswa kelas VIII B secara klasikal sudah dianggap mencapai ketuntasan belajar.

Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 25 orang siswa atau 78.12%. Sisanya sebanyak 7 orang siswa atau 21.88% masih belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan demikian indikator penguasaan penuh secara klasikal dengan ketuntasan kelas > 80.00% dari jumlah siswa sudah mencapai ketuntasan belajar belum terpenuhi.

Data hasil belajar siswa pada tindakan Siklus I selanjutnya dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini.

Tabel Data Hasil Belajar Siswa Tindakan Siklus I

No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 25 78.12%
2. Belum Tuntas 7 21.88%
  Jumlah 32 100.00%
  Nilai Rata-rata 75.13
  Nilai Tertinggi 96.00
  Nilai Terendah 64.00

 

Hasil-hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada tindakan pembelajaran Siklus I. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dari sebesar 70.25 pada kondisi awal, meningkat menjadi 75.13 pada akhir tindakan Siklus I. Ketuntasan belajar siswa meningkat dari sebesar 51.52% pada kondisi awal, meningkat menjadi 78.12% pada akhir tindakan Siklus I.

Tindakan Siklus II

Hasil pengamatan sikap siswa dalam pembelajaran pada tindakan Siklus II menunjukkan bahwa jumlah siswa dengan sikap kategori baik mencapai 16 orang siswa atau 50.00% dari jumlah siswa. Jumlah siswa dengan sikap kategori cukup baik adalah sebanyak 14 orang siswa atau atau 43.75% dari jumlah siswa. Jumlah siswa dengan sikap kategori kurang baik adalah sebanyak 2 orang siswa atau atau 6.25% dari jumlah siswa.

Hasil pengamatan sikap siswa dalam pembelajaran pada tindakan Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini.

Tabel Data Sikap Siswa dalam Pembelajaran Tindakan Siklus I

No. Kategori Sikap Jumlah %
1. Baik (Skor 10 – 12) 16 50.00%
2. Cukup Baik (Skor 7 – 9) 14 43.75%
3. Kurang Baik (Skor 3 – 6) 2 6.25%
  Jumlah 32 100.00%

 

Berdasarkan hasil tes akhir tindakan Siklus II, dapat diketahui bahwa terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 72.00, dan nilai tertinggi adalah sebesar 100.00. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 81.50. Mengingat nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh sudah melampaui KKM yang ditetapkan dengan KKM > 70.00, maka siswa kelas VIII B semester 2 SMP Negeri 3 Nguter, tahun pelajaran 2017/2018 secara klasikal sudah dianggap mencapai ketuntasan belajar.

Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 32 orang siswa atau 100.00%. Adapun jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sudah tidak ada lagi (0.00%).

Hasil-hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada tindakan pembelajaran Siklus II. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dari sebesar 75.13 pada akhir tindakan Siklus I, meningkat menjadi 81.50 pada akhir tindakan Siklus II. Ketuntasan belajar siswa meningkat dari sebesar 78.12% pada akhir tindakan Siklus I menjadi 100.00% pada akhir tindakan Siklus II.

Data tingkat ketuntasan belajar siswa pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II dapat disajikan pada tabel berikut.

Tabel Data Hasil Belajar Siswa Tindakan Siklus II

No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 32 100.00%
2. Belum Tuntas 0 0.00%
  Jumlah 32 100.00%
  Nilai Rata-rata 81.50
  Nilai Tertinggi 100.00
  Nilai Terendah 72.00

 

Pembahasan Hasil Tindakan

Penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS

Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa “melalui penerapan metode Problem Based Laearning dapat meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran IPS” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan sikap terhadap pembelajaran dengan kategori baik dan cukup baik pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Hasil tindakan perbaikan yang dilakukan berhasil meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan sikap terhadap pembelajaran kategori baik dan cukup baik pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Data peningkatan sikap belajar siswa dari kondisi awal hingga tindakan Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini.

Tabel Peningkatan Kualitas Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Tindakan Siklus II

No. Kategori Sikap Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Jml % Jml % Jml %
1. Baik 6 18.75% 10 31.25% 16 50.00%
2. Cukup Baik 9 28.13% 12 37.50% 14 43.75%
3. Kurang Baik 17 53.13% 10 31.25% 2 6.25%
  Jumlah 32 100.00% 32 100.00% 26 100.00%

 

Berdasarkan hasil-hasil pengamatan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa dengan sikap kategori baik dan cukup baik pada kondisi awal baru mencapai 15 orang siswa (46.88%). Jumlah siswa dengan sikap kategori baik dan cukup baik mengalami peningkatan menjadi 22 orang siswa (68.75%) pada tindakan Siklus I. Kemudian, pada tindakan Siklus II, jumlah siswa dengan sikap kategori baik dan cukup baik mengalami peningkatan menjadi 30 orang siswa (83.75%). Atas dasar hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) berhasil meningkatkan kualitas siswa dalam pembelajaran IPS bagi bagi siswa kelas VIII B semester 2 SMP Negeri 3 Nguter, tahun pelajaran 2018/2019.

Penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS

Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa “melalui penerapan metode Problem Bsed Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII B semester 2 SMP Negeri 3 Nguter tahun pelajaran 2018/2019” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Tingkat ketuntasan belajar siswa pada tahap awal sebelum dilakukannya tindakan pembelajaran adalah sebesar 56.25%. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I mengalami peningkatan menjadi 78.12%. Tingkat ketuntasan belajar siswa tersebut mengalami peningkatan menjadi 100.00% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II.

Ditinjau dari nilai rata-rata hasil belajar, penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Nilai rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas VIII B semester 2 SMP Negeri 3 Nguter, tahun pelajaran 2018/2019 pada kondisi awal adalah sebesar 70.25. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 75.13 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II meningkat menjadi sebesar 81.50.

Data peningkatan tingkat ketuntasan belajar dan nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran dari tahap awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut.

Tabel Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Tindakan Pembelajaran Siklus II

No. Ketuntasan Awal Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tuntas 18 56.25 25 78.12 32 100.00
2. Blm Tuntas 14 43.75 7 21.88 0 0.00
  Jumlah 32 100.00 32 100.00 32 100.00
Nilai Rata-rata 70.25 75.13 81.50

 

Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam setiap siklus pembelajaran sudah sesuai dengan pandangan Richards, yaitu dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: (1) menetapkan dan mengko-munikasikan tujuan pembelajaran pada awal pembelajaran suatu unit; (2) memberikan umpan balik terhadap tujuan-tujuan tersebut; (3) meninjau ulang tujuan pembelajaran secara terus-menerus dan sistematis; dan (4) memberikan umpan balik yang bersifat sumatif terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Langkah tersebut ternyata mampu mendorong siswa untuk ikut terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran pada gilirannya akan mampu menjadikan peserta didik untuk mampu mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sosial yang berguna bagi kemajuan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Program-program yang berhasil dilakukan untuk memelihara tatanan dalam seluruh sistem mencakup empat prinsip yang bersifat proaktif, yaitu: 1) mengembangkan suatu rangkaian koheren perilaku yang diharapkan dilakukan siswa, 2) membekali siswa dengan ketrampilan yang dibutuhkan untuk melakukan perilaku yang sesuai, 3) secara terus-menerus mengukur keberhasilan pelaksanaan program tersebut, dan 4) menciptakan dan memelihara suatu lingkungan yang positif di mana semua yang disebutkan tersebut di atas dapat berlangsung.

SIMPULAN

Berdasarkan temuan-temuan penelitian dan analisis, maka selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran IPS Pada materi “Menganalisis Keunggulan dan akaeterbatasan ruang dalam Permintaan dan Penawaran serta Teknologi dan Pengaruhnya terhadap interaksi Antarruang bagi kegiatan Ekonomi,Sosial dan Budaya di Indonesia dan Negara-negara ASEAN “. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya sikap siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Jumlah siswa dengan sikap kategori baik dan cukup baik mengalami peningkatan dari sebesar 15 orang siswa (46.88%) pada kondisi awal. Jumlah siswa dengan sikap kategori baik dan cukup baik mengalami peningkatan menjadi 22 orang siswa (68.75%) pada tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 30 orang siswa (83.75%) pada tindakan Siklus II; 2) Penerapan metode Value Clarification Technique dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII B semester 2 SMP Negeri 3 Nguter tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 70.25 pada kondisi awal, meningkat menjadi 75.13 pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 81.50 pada akhir tindakan Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 56.25% pada kondisi awal, meningkat menjadi 78.12% pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 100.00% pada akhir tindakan Siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan penelitian dan pengembangan Pusat kurikulum. 2007. Naskah akademik kajian kebijakan kurikulum mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Burhanuddin dan Wahyuni. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Slameto, 2005. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta Rineka Cipta.

Syah, Muhibbin.2012. Psikologi Pendidikan.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Taniredja, Tukiran. dkk. 2012. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.