PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN

DARI ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH (ICM)

KELAS XII IPS 1 SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 NGUTER

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Sri Indrati

SMA Negeri 1 Nguter Sukoharjo

 

ABSTRAK

Permasalahan yang ditemukan di SMA Negeri 1 Nguter dalam pembelajaran sejarah adalah tentang rendahnya ketersediaan media pembelajaran dan pemahaman pelajaran Sejarah, terutama pada siswa kelas XII IPS1. Rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa tersebut adalah 2 siswa dari 32 siswa yang telah tuntas belajar. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPS 1 Semester I SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018/2019 yang terdiri atas 32 orang siswa. Penelitian dilakukan pada semester I selama 6 bulan, yaitu mulai bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2018. Objek dalam penelitian ini adalah penerapan strategi pembelajaran Index Card Match untuk meningkatkan hasil belajar perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman disintegrasi bangsa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018/2019. Pada siklus I hasil belajar meningkat dibandingkan pra siklus yaitu dari rata-rata nilai 63,31 menjadi 72,94, dan pada siklus II meningkat menjadi 75,59. Ketuntasan klasikal meningkat dari 6,25% menjadi 71,88%, dan pada siklus II meningkat menjadi 81,25%. Sedangkan keaktifan siswa meningkat dari 50,00% menjadi 70%. Sedangkan peningkatan keaktifan siswa pada siklus II menjadi 88,57%. Simpulan dari hasil penelitian adalah strategi pembelajaran Index Card Match mampu meningkatkan hasil belajar siswa, keaktifan siswa, dan kinerja guru dalam suatu proses pembelajaran.

Kata kunci: Keaktifan Siswa, Hasil belajar, Strategi Pembelajaran Index Card Match

 

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan paling mendasar bagi setiap manusia. Kualitas pendidikan yang dimiliki seseorang akan menentukan kualitas hidupnya kelak di masa depan. Pada era globalisasi dewasa ini, keterbukaan berkompetisi atau bahkan persaingan dalam hal kualitas mutu pendidikan bukanlah menjadi rahasia lagi pendidikan merupakan suatu kebutuhan paling mendasar bagi setiap manusia.

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan cara memperbaiki proses pembelajaran. Proses yang dimaksud adalah menggunakan suatu metode atau strategi pembelajaran yang mampu menciptakan suasana belajar yang ceria, menyenangkan, dan siswa mampu memahami materi yang disampaikan.

Permasalahan pertama yang ditemukan di SMA Negeri 1 Nguter dalam pembelajaran sejarah adalah tentang ketersediaan media dan sarana pembelajaran. Media menurut Briggs yang dimaksud adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar (Sardiman, 2007: 6). Berkaitan dengan masalah media, di SMA Negeri 1 Nguter sarana dan prasarana sekolah masih kurang, yaitu terbatasnya jumlah LCD dan penggunaan perpustakaan sekolah. Masalah kedua berkaitan dengan konsentrasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut Sardiman (2007: 40) konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada situasi belajar. Di dalam belajar, siswa bersikap pasif dalam proses pembelajaran sehingga mengakibatkan sebagian besar siswa takut dan malu bertanya kepada guru mengenai materi yang kurang dipahami. Hal yang tidak jauh berbeda dengan kondisi siswa di SMA Negeri 1 Nguter. Sebagian besar siswa di SMA Negeri 1 Nguter dapat dikatakan cukup rendah dalam memahami pelajaran Sejarah, terutama pada siswa kelas XII IPS 1. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya nilai yang diperoleh pada materi kehidupan politik dan ekonomi pada awal kemerdekaan Indonesia. Di antara beberapa kelas paralel yang ada, siswa di kelas XII IPS 1 merupakan kelas dengan rata-rata kemampuan pemahaman sejarah yang paling rendah. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa. Dari sejumlah 32 siswa, yang telah tuntas belajar 2 siswa atau 6,25%, belum tuntas 30 siswa atau 93,75%, nilai rata-rata kelas 63,31, nilai tertinggi 76, dan nilai terendah 48 dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 72. Berdasarkan hasil pengukuran Aktivitas bahwa aktivitas belajar siswa adalah sebesar 50,00% termasuk dalam kategori sedang.

