Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Explicit Instruction
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION
PADA SISWA KELAS VI SDN 2 BRABOWAN
KECAMATAN SAMBONG KABUPATEN BLORA
SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Umi Nuryati
Guru Kelas VI SDN 2 Brabowan
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa Kelas VI SDN 2 Brabowan dengan menerapkan model pembelajaran explicit instruction. Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Brabowan Kecamatan Sambong Kabupaten Blora. Tempat penelitian terletak di wilayah pedesaan. Waktu penelitian adalah Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017. Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas VI SDN 2 Brabowan Kecamatan Sambong Kabupaten Blora pada Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 berjumlah 10 anak, terdiri dari 6 laki-laki dan 4 perempuan. Penelitian berlangsung dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dengan prosedur perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah tes dan non tes. Teknik analisis data penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Prosedur penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berbentuk siklus. Hasil penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran explicit instruction meningkatkan hasil belajar Matematika tentang menghitung luas bangun datar segi banyak sesuai dengan nilai rata-rata dan ketuntasan yang meningkat.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Matematika, Model Pembelajaran, Explicit Instruction.
PENDAHULUAN
Rendahnya hasil belajar Matematika tentang luas bangun segi banyak pada siswa Kelas VI SDN 2 Brabowan tersebut disebabkan kurangnya minat siswa untuk mengikuti pembelajaran Matematika. Hal itu terbukti dengan adanya sebagian siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru saat pelajaran matematika. Siswa merasa bosan dengan model pembelajaran guru yang monoton serta kurangnya penguatan (reinforcement) terhadap siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar sehingga siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Sesuai dengan nilai ulangan harian diketahui nilai rata-rata sebesar 50 dan ketuntasan sebesar 40%.
Salah satu cara yang ditempuh oleh guru adalah melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran explicit instruction pada mata pelajaran Matematika dengan materi luas bangun datar segi banyak. Dipilihnya model pembelajaran ini karena dianggap sesuai untuk pembelajaran Matematika di Kelas VI SDN 2 Brabowan yang pada prinsipnya materi tersebut memerlukan penjelasan secara prosedural atau bertahap (selangkah demi selangkah), sehingga siswa lebih mudah memahami materi tersebut dan hasil belajarnya semakin meningkat.
Model pembelajaran explicit instruction merupakan model pembelajaran yang disampaikan secara langsung agar siswa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pembelajaran secara menyeluruh dan aktif dalam suatu pembelajaran. Model pembelajaran ini sangat cocok diterapkan untuk materi tertentu yang bersifat dalil pengetahuan agar proses berpikir siswa dapat mempunyai keterampilan procedural.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Brabowan Kecamatan Sambong Kabupaten Blora. Tempat penelitian terletak di wilayah pedesaan. Waktu penelitian adalah Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.
Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas VI SDN 2 Brabowan Kecamatan Sambong Kabupaten Blora pada Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 berjumlah 10 anak, terdiri dari 6 laki-laki dan 4 perempuan.
Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah tes dan non tes. Teknik analisis data penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Prosedur penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berbentuk siklus.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Siklus I
Pembelajaran pada Siklus I adalah pembelajaran dengan pendekatan kelompok, sehingga siswa dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing terdiri dari lima anggota. Selanjutnya, masing-masing kelompok mempersiapkan gunting sebagai alat potong dalam tugas kelompok, yaitu memotong bangun datar segi banyak menjadi beberapa bangun datar sederhana. Bangun datar segi banyak merupakan gabungan dari beberapa bangun datar sederhana dengan ukuran tertentu. Siswa dan kelompoknya mengidentifikasi bangun datar segi banyak tersebut menjadi bangun datar sederhana dan menghitung luas setiap bangun datar sederhana tersebut. Kemudian, siswa dan kelompoknya menjumlahkan luas setiap bangun datar sederhana tersebut, sehingga luas bangun datar segi banyak diketahui.
Pembelajaran pada Siklus I dengan memotong bangun datar segi banyak menjadi bangun datar sederhana, menghitung luas bangun datar sederhana dan menjumlahkan luas setiap bangun datar tersebut dalam kelompok. Pembelajaran dilanjutkan dengan koreksi tugas kelompok, sehingga masing-masing kelompok mengetahui hasil tugas kelompoknya. Dalam koreksi tugas kelompok tersebut, guru menjelaskan prosedur dan tahap dalam memotong bangun datar segi banyak menjadi bangun datar sederhana. Selanjutnya, guru menjelaskan prosedur dan tahap dalam menghitung luas luas bangun datar sederhana. Terakhir, guru menjelaskan prosedur dan tahap dalam menghitung luas bangun datar segi banyak dengan menjumlahkan luas setiap bangun datar sederhana. Selain itu, siswa juga bertanya lebih lanjut sesuai dengan kesulitan belajar yang masih dialami.
Hasil belajar pada Siklus I sesuai dengan nilai ulangan harian diketahui nilai rata-rata sebesar 65 dan ketuntasan sebesar 70%.
Deskripsi Siklus II
Pembelajaran pada Siklus II merupakan kelanjutan pembelajaran dengan pendekatan kelompok dimana susunan kelompok masih sama. Selanjutnya, masing-masing kelompok menganalisis bangun datar berpotongan menjadi beberapa bangun datar sederhana yang menyusunnya. Bangun datar berpotongan merupakan gabungan dari beberapa bangun datar sederhana dengan ukuran tertentu dimana bangun datar yang lebih luas dipotong oleh bangun datar yang lebih sempit dengan letak dan susunan tertentu. Siswa dan kelompoknya mengidentifikasi bangun datar berpotongan tersebut menjadi bangun datar sederhana dan menghitung luas setiap bangun datar sederhana tersebut kemudian. Kemudian, siswa dan kelompoknya menentukan luas bangun datar berpotongan tersebut sesuai dengan perpotongan antara bangun datar-bangun datar yang menyusunnya, sehingga luas bangun datar berpotongan diketahui.
Pembelajaran pada Siklus II dengan menganalisis bangun datar berpotongan menjadi bangun datar sederhana, menghitung luas bangun datar sederhana dan menentukan luas bangun datar berpotongan tersebut sesuai dengan perpotongan antara bangun datar-bangun datar yang menyusunnya tersebut dalam kelompok. Pembelajaran dilanjutkan dengan koreksi tugas kelompok, sehingga masing-masing kelompok mengetahui hasil tugas kelompoknya. Dalam koreksi tugas kelompok tersebut, guru menjelaskan prosedur dan tahap dalam menganalisis bangun datar berpotongan menjadi bangun datar sederhana. Selanjutnya, guru menjelaskan prosedur dan tahap dalam menghitung luas luas bangun datar sederhana. Terakhir, guru menjelaskan prosedur dan tahap dalam menghitung luas bangun datar berpotongan dengan mengurangkan luas bangun datar sederhana yang lebih luas yang dipotong oleh bangun datar yang lebih sempit yang menyusun bangun datar yang berpotongan tersebut. Selain itu, siswa juga bertanya lebih lanjut sesuai dengan kesulitan belajar yang masih dialami. Selain itu, siswa juga bertanya lebih lanjut sesuai dengan kesulitan belajar yang masih dialami.
Hasil belajar pada Siklus II sesuai dengan nilai ulangan harian diketahui nilai rata-rata sebesar 80 dan ketuntasan sebesar 90%.
Pembahasan
Dalam pembelajaran Matematika tentang menghitung luas bangun datar segi banyak, siswa harus mampu menganalisis bangun datar segi banyak tersebut menjadi bangun datar sederhana dan menghitung luas setiap bangun datar tersebut. Sesuai dengan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran, maka guru menerapkan model pembelajaran explicit instruction. Dalam pembelajaran tersebut, siswa mengerjakan tugas bersama dengan kelompoknya. Sesuai dengan jumlah siswa, maka ada dua kelompok, masing-masing terdiri dari lima anggota.
Dalam penelitian ini, siswa dan kelompoknya mengerjakan tugas kelompok dan mengikuti koreksi tugas kelompok. Dalam koreksi tersebut, guru menjelaskan prosedur dan tahap mengerjakan tugas kelompok, mulai dari menganalisis bangun datar segi banyak menjadi bangun datar sederhana hingga menghitung luas bangun datar segi banyak tersebut, baik bangun datar segi banyak gabungan maupun berpotongan.
