PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI JENIS TANAH MELALUI METODE THINK PAIR SHARE BAGI SISWA KELAS V

SD NEGERI JETIS 03 KECAMATAN SUKOHARJO

PADA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Karno

SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar IPA materi jenis tanah bagi siswa kelas V SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017 melalui metode Think Pair Share. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 selama 6 (enam) bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo yang terdiri dari 30 orang siswa. Metode penelitian yang diterapkan adalah Think Pair Share dengan prosedur penelitian yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi. Hasil penelitian ini menunjukaan adanya peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Peningkatan kualitas belajar terbukti dengan meningkatnya jumlah siswa yang mendapatkan kriteria baik dalam proses pembelajaran yakni pada kondisi awal sebesar 46,67% meningkat menjadi 96,67% pada akhir siklus II. Peningakatan hasil belajar siswa dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata hasil belajar siswa pada Kondisi Awal sebesar 65,67 meningkat menjadi 78,00 pada akhir siklus II, sehingga mengalami peningkatan sebesar 12,33. Ditinjau dari ketuntasan belajar siswa secara kelasikal yakni pada Kondisi Awal sebesar 50,00% meningkat menjadi 93,33% pada akhir Siklus II, sehingga mengalami peningkatan 43,33%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan metode Think Pair Share dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar IPA materi jenis bagi siswa kelas V SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci: Hasil belajar, IPA, Think Pair Share

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang merupakan hak setiap warga negara. Oleh karena itu pemerintah selalu berusaha mewujudkan suatu sistem pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik dan mampu manjawab tantangan zaman yang semakin maju dan berkembang. Sesuai amanat yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 untuk mencerdasakan kehidupan berbangsa, maka Pemerintah mencanangkan pendidikan dasar sembilan tahun yang wajib ditempuh oleh rakyat Indonesia. Pendidikan dasar yang dicanangkan pemerintah dapat ditempuh oleh semua warga negara. Pendidikan dasar tersebut dapat ditempuh dalam pendidikan formal atau non formal.

Pendidikan dasar sembilan tahun yang meliputi Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah yang ditempuh dalam sekolah non formal biberikan kepada setiap warga negara dengan batasan usia tertentu. Sedangkan pendidikan dasar yang ditempuh di sekolah non formal atau lebih tepatnya kejar paket dapat diberikan kepada semua warga nagara tanpa batasan usia tertentu. Pendidikan yang ditempuh di sekolah formal khususnya sekolah dasar dirancang dalam sebuah sistem yang teeratur dan sistematis sehingga dapat diukur tingkat keberhasilannya dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Mata pelajaran yang diwajibkan dalam pembelajaran dirancang agar dapat menjadi dasar untuk ditingkatkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi selanjutnya.

Ilmu Pengatahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan pada siswa Sekolah Dasar. Ilmu Pengatahuan Alam merupakan ilmu yang mengulas semua tentang lingkungan alam beserta isinya. Diharapkan dengan mempelajari IPA siswa dapat mempunyai wawasan tentang alam yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka seorang guru harus mampu malakukan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Pembelajaran yang kreatif dan inovatif akan mengajak anak berlatih berfikir dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan ilmu pengetahuan yang didapatkan di Sekolah. Dengan menemukan sendiri solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi maka siswa akan terbiasa dalam mengkontruksi pola berpikir dalam menghadi masalah yang dihadapi.

Kenyataan yang sering dijumpai disekolah formal, masih banyak guru yang menggunakan sistem pembelajaran konvensional. Sistem pembelajaran konvensional tersebut menjadikan siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran sehingga siswa tidak terbentuk pola berfikir yang konstruktif dalam menghadapi permasalahan. Hal tersebut menjadikan siswa gagal dalam memahami materi pembelajaran dalam proses belajar mengajar dikelas karena siswa hanya disuguhkan materi secara langsung tanpa diajak menemukan dan memahami proses ilmu pengetahuan tersebut. Selain itu siswa menjadi sangat terbatas dalam mengembangkan informasi dan pengetahuan yang didapatkan karena guru menjadi sumber utama informasi ilmu pengatahuan bagi siswa.

Senada dengan hal tersebut, proses pembelajaran IPA materi jenis tanah yang dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 juga masih menggunaan metode ceramah yang monoton. Akibat yang ditimbulkan dengan menggunakan metode ceramah tersebut menjadikan kualitas proses pembelajaran kurang optimal. Hal tersebut terlihat dari jumlah siswa yang mendapatkan kriteria baik dalam proses pembelajaran hanya sebesar 46,67%. Rendahnya kualitas proses pembelajaran tersebut menjadikan siswa kesulitan dalam memahami materi pembelajaran sehingga pada akhirnya hasil belajar yang diraih siswa kurang optimal. Hal itu terbukti, dari hasil ulangan harian yang dilakukan menunjukkan dari 30 peserta didik, yang mendapat nilai > KKM 70  hanya 15 peserta didik (50,00%), sedangkan sisanya 15 peserta didik (50,00%) masih berada dibawah KKM dan bahkan ada yang mendapat nilai jauh di bawah KKM nilai terendah 50. Nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 65,67. Dengan hasil tersebut berarti tujuan pembelajaran secara umum belum tercapai karena tingkat ketuntasan beajar masih dibawah 80%.

Rendahnya hasil belajar yang diraih siswa tersebut menjadikan indikasi belum optimalnya proses pembelajaran yang dilakukan. Salah satu akar permasalahan tersebut adalah penggunaan metode ceramah dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Proses pembelajaran dengan menerapkan matode pembelajaran ceramah menjadikan siswa hanya sebagai objek dalam proses pembelajaran yang bersifat pasif. Siswa hanya mendengarkan tanpa mengetahui proses pemerolehan materi pembelajaran. Oleh karena itu maka perlu dilakukan perbaikan proses pembelajaran dengan  menggunakan maetode yang lebih kreatif dan inovatif sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran segingga pada akhirnya hasil belajar siswa dapat meningkat.

Salah satu metode yang tepat diterapkan dalam pembelajaran IPS materi gejala alam adalah Think Pair Share (TPS). Pembelajaran dengan metode Think Pair Share ini merupakan pembelajaran kooperatif sederhana terdiri dari dua sampai empat  orang anggota dalam satu kelompok yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Adapun keuntungan metode Think Pair Share ini dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir dan merespon, sehingga dapat meningkatkan kegiatan siswa serta memperkecil peluang siswa untuk pasif dalam pelajaran, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Untuk itu peneliti mengambil judul dalam penelitian ini “Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Jenis Tanah melalui Metode Think Pair Share bagi Siswa Kelas V SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017”.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah kualitas proses pembelajaran IPA materi jenis tanah melalui metode Think Pair Share bagi siswa kelas V SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017? ; 2) Apakah penggunaan metode Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi jenis tanah bagi siswa kelas V SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017?

Tujuan Penelitian

Merujuk pada perumusan masalah yang sudah dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui peningkatan kualitas proses pembelajaran IPA materi jenis tanah bagi siswa kelas V SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 melalui metode Think Pair Share; 2) meningkatkan hasil belajar IPA materi jenis tanah bagi siswa kelas V SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017 metode Think Pair Share .

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Metode Think Pair Share

Metode pembelajaran Think Pair Share merupakan model pembelajaran dengan cara siswa dikelompokkan menjadi beberapa grup diskusi dalam kelas. Pembentukan ini bertujuan untuk meningkatkan kegiatan aktip siswa dalam mengekspresikan berbagai gagasan, curahan pendapat; menerima masukan yang imergen; dan menciptakan suasana saling menghargai (Nugroho, 2007:32).  Slavin (2009:97) menyatakan bahwa aktivitas belajar kooperatip bertujuan untuk membangun akuntabilitas individu dalam masingmasing kelompok. Diskusi dalam think-pair-share bertujuan memberikan kesempatan atau waktu berpikir (think time) kepada masing-masing anggota kelompok mengekspresikan berbagai gagasan dan curahan pendapatnya. Hasil diskusi kelompok kemudian disampaikan dalam diskusi antarkelompok (pair), sehingga siswa dapat membandingkan antara gagasan kelompok satu dan lainnya. Dengan demikian siswa dapat merasakan situasi diskusi dan menilai pendapat kelompok dari beberapa sudut pandang, serta dapat menemukan beberapa alternatif pemikiran. Perbedaan pendapat dalam proses diskusi juga dapat merangsang tumbuhnya gagasan dan pemikiran-pemikira kritis peserta. Proses diskusi memerlukan ketrampilan mendengarkan dan mengekspresikan gagasan, kritik dan menghormati harga diri atau martabat manusia. Sebagai aktifitas akhir dari pendekatan ini adalah berbagi (share) hasil diskusi dari masing-masing kelompok kelas. Dengan demikian yang dimaksud dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah suatu metode yang dapat memberi siswa lebih banyak kesempatan untuk berpikir dan berpendapat secara individu untuk merespon pendapat yang lain kemudian saling membantu dalam kelompoknya kemudian membagi pengetahuan kepada siswa lain.

Berikut ini adalah langkah-langkah metode think-pair-share menurut Trianto (2010:67): 1) Guru membagi kelas ke dalam 4-6 kelompok kecil, disesuaikan dengan rasio kelas. 2) Guru memberitahu nama Team pada masing-masing kelompok, misalnya Team Mawar, Team Melati, Team Kenanga, Team Kamboja. Masing-masing kelompok bersifat heterogen yang akan terlibat aktip mendiskusikan suatu topik atau tema pelajaran terkait dengan kompetensi dasar. 3)Guru memberi arahan kepada masing-masing kelompok agar memilih salah satu siswa sebagai ketua Team sekaligus sebagai moderator dan bertanggung jawab atas kelompoknya. 4)Guru memberitahu masing-masing kelompok supaya memilih salah satu siswa sebagai notulis yang bertanggung jawab mencatat jawaban anggota dari masing-masing kelompok. 5)Guru memberitahu bahwa tiap-tiap anggota Team setidak-tidaknya harus memberi kontribusi satu ide berdasarkan pertanyaan yang diberikan guru. 6)Guru memberitahu siswa bahwa melalui diskusi kelompok kecil siswa akan membandingkan pandangan atau gagasan dengan kelompok lain (pair). 7)Guru memberitahu untuk berbagi hasil diskusi keseluruh kelas (share) melalui notulis yang sudah dipilih masing-masing kelompok. 8)Selama proses diskusi guru membimbing siswa tentang pentingnya memelihara kerja sama, konsep pemimpin, serta pentingnya peran serta akuntabilitas individu atas keberhasilan kelompoknya.

Hasil Belajar

Hamalik (2012: 31) mengemukakan, “hasil belajar pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, ablititas dan keterampilan”. (Sukmadinata, 2009: 102-103) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang memilki seseoarang. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hasil belajar adalah segala sesuatu yang diperoleh peserta didik setelah melakukan pembelajaran. Menurut menurut Dimyati dan Mujdiono (2009:3), “hasil belajar merupakan hasil suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”. Hasil belajar diberikan dalam bentuk nilai, dan biasanya dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dan bagaimana aktivitas peserta didik di dalam belajar. Sedangkan menurut Mulyadi (2012: 4) belajar adalah interaksi aktif siswa dengan sumber belajar sehingga terjadi perubahan pengetahuan, keterampilan, serta nilai dan sikap melalui transformasi pengalaman. Suprijono (2009:5) menjelaskan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan instruksional khusus dari bahan tersebut. Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes hasil belajar. Menurut Purwanto (2010:112) hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai, dikerjakan, dilakukan. Hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai siswa dalam mata pelajaran, baik kualitas maupun jumlah pelajaran siswa selama periode yang diberikan yang diukur dengan menggunakan tes yang telah distandarisasikan. Dalam kaitannya dengan hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai dari proses belajar yang dapat diketahui dari pencapaian ketika mengerjakan serangkaian tes hasil belajar.

Kajian Tentang Pembelajaran IPA di SD

Sains atau IPA menurut Sagala (2004:68) dapat diartikan ilmu yang mempelajari sebab dan akibat kejadian yang terjadi di alam ini. Kamus yang dikutip sukama, sains adalah ilmu sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebenarn dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Menurut Nash (Djojosoediro, 2008: 7) mengatakan bahwa “Science is away of looking at the world”. Nash menyatakan bahwa IPA itu suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Cara IPA mengamati dunia itu bersifat analitis , lengkap, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk satu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya itu. Menurut Rom Harre (Djojosoediro, 2008: 9) IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji kebenarannya, yang menjelaskan tentang pola-pola yang penting yaitu pertama, bahwa IPA suatu kumpulan pengetahuan yang berupa teori-teori, kedua bahwa teori-teori itu  berfungsi untuk menjelaskan gejala alam.  Menurut Susilowati (2013: 3) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.   Pengertian IPA menurut Fowler (dalam Santi, 2006:2.9) menyatakan IPA adalah “Ilmu yang sistematis dan di rumuskan, ilmu ini berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan terutama di dasarkan atas pengamatan dan induksi”. Berdasarkan beberapa pendapat diatas memang benar bahwa IPA merupakan ilmu teoritis yang muncul dan didasarkan atas pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejala alam dan lingkungan. Suatu teori tidak dapat dipertahankan jika tidak sesuai dengan hasil pengamatan/observasi. Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan YME. Mata pelajaran IPA berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan keterampilan wawasan dan kesadaran teknologi dalam kaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.

Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Penggunaan metode think pair share dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA materi jenis tanah bagi siswa kelas V SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017. 2) Penggunaan metode think pair share dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi jenis tanah bagi siswa kelas V SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kelas V SD Negeri Jetis 03 yang beralamat Jl. Bakung No 42 Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo, Lokasi tersebut merupakan tempat peneliti bertugas sebagai guru kelas, sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu mulai bulan Januari 2017 sampai dengan bulan Juni 2017. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 30 siswa.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari guru, siswa, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan melalui teknik observasi, tes, dan dokumen. Teknik dokumen, digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar nama siswa kelas V semester 2 dan hasil belajar siswa, yang akan menjadi subjek penelitian sebelum dilakukan tindakan. Observasi, digunakan untuk memperoleh data proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam kegiatan perbaikan pembelajaran di kelas. Pengambilan data dilakukan  dengan  pengamatan  langsung  di  kelas  mengenai  kondisi siswa. Hasil observasi dicatat pada lembar pengamatan untuk mengetahui peningkatan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Tes,  digunakan  untuk  memperoleh  data  hasil  belajar  siswa  (aspek kognitif) yang dilakukan setelah tindakan dengan metode Think Pair Share. Teknik pengumpulan data ini dengan cara melakukan post-test di akhir pembelajaran melalui tes tertulis.

Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan validitas data antara lain meliputi teknik triangulasi dan review informan kunci.

Triangulasi Data

Teknik triangulasi  adalah suatu cara untuk mendapatkan infrormasi  yang akurat dengan menggunakan berbagai model agar informasi itu dapat dipercaya kebenarannya sehingga peneliti tidak salah mengambil keputusan. Melalui teknik triangulasi, guru atau peneliti terhindar dari kesalahan mendapatkan informasi yang sudah tentu juga akan terhindar dari pengambilan keputusan. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini , yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode.

Review Informan Kunci

Review informan kunci adalah mengkomunikasikan unit-unit yang telah disusun dengan informannya. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah laporan yang ditulis tersebut merupakan pernyataan atau deskripsi sajian yang dapat mereka setujui sehingga peneliti dan informan memiliki pemahaman yang sejalan terhadap data atau hasil yang telah diperoleh. Hal ini dilakukan melalui kegiatan diskusi peneliti dengan observer setelah kegiatan pengamatan maupun kegiatan dokumen

Teknik analisi yang digunakan dalam penelitian ini yakni analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif. Teknik analisis data kuantitatif meliputi nilai rata-rata dan nilai kketuntansan hasil belajar siswa. Sedangkan analisi kualitatif meliputi reduksi data, penyajian data, dan verivikasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Deskripsi Kondisi Awal

Proses pembelajaran IPA materi jenis tanah bagi siswa kelas V SD Negeri Jetis 03 pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 masih menerapkan metode ceramah yang monoton. Metode pembelajaran cermah menjadikan siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. hal tersebut menjadikan siswa kesulitan dalam memahami materi pembelajaran tersebut. Hal tersebut mengakibatkan hasil belajar siswa sangat kurang optimal.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan menunjukkan dari 30 peserta didik, yang mendapat nilai > KKM 70  hanya 15 peserta didik (50%), sedangkan sisanya 15 peserta didik (50%) masih berada dibawah KKM dan bahkan ada yang mendapat nilai jauh di bawah KKM nilai terendah 50. Nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 65,67. Dengan hasil tersebut berarti tujuan pembelajaran secara umum belum tercapai karena tingkat ketuntasan beajar masih dibawah 80%.

No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 15 50
2. Tidak Tuntas 15 50
Jumlah 30 100
Nilai Rata-rata 65,67
Nilai Tertinggi 80
Nilai Terrendah 50

Tabel Hasil belajar Siswa pada Kondisi Awal

 

Rendahnya hasil belajar siswa tersebut terjadi karena proses pembelajaran yang dilaksanakan masih dengan metode ceramah yang monoton sehingga kualitas proses pembelajaran masih belum optimal. Hal tersebut terlihat dari kualitas proses pembelajaran pada kondisi awal menunjukkan bahawa jumlah siswa yang mendapatkan kriteria baik hanyalah sebesar 46,67%. Pencapaian kualitas proses pembelajaran siswa dapat disajian dalam tabel dibawah ini:

Tabel Kualitas Proses Pembelajaran Siswa pada Kondisi Awal

No. Kriteria Jumlah %
1 Kualitas Proses Pembelajaran Baik 14 46,67%
2 Kualitas Proses Pembelajaran Kurang 16 53,33%

 

Deskripsi Tindakan Siklus I

Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran. hal tersebut terlihat dari meningkatnya jumlah siswa yang mendapatkan kriteria baik sebanyak 70%. Pencapaian peningkatan kualitas proses pembelajaran siswa dapat disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel Kualitas Proses Pembelajaran Siswa pada Siklus I

No. Kriteria Jumlah %
1 Kualitas Proses Pembelajaran Baik 21 70,00%
2 Kualitas Proses Pembelajaran Kurang 9 30,00%

 

Peningkatan kualitas proses pembelajaran siswa tersebut memberikan dampak peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar sisa tersebut dapat dibuktikan dari nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 60.00 dan nilai  tertinggi sebesar 85.00. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 71,67. Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 22 orang siswa atau 73,33%. Adapun siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah 8 orang siswa atau 26,67%. Data peningkatan hasil belajar siswa pada Siklus I dapat ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel Hasil belajar Siswa Siklus I

No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 22 73,33%
2. Tidak Tuntas 8 26,67%
Jumlah 30 100.00%
Nilai Rata-rata 71,67
Nilai Tertinggi 85.00
Nilai Terrendah 60.00

 

Berdasarkan hasil refleksi tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa proses perbaikan pembelajaran belum sepenuhnya berhasil sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapakan dalam penelitian ini yakni ketuntasan belajar siswa masih dibawah 80% serta jumlah siswa yang mendapatkan kriteria baik dalam kualitas proses pembelajaran masih dibawah 70%. Belum optimalnya pencapaian siswa dalam siklus I tersebut dikerankan masih terdapat beberapa kekurangan yakni belum optimalnya proses diskusi kelompok yang dilakukan siswa serta pendampingan yang dilakukan guru. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan pembelajaran pada Siklus II dengan memperhatikan kelemahan yang terjadi selama perbaikan pembelajaran siklus I sehingga dapat mencapai hasil yang lebih optimal.

Deskripsi Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran siklus II maka dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran. hal tersebut terlihat dari jumlah siswa yang mendapatkan kriteria baik sebanyak 100%. Pencapaian peningkatan kualitas proses pembelajaran siswa dapat disajikan dalam tabel dibawah ini:

 

Tabel Kualitas Proses Pembelajaran Siswa pada Siklus II

No. Kriteria Jumlah %
1 Kualitas Proses Pembelajaran Baik 29 93,33%
2 Kualitas Proses Pembelajaran Kurang 1 6,67%

 

Dari hasil tes yang dilakukan dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 65.00 dan nilai  tertinggi sebesar 90.00. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 78,00. Dilihat dari penguasaan penuh secara klasikal, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 28 orang siswa atau 93,33%. Data peningkatan hasil belajar siswa pada Siklus II dapat ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel Hasil belajar Siswa Siklus II

No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 28 93,33%
2. Tidak Tuntas 2 6,67%
Jumlah 30 100.00%
Nilai Rata-rata 78,00
Nilai Tertinggi 90.00
Nilai Terrendah 65.00

 

Hasil yang diraih siswa dalam perbaikan pembelajaran siklus II setalah dianalisis dan dibandingkan dengan indikator keberhasilan ternyata telah sepenuhnya sesuai bahkan melebihi batas yang ditetapkan.Dengan hasil di atas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kegiatan pembelajaran telah berhasil dan dihentikan pada akhir Siklus II.

Pembahasan Hasil Tindakan

Peningakatan kualitas proses pembelajaran siswa dapat disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel Kualitas Proses Pembelajaran Siswa pada Antar Siklus

No. Kriteria Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Kualitas Proses Pembelajaran Baik 6 40% 10 66,67% 29 96,67%
2 Kualitas Proses Pembelajaran Kurang 9 60% 5 33,33% 1 3,33%

 

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, maka hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa “Penggunaan metode Think Pair Share dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA materi jenis tanah bagi siswa kelas V SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017” terbukti kebenarannya.

Peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II selanjutnya dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini.

Tabel Data Peningkatan Hasil belajar Siswa Antar Siklus

No. Ketuntasan Awal Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tuntas 15 50,00 22 73,33 28 93,33
2. Belum Tuntas 15 50,00 8 26,67 2 6,67
Jumlah 30 100.00 30 100.00 30 100.00
Nilai Rata-rata 65,67 71,67 78,00
Nilai Tertinggi 80.00 85.00 90.00
Nilai Terendah 50.00 60.00 65.00

 

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, maka hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa “Penggunaan metode Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi jenis tanah bagi siswa kelas V SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017” terbukti kebenarannya.

P E N U T U P

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo Semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 dalam pembelajaran IPA materi jenis tanah dengan menggunakan metode Think Pair Share, selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

  • Penggunaan metode Think Pair Share dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA materi jenis tanah bagi siswa kelas V SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya kualitas proses pembelajaran dengan jumlah siswa yang mendapatkan kriteria baiak pada Kondisi Awal sebesar 46,67% meningkat menjadi 93,33% pada akhir siklus II, sehingga mengalami peningkatan sebesar 50,00%.
  • Penggunaan metode Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi jenis tanah bagi siswa kelas V SD Negeri Jetis 03 Kecamatan Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa serta ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa yakni pada Kondisi Awal sebesar 65,67 meningkat menjadi 78,00 pada akhir siklus II, sehingga mengalami peningkatan sebesar 12,33. Ditinjau dari ketuntasan belajar siswa secara kelasikal yakin pada Kondisi Awal sebesar 50.00% meningkat menjadi 93,33% pada akhir Siklus II, sehingga mengalami peningkatan 43,33%.

Saran

Saran bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam bekerjasama dalam kelompok dalam mamahami materi pembelajaran dengan baik; untuk lebih berani mengungkapkan pendapat dalam proses pembelajaran agar mampu memahami materi pembelajaran dengan baik sehingga hasil belajar yang diperoleh semakin optimal.

Saran bagi guru untuk menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran sehingga mampu mengajak siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan dan pada akhirnya hasil belajar siswa menjadi optimal; untuk meningkatkan keterampilannya dalam melakukan proses pembelajaran sehingga suasana dalam proses pembelajaran menjadi kondusif dan pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik

Saran bagi sekolah untuk senantiasa mendorong dan mamfasilitasi para guru dalam rangka maningkatkan kemampuan profesionalnya dengan mengadakan pelatihan ataupun seminar sehingga mampu meningkatkan mutu sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

Djojosoediro, Wasih. 2008. Pengembangan Dan Pembelajaran IPA SD. (online)(http://hakikatipadanpembelajaranipasd.go.id/index.php,

Fadholi, Arif. 2009. Kelebihan & Kekurangan TPS. Artikel (tidak diterbitkan). Diakses di http://arif fadholi.wordpress.com/2009/12/23kelebihan-&-kekurangan-tps/ tgl 16 Januari 2018.

Hamalik, Oemar. 2012. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Nugroho, A.S. 2007. Penerapan Model Cooperatif Learning Teknik TPS (Think Pair Share) dengan Metode Eksperimen untuk Peningkatan Hasil dan Motivasi Belajar Biologi (siswa SMP Negeri 3 Ambulu). Tidak dipublikasikan. Jember: Pend. Biologi Universitas Jember

Mulyadi. 2012. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

Purwanto. 2010. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algasindo.

Sagala, Syaiful. 2004. Makna dan Konsep Pembelajaran. Bandung : Alphabeta.

Santi Rositawati. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam.Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas

Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Obor Indonesia.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2011.  Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Lerning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Susilowati, dan Purwanti W., 2013, Studi Kasus Pedagogical Content Knowledge Guru IPA SMP Kelas VII dalam Implementasi Kurikulum 2013, Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.