Memperhatikan hal tersebut, diperlukan upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam belajar. Salah satu strategi pembelajaran adalah penggunaan strategi pembelajaran index card match dipilih karena dapat merangsang daya tarik, keaktifan dan pemahaman siswa terhadap pelajaran sejarah. Index card match merupakan sebuah strategi pembelajaran yang membantu siswa untuk mendapat pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara aktif serta menjadikan belajar tidak terlupakan (Silberman, 2009: 121 dan 265).

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan tindakan dengan menggunakan strategi pembelajaran index card match untuk meningkatkan hasil belajar Sejarah siswa kelas XII IPS 1. Melalui pembelajaran index card match tersebut diharapkan hasil belajar dan aktivitas siswa akan meningkat.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Keaktifan dalam Pembelajaran

Menurut Sudjana (2009: 72) keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dapat dilihat dalam: (1) Keikutsertaan dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) Keterlibatan dalam pemecahan masalah; (3) Keberanian bertanya kepada guru maupun siswa lain apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4) Keaktifan mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah; (5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru; (6) Keterlibatan menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya; (7) Keterampilan memecahkan soal atau masalah sejenis; (8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Pembelajaran

Belajar adalah proses yang dilakukan oleh sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. (Slameto, 2003: 2).

Menurut Kimble dan Garmezy (dalam Thobroni, 2011: 18), pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa atau disebut juga pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai subjek belajar dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah.

Pembelajaran Sejarah

Widja (1989: 23) menyatakan bahwa pembelajaran sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang di dalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang erat kaitannya dengan masa kini. Pendapat Widja tersebut dapat disimpulkan jika mata pelajaran sejarah merupakan bidang studi yang terkait dengan fakta-fakta dalam ilmu sejarah namun tetap memperhatikan tujuan pendidikan pada umumnya.

Model Pembelajaran Index Card Match

Suprijono (2012: 120) menjelaskan index card match (mencari pasangan kartu) adalah suatu metode yang cukup menyenangkan digunakan untuk mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Menurut Silberman (2009: 240) index card match adalah cara pembelajaran yang menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran. Guru memperbolehkan peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Melalui penerapan strategi pembelajaran index card macth (ICM) diduga dapat meningkatkan hasil belajar perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman disintregrasi bangsa melalui model pembelajaran Index Card Match (ICM) pada siswa kelas XII IPS 1 semester 1 SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018/2019.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terbagi menjadi 2 siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. Setiap siklus dilakukan dalam tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018/2019. Siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Nguter berjumlah 32 orang siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah penerapan strategi pembelajaran Index Card Match untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Nguter. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini dikumpulkan oleh peneliti dan guru melalui tes, observasi, dan dokumentasi. Indikator pencapaian pembelajaran Index Card Match (ICM) dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila: (1) Persentase aktivitas proses pembelajaran siswa meningkat setiap siklusnya, dan mencapai predikat sangat baik atau ≥ 80% dari kriteria keberhasilan yang digunakan; (2) Adanya peningkatan rata-rata nilai setiap siklusnya; (3) Tingkat keberhasilan siswa secara klasikal mencapai ≥ 80% dari total jumlah siswa telah lulus KKM dengan nilai sekurang-kurangnya 72.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal Penelitian

Hari Rabu tanggal 26 Juli 2018 peneliti mengamati aktivitas siswa pra siklus proses pembelajaran di kelas XII IPS 1, diperoleh dari lembar observasi keaktifan siswa yang terdiri dari 14 indikator. Skoring keaktifan siswa pada tahap awal tindakan diperoleh nilai 37 dengan presentase sebesar 50,00%. Dengan demikian maka keaktifan siswa dalam pembelajaran Sejarah dapat dikatakan dalam kategori sedang.

Dari hasil tes pra siklus diperoleh data sebagai berikut: (1) Jumlah peserta tes 32 orang siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan; (2) Siswa yang telah tuntas belajar dengan memperoleh nilai di atas atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 72, adalah 2 orang atau 6,25%; (3) Siswa belum tuntas dan harus mengikuti pembelajaran remedial atau perbaikan 30 siswa atau 93,75%; (4) Nilai tertinggi 76, nilai terendah 48, dan nilai rata-rata kelas 63,31; dengan standar deviasi Berdasarkan data di atas, maka secara klasikal dapat dikatakan bahwa siswa kelas XII IPS 1 semester 1 SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018/2019 belum mencapai batas tuntas belajar. Hasil belajar sejarah pra siklus dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut:

Tabel 1: Hasil Belajar Siswa Pra Siklus

No

Uraian

Hasil

1

Nilai Tertinggi

76

2

Nilai Terendah

48

3

Nilai Rata-rata

63,31

4

Standar Deviasi

6,19

 

Hasil Penelitian Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 minggu ke-1 sampai dengan bulan September 2018 minggu ke-2 dengan alokasi waktu pertemuan 3 x 45 menit setiap minggunya. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada siklus I meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Perbandingan nilai hasil belajar siswa pra siklus dan siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Hasil Belajar Siswa Siklus I

No

Keterangan Hasil Tes

Pra Siklus

Siklus I

1

Jumlah Siswa

32

32

2

Nilai Tertinggi

76

87

3

Nilai Terendah

48

60

4

Nilai Rata-rata

63,31

72,94

5

Standar Deviasi

6,19

6,72

6

Jumlah Siswa yang Tuntas

2

23

7

Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas

30

9

8

Persentase Ketuntasan

6,25%

71,88

9

Persentase Ketidaktuntasan Belajar

93,75%

28,13%

 

Berdasarkan tabel di atas, terlihat adanya peningkatan hasil belajar pada siklus I dibandingkan dengan hasil belajar pra siklus. Nilai rata-rata hasil belajar meningkat dari 63,31 menjadi 72,94 dan ketuntasan klasikal meningkat dari 6,25% menjadi 71,88%; dengan standar deviasi menurun dari 6,19 menjadi 6,72. Akan tetapi, ketuntasan belajar siklus I belum memenuhi kriteria indikator keberhasilan ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu 80% sehingga perlu perbaikan pada siklus berikutnya.

Dari refleksi yang dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut: (1) masih banyak siswa pasif dalam proses pembelajaran yakni mencapai 70% sehingga belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal yang telah diterapkan yakni 75% siswa aktif dalam pembelajaran; (2) guru masih canggung dalam menerapkan strategi pembelajaran index card match. Hal ini memungkinkan siswa masih pasif dalam proses pembelajaran karena baru pertama kali menerapkan strategi pembelajaran ini. Proses pembelajaran di dalam kelas masih didominasi oleh guru. Berdasarkan lembar observasi, persentase kinerja guru mencapai 71,72%; (3) berdasarkan hasil tes yang diberikan oleh guru pada siklus I siswa yang tuntas baru mencapai 71,88% sehingga belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal yang telah diterapkan yaitu 80% siswa belajar tuntas.

Belum tercapainya aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus I dikarenakan strategi pembelajaran index card match yang diterapkan cinderung baru, sehingga terdapat beberapa kekurangan, yaitu sebagai berikut: (1) Kebingungan siswa dalam mencari pasangan jawaban pada saat proses pembelajaran berlangsung, karena penerapan strategi pembelajaran index card match masih pertama kali dilakukan. (2) Siswa kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat, baik dalam mengajukan atau menjawab pertanyaan. (3) Kurangnya mengoptimalkan waktu dan suasana belajar di kelas yang ramai pada saat pelaksanaan strategi pembelajaran index card match.

Berdasarkan kekurangan pada siklus I, maka kolaborator dan guru sebagai sumber belajar berkolaborasi untuk menyusun rencana tindak lanjut (RTL), dalam perbaikan pada siklus berikutnya. Rencana tindak lanjut tersebut antara lain: (1) Kesiapan siswa untuk membaca materi selanjutnya dengan cara mencari sumber belajar selain buku paket pedoman belajar dan lembar kerja siswa (LKS). (2) Memotivasi siswa untuk lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat, baik dalam hal mengajukan ataupun menjawab pertanyaan di hadapan siswa yang lain serta memberikan reward berupa nilai. (3) Guru harus mampu mengoptimalkan waktu dengan baik dan mengkondisikan siswa secara keseluruhan, agar pelaksanaan strategi pembelajaran index card match lebih sistematis.

Hasil Penelitian Siklus II

Dalam pelaksanaan siklus I, indikator penelitian yang telah diterapkan belum tercapai, sehingga dilanjutkan ke siklus II. Siklus II dilaksanakan pada bulan September 2018 minggu ke-3 sampai dengan bulan Oktober 2018 minggu ke-4 dengan alokasi waktu pertemuan 3 x 45 menit setiap minggunya.

Kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada siklus II meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

 

 

 

 

 

 

Tabel Hasil Belajar Siswa Siklus II

No

Keterangan Hasil Tes

Siklus I

Siklus II

1

Jumlah Siswa

32

32

2

Nilai Tertinggi

87

87

3

Nilai Terendah

60

67

4

Nilai Rata-rata

72,94

75,59

5

Standar Deviasi

6,72

4,85

6

Jumlah Siswa yang Tuntas

23

26

7

Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas

9

6

8

Persentase Ketuntasan

71,88%

81,25%

9

Persentase Ketidaktuntasan Belajar

28,13%

18,75%

 

Berdasarkan tabel di atas, diketahui adanya peningkatan hasil belajar pada akhir siklus II. Nilai rata-rata dari presentase ketuntasan belajar sudah meningkat dari data siklus I yaitu dari nilai rata-rata dan presentase ketuntasan belajar sudah meningkat dari data awal yaitu dari nilai rata-rata 72,94 menjadi 75,59 dan ketuntasan secara klasikal dari 71,88% menjadi 81,25% serta dengan standar deviasi dari 6,72 menjadi 4,85. Ketuntasan belajar siklus II sudah mencapai 81,25% sudah memenuhi kriteria indikator keberhasilan ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu 80%.

Pada siklus II, keaktifan siswa dalam pembelajaran perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman disintregrasi bangsa dengan sub bab (Pemberontakan RMS, Gerakan PRRI/Permesta, Pemberontakan PKI Madiun, dan Pemberontakan G 30 S PKI 1965) dengan menggunakan strategi pembelajaran index card match secara menyeluruh mencapai rata-rata 88,57%. Hal ini sudah memenuhi kriteria indikator keberhasilan ketuntasan klasikal yaitu 75%. Berdasarkan hasil observasi dan dilakukan analisis data, maka diperoleh data bahwa pada siklus II secara keseluruhan tingkat keaktifan siswa sebesar 88,57% termasuk dalam kategori aktivitas baik dengan jumlah skor 62 dari skor maksimal 70.

Berdasarkan hasil penelitian siklus I dan II menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah dengan menggunakan strategi pembelajaran index card match mengalami peningkatan, baik dari segi peningkatan keaktifan siswa, kinerja guru, dan hasil belajar selama proses pembelajaran berlangsung.

Strategi pembelajaran index card match berusaha mengoptimalkan Aktivitas siswa. Hal ini dapat terlihat dalam langkah-langkah strategi pembelajaran index card match yang tercermin selama proses pembelajaran yang didominasi oleh aktivitas siswa. Pembelajaran dilakukan oleh siswa dengan cara mencocokkan kartu yang berisi soal dan jawaban yang dibagi kepada teman sekelas yang berbeda-beda (Index Card Match) selanjutnya siswa mencari pasangan masing-masing untuk mencocokan jawaban mencari pasangan. Penggunakan strategi pembelajaran index card match dapat meningkatkan kerjasama siswa dalam memecahkan masalah dan memahami materi. Melalui permainan index card match (kartu index), diharapkan siswa dapat memahami materi perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman disintregrasi bangsa. Strategi pembelajaran index card match juga mengajarkan ketrampilan sosial dan demokrasi. Dengan adanya penghargaan terhadap pasangan dengan kinerja terbaik, juga merupakan salah satu motivasi bagi siswa untuk meningkatkan aktivitas selama proses pembelajaran. Setiap pasangan bersaing untuk mendapatkan poin tertinggi dalam kelas, hal ini memotivasi siswa untuk berinteraksi dengan guru ataupun siswa lain dalam permainan index card match (kartu index) sehingga siswa juga termotivasi untuk mempelajari dan memahami materi dengan baik.

Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi pada siklus I dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan strategi pembelajaran tersebut keterlibatan aktif siswa belum dapat berlangsung secara optimal dari hasil observasi pengamatan Aktivitas siswa baru mencapai 70%. Siswa masih merasa malu untuk bertanya dan takut dalam menjawab pertanyaan dari guru atau siswa lain sehingga lebih banyak siswa yang diam. Siswa juga belum bisa bekerjasama secara maksimal dalam diskusi dengan pasangannya serta belum memahami tata cara permainan index card match (kartu index) pada saat pelaksanaan permainan meskipun secara keseluruhan siswa merasa senang dan semangat mengikuti pembelajaran ini. Aktivitas belajar yang kurang maksimal disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan strategi pembelajaran index card match yang baru pertama baru pertama kali diterapkan pada pembelajaran sejarah dikelas XII IPS 1 di SMA Negeri 1 Nguter Sukoharjo. Dari latar belakang tersebut kemudian peneliti melanjutkan pembelajaran siklus II.

Dari hasil Aktivitas siswa siklus II diperoleh presentase tingkat keaktifan siswa meningkat menjadi 88,57%. Berdasarkan pengamatan pada siklus II siswa lebih aktif mengikuti proses pembelajaran dikelas, tidak malu lagi bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru atau siswa lain. Siswa telah mampu berdiskusi secara tertib dan baik. Siswa juga banyak berani menyampaikan maupun menanggapi hasil diskusi. Masing-masing pasangan ingin terlihat lebih menonjol dan mendapatkan nilai lebih baik. Pembelajaran yang dikombinasikan dengan permainan ini menciptakan suasana yang menyenangkan, siswa terlibat langsung dalam pembelajaran. Adanya pembelajaran ini menjadikan siswa merasa senang dan semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Melalui permainan ini siswa berusaha dengan bersungguh-sungguh untuk menemukan pasangan kartu yang mereka peroleh. Hal ini memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran agar dapat memberikan hasil yang terbaik.

Hasil penilaian observasi kinerja guru sebelum menerapkan strategi pembelajaran index card match yakni sebesar 61,37%. Selama proses pembelajaran siklus I guru terlihat masih canggung dalam menerapkan model pembelajaran tersebut. Kinerja guru pada siklus I mencapai 71,72%, hal ini menunjukkan pembelajaran yang berlangsung termasuk dalam kriteria baik. Namun hal ini perlu ditingkatkan lagi dengan perbaikan dalam siklus selanjutnya. Hal ini disebabkan kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan permainan yaitu suasana kelas menjadi ramai sehingga pengelolaan kelas yang baik sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, guru harus mampu membimbing dan mengkondisikan siswa dengan lebih baik. Pada siklus II, hasil observasi kinerja guru menunjukkan peningkatan menjadi 88,27%. Guru sudah lebih memahami dalam menerapkan strategi pembelajaran index card match yang telah dilaksanakan pada siklus I. Hasil observasi siklus II menunjukkan kinerja guru termasuk dalam kriteria sangat baik. Secara keseluruhan proses pembelajaran pada siklus I dan II berlangsung baik. Hal tersebut didukung oleh peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru sehingga berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.

Hasil belajar tes evaluasi siklus I dapat diketahui adanya peningkatan dibanding sebelum dilaksanakan strategi pembelajaran index card match, tetapi ketuntasan belajar siklus I yang mencapai 71,88% belum memenuhi kriteria indikator keberhasilan ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu 80% siswa belajar tuntas sehingga perlu perbaikan pada siklus berikutnya. Hasil belajar tes evaluasi siswa diperoleh pada siklus II meningkat, hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata kelas siklus I sebesar 72,94 meningkat menjadi 75.59. Persentase ketuntasan belajar juga meningkat dari persentase ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 71,88% meningkat menjadi 81,25% pada siklus II.

Peningkatan hasil belajar menggunakan strategi pembelajaran index card match juga diikuti tanggapan yang positif dari siswa terhadap strategi pembelajaran tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran siswa tampak senang dan antusias mengikuti permainan. Berdasarkan hasil rekapitulasi dari hasil pengamatan dan data yang diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran index card match dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Nguter.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, selanjutnya dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Pembelajaran perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman disintregrasi bangsa dengan model Index Card Match (ICM), meningkatkan hasil belajar dan aktivitas proses pembelajaran siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Nguter. (2) Pembelajaran perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman disintregrasi bangsa dengan model Index Card Match (ICM) dapat meningkatkan persentase hasil belajar siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Nguter. Hal ini ditunjukan dengan hasil belajar yang meningkat dari pra siklus ketuntasan klasikal 6,25% menjadi 71,88% pada siklus I, dan meningkat menjadi 81,25% pada siklus II. (3) Pembelajaran perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman disintregrasi bangsa dengan model Index Card Match (ICM) dapat meningkatkan perubahan perilaku siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Nguter yang semula kurang aktif menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan presentase aktivitas siswa yang meningkat dari pra siklus 50,00% menjadi 70,00% pada siklus I, dan meningkat menjadi 88,57% pada siklus II.

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, penulis memberikan saran guna memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas KBM di sekolah. (1) Bagi sekolah, agar sekolah dapat mensosialisasikan strategi pembelajaran index card match untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. (2) Bagi guru, strategi pembelajaran index card match dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah yang menarik dan menyenangkan. Selalu memberikan sikap positif atau penghargaan kepada setiap aktivitas siswa pada proses pembelajaran sejarah, karena dapat memicu siswa untuk selalu belajar giat sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal serta mampu meningkatkan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat saat proses pembelajaran maupun kerja kelompok. (3) Bagi siswa, siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Nguter, diharapkan setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, siswa lebih aktif dan berani untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat setelah mengetahui dan memahami strategi pembelajaran index card match dan lebih konsentrasi dan fokus pada waktu proses pembelajaran berlangsung.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, Ed, 1990. Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Arikunto, Suharsimi, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

B. Uno, Nurdin, Hamzah dan Mohamad, 2011. Belajar dengan pendekatan PAILKEM: Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Lingkungan, Aktof, Menarik. Jakarta: Bumi Aksara

Diguna, Bagus Riyan, 2015. Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Strategi Pembelajaran Aktif tipe Index Card Match pada Pembelajaran Tematik Kelas IVB SD Negeri 07 Metro Pusat T.P. 2013/2014. Bandar Lampung: Unila

Dimyati, Mudjiono, 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Engeance, Nico, 2012. Keaktifan Siswa.http://elnicovengeance.wordpress.com/2012/10/14/keaktifan-siswa/

Fajarwati, Ari, 2009. Upaya Peningkatan Keaktifan dan Minat Siswa dalam Pembelajaran Matematika melalui model Index Card Match (Mencari Pasangan). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Hamalik, Oemar, 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Hartanto, Supri, 2011. Keaktifan Belajar. http://makalahmu.wordpress.com/2011/08/24/keaktifa-belajar/

Hisyam, Zaini, 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani

Hizam, Ibnu, 2007. Kontribusi Minat Belajar dan Kemampuan Klarifikasi Nilai Sejarah dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme. Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 3, No. 2, Juni 2007

Kochhar, S. K, 2008. Pembelajaran Sejarah (Teaching of History). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Kresnanto, Deddy, 2012. Metode Pembelajaran Index Card Match. http://nongkrongplus.wordpress.com/2012/03/15/metode-pembelajaran-index­card-match/

Moleong, 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sanjaya, Wina, 2006. Strategi Pembelajaran Beroriantasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Sardiman, 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Silberman, Melvin. 2009. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia

Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sriyono, 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta

Sujana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Thobroni, Muhammad dan Mustofa, Arif. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Wahyuningsih, Sri. 2014. Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTsN Salatiga. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana

Wena, Made. 2009, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara

Widja, I Gde, 1989. Pengantar Ilmu Sejarah: Sejarah dalam Perspektif Pendidikan. Semarang: Satya Wacana