Pada Siklus I, tugas kelompok dengan materi tentang menghitung luas bangun datar segi banyak. Siswa dan kelompoknya mengidentifikasi bangun datar segi banyak tersebut menjadi bangun datar sederhana, memotong bangun datar segi banyak menjadi bangun datar sederhana, menghitung luas setiap bangun datar sederhana dan menjumlahkan luas setiap bangun datar sederhana tersebut. Oleh karena itu, siswa dan kelompoknya menggunakan gunting untuk memotong luas bangun datar segi banyak menjadi bangun datar sederhana.
Pada Siklus II, tugas kelompok dengan materi tentang menghitung luas bangun datar berpotongan. Siswa dan kelompoknya mengidentifikasi bangun datar berpotongan tersebut menjadi bangun datar sederhana yang menyusunnya, menghitung luas setiap bangun datar sederhana dan menentukan luas bangun datar berpotongan tersebut sesuai dengan perpotongan antara bangun datar-bangun datar yang menyusunnya. Oleh karena itu, siswa dan kelompoknya cermat dan teliti dalam menganalisis bangun datar berpotongan tersebut.
Dalam penelitian ini, siswa mengerjakan tugas kelompok dengan susunan yang sama, sehingga tidak ada perubahan dalam komposisi kelompok. Sedangkan penerapan model pembelajaran explicit instruction hanya pada koreksi tugas kelompok karena siswa dan kelompoknya belajar bersama mengerjakan tugas kelompok tersebut. Dengan demikian, siswa dan kelompoknya mengetahui prosedur dan tahap yang sudah dilakukan dalam mengerjakan tugas kelompok dengan prosedur dan tahap yang seharusnya dilakukan. Selain itu, dalam koreksi tugas kelompok, siswa dan kelompoknya juga bertanya lebih lanjut sesuai dengan kesulitan belajar yang masih dialami.
Hasil belajar pada Siklus I sesuai dengan nilai ulangan harian diketahui nilai rata-rata sebesar 65 dan ketuntasan sebesar 70%. Sedangkan hasil belajar pada Siklus II sesuai dengan nilai ulangan harian diketahui nilai rata-rata sebesar 80 dan ketuntasan sebesar 90%. Hasil belajar tersebut semakin meningkat bila dibandingkang dengan hasil belajar pada Kondisi awal dengan nilai rata-rata sebesar 50 dan ketuntasan sebesar 40%.
Sesuai dengan hasil penelitian tersebut, maka penerapan model pembelajaran explicit instruction meningkatkan hasil belajar Matematika tentang menghitung luas bangun datar segi banyak. Hal tersebut sesuai dengan peningkatan nilai rata-rata dan ketuntasan.
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran explicit instruction dengan mengerjakan tugas kelompok meningkatkan hasil belajar, sehingga nilai rata-rata dan ketuntasan meningkat.
Saran
Saran dalam penelitian ini adalah 1) guru hendaknya melaksanakan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya menggunakan model pembelajaran explicit instruction, 2) siswa hendaknya mengembangkan kreativitasnya guna meningkatkan pemahaman terhadap materi dan 3) kepala sekolah hendaknya selalu memberi dukungan kepada guru dalam melaksanakan inovasi pembelajaran guna memperlancar proses pembelajaran, misalnya menggunakan model pembelajaran explicit instruction.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohamad. 1992. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Sinar Grafika.
Armaini, Rina dkk. 2005. Matematika untuk Siswa Sekolah Dasar Kelas 6. Bandung: Acarya Media Utama.
Dimyati dan Moedijono. 1992/1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.
Hartuti, Evie Riene dan Rina Diah Rahmawati. 2010. Buku Panduan Pendidik Matematika untuk SD dan MI. Klaten: Intan Pariwara.
Ibrahim dan Nana Syahodih. 1992/1993. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
Lestari, Hera, dkk. 2003. Pendidikan Anak. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Roestyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rusyan, Tabarin. 1993. Proses Belajar Mengajar yang Efektif tingkat Pendidikan Dasar. Bandung: Bina Budhaya.
Saminanto. 2010. Ayo Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Rasail Media Grup.
Suciati, dkk. 2003. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Sugandi, Ahmad dkk. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES Press.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 1991. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
Suryabrata, Soemadi. 1981. Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa.