Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif STAD
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
TENTANG PENJUMLAHAN PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS VI
SDN 1 JATI KECAMATAN JATI KABUPATEN BLORA TAHUN 2017/2018
Yuli Karyanti
SDN 1 Jati Kecamatan Jati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika tentang penjumlahan pecahan bagi siswa kelas VI SDN 1 Jati melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Division. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 17 anak.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan 2 siklus. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data berupa teknik tes dan non tes. Sumber data yang berasal dari data hasil belajar siswa yaitu data nilai hasil tes formatif siswa, data hasil pengamatan, angket siswa dan yang berupa dokumentasi yang berhasil diambil selama proses kegiatan berlangsung. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dibagi dalam empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Data hasil penelitian, nilai rata-rata ulangan harian pra siklus adalah 62,94. Dari KKM yang ditetapkan yaitu 70,00, jumlah siswa yang mampu mencapai KKM sebanyak 8 anak (47%). Nilai terendah ulangan harian 40 dan nilai tertinggi 80. Pada siklus I nilai rata-rata ulangan harian 69,41. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus I menjadi 11 anak (65%). Nilai terendah juga mengalami peningkatan yaitu 50 dan nilai tertinggi 90. Pada siklus II nilai rata-rata ulangan harian menjadi 76,47. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus II adalah 14 anak (82%). Nilai terendah meningkat menjadi 60 dan nilai tertinggi menjadi 100. Jadi dapat disimpulkan melalui model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang penjumlahan pecahan bagi siswa kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora.
Kata Kunci: hasil belajar, pembelajaran kooperatif, model pembelajaran STAD
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia, dan memiliki peranan yang besar dalam mensukseskan pembangunan bangsa. Oleh karena itu, pemerintah beserta unsur-unsur yang berkompoten di dalamnya harus benar-benar memperbaiki perkembangan serta kemajuan pendidikan di Indonesia. Dalam upaya pengembangan pendidikan tersebut pemerintah mengeluarkan Kurikulum Nasional 2006 yang mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pengembangan kurikulum ini merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional dalam konteks untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang masih dan akan terus berlangsung. Implikasinya, sejalan dengan adanya usaha penyempurnaan kurikulum tersebut, paradigma pembelajaran matematika pun perlu diperbaiki supaya lebih bermakna dan sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Matematika adalah salah satu dasar penguasaan ilmu dan teknologi, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya. Salah satu ciri utama matematika adalah penggunaan simbol-simbol. Untuk menyatakan sesuatu misalnya menyatakan suatu fakta, konsep operasi ataupun prinsip/aturan. Dengan simbol-simbol yang terkandung didalamnya itu sehingga mampulah matematika bertindak sebagai bahan keilmuan. Penguasaan matematika harus lebih mengarah pada pemahaman matematika yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ada dua hal yang mendukung arah penguasaan matematika untuk anak didik sekarang ini, yaitu: (1) Matematika diperlukan sebagai alat bantu untuk memahami terjadinya peristiwa-peristiwa alam dan sosial, (2) Matematika telah memiliki semua kegiatan manusia, baik untuk keperluan sehari-hari maupun keperluan profesional (Abdullah, 2008).
Jenning dan Dunne (Abdullah, 2008) mengatakan bahwa, pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real. Hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna. Guru dalam pembelajaran di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa-siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksikan sendiri ide-ide matematika, sehingga anak cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika.
Sebagai tenaga pengajar/pendidik yang secara langsung terlibat dalam proses belajar mengajar, maka guru memegang peranan penting dalam menentukan peningkatan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar yang akan dicapai siswanya. Salah satu kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh pendidik dalam hal ini adalah bagaimana mengajarkan matematika dengan baik agar tujuan pengajaran dapat dicapai semaksimal mungkin. Dalam hal ini penguasaan materi dan cara pemilihan pendekatan atau teknik pembelajaran yang sesuai dengan menentukan tercapainya tujuan pengajaran. Demikian juga halnya dengan proses pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu tercapai dengan optimal. Tanpa suatu strategi yang cocok, model yang tepat dan jitu, tidak mungkin tujuan dapat tercapai (Abdullah,2008).
Karena pentingnya peranan matematika dan peranan guru, berbagai usaha telah dilakukan kearah peningkatan hasil belajar dalam proses belajar matematika. Salah satunya adalah dengan menggunakan berbagai macam model pembelajaran matematika. Namun sampai saat ini masih banyak keluhan dari berbagai pihak tentang rendahnya kualitas pendidikan pada umumnya dan pendidikan matematika pada khususnya.
Dari hasil yang di dapatkan dari hasil ulangan harian siswa bahwa nilai matematika siswa kelas VI SDN 1 Jati masih rendah. Jumlah siswa yang mendapat nilai mencapai KKM yang telah ditentukan adalah 8 dari 17 siswa atau 47% dan nilai rata-rata kelas yaitu 62,94. Karena metode dan teknik yang digunakan cenderung mototon kepada murid, dimana guru aktif menyampaikan informasi dan murid pasif menerima. Kesempatan bagi murid untuk melakukan refleksi melalui interaksi antara murid dengan murid, dan murid dengan guru kurang dikembangkan. Dengan pembelajaran tersebut murid tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah, tetapi mereka menjadi sangat tergantung pada guru, tidak terbiasa melihat alternatif lain yang mungkin dapat dipakai menyelesaikan masalah secara efektif dan efisien. Diduga salah satu faktor yang menyebabkan kondisi tersebut adalah kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Berbagai model pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru pada umumnya untuk membantu siswa agar mampu memahami dan mengerti apa yang dipelajarinya. Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu model pembelajaran yang menjadi alternatif adalah dengan menggunakan atau menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan sebuah masalah sebagai berikut “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi penjumlahan pecahan bagi siswa kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora Tahun 2017/2018?â€
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana peningkatan hasil belajar siswa pada materi penjumlahan pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora Tahun 2017/2018.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan perbaikan yang telah diuraikan di atas, maka diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa: Hasil belajar siswa meningkat khususnya pada materi penjuumlahan pecahan karena menjadikan matematika sebagai aktivitas sehari-hari dan tidak lagi dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan.
2. Bagi guru: Sebagai masukan, strategi dan solusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Bagi sekolah: Sebagai bahan pertimbangan agar model pembelajaran ini diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas pada semua bidang studi, mengingat model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini sejalan dengan KTSP
KAJIAN PUSTAKA
Landasan Teori
Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif (Wina Sanjaya, 2008: 242).
Menurut Slavin dalam Isjoni (2009: 17)pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dikenal sejak lama, di mana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatankegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya. Dalam melakukan proses belajar-mengaja guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lain dan saling belajar mengajar sesame mereka.
Menurut Isjoni ada beberapa ciri dari cooperative learning, di antaranya adalah sebagai berikut: (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Model Pembelajaran STAD
STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem belajar kelompok yang di dalamnya siswa di bentuk ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5orang secara heterogen.
Menurut Ibrahim (2000: 10) model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dan merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana diterapkan dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang yang bersifat heterogen, guru yang menggunakan STAD mengacu kepada belajar kelompok yang menyajikan informasi akademik baru kepada siswa menggunakan presentasi verbal atau teks. Beedasarkan pendapat tersebut peneliti berpendapat bahwa dalam hal ini model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model yang paling sederhana untuk diterapkkan pada siswa.
Sementara menurut Slavin (Isjoni, 2009: 188) mengemukakan bahwa pembagian kelompok yang memperhatikan keragaman siswa dimaksudkan supaya siswa dapat menciptakan kerja sama yang baik, sebagai proses menciptakan saling percaya dan saling mendukung. Keragaman siswa dalam kelompok mempertimbangkan latar belakang siswa berdasarkan prestasi akademis, jenis kelamin, dan suku.
Syarat lain dari model belajar kooperatif tipe STAD adalah jumlah anggota pada setiap kelompok sebaiknya terdiri dari 4-5 orang. Jumlah anggota yang sedikit dalam setiap kelompok memudahkan siswa berkomunikasi dengan teman sekelompok. Pentingnya pembagian kelompok seperti ini didasarkan pada pemikiran bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika masalah itu dipelajari bersama.
Berdasarkan pendapat diatas peneliti berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat lebih bermakna bagi siswa, melalui segala macam kegiatan yang dilakukan oleh secara langsung oleh siswa didalam kelompoknya masing-masing.
Menurut Slavin (Slavin, 2009: 188) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran STAD adalah:
1. Sajian materi oleh guru.
2. Siswa bergabung dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Sebaiknya kelompok dibagi secara heterogen yang terdiri atas siswa dengan beragam latar belakang, misalnya dari segi: prestasi, jenis kelamin, suku dll.
3. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk mengerjakan latihan/membahas suatu topik lanjutan bersama-sama. Disini anggota kelompok harus bekerja sama.
4. Tes/kuis atau silang tanya antar kelompok. Skor kuis/tes tersebut untuk menentukan skor individu juga digunakan untuk menentukan skor kelompok.
5. Penguatan dari guru.
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal, hasil belajar matematika pada materi penjumlahan pecahan masih rendah. Banyak siswa yang nilai ulangan hariannya masih dibawah KKM yang ditetapkan. Kondisi ini menharuskan peneliti untuk memperbaiki pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Model pembelajaran kooperatif dirasakan sangat sesuai untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa. Dari berbagai model pembelajaran kooperatif, peneliti memilih model STAD untuk mengatasi rendahnya hasil belajar matematika.pada materi penjumlahan pecahan.
Hipotesa Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah “Melalui model pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang penjumlahan pecahan bagi siswa kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora Tahun 2017/2018.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yaitu mulai bulan Juli sampai dengan Oktober 2017. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora dengan jumlah siswa 17 yang terdiri dari siswa laki-laki 7 anak dan siswa perempuan 10 anak. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data berupa teknik tes dan non tes. Sumber data berasal dari data hasil tes formatif, data hasil pengamatan, angket siswa, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk analisis kualitatif dengan metode deskriptif komparatif. Indikator kinerja penelitian ini adalah minimal tingkat ketuntasan 80%. Prosedur penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas yang meliputi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pra Siklus
Analisa hasil belajar ulangan harian siswa kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora mata pelajaran Matematika, permasalahan yang terjadi adalah rendahnya hasil belajar siswa sehingga banyak siswa yang belum tuntas belajar. Hasil ulangan harian dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1. Hasil Ulangan Harian Prasiklus
Nilai |
Banyak Siswa |
Prosentase |
40 |
2 |
12% |
50 |
2 |
12% |
60 |
5 |
29% |
70 |
5 |
29% |
80 |
3 |
18% |
Jumlah |
17 |
100% |
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 47%. Nilai rata-rata ulangan harian adalah 62,94.
Siklus I
Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, data tentang hasil belajar siswa setelah dilakukan ulangan harian adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Hasil Ulangan Harian Siklus I
Nilai |
Banyak Siswa |
Prosentase |
50 |
3 |
18% |
60 |
3 |
18% |
70 |
5 |
29% |
80 |
4 |
24% |
90 |
2 |
12% |
Jumlah |
17 |
100% |
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 65%. Nilai rata-rata ulangan harian adalah 69,41.
Siklus II
Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, data tentang hasil belajar siswa setelah dilakukan ulangan harian adalah sebagai beriku:
Tabel 4.3. Hasil Ulangan Harian Siklus II
Nilai |
Banyak Siswa |
Prosentase |
60 |
3 |
18% |
70 |
6 |
35% |
80 |
4 |
24% |
90 |
2 |
12% |
100 |
2 |
12% |
Jumlah |
17 |
100% |
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 82%. Nilai rata-rata ulangan harian adalah 76,47.
Pembahasan
Dari hasil tindakan dapat diketahui telah terjadi peningkatan hasil belajar Matematika pada materi penjumlahan pecahan bagi siswa kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora Tahun 2017/2018 melalui model pembelajaran STAD. Peningkatan nilai rata-rata yaitu 62,94 pada kondisi awal menjadi 69,41 pada siklus I dan menjadi 76,47 pada siklus II. Tingkat ketuntasan belajar juga mengalami peningkatan. Pada kondisi awal ketuntasan belajar siswa adalah 47%. Pada siklus I meningkat menjadi 65% dan siklus II kembali meningkat menjadi 82%.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan penelitian yang dilakukan adalah penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang penjumlahan pecahan bagi siswa kelas VI SDN 1 Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora Tahun 2017/2018.
Saran
Adapun saran-saran yang penulis ajukan setelah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika, diharapkan guru mata pelajaran matematika menerapkan metode mengajar yang mudah diterima oleh siswa.
2. Diharapkan kepada guru mata pelajaran matematika dalam memberikan soal-soal latihan kepada siswa, hendaknya soal-soal tersebut berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa merasa bahwa matematika itu memang sangat penting dalam kehidupan mereka.
3. Kepada pihak sekolah agar memaksimalkan sarana dan prasarana yang ada disekolah. Khusus untuk buku-buku yang berkaitan dengan matematika lebih diperhatikan lagi, demikian pula pengadaan alat peraga yang sangat membantu siswa dalam memahami pelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ibrahim, M. dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana